Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA

JUDUL PERCOBAAN: ARGENTOMETRI

NAMA PRAKTIKAN : DEA NOVIANA


NIM/GRUP : 2031910016 / 3
TANGGAL PRAKTIKUM : 4 MARET 2020
ASISTEN : VIRA TRIA OKTAVIA

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul …………………………………………………………. i


Daftar Isi …………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................1
1.3 Tujuan Percobaan.............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi ……………………………………………………………... 2
2.2 Argentometri ……………………………………………………….2
2.3 Metode Mohr………………………………………………….…….2
2.4 MSDS................................................................................................2
2.4.1 AgNO3…………………………………………………….. …2
2.4.2 NaCl……………………………………………………… …. 3
2.4.3 K2CrO4 ………………………………………………………. 3
2.4.4 H2 SO4 ……………………………………………………...... 3
2.4.5 NaOH ………………………………………………………... 3
2.4.6 H2O ………………………………………………………….. 4
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan …………………………………………………... 5
3.1.1 Alat ……………………………………………………..... 5
3.1.2 Bahan …………………………………………………….. 5
3.2 Cara Kerja ………………………………………………………... 5
3.2.1 Pecobaan Standarisasi AgNO3 dengan NaCl ……………. 5
3.2.2 Percobaan Penentuan Klorida pada Air Sungai ………….. 6
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………......7
Lampiran ………………………………………………………………..…8
Skema Kerja………………………………………………………………..8
Skema Alat …………………………………………………………….. . 10
Time Schedule ………………………………………………………….. 13
Tugas Pendahuluan …………………………………………………….. . 15
Lampiran Daftar Pustaka ……………………………………………....... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses titrasi merupakan metode kimia untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan yang satu dengan
sejumlah volume larutan yang lain yang diketahui kadarnya. Berdasarkan jenis
reaksi yang terjadi titrasi dibedakan menjadi 3 yaitu titrasi asam basa, titrasi
pengendapan, dan titrasi redoks. Salah satu titrasi adalah titrasi pengendapan.
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang hasil titrasinya merupakan endapan atau
garam yang sukar larut. Reaksi pengendapan berlangsung dengan cepat dan
kuantitatif sehingga bisa digunakan sebagai dasar dalam proses titrasi.
Titrasi pengendapan salah satu contohnya adalah titrasi argentometri. Titrasi
argento metro adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat
yang terdapat dalam suatu larutan yang didasarkan pada reaksi pengendapan
dengan menggunakan larutan standar AgNO3 . Pada titrasi argentometri ion-ion
yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida yaitu Cl-, Br-,dan I-. Pada
metode titrasi argentometri mudah untuk mendapatkan indikator yang sesuai
untuk menentukan titik akhir pengendapan. Titrasi argentometri didasarkan pada 3
metode yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajan. Metode Mohr
menggunakan ion kromat (CrO4) untuk mengendapkan garam klorida. Metode
Volhard menggunakan ion Fe untuk membentuk sebuah kompleks yang berwarna
dengan ion SCN-. Dan metode Fajan menggunakan indikator-indikator adsorbsi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum argentometri adalah sebgai berikut :
1. Bagaimana ion halide dapat diketahui ?
2. Bagaimana ion-ion logam dapat diketahui ?

1.3 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dilakukanyya percobaan argentometri adalah sebagai berikut :
1. Menentukan ion halida berdasarkan tanda endapan yang sukar larut
2. Menentukan ion-ion logam tertentu berdasarkan tanda endapan yang sukar
larut.

1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi
Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi zat
didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan yang satu dengan
larutan yang lain yang sudah diketahui konsentrasinya lalu di reaksikan. Larutan
yang diketahui konsentrasinya disebut dengan larutan baku atau larutan standar. Pada
titrasi juga diperlukan indikator yang berfungsi sebagai zat yang memberikan
perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Titrasi dilakikan dengan mereaksikan secara berkala secara bertahap dari tetes demi
tetes hingga tepat hingga mencai titik setara (Oxtoby, 2001).

2.2 Argentometri
Titrasi adalah metode yang dilakukan dalam analisis volumetric dengan cara
mereaksikan kedua buah titran yang salah satunya sudah diketahuin konsentrasinya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut titran dan yang sudah diketahui kadarnya
adalah titer. Ada tiga macam titrasi, salah satunya dalah titrasi argentometri. Titrasi
argentometri merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menentukan ion halida
dan senyawa-senyawa tertentu yang membentuk endapan dengan bantuan larutan
standar AgNO3. Metode titrasi ini disebut juga titrasi pengendapan karena pada
metode ini memerlukan pembentukan endapan atau sukar larut. argentometri
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu argentometri pembentukan endapan dan
argentometri pembentukan kompleks. Metode argentometri yang lebih luas lagi
adalah digunakan untuk metode titrasi kembali (Cairns, 2004).

2.3 Metode Mohr


Metode Mohr merupakan salah satu metode yang digunakan dalam titrasi
argentometri. Metode Mohr merupakan metode yang bertujuan menentukan garam
klorida dengan titrasi langsung atau titrasi tidak langsung. Metode Mohr juga bisa
disebut dengan metode titrasi pengendapan yang menggunakan ion perak sebagai
titran dan ion kromat sebagai indikator. Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan
yang memiliki pH 6-10. Mohr mengembangkan titrasi argentometri untuk
menetapkan kadar klorida dalam suasana netral dengan menggunakan kalium
kromat( Underwood, 2002 ).
2.4 Standarisasi
Standarisasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi
yang sebenarnya dari suatu larutan. Standarisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi asam dan basa. Standarisasi dalam proses titrasi asam
dan basa bisa dilakukan dengan menambahkan larutan standar dengan larutan asam.
Standarisasi larutan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer

2
maupun dengan menggunakan larutan baku sekunder. Larutan baku merupakan
larutan yang sudah diketahui dengan pasti berapa konsentrasinya.

2.5 MSDS
2.5.1 AgNO3
AgNO3 termasuk kedalam zat yang berbahaya. Identifikasi bahaya
menyatakan bahwa AgNO3 mengandung racun, dan juga korosif. AgNO3 dapat
menyebabkan luka bakar pada setiap jaringan tubuh. Selain itu AgNO 3 juga
berbahaya jika dihirup karena bisa menyebabkan rusaknya jaringan selaput lendir
dan saluran pernafasan bagian atas. Uap yang dihirup bisa menyebabkan batuk dan

2
sesak nafas. juga fatal apabila sampai ditelan. AgNO3 merupakan oksidator yang
kuat sehingga dapat menyebabkan kebakaran apabila kontak dengan bahan lainnya.
Apabila AgNO3 tidak sengaja terhirup maka yang harus dilakukan adalah segera
untuk menghirup udara yang segar,. Dan apabila terkena kulit maka yang harus
dilakukan adalah dengan membasuhnya dengan air sekurang-kurangnya 15
menit(Wiley,2012).

2.5.2 NaCl
NaCl memiliki sifat fiisik dan kimia. Nacl berbentuk seperti bubuk Kristal
padat dan berwarna putih. NaCl mudah larut dalam air dingin dan air panas. NaCl
juga mudah larut dalam gliserol dan ammonia. Tetapi NaCl tidak larut dalam asam
klorida. Apabila NaCl terkena kulit maka segera basuh kulit dengan air dan apabila
terkena mata segera basuh mata dengan air mengalir (Verma, 2008).

2.5.3 K2CrO4
K2CrO4 juga bisa disebut asam kromat atau potassium kromat merupakan
salah satu indikator kuat. K2CrO4 apabila kontak dengan bahan yang lain maka dapat
menyebabkan kebakaran. Selain itu K2CrO4 apabila terkena mata maka dapat
menyebabkan iritasi parah dan dapat memungkinkan mata untuk terbakar. Apabila
K2CrO4 terkena kulit maka yang akan terjadi adalah sensitasi kulit,reaksi alergi, dan
juga terjadi luka bakar. Selain itu K 2CrO4 dapat menyebabkan kerusakan parah yang
permanen pada saluran pencernaan apabila tertelan dan juga menyebabkan asma
apabila terhirup. Jadi dalam proses penggunaanya harus hati-hati agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan (Schiencelab. 2011).

2.5.4 H2SO4
Asam sulfat merupakan asam minera yag kuat. Asam sulfat mudah sekali
untuk larut didalam air. Asam sulfat bersifat korosif atau mudah menghancurkan
benda yang lainya. Uap yang dihasilnya asam sulfat sangat berbahaya apabila berada
didekat api. Asam sulfat sangat mudah terbakar apabila kontak dengan benda yang
mudah terbakar (Christensen, 2002).
2.5.5 NaOH
NaOH memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa padatan yang tidak
berbau dan tidak berasa dengan berat molekul 40 g/mol dan berwarna putih. NaOH
mudah larut dalam air dingin. Bahan ini sangat berbahaya jika terjadi kontak denagan
kulit (korosif, iritan, permeator), kontak mata (iritan, korosif), menelan dan inhalasi.
Jika terkena mata NaOH bisa menyebabkan kerusakan kornea dan juga kebutaan.
NaOH harus disimpan dengan cara ditutuo dengan rapat dan juga ditaruh ditempat
yang sejuk dan juga berventilasi yang baik (Christensen, 2002).

3
2.5.6 Aquades
H2O memiliki berat molekul 18,02 gr/mol. Dengan pH netral yaitu 7. Titik
didih H2O yaitu 100 ‫ﹾ‬C. Titik beku 0 ‫ﹾ‬C. H2O bersifat tidak berbahaya tetapi
apabila terminum dapat menyebabkan dehirasi. Potensi akut terhadap kesehatan
adalah tidak korosif terhadap kulit. Aquades tidak menyebabkan iritasi terhadap
kulit. Selain itu aquades juga tidak sensitive pada kulit (Michelle,2009).
Aquades tidak menyebabkan iritasi pada mata.tetapi apa bila terkena mata
biasanya yang terjadi adalah mata akan berair. Tetapi aquades juga berbahaya
apabiala terkena alat pernafasan. Aquades bisa menyebabkan iritasi pada selaut
mukosa. Selain itu aquades juga bisa menyebabkan batuk dan juga edema paru-
paru. Untuk menghindari bahaya yang disebabkan aquades maka perlu berhati-
hati dalam penggunaannya (Michelle,2009).

4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan saat percobaan argentometri :
1. Beaker glass 100 mL 1 buah
2. Beaker glass 250 mL 1 buah
3. Botol semprot 1 buah
4. Labu ukur 50 mL 1 buah
5. Labu ukur 100 mL 1 buah
6. Erlenmeyer 100 mL 1 buah
7. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
8. Gelas ukur 25 mL 1 buah
9. Pipet ukur 5 mL 1 buah
10. Kaca arloji 1 buah
11. Spatula 1 buah
12. Corong 1 buah
13. Buret gelap 1 buah
14. Statif 1 buah
15. Propipet 1 buah
16. Aluminium foil secukupnya

3.1.2 Bahan
Berikut ini merupakan bahn yang dibutuhkan dalam percobaan argentometri :
1. AgNO3 0.5 gram
2. Aquades secukupnya
3. NaCl 0.05 N 25 mL
4. K2CrO4 4% 12 tetes
5. Sampel air isi ulang 100 mL
6. H2SO4 2 M secukupnya
7. NaOH 2 M secukupnya

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Standarisasi AgNO3 dengan NaCl
Berikut ini merupakan prosedur percobaan yang harus dilakukan :
1. Menimbang AgNO3 sebanyak 0.5 gram dan melarutkannya dalam aquades
2. Mengencerkan larutan hingga 100 mL
3. Memasukkan larutan standar NaCl sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer
4. Menambahkan K2CrO4 sebanyak 6 tetes ke dalam erlenmeyer. Kemudian,
menitrasi larutan dalam erlenmeyer menggunakan AgNO3 hingga warnas
endapan berubah dari kuning muda menjadi kemerahan

5
5. Melakukan perlakuan tersebut hingga terbentuk endapan AgCl yang
berwarna putih di bagian bawah erlenmeyer
6. Menutup dan mengocok secara kuat erlenmeyer hingga endapan AgCl
pecah

3.2.2 Penentuan Klorida pada Air Isi Ulang


Berikut ini merupakan prosedur percobaan yang harus dilakukan :
1. Mengambil sampel air yang ada sebanyak 100 mL
2. Mengatur pH cairan tersebut hingga 7-10 dengan menambahkan H2SO4
atau NaOH
3. Menambahkan K2CrO4 sebanyak 6 tetes
4. Menitrasi larutan dengan AgNO3 hingga timbul endapan berwarna kuning
kemerahan
5. Melakukan titrasi blanko dan kadar Cl dihitung dalam satuan mg/L

6
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi, Ed.2 . Jakarta: EGC.


Christensesn,Melissa. 2002. Simplified Produres for Water Examination.
Amerika: United State of America.
Michelle. 2009. Clinical Medical Assisting. USA: Delmar
Oxtoby, David W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Sciencelab.2011. Potassium Cromate. Jerman : Merck KGaA
Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Verma, Ashish. 2008. Laboratory Mnual for Biotechnology. India : S.Chand &
Copany PVT.LTD.
Wiley,John. 2012. Patty’s Toxicology. Canada: New Jency

7
7
LAMPIRAN

1. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl


AgNO3
Ditimbang sebanyak 0,5 gram
Dilarutkan dalam aquades
Diencerkan hingga 100 mL
Hasil

NaCl
Diambil dengan pipet sebanyak 25 mL
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Ditambahkan 6 tetes K2CrO4
Dititrasi dengan AgNO3hingga warna endapan berubah dari
kuning muda menjadi kemerahan
Diberikan perlakuan hingga terbentuk endapan AgCl yang
bewarna putih dibagian bawah erlenmeyer
Erlenmeyer ditutup dan dikocok kuat hingga endapan AgCl
pecah
Dibilas dinding erlenmeyer dengan air
Dititrasi kembali hingga berubah menjadi warna coklat
Ditentukan normalitas AgNO3
Hasil

8
2. Penentuan klorida pada air isi ulang

Air sungai
Diperoleh dari asisten
Diambil sebanya 100 mL
Ditambakan sebanyak 3 mL suspensi Al(OH)3 jika air berwarna
Dikocok kemudian dibiarkan mengendap
Endapan disaring
Dicuci menggunakan aquades
Disatukan filtrat dan air cucian
Diatur pH cairan hingga 7 – 10 dengan ditambahkan H2SO4 dan
NaOH
Ditambahkan K2CrO4 sebanyak 6 tetes
Dititrasi dengan AgNO3 hingga terbentuk endapan bewarna
kuning kemerahan
Dilakukan titrasi blanko
Dihitung kadar Cl dalam satuan mg/L

Hasil

9
SKEMA ALAT
1. Skema Alat Percobaan Standarisasi AgNo3 dengan NaCl

No. Gambar Keterangan


1 AgNO3 ditimbang sebanyak 0.5 gram
dengan menggunakan neraca analitik
dalam keadaan gelap

2 AgNO3 dilarutkan menggunakan


beaker glass dengan aquades hingga
mencapai 100 ml.

3 Larutan AgNO3 diencerkan menjadi


100 mL menggunakan labu ukur

4 Larutan NaCl ditambahkan sebanyak


25 ml kedalam Erlenmeyer.

5 Ditambahkan 6 tetes K2CrO4


menggunakan pipet tetes.

18
6 Larutan dititrasi menggunakan AgNO3
dalam buret gelap

7 Erlenmeyer ditutup dan dikocok


hingga endapan AgCl pecah.

18
2. Skema Alat Percobaan Penentuan Klorida pada Air Isi Ulang

No. Gambar Keterangan


1. Air isi ulang diambil sebanyak 100
ml.

2. Ditambahkan K2CrO4 sebanyak 6 tetes

3. Larutan dititrasi menggunakan AgNO3


dalam buret gelap

20
3. Skema Alat Percobaan Titrasi Blanko

No Gambar Keterangan
1 Ditambahkan 6 tetes K2CrO4
menggunakan pipet tetes.

2 Larutan dititrasi menggunakan


AgNO3 dalam buret gelap

12
TIME SCHEDULE
Waktu Real Time Keterangan PJ
08.00-08.10 Briefing Praktikum Semua
praktikan
08.10-08.20 Menyiapkan alat dan bahan Dea
08.20-08.30 Menimbang AgNO3 sebanyak 0.5 Maulid
gram dan melarutkannya dalam
aquades

08.30-08.35 Mengencerkan larutan hingga 100 mL Rima


08.35-08.40 Memasukkan larutan standar NaCl Ishom
sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer

08.40-08.45 Menambahkan K2CrO4 sebanyak 6 Angga


tetes ke dalam erlenmeyer.
08.45-09.10 Menitrasi larutan dalam erlenmeyer Maulid
menggunakan AgNO3 hingga warna
endapan berubah dari kuning muda
menjadi kemerahan
09.10-09.15 Melakukan perlakuan tersebut hingga Dea
terbentuk endapan AgCl yang
berwarna putih di bagian bawah
erlenmeyer

09.15-09.20 Menutup dan mengocok secara kuat Rima


erlenmeyer hingga endapan AgCl
pecah

09.20-09.30 Membilas dinding Erlenmeyer dengan Ishom


air dan menitrasi larutan hingga
berwarna coklat. Menentukan
normalitas dari AgNO3

09.30-09.35 Mengambil sampel air yang ada Angga


sebanyak 100 mL

09.35-09.45 Mengatur pH cairan tersebut hingga 7- Rima


10 dengan menambahkan H2SO4 atau
NaOH

09.45-09.50 Menambahkan K2CrO4 sebanyak 6 Dea

13
tetes
09.45-09.50 Menambahkan K2CrO4 sebanyak 6 Dea
tetes

09.50-10.00 Menitrasi larutan dengan AgNO3 Maulid


hingga timbul endapan berwarna
kuning kemerahan

10.00-10.30 Melakukan titrasi blangko dan Ishom


menghitung kadar Cl dalam satuan
mg/L

10.30-10.45 Membersihkan alat Semua


praktikan
10.45-11.00 Evaluasi praktikum Semua
praktikan

14
TUGAS PENDAHULUAN
1. Mengapa pada penentuan Argentometri dengan cara Mohr harus dilakukan
pada range pH antara 7-10?
2. Jelaskan fungsi pengocokan kuat pada prosedur standarisasi pada tahapan
Argentometri !
3. Jelaskan metode yang dapat digunakan dalam penentuan garam NaCl, dan
sebutkan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode tersebut !
Jawab :
1. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada range pH 7-10 disebabkan
karena ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Jika pH
dibawah 7 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan
mendominasi didalam larutan akibatnya larutan yang bersifat sangat asam,
konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk terjadinya endapan.
2. Fungsi dari pengocokan pada standarisasi adalah untuk memecah endapan
AgCl sehingga diperoleh titik akhir.
3. - Metode Rekristalisasi
Kelemahan: Pelarutnya bersifat inert ( tidak mudah bereaksi dengan
Kristal )
Kelebihan: 1)dapat memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar
antara zat yang dimjurnikan dengan pengotornya.2) tidak meninggalkan
zat pengotor pada Kristal dan mudah dipisahkan dari Kristal.
- Metode Argentometri
Kekurangan : lingkungan untuk titrasi berada pada suasana netral sedikit
alkalis pH 6-10
Kelebihan : kerja lebih sederhana, titik akhir titrasi lebih mudah dilihat
- Metode Mohr
Kekurangan : lingkungan untuk titrasi berada pada suasana netral sedikit
alkalis pH 6-10
Kelebihan : kerja lebih sederhana, titik akhir titrasi lebih mudah dilihat
- Metode Kristalisasi
Kekurangan : purifikasi multi komponen ( lebih dari satu ) dalam suatu
larutan tidak bisa dilakukan dengan satu tahapan operasi
Kelebihan : produk akhir berupa padatan kristalin yang mempuntai bentuk

15
LAMPIRAN

16
17
18
19
20
20

Anda mungkin juga menyukai