Anda di halaman 1dari 29

Laporan

FARMASI FISIKA
“BOBOT JENIS”
Diajukan untuk Memenuhi Nilai Laporan Praktikum Farmasi Fisika

OLEH

NAMA : REZKY NUR AZIZ


NIM : 821420008
KELAS : A-S1 FARMASI 2020
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MIRA OCTAVIANI DARWIS

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

FARMASI FISIKA
“BOBOT JENIS”

OLEH

NAMA : REZKY NUR AZIZ


NIM : 821420008
KELAS : A-S1 FARMASI 2020
KELOMPOK : II (DUA)

Gorontalo, November 2021


NILAI
Mengetahui, Asisten

MIRA OCTAVIANI DARWIS


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi Fisika yang berjudul
“Bobot Jenis”.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan tauladan terbaik bagi umatnya sehingga bisa meniru kegigihan
dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Ungkapan terima kasih kepada dosen penanggung jawab, kepada
koordinator laboratorium dan kepada asisten penanggung jawab yang telah
membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami memohon
kritik dan saran dari asisten agar laporan ini menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, November 2021

Rezky Nur Aziz

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud Percobaan 2
1.3 Tujuan Percobaan 2
1.4 Prinsip Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Dasar Teori 3
2.2 Uraian Bahan 9
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM 14
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 14
3.2 Alat dan Bahan 14
3.3 Cara Kerja 14
BAB IV HASIL PENGAMATAN 12
4.1 Hasil Pengamatan 12
4.2 Perhitungan Bahan 12
BAB V PEMBAHASAN 13
BAB VI PENUTUP 16
6.1 Kesimpulan 16
6.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah bidang kesehatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia bahkan dunia. Farmasi adalah profesi kesehatan
yang meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi
material dan produk yang cocok dipakai untuk mencegah dan mendiagnosa
penyakit. Farmasi termasuk ilmu terapan yang terdiri dari prinsip dan metode
yang telah dipetik dari disiplin ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi dan
farmakologi. Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat obat adalah farmasi fisika.
Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika
dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat fisika dan berbagai
zat yang digunakan untuk membuat sediaan obat. Sehingga akan menghasilkan
sediaan yang sesuai, aman dan stabil yang nantinya akan didistribusikan kepada
pasien yang membutuhkan. Dalam farmasi fisik dipelajari sifat fisik dari berbagai
zat yang digunakan untuk membuat sediaan obat dan juga meliputi evaluasi akhir
sediaan obat tersebut. Dalam pembuatan sediaan farmasi khususnya sediaan
liquid, tentunya harus memperhatikan salah satu faktor yang mempengaruhi bobot
dari suatu sediaan yaitu bobot jenisnya.
Bobot jenis merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap volume zat
tersebut pada suhu tertentu (biasanya 25˚C). Bobot jenis merupakan bilangan
murni tanpa dimensi, yang dapat dikonversikan menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis merupakan perbandingan massa
dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu harus ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Bobot jenis dapat
ditentukan dengan menggunakan berbagai jenis piknometer, hidrometer dan alat-
alat lain (Sinko, 2006). Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat
baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di
belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya (Ansel,
2006).

1
Rapat jenis merupakan perbandingan yang dinyatakan dalam desimal dari
berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat
dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena
mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 2008).
Dengan mengetahui bobot jenis dan rapat jenis suatu zat, maka kita dapat
melakukan pemeriksaan identitas, konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jeni suatu zat, maka akan mempermudah
dalam memformulasi obat juga dapat menentukan apakah suatu zat dapat
bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukanlah percobaan bobot jenis
dengan sampel minyak zaitun dengan menggunakan metode piknometer.
1.2 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan Bobot Jenis ini yaitu mengetahui dan memahami
tentang bobot jenis dan rapat jenis serta penetapan nilai bobot jenis dengan
menggunakan metode piknometer.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu bobot jenis dan rapat
jenis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai bobot jenis dari sampel
minyak zaitun menggunakan metode piknometer.
1.4 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu didasarkan atas penempatan massa cairan dan
penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Untuk itu dibutuhan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan
bertambah hingga mencapai keoptimumamn tertentu dengan bertambahnya
volume piknometer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Bobot Jenis
Bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang
menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air
pada suhu 40oC. Jadi, bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm 3 suatu
zat dengan bobot 1 dm3 air pada suhu 40oC disebut juga bobot jenis (Sinko, 2006).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per
satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Jika kerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.
Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian
besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00.
Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25, artinya bobot gliserin 1,25
kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81, artinya
bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara (Ansel, 2008).
Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca westphalt, dan aerometer
adalah neraca hidrostatik, neraca reimen, untuk menentukan mengetahui berat
jenis zat cair, neraca ephim, untuk mengakur zat cair, neraca qeimann, untuk
mengukur zat cair saja (karena telah memiliki benda padat yang tak bisa diganti
dengan zat padat) (Raharjo, 2008).
Kerapatan bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat
diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis
untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa
dari suatu zat terhadap jumlah volume air pada suhu 4 oC atau temperatur lain yang
telah ditentukan. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis
suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai
25o/25oC, 25o/4oC, 4o/4oC). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25oC (Gibson,
2004).

3
Rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat
dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 2008).
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan dari pada
air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat dari pada
air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua
angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau
untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP)
atau buku acuan lain (Ansel, 2008).
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
denganvolume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC), sedangkan
rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu
tertentu (dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25º/25ºC). Berat jenis
didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan
air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan
tidak cara lain yang khusus. Oleh karena itu, dilihat dari definisinya, istilah
berat jenis sangat lemah. Akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan
relatif. Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³.
Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki
satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok
(Ansel, 2008).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu

4
40oC atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 2008).
Kerapatan air adalah 1,00 g/ml pada 4oC. Sistem perhitungan untuk
kerapatan larutan didasari pada nilai ini. Untuk menghitung nilai kerapatan suatu
larutan, umumnya larutan itu dibandingkan dengan air. Hal ini memudahkan
untuk melihat apakah suatu larutan akan bercampur atau tidak, karena dua larutan
dengan kerapatan yang sangat berbeda biasanya tidak dapat bercampur. Terdapat
pengecualian, dimana larutan ionik seperti larutan garam akan larut dalam air
karena keduanya bersifat polar. Minyak yang non polar tidak dapat larut dalam air
meskipun kerapatan keduanya tidak jauh berbeda. Keduanya gagal dicampurkan
lebih disebabkan oleh sifat tersebut, dibandingkan dengan kerapatannya. Contoh,
kerapatan merkuri (13,5 g/ml) dan air (1,0 g/ml) relatif berbeda. Perbedaan
kerapatan relatif ini (kadang disebut Gravitas Spesifik) menyebabkan merkuri
terbenam di dasar wadah yang berisi air. Kerapatan relatif (gravitas spesifik)
adalah rasio dari kerapatan sampel pada 20oC dibagi dengan kerapatan air pada
4oC (Williams, 2003).
Untuk menentukan atau mengukur bobot jenis suatu zat dapat menggunakan
alat seperti aerometer, neraca Mohr-Westphal, dan piknometer. Berat jenis suatu
benda adalah massa jenis benda dibagi dengan massa jenis standar. Massa jenis
udara dipakai sebagai massa jenis standar untuk keadaan gas. Massa jenis air
dipakai sebagai patokan untuk benda cair dan benda padat. Jadi, berat jenis
hanyalah suatu perbandingan dari massa jenis suatu benda terhadap massa jenis
substansi standar (Bresnick, 2002).
2.1.2 Macam-Macam Bobot Jenis
Menurut Sinko (2011), macam-macam bobot jenis yaitu:
a. Bobot Jenis Sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
b. Bobot Jenis Nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang
terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.

5
c. Bobot Jenis Efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka
dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan
untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan
sediaan farmasi.
2.1.3 Macam-Macam Kerapatan
Menurut Arisanty dkk (2005), macam-macam kerapatan yaitu :
a. Kerapatan Sebenarnya
Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-
rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi
molekuler ataudimensi atomis dalam kisi-kisi kristal. Kerapatan sebenarnya
adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya). Metode untuk
menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan di
mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum.
Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan
sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium.
b. Kerapatan Granul
Kerapatan granul seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa,
yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih
kecil sekitar 10 mili mikron. Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu
metode yang serupa dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa,
karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam
pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari
suatu serbuk dibagidengan volume bulk.
c. Kerapatan Bulk
Kerapatan bulk seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk
kering dalam sebuah gelas ukur.

6
2.1.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi bobot jenis zat
Menurut Sinko (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot jenis
suatu zat, yaitu :
1. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga
sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
2. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
2.1.5 Penentuan Metode Zat Cair
Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, dan
aerometer adalah neraca Hidrostatik, neraca Reimenn, untuk menentuka
mengetahui berat jenis zat cair, neraca Ephin, untuk mengukur zat cair, neraca
Qeimann, untuk mengukur zat cair saja (karena telah memiliki benda padat
yang tak bisa diganti dengan zat padat (Arisanty, 2015).
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan
bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain,
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 oC terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam

7
monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu
yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila
pada suhu 25oC zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang
telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air yang tetap
pada suhu 25oC (Voight, 2005).
Menurut Menurut Arisanty dkk (2015), metode penentuan untuk cairan
yaitu :
a. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer
akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi
ruang 30 ml.
b. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
c. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
d. Metode Aerometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

8
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, metanol,etanol, isopropil alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, memberikan
nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga pembersih alat
praktikum yang dapat membunuh kuman
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme)
2.2.2 Aquadest (Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus struktur        :

Rumus Molekul        : H2O


Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunya
rasa, tidak berbau

9
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                : Sebagai pembersih
Khasiat                     : Pelarut
2.2.3 Minyak Zaitun (Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : OLEUM OLIVAE
Nama Lain : Minyak Zaitun
Rumus Molekul : C18H34O2
Berat Molekul : 282,5 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau


tengik, rasa khas,pada suhu rendah sebagian atau
seluruhnya membeku.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut
dalam kloroform p, dalam eter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan
terisi penuh.
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Sebagai zat tambahan

10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Farmasi Fisika percobaan “Bobot Jenis” dilaksanakan pada hari
Rabu, 17 November 2021, pukul 13.00-15.00 WITA bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu corong, gelas ukur, lap halus, lap kasar,
neraca analitik, oven, piknometer, termometer, dan wadah stainless.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, aquadest, es batu, minyak
zaitun, dan tisu.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
3. Dibersihkan piknometer menggunakan aquadest, lalu dibilas dengan alkohol
70%.
4. Dimasukkan piknometer ke dalam oven pada suhu 100oC selama 15 menit.
5. Ditimbang piknometer kosong 50 mL menggunakan neraca analitik
sebanyak 3 kali.
6. Diukur minyak zaitun sebanyak 50 mL, lalu dimasukkan kedalam
piknometer.
7. Dimasukkan piknometer yang berisi sampel ke dalam wadah stainless yang
berisi es batu.
8. Diukur suhu minyak zaitun hingga mencapai 25oC menggunakan
termometer.
9. Dikeluarkan piknometer dari wadah setelah mencapai 25oC, lalu ditimbang
kembali piknometer sebanyak 3 kali.
10. Dihitung bobot jenis dari sampel minyak zaitun.

11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Sampel Piknometer Kosong (g) Piknometer + Sampel (g)

34,2896 74,5415

Minyak Zaitun 34,3112 74,5512

34,3154 74,5315

Σ 34,3054 74,5414

4.2 Perhitungan
Dik : m1 / massa piknometer kosong = 34,3054 g
m2 / massa piknometer + sampel = 74,5414 g
v / volume minyak zaitun = 50 mL
ρ air / massa jenis air = 1 g/mL
Dit : a. Bobot Jenis ?
b. Rapat Jenis ?
Peny :
a. Bobot Jenis
m
ρ=
v
m2 - m1
ρ =
v
74,5414 g - 34,3 054 g
ρ =
50 mL
40,236 g
ρ =
50 mL
ρ = 0,80472 g/mL
b. Rapat Jenis
ρ zat
d =
ρ air

12
0,80 4 72 g/mL
d =
1 g/mL
d = 0,80 4 72
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang bobot jenis. Bobot
jenis adalah konstanta/tetapan yang bergantung pada suhu untuk padar, cair,
bentuk gas yang homogen. Bobot jenis didefinisikan sebagai hubungan massa (m)
suatu bahan terhadap volumenya. Bobot jenis adalah suatu karakteristik bahan
yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurniaan dari
bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti
minyak (Sinko, 2011).
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami apa itu bobot jenis dan rapat jenis serta agar mahasiswa dapat
mengetahui cara penetapan nilai bobot jenis dari sampel minyak zaitun
menggunakan metode piknometer.
Pada percobaan kali ini, alat-alat yang digunakan yaitu corong, gelas ukur,
lap halus, lap kasar, neraca analitik, oven, piknometer, termometer, dan wadah
stainless. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, aquadest, es batu,
minyak zaitun, dan tisu.
Pada praktikum kali ini hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Tujuan
dari pembersihan alat ini untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada alat
karena menurut Rowe et al. (2009), alkohol digunakan sebagai antiseptik
(membunuh atau mematikan mikrorganisme pada jaringan hidup dan desinfektan
(mematikan mikroorganisme pada benda mati).
Dibersihkan piknometer menggunakan aquadest, lalu dibilas dengan
alkohol 70%. Menurut Rahardjo (2008), pembilasan kembali menggunakan
alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer serta menghilangkan sisa
dari pembersihan, karena biasanya pencucian menggunakan air akan
meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehingga dapat

13
mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga
mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Dimasukkan piknometer ke dalam oven
pada suhu 100oC selama 15 menit. Menurut Hosiana (2000), dilakukan pemanasan
dengan oven karena biasanya pada saat pencucian dapat meninggalkan tetesan air
pada dinding alat yang dibersihkan yang nantinya dapat mempengaruhi hasil
penimbangan.
Ditimbang piknometer kosong 50 mL menggunakan neraca analitik
sebanyak 3 kali. Hal ini dilakukan karena menurut Attwood (2008), penimbangan
dilakukan sebanyak tiga kali agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam
suatu proses pengukuran. Diukur minyak zaitun sebanyak 50 mL, lalu
dimasukkan kedalam piknometer menggunakan corong. Menurut Atmojo (2011),
pengukuran/penimbangan penting untuk dilakukan untuk menghindari kesalahan
saat pengukuran bobot/volume suatu bahan yang ditimbang. Digunakan alat
corong karena menurut (Ni Luh, dkk., 2013), corong digunakan sebagai alat untuk
memasukkan suatu cairan ke dalam suatu tempat yang mulutnya sempit seperti
botol, labu ukur, dan sebagainya.
Dimasukkan piknometer yang berisi sampel ke dalam wadah stainless yang
berisi es batu. Hal ini dilakukan karena menurut Sinko (2006), tujuan dimasukkan
kedalam wadah yang berisi es batu untuk mempercepat penurunan suhu hingga
mencapai suhu yang telah di tentukan. Diukur suhu minyak zaitun hingga
mencapai 25oC. Menurut Raharjo (2008), digunakan suhu 25℃ karena pada
temperatur tersebut biasanya senyawa dalam keadaan stabil. Pada suhu tinggi
senyawa yang di ukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat
mempengaruhi bobot jenis, demikian pula pada suhu yang sangat rendah akan
menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot
jenisnya.
Dikeluarkan piknometer dari wadah setelah mencapai 25oC, lalu ditimbang
kembali piknometer sebanyak 3 kali. Menurut Ansel (2011), penimbangan
dilakukan sebanyak 3 kali seperti pada penimbangan bobot piknometer kosong
agar mendapatkan bobot piknometer dan minyak zaitun yang akurat. Dihitung
bobot jenis dari sampel minyak zaitun.

14
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil bobot jenis 0,80472 g/mL
dan rapat jenis 0,80472. Bobot jenis yang diperoleh kurang dari standar bobot
jenis pada minyak zaitun yang telah ditetapkan. Karena menurut Ngatemin
(2013), standar bobot jenis minyak zaitun yaitu 0,957 g/mL.
Adapun kemungkinan kesalahan ketidaktelitian praktikan saat
menggunakan alat ukur dan penimbangan sehingga mempengaruhi bobot dari
sampel serta ketidaktelitian dalam melihat suhu sehingga suhu sudah tidak sesuai
dengan suhu yang ingin dicapai.

15
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap air
volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Sedangkan
rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui.
2. Dari hasil praktikum, didapatkan bobot jenis dan rapat jenis dari sampel
minyak zaitun berturut-turut 0,80472 dan 0,80472 g/mL. Hal ini kurang
sesuai dengan monografi dalam Farmakope Indonesia, dimana bobot jenis
minyak zaitun berkisar antara 0,910 dan 0,915 g/mL.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih memaksimalkan waktu dan bimbingan
terhadap praktikan dalam menjalankan praktikum Farmasi Fisika sehingga
praktikum dapat berjalan dengan baik.
6.2.2 Saran Untuk Praktikan
Saran untuk praktikan agar lebih menguasai teori serta cara kerja percobaan
sehingga pada saat praktikum dapat menjalankan praktikum dengan baik.
6.2.3 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada Jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan seluruh praktikum yang ada pada jurusan farmasi agar lebih
maksimal. Baik itu menyediakan fasilitas, transportasi dan administrasi lainnya.
6.2.4 Saran Untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium agar dapat memberikan dukungan dalam hal
kelengkapan alat-alat laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum
dengan lebih maksimal.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, Cetakan I, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 300-
301, 393.

Ansel, H.C., Popovich, N.G., Allen, L.V. 2011. Pharmaceutical Dosage Form
and Drug delivery System, Ninth Edition. London, New York, 225-235.

Arisanty,dkk. 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Poltekkes Kemenkes:


Makassar.

Atmojo, T., Rochman, C. and Nasrudin, D., 2011. Profil Literasi Konsep Fisika
Peserta Didik Pada Mitigasi Bencana Hujan Es Antapani. Jurnal
Pendidikan Fisika, 6(2), pp.188-195.

Attwood, D. 2008. Physical Pharmacy. London: Pharmaceutical Press.

Bresnick, S. 2002. Intisari Fisika. Hipokrates. Jakarta.

Gibson. 2004. Principle Of Nutritional Assesment (2nd edition). Oxford


University Press : London

Hosiana, V., Mukhtar, M.H. and Wahid, N., 2000. Uji Coba antimikroba secara
invivo dan studi farmakokinetik amoksisilin generic dan merek
dagang. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 5(1), p.5.

Ngatemin., Nurrahman., Isworo, J, T., 2013. Pengaruh Fermentasi Pada Produksi


Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Sifat Fisik, Kimia,
dan Organoleptis. Jurnal Pangan dan Gizi 04(08).

Ni Luh dkk, 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika, UniversitasHasanuddin,


Makassar. 

Raharjo. 2008. Analisa Performa Mesin Diesel dengan Bahan Biodiesel dari
Minyak Zaitun. Makalah pada Seminar Nasional Teknologi, Yogyakarta.

Rowe et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. The Pharmaceutical


Press: London.

Santi Sinila. 2016. Farmasi Fisik. kementrian kesehatan republik Indonesia

Sinko, P.J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5,


diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, 706, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sinko, Patrick J, 2006, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Edisi 5,
Penerbit Buku Kedokteran , Jakarta.

Williams N., 2003, Pengantar Analisis Fisika, Edisi Kedua, Yogyakarta, Gadjah


Mada University Press
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan sebagai
1. Corong alat untuk membantu
penuangan cairan

Digunakan sebagai
2. Gelas Ukur alat untuk mengukur
volume cairan

Digunakan sebagai
3. Lap Halus alas pada saat
praktikum

Digunakan sebagai
4. Lap Kasar alas pada saat
praktikum
Digunakan sebagai
5. Neraca Analitik alat untuk menimbang
bahan

Digunakan sebagai
alat untuk
6. Oven
memanaskan
piknometer

Digunakan sebagai
7. Piknometer alat untuk menentukan
massa jenis cairan

Digunakan sebagai
8. Termometer alat untuk mengukur
suhu

Digunakan sebagai
9. Wadah Stainless alat untuk
menampung bahan
2. Bahan

No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Alkohol 70% Digunakan sebagai


1.
desinfektan

Aquadest Digunakan untuk


2.
mencuci alat

Es Batu Digunakan untuk


3.
menurunkan suhu

Minyak Zaitun Digunakan sebagai


4.
sampel

Tisu Digunakan untuk


5.
membersihkan alat
Lampiran 2 : Diagram Alir

Minyak Zaitun (Olive oil)

 Disiapkan alat dan bahan.


 Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
 Dibersihkan piknometer menggunakan aquadest, lalu dibilas
dengan alkohol 70%.
 Dimasukkan piknometer ke dalam oven pada suhu 100 oC
selama 15 menit.
 Ditimbang piknometer kosong 50 mL menggunakan neraca
analitik sebanyak 3 kali.
 Diukur minyak zaitun sebanyak 50 mL, lalu dimasukkan
kedalam piknometer.
 Dimasukkan piknometer yang berisi sampel ke dalam wadah
stainless yang berisi es batu.
 Diukur suhu minyak zaitun hingga mencapai 25oC.
 Dikeluarkan piknometer dari wadah setelah mencapai 25oC,
serta bagian luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu
 Ditimbang kembali piknometer sebanyak 3 kali.
 Dihitung bobot jenis dari sampel minyak zaitun.

Hasil
Bobot Jenis = 0,80472 g/mL
Rapat Jenis = 0,80472
Lampiran 3 : Skema Kerja

Dibersihkan
Disiapkan alat dan Dibersihkan alat
piknometer dengan
bahan yang akan menggunakan
aquadest, lalu dibilas
digunakan Alkohol 70 %
dengan alkohol 70 %

Ditimbang Dimasukkan
Diukur minyak
piknometer kosong piknometer ke dalam
zaitun sebanyak 50
50 mL menggunakan oven pada suhu
mL, lalu dimasukkan
neraca analitik 100oC selama 15
kedalam piknometer
sebanyak 3 kali menit

Dikeluarkan
Dimasukkan
piknometer dari
piknometer yang Diukur suhu minyak
wadah setelah
berisi sampel ke zaitun hingga mencapai 25oC, lalu
dalam wadah
mencapai 25oC dibersihkan bagian
stainless yang berisi
luar piknometer
es batu
menggunakan tissu
Dihitung bobot Ditimbang
jenis dari sampel kembali
minyak zaitun piknometer
sebanyak 3 kali

Anda mungkin juga menyukai