Laporan Lengkap
Praktikum Farmasi Fisika
Oleh :
Angkatan VI
AKADEMI FARMASI TORAJA
TANA TORAJA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini.
Kerja praktek ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib di tempuh di
Akademi Farmasi Toraja. Laporan kerja praktek ini di susun sebagai pelengkap
kerja praktek. Dengan selesainya laporankerja praktek ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telahmemberikan masukan masukan kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimah kasi kepada:
1. Dosen
2. Pembimbing laboratorium
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini , baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Makale, 12 Januari 2017
Penulis
Praktikum Ke-1
KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting
mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu dibutuhkan dalam
dunia farmasi terutama untuk mengetahui kemurniaan dari suatu zat. Bobot jenis
suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang
ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan hanya
untuk senyawa berbentuk cairan, kecuali dinyatakan pada perbandingan bobot
zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
bobot jenis yaitu suhu dan konsentrasinya.
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan
volume. Kerapatan juga merupakan suatu sifat zat yang berbeda, misalnya Air
dan minyak ketika dicampur akan terjadi perbedaan kerapatan. Bila kerapatan
benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda tersebut akan tenggelam dalam
air. Namun bila kerapatannya lebih kecil maka benda tersebut akan mengapun.
Selain itu peristiwa mengapung,melayang,dan tenggelam itu dipengaruhi oleh
perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara mengukur
bobot jenis dan kerapatan zat pada beberapa sampel dengan menggunakan
piknometer.
Di bidang farmasi, selain bobot jenis juga digunakan untuk mengetahui
kemurnian suatu zat cair dengan menghitung berat jenisnya. Jika berat jenisnya
mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bobot jenis dan
kerapatan zat. Di samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka
akan mempermudah kita untuk memformulasi obat. Karena dengan mengetahui
bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur
atau tidak dengan zat lainnya. Maka di lakukanlah percobaan penentuan bobot
jenis dan kerapatan zat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa
per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu milliliter
raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah 13,6 g/mL. jika
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume,maka bobot jenis
merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara
bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan
dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00 sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin
adalah 1,25,artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara ,dan
bobot jenis alkohol adalah 0,81 kali bobot volume air yang setara. ( Ansel,
2006).
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada
air. Sedangkan zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat
daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di
belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada
umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat
dihitung atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States
Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung
dengan mengetahui bobot dan volumenya ( Ansel, 2006)
Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan
volumenya melalui persamaan berikut (Ansel,2004 )
bobot zat ( g )
Bobot jenis =
bobot sejumlah volume air yang setara( mL)
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive,dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurniaan suatu zat (Ansel,2004 ).Hubungan
antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
Penyimpanan
: AETHANOLUM
Nama lain
: Alcohol, Etanol
Pemerian
dan
mudah
bergerak;
Penyimpanan
Khasiat
: zat tambahan
ACIDUM CITRICUM
RM/BM
C6H8O7.H2O / 210.14
Pemeriaan
Kelarutan
larut dalam kurang satu bagian air dan dalam 1.5 bagian
etanol (95%) p; sukar larut dalam eter p.
Penyimpanan
Khasiat
zat tambahan
: PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Lain
: Parafin Cair
Pemerian
: Cairan
kental,
transparan,
tidak
Penyimpanan
Khasiat
: Laksativum.
: GLYCEROLUM
Nama Lain
: Gliserol, Gliserin
RM/BM
: C3H8O3/92.10
Pemerian
: Cairan
seperti
sirop;
jernih,
tidak
diikuti
Penggunaan
: Zat Tambahan
f. Minyak goreng
Nama
Deskripsi
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan bahan
a. Alat
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, piknometer, timbangan
analitik, digital,dan pipet tetes.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, gliserin, parafin cair,
alkohol, minyak kelapa, dan asam sitrat.
III.2 cara kerja
a. Menentukan kerpatan bulk
1. Ditimbang zat padat 10 gram, dimasukkan kedalam gelas
ukur 50 ml
2. Diukur volume zat padat
3. Dihitung kecepatan bulk
b. Menentukan kerapatan mampat
1. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur
3. Diketuk sebanyak 50 kali ketukan
4. Diukur volume yang terbentuk
5. Dihitung kerapatan mampat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
15
Perhitungan :
Kerapatan bulk =
II
III
IV
VI
VII
10
10
10
10
10
10
10
13.
12.
12.
12.
12.
11.
VII
IX
XI
10
10
10
10
11.
11.
10.
10.
9.
Bobot
zat
padat
(gram)
Volume
mampa
t (ml)
Perhitungan :
a. Ketukan I
Kerapatan mampat =
= 0.763 g/ml
b. Ketukan II
Kerapatan mampat =
=
= 0.775 g/ml
c. Ketukan III
Kerapatan mampat =
=
= 0.8 g/ml
d. Ketukan IV
Kerapatan mampat =
=
= 0.813 g/ml
e. Ketukan V
Kerapatan mampat =
=
= 0.833g/ml
f. Ketukan VI
Kerapatan mampat =
= 0.85g/ml
g. Ketukan VII
Kerapatan mampat =
=
h. Ketukan VIII
= 0.87g/ml
Kerapatan mampat =
= 0.9 g/ml
i. Ketukan IX
Kerapatan mampat =
=
= 0.952g/ml
j. Ketukan X
Kerapatan mampat =
=
= 0.980g/ml
k. Ketukan XI
Kerapatan mampat =
bobotzatpadat ( g)
volumemampat (ml)
10 gram
9.8 ml
= 1.02g/ml
M1
31.57
M3
47.71
M2
81.40
M4
81.39
Perhitungan :
padatan
3M 1
2M 1
4M 3
M
W1
31.57
W2
81.40
W3
72.46
W3
94.64
W3
76.49
Perhitungan :
a. Minyak goreng fitri
Dt =
W 3W 1
W 2W 1
44.92
= 49.83
b. Alkohol
Dt =
76.4931.57
81.4031.57
0.901
W 3W 1 72.4631.57
=
W 2W 1 81.4031.57
40.89
=
49.83
0.82
c. Gliserin
Dt =
W 3W 1 94.6431.57
=
W 2W 1 81.4031.57
63.07
49.83
1,265 gram
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini telah dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis
dari sampel cairan paraffin cair, asam sitrat, alkohol,gliserin dan minyak goring
Fitridengan menggunakanpiknometer.
Sebelum memulai percobaan, terlebih dahulu piknometer dibersihkan
dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk
mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi.Dari hasil penimbangan ini
dapat dicari bobot jenis sampel yakni dengan menimbang piknometer berisi
sampel terlebih dahulu, kemudian bobot jenis diperoleh dengan mengurangi berat
piknometer kosong dengan berat piknometer yang berisi sampel.
Pada percobaan pertama, ditimbang zat padat zat padat sebanyaak 10 gram
kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml, di perolehhasil ukuran volume
zat padat 12 ml. Setelah diperoleh hasil bobot zat padat dan ukuran volumenya,
selanjutnya tentukan kerapatan bulk, dan diperoleh hasil 0.667 gram.
Pada percobaan kedua, yaitu menentukan kerapatan mampat, yang
perlakuannya hampir sama dengan percobaan pertama. Akan tetapi, dalam
percobaan ini dilakukan pengetukan pada gelas ukur yang terdapat zat padat
selama 50 kali hingga diperoleh ukuran volume mampat, yaitu 11 ml. Kemudian,
dihitung kerapatan mamapat dan diperoleh hasil 0.9 gram.
Pada percobaan ketiga, yang dilakukan terlebih dulu yaitu menimbang
piknometer kosong harus dalam keadaan bersih dan kering agar tidak
membiaskan hasil penimbangan, diperolehbobot 31.57 gram. lalu piknometer
diisi dengan zat padat kira-kira 1/3 volumenya, lalu ditimbang dan diperoleh
hasil 47.71 gram. Kemudian dimasukkan parafin cair kedalam piknometer yang
berisi zat padat dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian dikocok dan diisi
hingga penuh hingga tidak terdapat gelembung udara didalamnya, lalu ditimbang
dan diperoleh hasil 81.39 gram.dibersihkan kembali piknometer, lalu diisi parafin
cair hingga penuh hingga tak terlihat gelembung udara didalamnya, lalu
ditimbang dan diperoleh hasil 73.68. setelah itu di hitung kerapatan sejati, dan
diperoleh hasil 1.0 gram.
Percobaan terakhir yaitu penenetuan bobot jenis cairan, pada percobaan ini
kami menggunakan minyak goreng fitri, alkohol dan gliserin untuk ditentukan
kerapatannya. Yang dilakukan terlebih dahulu yaitu menimbang pinometer yang
bersih dan kering, diperoleh hasil 31.57 gram. Kemudian diisi air suling hingga
batas leher piknometer, lalu ditimbang dan diperoleh hasil 81.40. setelah itu,
dibuang air suling. kemudian dimasukkan cairan minyak goreng kedalam
piknometer yang telah kosong, lalu ditimbang dan diperoleh hasil 76.49.
dilakukan perlakuan yang sam terhadap alkohol dan gliserin, diperoleh hasil bobot
jenis alkohol yaitu 72.46 gram dan gliserin 94.69 gram. Selanjutnya, ditentukan
bobot jenis cairan yaitu minyak goreng fitri 0,901 gram, alkohol 0.82 gram dan
gliserin 1.265 gram.
Adapun ketidaksesuaian hasil percobaan dengan pustaka disebabkan oleh
beberapa faktor kesalahan, yaitu:
1. Penimbangan
2. Cara penutupan piknometer yang salah
3. Pengaruh perubahan suhu
4. Piknometer yang belum kering dan bersih
5. Volume air yang tidak tepat
6. Sampel yang terkontaminasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
a. Bobot jenis zat cair yang diamati yaitu bobot jenis minyak goring
fitriyang memiliki bobot jenis sebesar 0.901 g/ml, bobot jenis gliserin
sebesar 1.265 g/ml, bobot jenis alcohol sebesar o.82 g/ml.
b. Kerapatan zat padat yang diamati dalam percobaan yaitu kerapatan
bulk sebesar 0.67 g/mL, kerapatan mampat sebesar (0,763, 0.775, 0.8,
0.813, 0.85, 0.9, 0.952, 0.980, 1.02) g/ml dan kerapatan sejati yaitu
sebesar 1.0 g /ml .
V.2 Saran
Perlunya keseriusan dan ketelitan praktikan dalam melakukan suatu
percobaan untuk meminalisasikan kesalahan agar percobaan ini dapat
memberikan hasil yang baik. Dan sebaiknya praktikan melakukan prosedur kerja
dengan baik dengan pengawasan dan bimbingan dari asisten.
Praktikum Ke-2
Viskositas
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Di dalam proses pengukuran sifat zat cair dan kekentalannya maka sering
dikaitkan dengan metode dari Viskositas. Viskositas merupakan suatu cara untuk
menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung
silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat
digunakan baik untuk cairan maupun gas. Prinsip dasar penerapan viskositas
digunakan dalam sifat alir zat cair atau rheologi. Rheologi merupakan ilmu
tentang sifat alir suatu zat.
Dalam bidang farmasi untuk membuat suatu sediaan misalnya, emulsi,
suspensi, pasta, krim, maupun lotion hrus memperhatikan viskositas. Karena dari
beberapa sediaan tertentu sangat memperhitungkan kekentalan dan karakteristik
alirannya agar suatu produk atau sediaan mempunyai konsistensi dan kelembutan
sehingga baik di gunakan dan dapat diterima oleh pemakai.
Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan ini untuk eneetahui cara
menghitung viskositas dari suatu cairan.
I.2Prinsip percobaan
Menentukan viskositas dari sediaan minyak kelapa, aquadest, paraffin cair,
gliserin, dan propilenglikol dengan mengukur kecepatan aliran dalam tabung
dengan menggunakan buret.
I.3. Maksud percobaan
Menentukan viskositas dari aquadest, paraffin cair, gliserin, minyak
kelapa,dan propilenglikol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2. Dasar Teori
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Viskositas dapat diukur dengan
mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung silinder. Cara ini merupakan
salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan
maupun gas. Prinsip dasar penerapan viskositas digunakan dalam sifat alir zat
cair atau rheologi. Rheologi merupakan ilmu tentang sifat alir suatu zat.
Rheologi terlibat dalam pembuatan, pengemasan atau pemakaian, konsistensi,
stabilitas dan ketersediaan hayati sediaan. (Moechtar, 1990).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada
gas, hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar
daripadagas. Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang
viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas
pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan
naik dengan naiknya tekanan (Martin, 1993). Faktor- fator yang
mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas
gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan
molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul- molekul cairean
bergerak sehimgga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperature.
3. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspense menaikkan viskositas air. Pada
minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan
viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin
encer, waktu alirnya semakin cepat.
4. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalan
tinggi serta laju aliran lambat sehimgga viskositas juga tinggi
5. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
6. Kekuatan antar molekul
alat
viskometer.
Berbagai
tipe
viskositas
viskometer
yang
semakin
besar
sampai
mencapai
kecepatan
: GLYCEROLUM/ Gliserol
RM/BM
Pemerin
: C3H8O3/ 92,10
: Cairan jernih;seperti sirup,tidak berwarna;rasa
manis
hanya
boleh
berbau
khaslemak,hidroskopis,netralterhadap lakmus
: Dapat bercampur dengan air dan dengan
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
b. Alkohol (FI IV:63)
NR/NL
RM/BM
Pemerian
: AETHANOLUM/ Etanol
: C3H6O/46,07
: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna
berbau khas dan menyebabkan rasa terbakar
pada lidah.Mudah menguap walaupun dalam
suhu
rendah
dan
mendidih
pada
suhu
Kelarutan
780.Mudah terbakar
:
Bercampur dengan air dan praktis
Penyimpanan
Khasiat
c. Parafin cair
(FI III:474)
NR/NL
Pemerian
Kelarutan
mempunyai rasa ;
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol;
Penyimpanan
Khasiat
d. Aquadest (FI III:96)
cahaya
: Laksativum (Sebagai sampel.)
NR/NL
RM/BM
Pemerian
: H2O /18,02
: Cairan jernih.tidak berwarna,tidak berbau,dan
Kelarutan
tidak berasa
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol;
larut dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan
Khasiat
: PROPYLENGLYCOLUM/ Propilenglikol
: C3H8O2 / 76,09
: Cairan
kental,jernih,tidak
berwarna;rasa
khas;praktis tidak berbau;
menyerap air pada udara
lembab.
Kelarutan
tidak
dapat
BAB III
PROSEDUR KERJA
III.1. Alat dan Bahan
a.Alat
Alat yang digunakan adalahPiknometer 50 ml, Stopwatch, Buret 50 ml,
timbangan analitik, Corong, Gelas ukur 50 ml, Gelas kimia 100ml.
b.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah Paraffin cair, Alkohol , Minyak kunci
mas, Gliserin, Propilenglikol ,Aquades
zat
lain.(minyak
kelapa,aquades,paraffin cair,gliserin,prifilenglikol ).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Cairan
Aquadest
1. 3 : 00
2. 3 : 25
3. 3 : 25
Paraffin cair
1. 6 : 55
2. 2 : 45
3. 2 : 03
Gliserin
1. 4 : 44
2. 4 : 07
3. 4 : 30
Propilenglikol
1. 2 : 50
2. 2 : 50
3. 3 : 55
BAB V
PEMBAHASAN
1. 21 : 56
2. 14 : 31
3. 13 : 05
VI.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bawa minyak kunci
mas yang mempunyai waktu yang relatif lebih lama untuk mengalir
dalam buret dibandingkan dengan cairan gliserin,paraffin cair,
aquades,dan propilenglikol.
VI.2 Saran
a. Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan
waktudan kekompakan dalam kelompk
b. Alat dan bahan dipersiapkan sebelum melakukan praktikum agar
praktikum lebih efektif.
c. Jumlah alat dalam laboratorium lebih di perbanyak jumlahnya agar
dapat mengefesiensikan waktu praktikum
Praktikum Ke-3
Fenomena Distribusi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan
suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur,
serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu. Kelarutan suatu senyawa
bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung
pada temperatur, kekuatan ion, konstanta dielektrik, katalis, katalis asam basa
spesifik, cahaya energi dan untuk jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal
terbaginya zat terlarut.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien partisi dengan cara
mencampur dua zat yang bersifat saling bertolak belakang/tidak saling bercampur.
Dengan percobaan ini, diharapkan dapat diketahui tentang fenomena distribusi
suatu obat jika terdapat dalam tubuh.
I.2
Prinsip Percobaan
Penentuan fenomena distribusi atau koefisien partisi dari asam borat dan
asam benzoat berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur yakni dalam minyak dan air.
I.3 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan koefisien partisi suatu zat di
dalam dua pelarut yang saling tidak bercampur.
I.4 Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien partisi asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air
serta dalam pelarut minyak kelapa yang tidak saling bercampur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, kekuatan ion, konstanta
dielektrik, katalis, katalis asam basa spesifik, cahaya energi dan untuk jumlah
yang lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Koefisien dalam fase
minyak dalam air merupakan ukuran sifat lipofilik dalam suatu molekul yang
merupakan sifat fase hidrofilik atau lipofilik. Koefisien dipertimbangkan dalam
pengembangan bahan obat menjadi bentuk obat. Koefisien menggambarkan
pendistribusian obat ke dalam pelarut sistem dua fase, yaitu minyak dan air.
Apabila ditinjau dari suatu zat yang tidak bercampur dalam corong pisah
dalam sistem tersebut akan terjadi suatu keseimbangan sebagai suatu zat perlarut
dalam fase bawah (Air) dan zat terlarut dalam fase atas (Minyak). Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan, yaitu :
1. Temperatur
Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap
kenaikan suhu 10oC.
2. Kekuatan Ion
Semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi makin
kecil.
3. Konstanta Dielektrik
Efek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju reaksi ionik
diekstrapolarkan sampai pengenceran tak terbatas, yang pengaruh
kekuatan ionnya 0. Untuk reaktan ion yang kekuatannya bermuatan
berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut adalah positif dan
untuk reaktan yang muatannya sama maka laju distribusinya negatif.
4. Katalisis
Katalisis dapat menurunkan laju - laju distribusi (Katalis negatif).
Katalis dapat juga menurunkan energi aktivitas dengan mengubah
mekanisme reaksi sehingga kecepatan bertambah.
5. Katalis Asam Basa Spesifik
Laju distribusi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau
basa. Jika laju peruraian ini terdapat bagian yang mengandung
konsentrasi ion hidrogen atau hidroksi.
6. Cahaya Energi
Cahaya seperti panas dapat memberikan keaktifan yang diperlukan
untuk terjadi reaksi. Radisi dengan frekuensi yang sesuai dengan energi
yang cukup akan diabsorbsi untuk mengaktifkan molekul molekul.
: Aqua destillata
Nama lain
Rumus molekul
: H2O
Berat molekul
: 18,02
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
: Acidum bonzoicum
Nama lain
: Asam benzoat
Rumus molekul
: C7H6O2
Berat molekul
: 122,12
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
: Antiseptikum ekstern
Kegunaan
: Sebagai sampel
: Asam borat
Rumus molekul
: H3BO3
Berat molekul
: 61,83
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
: Antiseptikum ekstern
Kegunaan
: Sebagai sampel
Penetapan kadar
OH
OH: Phenolphtalein
Nama lain
: Fenolftalein
O
Rumus
molekul
: C20H14O4 /318,00
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
agak
alkali
kuat
Range pH
Kegunaan
: 8,3 10,0
: Sebagai indicator
: Oleum cocos
Nama lain
: Minyak kelapa
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Natrii hydroxidum
Nama lain
: Natrium hidroksida
Rumus molekul
: NaOH
Berat molekul
: 40,00
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
BAB III
METODE KERJA
III.1
a. Alat
Alat yang digunakan adalah Corong Pisah, Pipet Tetes, Buret,
Statif dan Klem, Botol Semprot, Timbangan Digital, Erlenmeyer dan
Gelas Ukur.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah asam borat, asam benzoat ,
aluminium foil, indikator fenolftalein , minyak kelapa, Aquadest, NaOH
0,1 M dan Kertas Perkamen
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan fenomena distribusi
asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air serta dalam pelarut minyak kelapa
yang tidak saling bercampur dengan cara memperbandingkan persen kadar
minyak dengan persen kadar air. Pelarut yang digunakan adalah air dan minyak,
kedua pelarut ini tidak dapat larut satu sama lain dan sampel dapat larut dalam
kedua pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena pada minyak terdapat karbon
sehingga menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak memiliki
momen dipol.
Pada percobaan ini digunakan dua sampel yaitu asam borat dan asam
benzoat. Mula-mula ditimbang asam benzoat dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan kedalam corong pisah
ditambahkan minyak kelapa dikocok-kocok beberapa menit, kemudian didiamkan
selama 10-15 menit hingga campuran memisah satu sama lain. Dipisahkan fase air
dari fase minyak dengan menampung dalam erlenmeyer ditambahkan indikator
fenolftalein sebanyak 2 tetes kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1M dan
mengalami titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari warna
bening menjadi warna merah muda. Dilakukan perlakuan yang sama dalam
fenomena asam borat, namun pada percobaan ini asam borat terjadi kesalahan,
alat yang digunakan telah terkontaminasi oleh larutan lain sehingga mengalami
perubahan warna sebelum dititrasi dengan NaOH.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Asam benzoat yang di titrasi dengan NaOH mengalami perubahan
warna bening menjadi warna merah muda
b. Asam borat yang di titrasi dengan NaOH mengalami perubahan
warna bening menjadi warna merah muda.
VI.2 Saran
a. Untuk Laboratorium
Praktikan sangat mengharapkan agar alat-alat praktikum segera di
lengkapi, agar dapat memudahkan dalam kelancaran praktikum.
b. Untuk Asisten
Dalam memberikan arahan ke pada praktikan sudah baik sehingga
praktikum dapat berjalan lancar.
Praktikum Ke-4
Emulsifikasi
BAB I
PENDAHULUAN
I.2Prinsip Percobaan
Pembutan emulsi dengan emulgator 5% dengan HLB butuh 5,6,9 dan
emulgator 3% dengan HLB btuh 6,8,10. Kestabilan suatu emulsi nilai HLB butuh
yang bervariasi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi tersebut
misalnya perubahan volume, perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi dan
pendispersi dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan.
Menghitung
jumlah
emulgator
b.
c.
d.
BAB II
golongan
surfaktan
yang
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak
saling bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam
campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri
diantara dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu
ditambahkan kedalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup
untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan tetap terdistribusikan
diantara kedua lapisan dengan konsentrasi tertentu.
Pelarut secara umum dibedakan atas dua pelarut, yaitu pelarut air dan
bukan air. Salah satu ciri penting dari pelarut tetapan dielektriknya (E), yaitu
gaya yang bekerja antara dua muatan itu dalam ruang hampa dengan gaya yang
bekerja pada muatan itu dalam dua pelarut. Tetapan ini menunjukkan sampai
sejauh mana tingkat kemampuan melarutkan pelarut tersebut. Misalnya air
dengan tetapan dielektriknya yang tinggi (E = 78,5) pada suhu 25oC, merupakan
pelaruit yang baik untuk zat-zat yang bersifat polar, tetapi juga merupakan
pelarut yang kurang baik untuk zat-zat non polar. Sebaliknya, pelarut yang
mempunyai tetapan dielektrik yang rendah merupakan pelarut yang baik untuk
zat non polar dan merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat berpolar. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan, yaitu :
1. Temperatur
Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap kenaikan
suhu 10oC.
2. Kekuatan Ion
Semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi makin
kecil.
3. Konstanta Dielektrik
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan
Penyimpanan
jernih,
tidak
berwarna
,tidak
: Acidum bonzoicum
Nama lain
: Asam benzoat
Rumus molekul
: C7H6O2
Berat molekul
: 122,12
Pemerian
Kelarutan
berbau
Penyimpanan
Khasiat
: Antiseptikum ekstern
Kegunaan
: Sebagai sampel
: Acidum boricum
Nama lain
: Asam borat
Rumus molekul
: H3BO3
Berat molekul
: 61,83
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
: Antiseptikum ekstern
Kegunaan
: Sebagai sampel
Penetapan kadar
: Phenolphtalein
Nama lain
: Fenolftalein
Rumus molekul
: C20H14O4 /318,00
OH
OH
Rumus bangun
Pemerian
Perubahan warna
Range pH
: 8,3 10,0
Kegunaan
: Sebagai indicator
: Oleum cocos
Nama lain
: Minyak kelapa
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
kering
keras
rapuh
dan
menunjukkan
karbondioksida.
: Sangat mudah larut dalam air dan dalam
Penyimpanan
etanol
95%P
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
: zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
III.1
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan fenomena distribusi
asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air serta dalam pelarut minyak kelapa
yang tidak saling bercampur dengan cara memperbandingkan persen kadar
minyak dengan persen kadar air. Pelarut yang digunakan adalah air dan minyak,
kedua pelarut ini tidak dapat larut satu sama lain dan sampel dapat larut dalam
kedua pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena pada minyak terdapat karbon
sehingga menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak memiliki
momen dipol.
Pada percobaan ini digunakan dua sampel yaitu asam borat dan asam
benzoat. Mula-mula ditimbang asam benzoat dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan kedalam corong pisah
ditambAahkan minyak kelapa dikocok-kocok beberapa menit, kemudian
didiamkan selama 10-15 menit hingga campuran memisah satu sama lain.
Dipisahkan fase air dari fase minyak dengan menampung dalam erlenmeyer
ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1M dan mengalami titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna dari warna bening menjadi warna merah muda. Dilakukan
perlakuan yang sama dalam fenomena asam borat, namun pada percobaan ini
asam borat terjadi kesalahan, alat yang digunakan telah terkontaminasi oleh
larutan lain sehingga mengalami perubahan warna sebelum dititrasi dengan
NaOH.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Asam benzoat yang di titrasi dengan NaOH mengalami
perubahan warna bening menjadi warna merah muda
b. Asam borat yang di titrasi dengan NaOH mengalami perubahan
warna bening menjadi warna merah muda.
VI.2 Saran
a. Untuk Laboratorium
Praktikan sangat mengharapkan agar alat-alat praktikum segera di
lengkapi, agar dapat memudahkan dalam kelancaran praktikum.
b. Untuk Asisten
Dalam memberikan arahan ke pada praktikan sudah baik sehingga
praktikum dapat berjalan lancar.
Praktikum Ke-5
PH dan Dapar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH dengan penambahan
sedikit asam, basa, dan pengenceran oleh air di sebut larutan penyangga (buffer).
Larutan penyangga dapat dibuat dari campuran asam lemah dan basa
konjugasinya serta basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga dapat
pula dibuat dari capuran asam atau basa kuat dengan basa atau asam lemah,
dengan ketentuan jumlah asam tau basa lemahnya harus lebih besar dari basa atau
asam kuatnya.
Ada beberapa fungsi dari larutan penyangga, salah satunya dalam bidang
kesehatan. Dalam bidang farmasi (obat-obatan), banyak zat aktif yang harus
berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat
aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali.Untuk obat suntik atau obat tetes
mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. Obat
tetes mata harus memiliki pH yang sesuai dengan pH air mata agar tidak
menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu juga obat
suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau
asidosis pada darah.
Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan pH dan larutan buffer agar sebagai
mahasiswa farmasi kita dapat mengetahui dan menerapkan prinsip pH dan larutan
buffer ini dalam pembuatan sedian-sedian farmasi, pembuatan obat, dan lain-lain.
Serta percobaan ini sebagai dasar untuk percobaan-percobaan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
1. Asam-Basa
Asam dan basa adalah sifat kimia suatu zat yang sangat penting
untuk diketahui. Ada tiga teori dasar mengenai asam dan basa, yaitu :
a. Arrhenius (1888)
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi
menghasilkan ion H+.
c. Lewis (1923)
Asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan
elektron bebas (akseptor elektron) dalam reaksi kimia. Basa adalah
suatu spesies yang dapat memberi pasangan elektron (donor
pasangan elektron).
basa
c. pH meter
pH meter adalah suatu voltmeter elektronik dengan resistant input
yang tinggi. pH meter merupakan alat untuk mengukur pH suatu
larutan dengan tingkat ketelitian yang tinggi (Sastrohamidjojo, 2008:
201).
pH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan
suatu zat yang larut dalam air (Dirjen POM, 1979 : 756).
2. Larutan Penyangga
a. Pengertian Larutan Penyangga
Suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar
ketika ion-ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika
larutan
itu
diencerkan,
disebut
larutan
penyangga(Day
dan
NR/NL
RM/BM
: C6H8.7H20/210,14
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan
Penyimpanan
jernih,
tidak
berwarna
,tidak
: NATRIISUBCARBONAS/Natruim
bikarbonat
: NaHCO3/84,01
Kelarutan
Penyimpanan
Pemerian
BAB III
METODE KERJA
III.1
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Gambar
a. Gambar kelompok I
b.Gambar kelompok II
IV.2 Perhitungan
1.
Kelompok I
a. Larutan asam sitrat : 21,01 gram dalam 1000 ml aquadest
Larutan asam sitrat : 4,2 gram dalam 200 ml aquadest
b. Larutan Na.Bikarbonat : 29,41dalam 1000 ml aquadest
Larutan Na.Bikarbonat : 5,9 gram dalam 200 ml aquadest
X Larutan = stok A(x) + Larutan stok B(y) = pH 6
3,3 +
17
= pH 4
2. Kelompok II
a. Larutan asam sitrat : 21,01 gram dalam 1000 ml aquadest
Larutan asam sitrat : 4,2 gram dalam 200 ml aquadest
b. Larutan Na.Bikarbonat : 29,41dalam 1000 ml aquadest
Larutan Na.Bikarbonat : 5,9 gram dalam 200 ml aquadest
X Larutan = stok A(x) + Larutan stok B(y) = pH 6
9,6 +
4,5
= pH 6
3. Kelompok III
a. Larutan asam sitrat : 21,01 gram dalam 1000 ml aquadest
Larutan asam sitrat : 4,2 gram dalam 200 ml aquadest
b. Larutan Na.Bikarbonat : 29,41dalam 1000 ml aquadest
Larutan Na.Bikarbonat : 5,9 gram dalam 200 ml aquadest
X Larutan = stok A(x) + Larutan stok B(y) = pH 6
8
+
35
= pH antara 8 dan 9
4. Kelompok IV
a. Larutan asam sitrat : 21,01 gram dalam 1000 ml aquadest
Larutan asam sitrat : 4,2 gram dalam 200 ml aquadest
b. Larutan Na.Bikarbonat : 29,41dalam 1000 ml aquadest
Larutan Na.Bikarbonat : 5,9 gram dalam 200 ml aquadest
X Larutan = stok A(x) + Larutan stok B(y) = pH 6
46,5
+
3,5
= pH 3
BAB V
PEMBAHASAN
Percobaaan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai metode penentuan
pH, menentukan keasaman dan kebasaan suatu larutan sampel dengan
menggunakan metode pengukuran pH tertentu serta memahami cara kerja dari
sistem buffer. Dapar adalah campuran senyawa yang mendapatkan perubahan pH
terhadap penambaham sedikit asam atau basa.
Adapun cara kerja dalam percobaan ini yaitu yang pertama untuk
menentukan nilai pH dengan disiapkan alat dan bahan yang akan dibuat,
ditimbang asam sitrat sebanyak 4,2 gram lalu dilarutkan dalam 200 ml aquadest,
ditimbang natrium bikarbonat sebanyak 5,9 gram lalu dilarutkan dalam 200 ml
aquadest, kemudian diambil larutan asam sitrat sebanyak 46,5 ml lalu dimasukan
ke dalam gelas beaker yang bersih,kemudian ditambahkan larutan bikarbonat
sebanyak 3,5 ml, larutan dapar tersebut diaduk hingga homogen, selanjutnya
diukur larutan dapar tersebut dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam larutan
tersebut dan ditentukan pH dengan menggunakan indikator universal.
Dari hasil percobaan larutan buffer diperoleh hasil bahwa pH asam
sitrat+natrium bikarbonat yaitu hasil yang diperoleh dari percobaan tidak sesuai
dengan literatur, karena berdasarkan hasil perhitungan, untuk ph=6 maka didapat
hasil X( asam sitrat) Yaitu 8 ml yang kemudian ditambahkan larutan Y(natrium
bikarbonat) yaitu 35 ml.
Adapun faktor kesalahan yaitu terlalu banyak natrium bikarbonat sehingga
menghasilkan antara pH 8 dan pH 9.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Dalam percobaan ini, larutan buffer diukur phnya dengan menggunakan
indikator universal
VI.2 Saran
a. Untuk laboratorium
Diharapkan agar kekompakan pada praktikum diperhatikan agar dalam
melakukan percobaan tidak ada kesulitan atau hambatan yang dapat
dihadapi
b. Untuk praktikum
Diharapkan lebih memperhatikan pada saat asistensi menjelaskan agar
tidak lagi kebingungan dalam melakukan percobaan
Praktikum Ke-6
KINETIKA REAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
Kinetika kimia merupakan bagian ilmu kimia fisika yang mempelajari
lajureaksi
kimia,
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya
serta
penjelasan
misalnya
reaksi
fotosintesis
dan
reaksi-
reaksi
permukaan. Reaksi semacam ini dikatakan berorde reaksi nol. Contoh reaksi yang
berorde nol misalnyapenguraian amoniak pada permukaan katalis wolfram
(Endang, 2007).
Beberapa prinsip dan proses laju dalam bidang kefarmasian antara lain ;
(1)kestabilan dan tak tercampurkan proses laju umumnya adalah sesuatu yang
yangmenyebabkan ketidakaktifan obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia
yangkurang diinginkan dari obat tersebut;
(2) Disolusi, disini diperhatikan terutamakecepatan berubahnya obat dalam
bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutanmolekular;
(3) proses absorbsi, distribusi, eliminasi beberapa proses ini
berkaitandengan laju absorbsi obat kedalam tubuh, laju distribusi obat dalam
tubuh dan lajupengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai factor,
sepertimetabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalurjalurpelepasan;
(4) kerja obat pada tingkat molecular obat dapat dibuat dalam bentuk
yangtepat dengan menganggap timbulnya respons dari obat merupakan suatu
proses laju(Martin, 1993).
Para pembuat obat harus tahu waktu paruh obat. Waktu paruh suatu obat
dapatmemberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya
obat
ataukecepatan
degregasi
kimiawinya.
Panas,
asam-basa,alkali-
yaitu
terurainya
zat/obat
tersebut
dipercepat
dengan
1. Metode
Subtitusi.Data
yang
terkumpul
dari
hasil
pengamatan
konsentrasi
awal.Waktu
paruh
reaksi
orde-pertama
atas
memperlihatkan
bahwa
waktu
paruh
suaut
reaksi
halini
menunjukkan
reaksi
dalam
kondisi
mendekati
diperoleh
semakin
besar,
hal
inimenunjukkan
bahwa
jumlah
katalis
RM /BM
: C9H8O4/ 180,16
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
: analgetika,antipirektikum
: NATRII CITRAS
RM/BM
: C6H5NO3O7.2H2O/ 294,10
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
antikoagulan
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan
jernih,
tidak
berwarna
,tidak
Penyimpanan
keras
rapuh
dan
menunjukkan
karbondioksida.
: Sangat mudah larut dalam air dan dalam
Penyimpanan
etanol
95%P
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
: zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan
a. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mortir dan stamper,gelas
ukur,Erlenmeyer,timbangan digital,oven,vial,buret,statif,aluminium
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu Natrium sitrat,quadest,larutan
NaOH 0,1 N, Asetosal,Indikator fenoftalein
III.2 Cara kerja
a. Pembuatan larutan baku NaOH 01 N
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil larutan NaOH 20% sebanyak 100 ml diadkan dengan
aquadest 500 ml
3. Ditimbang asam oksalat 0,5 gram dilarutkan dengan aquadest
sampai 100 ml sampai larut
4. Dibilas buret dengan aquadest yang akan dipakai lalu buret
dipasang kemudian diisi larutan NaOH kedalam buret sampai batas
50 ml
5. Dimasukkan 25 ml larutan asam oksalat kedalam Erlenmeyer
ditambahkan indikator fenoftalein 2-3 tetes
6. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH dari buret sampai
terbentuk warna merah muda
7. Dicacat volume NaOH yang digunakan
8. Dilakukan standarisasi sebanyak 3 kali
b. Pembuatan asetosal
1. Disiapkan alat dan bahan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1.Gambar
Kelompok I
Gambar I
Ket:
Waktu
: 60 menit
Suhu : 50
Volumw titrasi:3 ml
Gambar II
Kelompok III
Gambar 1.
Gambar 2.
Waktu
: 180 menit
Suhu
: 700C
Volume titrasi : 4 ml
Kelompok IV
Gambar I.
waktu
: 60 menit
Suhu
: 700C
Waktu
: ( 120 menit )
Suhu
: 700C
Volume titrasi : 4 ml
Gambar III
Waktu
: 70 menit
Suhu
: 700C
Volume titrasi : 4 ml
IV.1Tabel pengamatan
No.
Vial
Suhu
Waku
Volume
Keterangan
titrasi
1.
700C
60 menit
4,5 ml
Terjadi perubahan
warna
2.
II
700C
III
120
4 ml
menit
3.
70 C
180
menit
IV.2 Perhitungan
1) Kelompok 1
Terjadi perubahan
warna
4 ml
Terjadi perubahan
warna
massa
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
= (8 x 0,1) 0,01
= 0,8 0,01
= 0,78
a. Vial I (waktu 60 menit)
massa
x=
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
= (6,25 x 0,1) 0,01
= 0,615
b. Vial I (waktu 60 menit)
massa
x=
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
= (3,5 x 0,1) 0,01
= 0,35 0,01
= 0,34
Kelompok 2
Vial I (waktu 60 menit)
x=
massa
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
y
a. Vial II(waktu 120 menit)
massa
x=
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
b. Vial III(waktu 180 menit)
massa
x=
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
1. Kelompok 3
Vial I (waktu 60 menit)
x=
massa
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
y = (3,5 x 0,1) 0,013
= 0,35 0,013
= 0.337
Vial II (waktu 120 menit)
massa
x=
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
y = (20 x 0,1) 0,013
y = 1,2
Vial III(waktu 180 menit)
massa
x=
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
y = (0,04 x 0,1) - 0,013
y = 0,04 0,013
y = 0,027
Kelompok IV
Vial III(waktu 60 menit)
x=
massa
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
=(4,5 x 0.1) 0,01
= 0,45 0,01
= 0,44
Vial III(waktu 120 menit)
x=
massa
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
=(4 x 0,1) 0,1
= 0,4 0,1
= 0,3
Vial III(waktu 180 menit)
x=
massa
Bm
2,5
= 180,16
= 0,01
y = mmol NaOH x
= (4 x 0,1) 0,1
= 0,4 0,1
= 0,3
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami
kinetika reaksi suatu larutan yang jika ditambahkan zat lain akan menghasilkan
produk baru dengan suhu yang sama dan waktu berbeda.
Pada percobaan ini digunakan Asetosal (tablet aspilet) dan Natrium sitrat
dengan menggunakan larutan baku NaOH untuk penitrasian.Langkah awal yang
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Pertama yang
dibuat adalah larutan baku NaOH 0,1 N.Diambil larutan NaOH 20% sebanyak
100 ml diadkan dengan aquadest 500 ml,kemudian ditimbang asam oksalat 0,5
gram dilarutkan dengan aquadest 100 ml,sampai larut kemudian larutan NaOH
Jadi dapt disimpulkan bahwa pada vial I,II,dan III mengalami kinetika
reaksi.
BAB VI
PENUTUP
V1.1 KESIMPULAN
a. Larutan asetosal (tablet aspilet) dengan natrium sitrat yang digunakan
untuk melarutkan asetosal dan larutan NaOH 0,1 untuk penelitian
b. dari hasil percobaan disimpulkan bahwa ketiga hal yang dititrasi NaOH
0,1 N mengalami perubahan warna meskipun vial ke II
sedikit perubahan warna dikarenakan kurang penelitian.
V1.2 SARAN
a. untuk laboratorium
mengulangi
Praktikum Ke-7
STABILITAS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat
atau sediaan farmasi biasanya. Diproduksi
memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan
. penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua batak ,pertama kali adalah
stabilitas dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan
dari bahan kimia dan kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti
stabilitas
berdasarkan
penguraian
obat
copilet
oleh
bertambahnya suhu
I.3 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat pada
suhu
50oC,70oC,80oC
Tes daya tahan waktu panjang yang mengantarkan bahwa obat selama
ruang waktu yang diminati disimpan di bawa persyaratan penyimpanan
(suhu, cahaya, udara dan kelembapan) yang dituntut atau diharapkan di
dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan dalam jarak waktu yang
cocok dan pada akhir percobaan dikontrol kandungan bahan obat atau nilai
efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun sifat sensoris dan keadaan
galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika.
tinggi
NR/NL
RM/BM
: C9H8O4/ 180,16
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
: Analgetikum,Antipiretikum
RM/BM
: C6H5Na3O72H2O/294,10
Pemerian
: Hablur tidak
putih
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
: Antikoagulan
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan
Penyimpanan
jernih,
tidak
berwarna
,tidak
keras
rapuh
dan
menunjukkan
karbondioksida.
: Sangat mudah larut dalam air dan dalam
Penyimpanan
etanol
95%P
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
: zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
c. Alat
Mortir
20
ml
larutan
oksalat
kedalam
erlenmeyer
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Vial 1
Waktu : 60 menit
Suhu
: 50oC
Volume titrasi: 3 ml
Vial II
Waktu : 60 menit
Suhu : 80OC
Volume titrasi: 3,5 ml
Vial III
Waktu : 60 menit
Suhu : 80OC
Volume titrasi: 5 ml
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan bertujuan untuk kestabilan obat aspilet pada
suhu yang berbeda yakni pada suhu 50oC,70oC dan 80oC. Dalam waktu yang sama
selama 1 jam maksud dilakukannya fariasi suhu tersebut agar diketahui pada suhu
berapa suatu sediaan yang optimal dapat stabil.
Pada praktikum kali ini diawali dengan pembuatan larutan baku NaOH
0,1N larutan NaOH dibuat dengan cara diambil larutan NaOH 20% sebanyak 100
ml. Kemudain diadkan aquades 500 ml kemudian dimasukkan larutan baku
kedalam buret sampai batas 50 ml. Kedua dibuat yaitu asam oksalat 0,1N ,larutan
asam oksalat dibuat dengan cara ambil 0,5 g asam oksalat, kemudian dilarutkan
dengan aquades 100 ml sampai larut. Setelah itu diambil 25 ml asam oksalat
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. Lalu ditambahkan indikator PP 2-3 tetes
kemudian dititrasi 0,1N sampai terbentuk warna merah mudah setelah berubah
warna,catat volume NaOH yang digunakan. Dan lakukan standarisasi sebanyak 3
kali. Dilanjutkan dengan pembuatan asetosal (aspilet),tahap pertama yang
dilakukan yaitu ditimbang Na sitrat sebanyak 3 g dan buat larutan jenuh dalam air
hangat, Lalu didinginkan kemudian ditimbang asetosal 2,5 g lalu larutkkan
dengan larutan natrium sitrat sedikit demi sedikit dan diadkan sampai 10 ml
aquades. Setelah itu disiapkan 3 botol vial dan masukkan larutan masing-masing
dan dibungkus aluminium foil. Setelah itu dimasukkan kedalam oven selama 1
jam dengan suhu yang berbeda yaitu vial 1 suhu 50 oC,vial 2 suhu 70oC dan vial 3
suhu 80oC. Setelah pemanasan 1 (50oC) dikeluarkan dan didinginkan setelah
dingin dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dititrasi dengan indikator PP 2-3 tetes
kemudian di titrasi dengan larutan NAOH 0,1 N sampai terjadi TAT / sampai
terjadi perubahan warna. Begitu pula dengan suhu 700C dan 80oC.
Dari percobaan tersebut di dapatkan hasil yaitu pada suhu 50 oC volume
titrasinya yaitu 3 ml, suhu 70oC volume titrasinya yaitu 3,5 ml dan suhu 80 oC
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
suatu sediaan (larutan asetosal) maka akan semakin hilang kestabilannya.
VI.2 Saran
a. Diperlukan kerja sama dan kekompakan agar praktikum berjalan dengan
lancar.
b. Sebaiknya selama praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2014.Penuntun praktikum FARMASI FISIKA I.Universitas Muslim
Indonesia.Makassar.
Ansel, C Howard, 2006. Kalkulasi Farmasetik. EGC : Jakarta.