Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PERCOBAAN I
MASSA JENIS DAN MASSA JENIS

NAMA MAHASISWA :
1. ANDI CHAERUL ALIM
2. ANDI ARYANTO
3. AINUN ISMAYANTI
4. ANNISA RATNA DIRA
5. ADE YUDISTIRA
6. ELLY IRMA SUNARYO
7. GUSNAENI
8. HAJRAH
9. HARLITA APRILIA
10. HUSNAYAIN
11. ISMA WATI
12. MERY LUSI TANIA
KELOMPOK :2
KELAS : DIII.1.A
PEMBIMBING : DWI RACHMAWATY D, S.Farm,M.Kes

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Massa jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Bobot jenis adalah suatu
besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan volume (ml),
jadi satuan bobot jenis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis
tidak memiliki satuan.
Density merupakan salah satu dari sifat intesif. Dengan kata lain,
kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu
senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil
kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan massa suatu
senyawa, kerapatannya makin besar. Kerapatan dan bobot jenis dari tiap
senyawa berbeda-beda. Berdasarkan pada teori ini mka dilakukanlah
percobaan penentuan bobot jenis suatu larutan.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang
calon farmasis karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui
kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang bentuk larutan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenissuatu zat, maka akan
mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka ia dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau
tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari
penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.

B. Tujuan percobaan
Menenntukan bobot jenis dan rapat jenis dari air suling, gliserin,
parafin, alkohol, minyak goreng, dengan menggunakan piknometer dan
hidrometer.

C. Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui dan memahami cara penetapan bobot jenis dan
rapat jenis dari air suling, gliserin, parafin, alkohol, dan minyak goreng
dengan menggunakan piknometer dan hidrometer.

D. Prinsip Percobaan
Menetapkan massa jenis dan bobot jenis suatu larutan dengan
menggunakan piknometer dan hidrometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Massa jenis suatu zat adalah perbandingan antara massa zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific
grafity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu
(biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). untuk bidang farmasi,
biasanya 25o/25o. (Ditjen POM, 1995)

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan


bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain,
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. bila suhu ditetapkan dalam
monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat diudara pada suhu yang
di tetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu
25o C zat terbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telahh tertera
pada masing-masing monografi dan mengacu pada air yang tetap pada suhu
25oC. (Ditjen POM, 1995)

Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan


dalam desimal, dari suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang
sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang
telah diketahui. air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen
atau udara untuk gas. dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama
menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau


tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering
didefinisikan sebagai perbandingan yang massa dari suatu zat terhadap massa
sejumlah volume air pada suhu 4o C atau temperature lain yang telah
ditentukan (Martin, 1993).

Metode penentuan untuk cairan :

a. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkann atas ketentuan massa cairan
danpenetuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada
sekitar isi ruang 30 ml.

b. Metode Neraca Hidrostatik


Metode ii berdasaarkan hokum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar barat volume cairan
yang terdesak.

c. Metode Mohr-westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal adalah
penggunaan waktu yang singkat dan mudah dilakukan.

d. Metode Areometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan
benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung
gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.

B. Uraian Bahan
1. Air Suling (FI III Hal. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

Bj literatur : 0,9-1
2. Alkohol (FI III Hal. 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol, Alkohol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P


dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai sampel

Bj literatur : 0,812-0,816

3. Gliserin (FI III Hal. 271)

Nama Resmi : GLYCEROLUM

Nama Lain : Gliserol, Gliserin

RM : C3H8O3

Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak


berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopik.
Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 20̊.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol


(95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai sampel

Bj literatur : 1,255-1,260
4. Parafin Liq (FI III Hal. 474)

Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama Lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak


berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak
mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai sampel

Bj literatur : 0, 870-0,890

5. Minyak Kelapa (FI III Hal. 456)

Nama Resmi : OLEUM COCOS

Nama Lain : Minyak Kelapa

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau


khas, tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60̊;


sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter
P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahay, di


tempat sejuk.

Kegunaan : Sebagai sampel

Bj literatur : 0,940-0,950
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan :
a. Piknometer
b. Hidrometer
c. Termometer
d. Gelas Ukur 250 ml
e. Gelas Kimia

2. Bahan yang digunakan :


a. Aquadest
b. Alkohol
c. Gliserin
d. Parafin
e. Minyak Kelapa

B. Prosedur Kerja
a) Mengukur Massa Jenis Menggunakan Piknometer
1. Dibersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air
dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest, bilas dengan pelarut
aseton atau alcohol 96%
2. Dipanaskan piknometer pada suhu 100̊C selama 1 jam, kemudian
masukkan ke dalam eksikator sampai dingin. Timbang dalam neraca
analitik (bobot a gram).
3. Diisikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer hingga
penuh.
4. Seluruh piknometer mencapai derajat 20̊ menggunakan thermometer.
5. Setelah suhu mencapai tepat 25̊ segera piknometer ditutup dan lap
dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang secara teliti
menggunakan neraca analitik (bobot b gram).
6. Dihitung bobot jenis = (b - a) g
Vol (ml)
b) Mengukur Massa Jenis Menggunakan Hidrometer
1. Diambil gelas ukur volume 250 ml, selanjutnya masukkan cairan yang
akan diukur.
2. Dicari literatur di pustaka bobot jenis masing-masing sampel
3. Dipilihlah hidrometer yang sesuai dengan BJ di pustaka
4. Hidrometer yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu
5. Dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi cairan yang akan
diperiksa
6. Dicatat angka yang bertanda tepat dipermukaan cairan. Angka tersebut
menunjukkan bobot jenisnya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan
 Piknometer
Nama Volume Berat Berat
Sampel Piknometer Pikno Pikno+
No (ml) Kosong Sampel MJ BJ
(gram) (gram)

1. Aquadest 50 ml 25,78 g 49,39 g 0,987 1


g/ml
2. Parafin 25 ml 15,92 g 37,22 g 0,852 0,862
g/ml
3. Ol. Cocos 10 ml 13,42 g 22,18 g 0,876 0,886
g/ml
4. Gliserin 25 ml 18,39 g 46,29 g 1,116 1,130
g/ml
5. Alkohol 50 ml 25,85 g 66,01 g 0,803 0,813
g/ml

 Hidrometer
No Nama Sampel BJ (Pustaka) BJ Percobaan
1. Aquadest 0,9 – 1 0,955
2. Parafin 0,870 – 0,890 0,815
3. Ol. Cocos 0,940 – 0,950 0,875
4. Gliserin 1,255 – 1,260 1,500
5. Alkohol 0,812 – 0,816 0,780
B. Pembahasan
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Dalam praktikum kali ini yaitu menentukan massa jenis dan bobot jenis
dari aquadest, gliserin, parafin, alkohol dan minyak goreng dengan
menggunakan piknometer dan hydrometer.
Pertama-tama piknometer harus terlebih dahulu dibersihkan dengan
aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan
piknometer kosong tadi, dan menghilangkan sisa dari pembersihan, karena
biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong yang
juga akan mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Pada saat pengisian sampel harus melalui bagian dinding dalam
piknometer untuk menghindari terjadinya gelembung udara.
Keuntungan dari bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah
mudah dalam pengerjaan, kerugiannya berkaitan dengan ketelitian
penimbangan.
Pada percobaan kali ini didapat berat aquadest 49,39 gram; parafin 37,22
gram; Ol. Cocos 22,18 gram; gliserin 46,29 gram; alkohol 66,01 gram dan
massa jenis diperoleh aquadest 0,987 g/ml; parafin 0,852 g/ml; Ol. Cocos
0,876 g/ml; gliserin 1,116 g/ml; alkohol 0,803 g/ml.
Pada metode hydrometer, pertama-tama yang harus dilakukan yaitu
disiapkan hydrometer, lalu masukkan masing-masing sampel kedalam gelas
ukur sebanyak 250 ml. Kemudian gelas ukur yang telah diisi sampel tadi
dicelupkan hydrometer.
Pada metode ini, didapat bobot jenis percobaan aquadest 0,955; parafin
0,815; Ol. Cocos 0,875; gliserin 1,500; alkohol 0,780. Sedangkan pada bobot
jenis (pustaka) aquadest 0,9 – 1; parafin 0,870 – 0,890; Ol. Cocos 0,940 –
0,950; gliserin 1,255 – 1,260; dan alkohol 0,812 – 0,816.
Prinsip kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa
tersuspensi pada fluida akan didukung oleh kekuatan sama dengan berat fluida
yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
lebih jauh hydrometer akan tenggelam.
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hydrometer lebih cepat dari
pada penentuan massa jenis dengan menggunakan piknometer, tetapi biasanya
dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat. Terdapat sedikit perbedaan berat
jenis dari literatur dengan berat jenis yang diperoleh di dalam praktikum. Hal
ini mungkin dikarenakan kurang teliti dalam menimbang piknometer beserta
zat cair dan zat padatnya.
Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan tetesan pada dinding alat
yang dibersihkan pada sampel minyak (karena sifat minyak yang sukar
dibersihkan dengan air), sehinga hal tersebut dapat mempengaruhi hasil
penimbangan piknometer kosong yang akhirnya juga mempengaruhi nilai
berat jenis sampel. Dan pada pengisiannya harus melalui bagian dinding
dalam piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara.
Ada banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat jenis suatu zat
seperti temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi berat jenisnya,
demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan
senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung berat jenisnya. Oleh
karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu
25º C ( suhu kamar ). Adapun massa jenis jika zat mempunyai massa yang
besar maka kemungkinan berat jenisnya juga menjadi lebih besar dan volume
zat juga terpengaruh. Jika volume zat besar maka berat jenisnya akan
berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel
dari zat, berat molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat digunakan
dalam berbagai hal untuk menentukan suatu zat antara lain untuk menentukan
kemurnian suatu zat, mengenal keadaan zat dan utnuk menunjukkan
kepekatan larutan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pada metode piknometer diperoleh berat aquadest 49,39 gram; parafin


37,22 gram; Ol. Cocos 22,18 gram; gliserin 46,29 gram; alkohol 66,01
gram dan untuk massa jenis diperoleh aquadest 0,987 g/ml; parafin 0,852
g/ml; Ol. Cocos 0,876 g/ml; gliserin 1,116 g/ml; alkohol 0,803 g/ml.
2. Pada metode hydrometer, didapat bobot jenis percobaan aquadest 0,955;
parafin 0,815; Ol. Cocos 0,875; gliserin 1,500; alkohol 0,780.

Terdapat sedikit perbedaan berat jenis dari literatur dengan berat jenis
yang didapatkan secara praktek hal ini mungkin dikarenakan kurang teliti
dalam menimbang piknometer beserta zat cair dan zat padatnya atau zat
yang sudah mengalami penambahan kemurnian.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan praktikum, agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat,


Terjamahan
Oleh Farid Ibrahim. UI Press: Jakarta.

Arisanty, dkk. 2018. Penuntun Pratikum Farmasi Fisika. Poltekkes Kemenkes:


Makassar

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.

Martin, A. 1990. Farmasi fisik I. UI-Press : Jakarta.

http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/04/25/bobot-jenis-dan-rapat-jenis
LAMPIRAN

A. Perhitungan
 Metode Piknometer
1. Aquadest
Pikno Kosong (A) = 25,78 g
Pikno + Sampel 1 = 75,17 g
Pikno + Sampel 2 = 75,17 g
Pikno + Sampel 3 = 75,17 g
Volume Pikno (C) = 50 ml
Rata-rata (B) = 75,17 g + 75,17 g + 75,17 g
3
= 75,17 g1

MJ = ( B- A ) = ( 75,17 – 25,78 ) = 0,987 g/ml


C 50 ml

2. Parafin
Pikno Kosong (A) = 15,92 g
Pikno + Sampel 1 = 37,22 g
Pikno + Sampel 2 = 37,23 g
Pikno + Sampel 3 = 37,22 g
Volume Pikno (C) = 25 ml
Rata-rata (B) = 37,22 g + 37,23 g + 37,22 g
3
= 37,22 g

MJ = ( B- A ) = 37,22 g – 15,92 g = 0,852


C 25 ml

3. Ol. Cocos
Pikno Kosong (A) = 13,42 g
Pikno + Sampel 1 = 22,18 g
Pikno + Sampel 2 = 22,17 g
Pikno + Sampel 3 = 22,19 g
Volume Pikno (C) = 10 ml
Rata-rata (B) = 22,18 g + 22,17 g + 22,19 g = 22,18 g
3
MJ = ( B- A ) = 22,18 – 13,42 = 0,876 g/ml
C 10 ml

4. Gliserin
Pikno Kosong (A) = 18,39 g
Pikno + Sampel 1 = 46,34 g
Pikno + Sampel 2 = 46,29 g
Pikno + Sampel 3 = 46,26 g
Volume Pikno (C) = 25 ml
Rata-rata (B) = 46,34 g + 46,29 g + 46,26 g
3
= 46,29 g

MJ = ( B- A ) = 46,29 – 18,39 = 1,116 g/ml


C 25 ml

5. Alkohol
Pikno Kosong (A) = 25,85 g
Pikno + Sampel 1 = 66,01 g
Pikno + Sampel 2 = 65,01 g
Pikno + Sampel 3 = 67,01 g
Volume Pikno (C) = 50 ml
Rata-rata (B) = 66,01 g + 65,01 g + 67,01 g = 66,01 g
3

MJ = ( B- A ) = 66,01 – 25,85 = 0,803 g/ml


C 50 ml

 Metode Hydrometer
1. Aquadest
1
= 0,950 + (10 × 0,050)
= 0,950 + 0,0050
= 0,955

2. Parafin
3
= 0,80 + (10 × 0,050)
= 0,80 + 0,015
= 0,815

3. Ol. Cocos
5
= 0,850 + (10 × 0,050)
= 0,850 + 0,025
= 0,875

4. Gliserin
4
= 1,100 + (10 × 0,100)
= 1,100 + 0,400
= 1,500

5. Alkohol
6
= 0,750 + (10 × 0,050)
= 0,750 + 0,030
= 0,780

Anda mungkin juga menyukai