Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA II
UJI KELARUTAN

NAMA ANGGOTA :

1. Apriyantinor Utami (201610410311060)


2. Intan Kartika Sari (201610410311083)
3. Intan Fudariastuti (201610410311197)
4. Muhammad Syaifuddin H. (201610410311208)
5. Lailatul Wahyuni (201610410311200)
6. Novia Dara Puspita (201610410311226)
7. Zahrah Tatta R. (201610410311234)
8. Adrinta Prahatia Putri (201610410311239)

KELAS : FARMASI E

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Uji Kelarutan” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.
Laporan ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
laporan ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga laporan ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.

Malang, 24 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
I. TUJUAN PERCOBAN....................................................................................4
II. TEORI UMUM.................................................................................................4
III. ALAT DAN BAHAN...................................................................................6
IV. PROSEDUR KERJA....................................................................................9
V. DATA DAN PERHITUNGAN......................................................................10
V.I Pengukuran pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan parasetamol
10
V.II Perhitungan paracetamol terlarut..........................................................10
VI. TUGAS.......................................................................................................11
VII. PEMBAHASAN.........................................................................................14
VIII. KESIMPULAN...........................................................................................15
PUSTAKA.............................................................................................................16

3
I. TUJUAN PERCOBAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu unutk


:
- Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.
- Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
- Menjelaskan usaha-usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kelarutan zat aktif dalam pembuatan sediaan cair.

II. TEORI UMUM

Kuantitatif :
Kelarutn suatu zat dinyatakan sebagai kosentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.

Kualitatif :
Interaksi spontan dari dua atau lebih senyawa membentuk dispersi
molecular yang homogen.
Kelarutan senyawa dalam pelarut polar seperti air, sebagian besar
disebabkan oleh polaritas pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar
melarutkan senyawa-senyawa ionik dan senyawa polar lainnya. Di
samping momen dipol ikatan hidrogen antara senyawa dengan pelarut
ternyata berpengaruh dominan pada proses pelarutan senyawa polar dalam
air.
Kelarutan senyawa polar juga ditentukan oleh struktur senyawa
tersebut, yaitu perbandingan antara gugus polar dan gugus non polar
dalam senyawa. Apabila ada gugus polar tambahan dari dalam molekul
senyawa, seperti pada propilenglikol dan gliserin. Maka kelarutannya
dalam pelarut polar semakin meningkat.

4
Pelarut semi-polar propilenglikol dan etanol, dapat menginduksi
molekul secara non polar dengan derajat polarisasi tertentu, sehingga dapat
larut dalam pelarut tersebut.
Dengan demikian unutk memperkirakan kelarutan suatu senyawa
perlu diperhatikan berbagai sifat yang menyebabkan terjadinya interaksi
timbal balik antara senyawa dengan pembawa seperti polaritas, tetapan
dielektrik, asosiasi, solvasi dan sebagainya. Timbulnya sifat-sifat tersebut
tergantung pada struktur molekul senyawa.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain
adalah :
 pH
 temperatur
 jenis pelarut
 bentuk dan ukuran partilel zat

Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan


gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai
gugus non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam air. Selain itu,
penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk
kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan
uretan dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi, 2009).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada
dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk
penjenuhan sempurna pada temperature tertentu (Martin, 1990).
Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat
terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada
temperature tertentu dan terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (SInco,
2005).

5
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Istikah Kelarutan
untk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
- Spektrofotometer UV-Vis
- Whaterbath shaker
- Erlenmeyer
- Labu ukur
- Pipet volume
- Mikropipet
- Gelas beker
- Batang pengaduk’
- Filter holder
- Membran filter 0,45 um

6
B. Bahan :
- Parasetamol (p.g)
- Gliserin (p.g)
- Proplilen glikol (p.g)
- Aquadest (air suling)

Uraian Bahan
 Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Namaresmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

 Propilen glikol (Ditjen POM, 1993 : 712)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM


Sinonim : Propilen glikol
RM/BM : C3H8O2 /76,09
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab
Kelarutan :dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut campuran

7
 Paracetamol

Sinonim : acetaminophenum, asetaminofen


RM/BM : C8H9NO2 /151,16
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit
Kelarutan :larut dalam 70 bagian air, daalm 7 bagian etanol
(95%) P, dalma 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol
P, larut dalam larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai analgetikum, antipiterik
(dalam percobaan sebagai zat aktif)

8
IV. PROSEDUR KERJA

A. Penentuan kelarutan
1. Ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut sebanyak 50,o ml
2. Gelas erlenmeyer ditempatkan pada waterbath shaker yang telah
dilengkapi dengan penangas air pada suhu konstan (35 ± 0.5º C)
3. Timbang parasetamol ± 1,5 gram, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang telah berisi pelarut (2).
4. Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh
larutan parasetamol jenuh ( sebelumnya dilakukan orientasi waktu
tercapainya kelarutan jenuh parasetamol dengan menggunakan
pelarut air).
5. Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan
diberikan dan didiamkan selama 10 menit.
6. Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak ± 3
ml lalu filter holder yang telah dilengkapi membran filter 0,45 μm
dipasang, semprit injeksi ditekan dan larutan ditampung kedalam
tabung injeksi.
7. Larutan tersebut dipipet sebanyak 10 μl, dimasukkan ke dalam labu
ukur 25,0 ml dan diencerkan secara kuantitatif.
8. Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer uv-vis pada panjang
gelombang 244nm.
9. Ditentukkan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku
yang tersedia.

B. Pembuatan larutan
1. Buat larutan parasetamol dengan kadar 2,0 sampai 10,0 ppm
2. Amati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum (244nm)
3. Buat kurva baku (kadar vs absorban) dan gaya regresi Y=bx + a
 Kurva baku parasetamol

9
 Persamaan garis Y = 0,06740x – 0,01610 ( r = 0,99928)

V. DATA DAN PERHITUNGAN

V.I Pengukuran pengaruh pelarut campur terhadap


kelarutan parasetamol

Tabel kelarutan parasetamol pada berbagai kadar pelarut campur (.....±


0,5℃ )

No. Pelarut Absorban Kadar Kadar X Kelarutan


(ppm) pengenceran
1. Aquadest 1 0,458 7,0341 17585,25 1 : 57
2. Aquadest 2 0,841 12,7166 31791,5 1 : 31
3. Propilenglikol 0,500 7,6573 19143,18 1 : 52
5%
4. Propilenglikol 0,592 9,0223 45111,28 1 : 22
10%
5. Propilenglikol 1,000 15,0757 74185170,62 1 :1
15%

V.II Perhitungan paracetamol terlarut

 Y=bx+a :
Y=0,06740x – 0,0610
 Kadar ( ppm )
 Aqua I : 0,458 = 0,06740.x – 0,01610
X= 7,0341
 Aqua Ii : 0,841 = 0,06740x – 0,01610
X = 12,7166
 PEG 5%: 0,500 = 0,06740x – 0,01610

10
X = 7,6573
 PEG 10%: 0,592 = 0,06740x – 0,01610
X = 9,0223
 PEG 15%: 1,000 = 0,06740x – 0,01610
X = 15,0757

VI. TUGAS

1. Sebutkan Bahan Obat yang Sukar Beserta Kelarutannya

No Nama bahan obat Air Etanol Lain- keterangan


lain
1 Leudopa 300 pH ml Alkali karbonat
2 Mentholum Sl 5 ml ml Paraffin liq
3 Meprobamalum 240 7 70 eter
4 Methylis parabenum 500 3,5 20 Air mendidih
5 Methlyis salicylas Sl Larut Larut Asam asetat glasial
6 Metronida zolum
7 Natrophin HCL Sl asl Larut Alkali hidroksida
8 Novobiocin kalium 300 8
9 Oestradioli benzoat pH Sl
10 Oleum cacao Sl Sl ml Kloroform-eter
11 Oleum lecoris aselli Sl ml Kloroform-eter
12 Oleum olivae Sl ml Kloroform-eter
13 Oleum sesami Sl ml Kloroform-eter
14 Phenazopyridin HCL Sl Sl
15 Procain benzylpenicillin 200 Larut Larut Chloroform
16 Acidum benzoicum 350 3 8 Chloroform
17 Acidum salicylicum 550 4 ml Kloroform-eter
18 Viomycin sulfat Sl
19 Vanillin Sl
20 Tropicamid Sl
21 Thiamin mononitras Sl
22 Thiamin HCL Sl
23 Theophylin 180 120
24 Sulfisomidin Sl Sl
25 Sulfanilamid 200 Sl
26 Sulfaguaianidin 1000 Sl

11
27 Sulfadimidin Sl 120
28 Sulfadimethoxin Sl
29 Stearylolalkohol Sl
30 Strychinin nitrat 150
31 Sorbitol Sl
32 Salicylamid Sl
33 Quinin sulfat 810
34 Piroxydin HCL Sl
35 Prednison Sl
 

2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Kelarutan


 Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat
tidak bergerak dan kecepatan pelarutan tergantung bagaimana
karakter zat padat tersebut menghambat dari dasar wadah. Zat
padat dan larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga
menjadi terbulent. Gaya sentrifus dari putaran cairan
mendorong partikel ke arah luar da atas.
 pH (Keasaman dan Kebasaan)
Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat obat ini
bereaksi dengan kelompok asam dan basa kuat serta dalam
jarak pH tertentu berada pada bentuk Ion yang biasanya larut
dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutanya elektrolit lemah
sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
 Suhu
Kenaikan temperatur menaikkan kelarutan zat padat yang
mengabsorbsi panas (proses endotermik) apabila dilarutkan.
Pengaruh ini sesuai dengan le Chtelier, yang mengatakan
bahwa sistem cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan cara
yang sedemikiqn rupa sehingga akan melawan suatu tantangan
misalnya kenaikan temperatur. Kelarutan dalam hal ini akan
turun dengan naiknya temperatur.

12
 Komposisi Cairan Larutan
Seringkali za pelarut lebih kuat dalam campuran pelarut dari
pada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut
bersama (kesolvensi) dan kombinasi pelarut menaikkan
kelarutan dari zat terlarut disebut kosolvent.
 Ukuran Partikel
Semaikin kecil ukuran partikel, maka semakin besar kelarutan
suatu bahan obat.
 Surfaktan
Obat bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut,
dapat dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan
dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat terlarut
dan mediumnya.
Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka
kecepatan kelarutan obat tergantung jumlah dan jenis surfaktan
yang digunakan. Para umumnya dengan adanya penambahan
surfaktan dalam suatu formula akan menambah kecepatan
pelarutan bahan obatnya.
(Lesson dan Cortenson,1974)
 PembentukAn Kompleks
Gaya antar molekular yang terlibat dalam pembentukan
kompleks adalah gaya Van der Waals dari dispersi, dipolar dan
tipe dipolarndiinduksi. Pembentukan kompleks penggunaannya
untuk perbaikan kelarutan, akan tetapi dapat juga menyebabkan
suatu perlambatan kelautan.
(Voight,1984)

13
VII. PEMBAHASAN

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat


terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut
tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh
adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya
dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi ketika zat
terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkan yang
biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Larutan tak jenuh terjadi
saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya.
Kelarutan paracetamol dalam air yaitu dalam 70 bagian air,
sehingga dapat dikategorikan dari tabel kelarutan “agak sukar larut” dalam
70 bagian air. Dari hasil percobaan paracetamol yang dilarutkan dengan
aqudest memiliki perbandingan kelarutan 1 : 57 dan 1 : 3, maka hasil
percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori. Sedangkan kelarutan
paracetamol denagan propilenglikol yaitu dalam 9 bagian, sehingga dapat
dikategorikan dari tabel kelarutan “mudah larut” dalam 9 bagian
propilenglikol. Dari hasil percobaan paracetamol yang dilarutkan
menggunakan propilenglikol dengan kadar yang berbeda yaitu 5%, 10%,
dan 15%, memiliki kelarutan yang berbeda, semakin tinggi kadar yang
diberikan maka paracetamol akan mudah larut, dapat dilihat pada data
propilenglikol dengan kadar 15% menghasilkan kelarutan 1 : 1, maka hasil
percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori.
Dari hasil percobaan terdapat larutan yang lewat jenuh yaitu pada
kadar propilenglikol 5% dan 10%, seandainya jika kadar yang diberikan
lebih besar maka zat dapat terlarut, dan hal ini terbukti pada pemberian
kadar propilenglikol 15%.

14
VIII. KESIMPULAN

 Semakin lama dan semakin tinggi suhu yang diberikan saat percobaan
yang di tempatkan pada waterbath shaker maka kelarutan zat semakin
besar
 Semakin besar kadar propilenglikol yang ditambahkan semakin tinggi
pula kelarutan suatu zat

15
PUSTAKA

1. Martin,A.,1993,Physical Pharmacy,4th ed.,Lea & Febiger,Phiadelphia,


London,p.324-361
2. Florence A.T., and Attwood D.,1998,Physicochemical Principles of
Pharmacy, 3rd Ed.The Macmillan Press Ltd.

16

Anda mungkin juga menyukai