FARMASI FISIKA II
UJI KELARUTAN
NAMA ANGGOTA :
KELAS : FARMASI E
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Uji Kelarutan” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.
Laporan ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
laporan ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga laporan ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
I. TUJUAN PERCOBAN....................................................................................4
II. TEORI UMUM.................................................................................................4
III. ALAT DAN BAHAN...................................................................................6
IV. PROSEDUR KERJA....................................................................................9
V. DATA DAN PERHITUNGAN......................................................................10
V.I Pengukuran pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan parasetamol
10
V.II Perhitungan paracetamol terlarut..........................................................10
VI. TUGAS.......................................................................................................11
VII. PEMBAHASAN.........................................................................................14
VIII. KESIMPULAN...........................................................................................15
PUSTAKA.............................................................................................................16
3
I. TUJUAN PERCOBAN
Kuantitatif :
Kelarutn suatu zat dinyatakan sebagai kosentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kualitatif :
Interaksi spontan dari dua atau lebih senyawa membentuk dispersi
molecular yang homogen.
Kelarutan senyawa dalam pelarut polar seperti air, sebagian besar
disebabkan oleh polaritas pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar
melarutkan senyawa-senyawa ionik dan senyawa polar lainnya. Di
samping momen dipol ikatan hidrogen antara senyawa dengan pelarut
ternyata berpengaruh dominan pada proses pelarutan senyawa polar dalam
air.
Kelarutan senyawa polar juga ditentukan oleh struktur senyawa
tersebut, yaitu perbandingan antara gugus polar dan gugus non polar
dalam senyawa. Apabila ada gugus polar tambahan dari dalam molekul
senyawa, seperti pada propilenglikol dan gliserin. Maka kelarutannya
dalam pelarut polar semakin meningkat.
4
Pelarut semi-polar propilenglikol dan etanol, dapat menginduksi
molekul secara non polar dengan derajat polarisasi tertentu, sehingga dapat
larut dalam pelarut tersebut.
Dengan demikian unutk memperkirakan kelarutan suatu senyawa
perlu diperhatikan berbagai sifat yang menyebabkan terjadinya interaksi
timbal balik antara senyawa dengan pembawa seperti polaritas, tetapan
dielektrik, asosiasi, solvasi dan sebagainya. Timbulnya sifat-sifat tersebut
tergantung pada struktur molekul senyawa.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain
adalah :
pH
temperatur
jenis pelarut
bentuk dan ukuran partilel zat
5
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Istikah Kelarutan
untk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
6
B. Bahan :
- Parasetamol (p.g)
- Gliserin (p.g)
- Proplilen glikol (p.g)
- Aquadest (air suling)
Uraian Bahan
Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Namaresmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
7
Paracetamol
8
IV. PROSEDUR KERJA
A. Penentuan kelarutan
1. Ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut sebanyak 50,o ml
2. Gelas erlenmeyer ditempatkan pada waterbath shaker yang telah
dilengkapi dengan penangas air pada suhu konstan (35 ± 0.5º C)
3. Timbang parasetamol ± 1,5 gram, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang telah berisi pelarut (2).
4. Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh
larutan parasetamol jenuh ( sebelumnya dilakukan orientasi waktu
tercapainya kelarutan jenuh parasetamol dengan menggunakan
pelarut air).
5. Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan
diberikan dan didiamkan selama 10 menit.
6. Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak ± 3
ml lalu filter holder yang telah dilengkapi membran filter 0,45 μm
dipasang, semprit injeksi ditekan dan larutan ditampung kedalam
tabung injeksi.
7. Larutan tersebut dipipet sebanyak 10 μl, dimasukkan ke dalam labu
ukur 25,0 ml dan diencerkan secara kuantitatif.
8. Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer uv-vis pada panjang
gelombang 244nm.
9. Ditentukkan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku
yang tersedia.
B. Pembuatan larutan
1. Buat larutan parasetamol dengan kadar 2,0 sampai 10,0 ppm
2. Amati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum (244nm)
3. Buat kurva baku (kadar vs absorban) dan gaya regresi Y=bx + a
Kurva baku parasetamol
9
Persamaan garis Y = 0,06740x – 0,01610 ( r = 0,99928)
Y=bx+a :
Y=0,06740x – 0,0610
Kadar ( ppm )
Aqua I : 0,458 = 0,06740.x – 0,01610
X= 7,0341
Aqua Ii : 0,841 = 0,06740x – 0,01610
X = 12,7166
PEG 5%: 0,500 = 0,06740x – 0,01610
10
X = 7,6573
PEG 10%: 0,592 = 0,06740x – 0,01610
X = 9,0223
PEG 15%: 1,000 = 0,06740x – 0,01610
X = 15,0757
VI. TUGAS
11
27 Sulfadimidin Sl 120
28 Sulfadimethoxin Sl
29 Stearylolalkohol Sl
30 Strychinin nitrat 150
31 Sorbitol Sl
32 Salicylamid Sl
33 Quinin sulfat 810
34 Piroxydin HCL Sl
35 Prednison Sl
12
Komposisi Cairan Larutan
Seringkali za pelarut lebih kuat dalam campuran pelarut dari
pada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut
bersama (kesolvensi) dan kombinasi pelarut menaikkan
kelarutan dari zat terlarut disebut kosolvent.
Ukuran Partikel
Semaikin kecil ukuran partikel, maka semakin besar kelarutan
suatu bahan obat.
Surfaktan
Obat bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut,
dapat dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan
dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat terlarut
dan mediumnya.
Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka
kecepatan kelarutan obat tergantung jumlah dan jenis surfaktan
yang digunakan. Para umumnya dengan adanya penambahan
surfaktan dalam suatu formula akan menambah kecepatan
pelarutan bahan obatnya.
(Lesson dan Cortenson,1974)
PembentukAn Kompleks
Gaya antar molekular yang terlibat dalam pembentukan
kompleks adalah gaya Van der Waals dari dispersi, dipolar dan
tipe dipolarndiinduksi. Pembentukan kompleks penggunaannya
untuk perbaikan kelarutan, akan tetapi dapat juga menyebabkan
suatu perlambatan kelautan.
(Voight,1984)
13
VII. PEMBAHASAN
14
VIII. KESIMPULAN
Semakin lama dan semakin tinggi suhu yang diberikan saat percobaan
yang di tempatkan pada waterbath shaker maka kelarutan zat semakin
besar
Semakin besar kadar propilenglikol yang ditambahkan semakin tinggi
pula kelarutan suatu zat
15
PUSTAKA
16