Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA FARMASI

DISOLUSI OBAT

OLEH :

NAMA : NURWIGYA MOHAMAD PUTRI


NIM : 754840119021
SEMESTER : II (DUA)

PRODI D-III FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2020
I. Judul Percobaan
Penentuan Parameter Disolusi Parasetamol

II. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan parameter disolusi
dari parasetamol menggunakan alat disolusi.

III. Prinsip Percobaan


Penetapan parameter disolusi parasetamol berdasarkan kadar zat yang
terdisolusi dengan menggunakan alat disolusi, dimana pada menit ke 5, 10,
15, 20, 25 dan 30 menit dipipet larutan sampel dan ditentukan kadar
absorbansinya.

IV. Teori
Disolusi adalah suatu proses melarutnya suatu obat. Berdasarkan
prinsip disolusi dan teori difusi, Laju disolusi bahwa apabila suatu tablet
atau sediaan lainnya dimasukkan ke dalam beker yang berisi air atau
dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran gastrointestin), obat tersebut
mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut
tidak dilapisi dengan polimer, matris padat juga akan mengalami disintegrasi
mrnjadi granul-granul yang kemudian mengalami pemecahan menjadi
partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa
berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk
dimana obat diberikan (Martin, 1993).
Mekanisme disolusi suatu obat khususnya tablet yaitu tablet yang
ditelan akan masuk kedalam lambung dan akan pecah, mengalami
disintegrasi menjadi banyak granul kecil, yang terdiri dari zat aktif yang
tercampur dengan antara lain zat pengisi dan pelekat. Setelah granul-granul
ini pecah zat aktif terlepas dan jika daya larutnya cukup besar, akan larut
dalam cairan lambung atau usus, tergantung pada tempat dimana saat itu
obat berada. Hal ini ditentukan oleh waktu pengosongan lambung, yang
pada umumnya berkisar pada 2 – 3 jam setelah makan. Baru setelah obat
larut, proses resorbsi obat oleh usus dapat dimulai.Peristiwa ini disebut
sebagai pharmaceutical availability (Martin, 1993).
Proses-proses yang dilalui obat-obat ke organ target adalah : (Ansel,
1989)
1. Tablet dengan zat aktif
2. Tablet pecah, granul pecah, dan zat aktif terlepas dan larut.
3. Zat aktif mengalami reabsorbsi, metabolisme, distribusi, dan ekskresi.
4. Zat aktif mengalami interaksi dengan reseptor di tempat kerja.
5. Efek farmakologi timbul.
Kebanyakan obat bersifat basa lemah atau asam lemah. Suatu obat
lebih mudah melewati suatu membran bila obat tersebut tidak bermuatan.
Untuk asam lemah yang tidak bermuatan (bentuk molekulnya) dapat
menembus melalui membran dan bentuk ionnya tidak dapat lewat. Begitu
pula sebaliknya dengan obat yang bersifat basa lemah. Obat-obat asam (HA)
melepaskan ion H+ yang menyebabkan suatu ion bermuatan (A-) (Tjay,
2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi suatu obat antara lain
(Effendi, 2004) :
1. Pengaruh ukuran partikel pada disolusi
Laju disolusi yang lebih tinggi dapat terjadi melalui pengurangan ukuran
partikel. Efek ini dapat lebih ditampakkan dengan laju disolusi
mikronisasi obat dengan kelarutan kecil menjadi gilingan besar.
2. Pengaruh daya larut pada disolusi
Sifat psikokimia dari obat dapat menentukan peranan penting dalam
mengontrol disolusi dari bentuk sediaan. Persamaan Noyes dan Whitney
menunjukkan bahwa kelarutan obat dalam air adalah faktor utama yang
menentukan laju disolusi.
3. Efek bentuk kristal dari obat pada disolusi
Karateristik bentuk padat dari obat seperti amorf, kristal, bentuk hidrasi
dan struktur polimer memperlihatkan pengaruh yang nyata pada laju
disolusi.

4. Zat tambahan yang nonreaktif


Ketika elektrolit netral dan senyawa organik ion ditambahkan ke fase
pelarut, tingkat disolusi zat padat secara linear bergantung pada
kelarutan zat padat dalam sistem pelarut.
5. Viskositas
Pada kebanyakan proses disolusi dalam bidang Farmasi reaksi zat padat
dengan pelarut jauh lebih cepat dibanding laju difusi atau transpor dari
interfase ke dalam larutan massa. Kenaikan viskositas menurunkan laju
disolusi dari interfase ke dalam larutan massa. Kenaikan vizkositas
menurunkan laju disolusi dari proses kontrol difusi.
6. Aktifitas permukaan
Pada partikel pada pori dan celahnya tidak beraturan areal permukaan
total pori tidak seluruhnya kontak dengan pelarut karena terhalangi oleh
udara. Adanya bahan aktif permukaan; tekanan permukaan akan lebih
lembab/basah peningkatan dari kontrol permukaan antara padatan dan
pelarut yaitu permukaan efektif, meningkatkan laju disolusi.
Ada 2 metode penentuan kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993) :
1. Metode suspensi
Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan
terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu
tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
2. Metode permukaan konstan
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasanya sehingga
variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya
zat diubah menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti
pada metode suspensi.
Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dirjen
POM, 1995) :
1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan yang inert., suatu batang logam yang digerakkan oleh motor
dan keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air
pada suhu 37°C.
2. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan batang
sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga
sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikel
wadah dan berputar dengn halus tanpa goyangan yang berarti.
Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
2. KH2PO4 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Kalii dihidrogen fosfat
Nama lain : Kalium dihidrogenfosfat
Rumus Molekul : KH2PO4
Pemerian : Serbuk hablur putih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
3. NaOH (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keeping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Parasetamol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa
pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95 %)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan
alkalihidroksida.

V. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Alat disolusi
2. Batang pengaduk
3. Gelas ukur
4. Gelas kimia
5. Labur takar
6. Pipet tetes
7. Sendok tanduk
8. Spektrofotometri
9. Timbangan analitik
10. Waterbath

B. Bahan
1. Aquadest
2. Kalium dihidrogen fosfat 6,1238 gram
3. Kertas timbang
4. NaOH 0,2 M 16,2 mL
5. Parasetamol

VI. Cara Kerja


A. Pembuatan Dapar 5,8
1. Ditimbang potassium dihidrogen fosfat 6,1238 gram.
2. Ditakar 225 mL aquadest .
3. Dilarutkan kalium dihidrogen fospat.
4. Diambil NaOH 0,2 M 16,2 mL.
5. Dicampur larutan KH2PO4 dan NaOH 0,2 M.
6. Diencerkan dengan aquadest hingga 900 mL.
7. Dicek pH dapar.
8. Ditambahkan NaOH 0,2 M sedikit demi sedikit hinga mencapai pH
5,8.
B. Penetapan kadar disolusi sampel parasetamol
1. Disiapkan alat disolusi yakni flask, labu, sampling tube, paddle,
poros penggerak.
2. Dituang 900 mL dapar ke flask.
3. Diletakkan flask ke dalam waterbath.
4. Dipasang poros penggerak dan paddle.
5. Diatur durasi, suhu dan kecepatan.
6. Dipasang timer tiap 5 menit.
7. Diturunkan bagian atas alat dengan posisi paddle tepat di tengah; 2,5
cm dari dasar.
8. Dipilih paddle.
9. Dimasukkan sample.
10. Dipasang sampling tube.
11. Dipasang filter milipore 0,45 mikron.
12. Diambil 5 mL sampel.
13. Dimasukkan dapar 5 mL.
14. Dipasang filter pada syringe.
15. Dimasukkan sampel kedalam labu ukur.
16. Ditambahkan dapar hingga tepat tanda 25 mL.
17. Diulangi tahapan-tahapan setelah 10, 15, 20, 25, 30 menit.
18. Dilakukan pembacaan absorban menggunakan spektrofotometri uv-
vis.

VII. Hasil Pengamatan


1. Tabel Absorbansi Parasetamol
Larutan Standar Konsentrasi (mg/L) Absorban
Std 1 2.096 0.1356
Std 2 5.240 0.3441
Std 3 8.384 0.5395
Std 4 10.480 0.6722
Std 5 20.960 14065
2. Kurva Kalibrasi Parasetamol

Kurva Kalibrasi Parasetamol


K 1.4
o
n 1.2
s
1
e y = 0.0674x – 0.0161
n 0.8
R2 = 0.9993
t
0.6
r
a 0.4
s
0.2
i
0
0 5 10 15 20 25

Absorban
3. Tabel Hasil Pengukuran Absorban Larutan Sampel
Waktu (menit) Absorban
5 0,5050
10 0,8699
15 1,1160
20 1,7698
25 1,5335
30 0,6924

VIII. Analisis dan Pengolahan Data


A. Perhitungan konsentrasi parasetamol berdasarkan kurva baku
Absorban larutan sampel = y
y = 0.0674x – 0.0161
Maka :
X (t5) = 7.7314 ppm
X (t10) = 13.1454 ppm
X (t15) = 16.7952 ppm
X (t20) = 26.4955 ppm
X (t25) = 22.9896 ppm
X (t30) = 10.5104 ppm
B. Perhitungan konsentrasi parasetamol sebelum pengenceran
1. t = 5 menit (pengenceran 25x)
c = 7.7314 x 25
= 193.28 ppm
2. t = 10 menit (pengenceran 25x)
c = 13.1454 x 25
= 328.64 ppm
3. t = 15 menit (pengenceran 25x)
c = 16.7952 x 25
= 419.88 ppm
4. t = 20 menit (pengenceran 25x)
c = 26.4955 x 25
= 662.39 ppm
5. t = 25 menit (pengenceran 25x)
c = 22.9896 x 25
= 574.74 ppm
6. t = 30 menit (pengenceran 50x)
c = 10.5104 x 50
= 525.52 ppm

IX. Pembahasan
Disolusi adalah suatu proses melarutnya suatu obat. Berdasarkan
prinsip disolusi dan teori difusi, Laju disolusi bahwa apabila suatu tablet atau
sediaan lainnya dimasukkan ke dalam beker yang berisi air atau dimasukkan
ke dalam saluran cerna (saluran gastrointestin), obat tersebut mulai masuk ke
dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi
dengan polimer, matris padat juga akan mengalami disintegrasi mrnjadi
granul-granul yang kemudian mengalami pemecahan menjadi partikel-
partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung
secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat
diberikan (Martin, 1993).
Parasetamol merupakan derivat p - aminofenol yang mempunyai sifat
analgesik antipiretik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus amino benzen
dan mekanismenya diduga efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang (Tjay, 2002). Praktikum uji
disolusi tablet parasetamol beertujuan untuk menentukan parameter disolusi
dari parasetamol menggunakan alat disolusi.
Adapun prosedur kerjanya dimulai dari pembuatan pH dapar.
Ditimbang potassium dihidrogen fosfat 6,1238 gram. Ditakar 225 mL
aquadest. Dilarutkan kalium dihidrogen fospat. Diambil NaOH 0,2 M 16,2
mL. Dicampur larutan KH2PO4 dan NaOH 0,2 M. Diencerkan dengan
aquadest hingga 900 mL. Dicek pH dapar. Ditambahkan NaOH 0,2 M sedikit
demi sedikit hinga mencapai pH 5,8. Selanjutanya dilakukan kadar disolusi
parasetamol. Disiapkan alat disolusi yakni flask, labu, sampling tube, paddle,
poros penggerak. Dituang 900 mL dapar ke flask. Diletakkan flask ke dalam
waterbath. Dipasang poros penggerak dan paddle. Diatur durasi, suhu dan
kecepatan. Dipasang timer tiap 5 menit. Diturunkan bagian atas alat dengan
posisi paddle tepat di tengah; 2,5 cm dari dasar. Dipilih paddle. Dimasukkan
sample. Dipasang sampling tube. Dipasang filter milipore 0,45 mikron.
Diambil 5 mL sampel. Dimasukkan dapar 5 mL. Dipasang filter pada syringe.
Dimasukkan sampel kedalam labu ukur. Ditambahkan dapar hingga tepat
tanda 25 mL. Diulangi tahapan-tahapan setelah 10, 15, 20, 25, 30 menit.
Dilakukan pembacaan absorban menggunakan spektrofotometri uv-vis.
Pemilihan interval baku seri menyesuaikan absorbansi yang dapat
diinterpretasikan oleh spektrofotometeri. Kurva baku menghasilkan garis
linear regresi y = 0.0674x – 0.0161. Garis linear regresi dari kiri bawah
menuju ke kanan atas menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan
baku seri maka semakin besar pula absorbansi yang dihasilkan. Perhitungan
hasil kadar tablet parasetamol yang dilakukan pada uji didisolusi secara
spektrofotometri yang dilakukan terhadap tablet parasetamol dengan
perlakuan pengambilan cuplikan media disolusi pada menit ke 5, 10, 15, 10,
25, 30. Pada menit ke 5 diperoleh hasil 7.7314 ppm, menit ke 10 diperoleh
hasil 13.1454 ppm, menit ke 15 diperoleh hasil 16.7952 ppm,menit ke 20
diperoleh hasil 26.4955 ppm, menit ke 25 diperoleh hasil 22.9896 ppm dan
menit ke 30 diperoleh hasil 10.5104 ppm.
X. Penutup
A. Kesimpulan
Pada menit ke 5 diperoleh hasil 7.7314 ppm, menit ke 10 diperoleh
hasil 13.1454 ppm, menit ke 15 diperoleh hasil 16.7952 ppm, menit ke 20
diperoleh hasil 26.4955 ppm, menit ke 25 diperoleh hasil 22.9896 ppm
dan menit ke 30 diperoleh hasil 10.5104 ppm.
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum harus berhati-hati dan teliti
agar mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. UI


Press. Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Effendi, Idris. 2004. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika Jurusan Farmasi.


Universitas Hasanuddin. Makassar.

Martin, dkk. 1993. Farmasi Fisika Edisi III. UI Press. Jakarta.

Tjay, T.H. 2002. Obat-obat Penting Edisi V. Gramedia. Jakarta.


LAMPIRAN

A. Alat

Alat Disolusi Gelas Ukur Gelas Kimia

Labu Takar Sendok Tanduk Spektrofotometer

Timbangan Analitik Waterbath


Batang Pengaduk Pipet Tetes

B. Bahan

Aquadest Larutan NaOH Kalium dihidrogen


fosfat

Paracetamol Kertas timbang

Anda mungkin juga menyukai