Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SETENGAH PADAT


SEDIAAN SUSPENSI
16 OKTOBER 2019

KELOMPOK : 1
PENYUSUN : 1. Alya Ramadhani Baladraf (066118159)
2. Rani Ruhajjah (066118161)
3. Nurgita Zamzamah (066118171)
4. Noor Afifah (066118179)
5. Reni Lestari (066118181)
DOSEN : 1. Septi Andini, M. Farm., Apt
2. Erni Rustiani, M. Farm., Apt
3. Rini Ambarwati,M.Si., Apt
4. Cyintia Widianingrum,M. Farm., Apt
5. Wilda Nurhikmah, S. Si, M. Farm., Apt
6. Asri Wulandari, S. Farm
ASISTEN DOSEN : 1. Melyartati 6. Erisa
2. Fitri Widya S 7.MonichaSri Mahesa
3. Suci Puspa 8. Mirna
4. Shinta Mustika febriana 9. NuhaDzikri
5. Rahma Dila Novianda

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Tujuan....................................................................................................... 3
1.2 Dasar Teori ............................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
METODE KERJA .................................................................................................. 5
2.1 Formula ......................................................................................................... 5
2.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 5
2.2.1 Alat ......................................................................................................... 5
2.2.2 Bahan ..................................................................................................... 6
2.3 Data Preformulasi ..................................................................................... 6
2.4 Metode Kerja .............................................................................................. 11
2.4.1 Pembuatan Sediaan Suspense .............................................................. 11
2.4.2 Evaluasi Sediaan .................................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 13
3.1 Data Pengamatan .................................................................................... 13
3.2 Perhitungan ................................................................................................. 17
3.2.1 Perhitungan Bahan ............................................................................... 17
3.2.2 Perhitungan BJ (Berat Jenis) ................................................................ 18
3.3 Grafik .......................................................................................................... 19
3.3.1 Grafik pH ............................................................................................. 19
3.3.2 Grafik Viskositas ................................................................................. 19
3.4 Pembahasan ................................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mengetahui cara membuat formulasi sediaan suspense, pengaruh bahan
pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi yang digunakan.

1.2 Dasar Teori


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. (Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (Farmakope Indonesia III,
Th. 1979, hal 32)
Suspensi juga dapat didefenisikan sebagai preparat yang mengandung partikel
obat yang terbagi sevara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara
merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi resmi diperdagangkan tersedi dalam bentuk siap pakai, telah
disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan
farmasetik lainnya (Ansel, 1989).
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam
volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan
keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap,
sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Jumlah partikel (konsentrasi)

3
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
3. Sifat / muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam

campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada

kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang

sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat

alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya (Lieberman, H.A., 1996 )

Pada pembuatan Suspensi di kenal 2 macam sistem , yaitu sistem Deflokulasi

dan Sistem Flokulasi. Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat

lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk

cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap

perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan

selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.(Aulton, M.E, 1996)

4
BAB II
METODE KERJA
2.1 Formula

Bahan F1 F2 F3
CaCO3 50 %
Gliserin 5% 10% 15%
Sukrosa 30% 35% 40%
Natrium Benzoat 0,1 %
Aquadest Ad 200 ml

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
1. Alu 10. Penangas air
2. Batang pengaduk 11. PH Meter
3. Beaker glass 12. Pipet tetes
4. Botol 200ml 13. Sendok tandu
5. Cawan uap 14. Spatel
6. Gelas ukur 15. Sudip
7. Kertas Perkamen 16. Timbangan Analitik
8. Klip plastik 17. Tissue / Lap
9. Mortir 18. Vial

5
2.2.2 Bahan
1. Aquadest
2. CaCO3
3. Gliserin
4. Natrium Benzoat
5. Sukrosa

2.3 Data Preformulasi


PREFORMULASI ZAT AKTIF (CaCO3)
Zat Aktif Kalsium Karbonat (FI III hlm. 120)
Rumus molekul CaCO3 (FI III hlm. 120)
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; tidak berasa
(FI III hlm. 120)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar larut dalam air yang
mengandung karbondioksida
Stabilita  Air : Stabil terhadap air (HOPE 6th hlm. 86)
 pH : 9.00 (HOPE 6th hlm. 86)

Inkompatibilitas Tidak cocok dengan garam ammonium dan asam. Ketika


kalsium karbonat digunakan dalam tablet yang mengandung
aspirin dan zat terkait, jejak zat besi dapat menyebabkan
perubahan warna.
Keterangan lain Kegunaan : Antasidum (FI III hlm. 120)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI III hlm. 120)

PREFORMULASI ZAT TAMBAHAN


1. Gliserin
Pemerian Warna putih, rasa tawar seperti lendir, hampir tidak berbau,
bentuk butir, bentuk bulat (bulat telur)

6
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %, praktis
tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak
lemak dan dalam minyak menguap.
Titik lebur 18 0C
Titik didih 290 0C
Massa molekular 92,09382 g/mol
Bobot jenis 1,261 g/ml
pH larutan 7
Stabilitas  Terhadap udara : Higroskopik dengan adanya udara dari

luar (mudah teroksidasi)

 Terhadap panas : mudah terdekomposisi dengan adanya

pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak

akan mencair sampai dengan suhu 20 0C akan timbul

ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi.

Inkompatibilitas - Seperti kromium trioksid, kalium horat, atau kalium

permanganat.

- Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau

setelah kontak dengan ZnO dan bisulfat.

- Gliserin + kontaminan yang mengandung logam akan

berubah warna dengan penambahan fenol salisilat dan

tanin.

- Asam borat membentuk kompleks gliseroborik acid (lebih

kuat dari pada asam borat)

7
2. Sukrosa
Pemerian - Warna : putih tidak berwarna
- Rasa : manis
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : masa hablur atau berbentuk kubus, serbuk hablur

Kelarutan - Sangat mudah larut dalam air


- Lebih mudah larut dalam air mendidih
- Sukar larut dalam etanol
- Tidak larut dalam kloroform dan eter

Titik lebur 160-1860 C


Massa molekular 342,30 gr/mol
Bobot jenis 1,6 gr/ml atau 1,6 gr/cm3
pKa 12,62
Stabilitas - Panas : suhu > 1600 C dapat teroksidasi
- Udara : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari
luar

Inkompatibilitas logam berat, dapat mendegradasi zat.

3. Natrium benzoat

Zat Natrium Benzoat (HOPE 6th p.627)


Sinonim Benzoic acid sodium salt; benzoate of soda; E211; natrii benzoas;
natrium benzoicum; sobenate; sodii benzoas; sodium benzoic acid.
(HOPE 6th p.627)
Struktur

(HOPE 6th p.627)

8
Rumus molekul C7H5NaO2. (HOPE 6th p.627)
Titik lebur Titik lebur : -
Titik beku : 0.24oC (1.0% w/v)
Densitas : 1.497–1.527 g/cm3 at 24oC (HOPE 6th p.627)
Pemerian Merupakan butiran putih atau Kristal, sedikit higroskopis, tidak
berbau atau berbau samar, rasanya manis dan asin tidak
menyenangkan. (HOPE 6th p.627)
Kelarutan Dalam suhu 20oC kelarutan dalam etanol 95% adalah 1:75
Dalam etanol 90% 1:50
Dalam air 1:1,8
Dalam air 100oC kelarutannya 1:1,4 (HOPE 6th ed.p. 628)
Stabilitas Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. (HOPE 6th
p.628)
pH stabiitas : 2-5 (HOPE 6th p.628)
Inkompatibilitas Tidak compatible dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi,
garam kalsium dan logam berat, aktifitas pengawetnya berkurang
jika berinteraksi dengan kaolin. (HOPE 6th p.628)
Keterangan lain Asupan harian maksimal Natrium Benzoat menurut WHO adalah 5
mg/ kg berat badan. Efek sampingnya iritasi lambung,
ultikariahingga anafilaksis. (HOPE 6th p.628)
Penyimpanan disimpan dalam wadah yang tertutup, ditempat yang sejuk dan
kering. (HOPE 6th p.628)
Kadar Pengawet anti mikroba 0,02%- 0,5%. (HOPE 6th p.628)
penggunaan

9
4. Aquadest

Zat Aquadest (HOPE 6th , p.766-770)


Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide (HOPE 6th p.766-770)
Struktur

(HOPE 6th p.766-770)


Rumus molekul H2O (HOPE 6th p.766-770)
Titik lebur 00C (HOPE 6th p.766-770)
Densitas: 1,00 g/cm3 (HOPE 6th p.766-770)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
(HOPE 6th p.766-770)
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. (HOPE 6th p.766-
770)
Stabilitas Stabilitas baik pada keadaan fisik (padat, cair, gas)
(HOPE 6th p.766-770)
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan bahan tambahan lain
yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam adanya air atau
uap air) pada suhu yang tinggi. Air juga dapat bereaksi dengan
logam alkali seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Selain
itu air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk
hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan organik tertentu
dan kalsium karbida. (HOPE 6th p.766-770)
Keterangan lain Kegunaan: Pelarut untuk pembuatan produk obat-obatan dan
sediaan farmasi, tidak cocok untuk digunakan dalam pembuatan
produk parenteral. (HOPE 6th p.766-770)
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapt. Jika disimpan dalam jumlah
besar, kondiri penyimpanan harus dirancang untuk membatasi
pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah kontaminasi
kegunaan. (HOPE 6th p.766-770)

10
2.4 Metode Kerja
2.4.1 Pembuatan Sediaan Suspense
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang bahan dan kalibrasi botol 200 ml.
3. Dimasukkan CaCO3 ke dalam lumping, gerus hingga halus
4. Ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit sampai larut dan homogen.
5. Ditambahkan sukrosa yang telah dilarutkan dengan air hangat dan dimasukan
dalam lumpang ad homogen..
6. Natrium benzoat yang telah ditimbang tadi tadi dilarutkan dengan 2 ml aquadest
di beaker glass 50 ml, aduk ad larut masukkan ke dalam beaker glass utama, bilas
dengan aquadest secukupnya sebanyak 2 kali, hasil bilasan tersebut dimasukkan ke
dalam beaker glass utama, aduk ad homogen.
7. Aquadest ditambahkan hingga kira-kira 80% nya, aduk ad homogen.
8. Volume sediaan digenapkan hingga 200 mL, kemudian sediaan diaduk hingga
homogen.
9. Sediaan yang telah homogen tersebut dimasukkan ke dalam botol yang telah
dikalibrasi hingga batas kalibrasi lalu botol ditutup, diberi etiket dan dikemas.

2.4.2 Evaluasi Sediaan


1. penetuan pH dengan pH meter
2. penentuan organoleptis sediaan : warna, bau, rasa
3. penentuan berat jenis dengan piknometer :
a. ditimbang piknometer 25 ml kosong
b. ditimbang piknometer 25 ml yang sudah berisi masing masing formula
4. penentuan viskositas larutan dengan BROOKFIELD
a. dipasang spindle 2 pada gantungan spindle
b. diturunkan spindle sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelupkan
c. ke dalam formula terbaik
d. diklik “select spindle”, diatur spindle 2, diklik “set speed”, diatur set

11
e. speed nya, diklik “timed option”, diatur time optionnya, diklik “auto range”.
Ditunggu hingga waktu berhenti.

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
1. Suhu kamar

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper
Bau mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis

BJ 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133

pH 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67

13
2. Suhu panas

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper
Bau mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis

BJ 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133

pH 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67

14
3. Suhu dingin

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper
Bau mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis

BJ 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133

pH 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67

15
4. Suhu cyling test

Evalua Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa


si
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper Paper
Bau mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint mint

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis Manis

BJ 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133 1,105 1,115 1,133

pH 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67

16
5. Data Pengamatan Viskositas
Formula terbaik
RPM CP %Torsi
(1)
20 2.00 0,1
Viskositas awal 50 9.6 1.2
100 15.6 3.9
20 10,0 0.5
Viskositas akhir 50 14,4 1,8
100 15,6 3,9

3.2 Perhitungan
3.2.1 Perhitungan Bahan
Formula 1
5
1. CaCO3 : × 200 ml = 10 g
100
5
2. Gliserin : × 200 ml = 10 g
100
30
3. Sukrosa : × 200 ml = 30 g
100
0,1
4. Na. benzoate : × 200 ml = 0,2 g
100
5. Ad aquadest 200 ml

Formula 2
5
1. CaCO3 : × 200 ml = 10 g
100
10
2. Gliserin : × 200 ml = 20 g
100
30
3. Sukrosa : × 200 ml = 30 g
100
0,1
4. Na. benzoate : × 200 ml = 0,2 g
100
5. Ad aquadest 200 ml

Formula 3
5
1. CaCO3 : × 200 ml = 10 g
100
15
2. Gliserin : × 200 ml = 30 g
100
30
3. Sukrosa : × 200 ml = 30 g
100
0,1
4. Na. benzoate : 100
× 200 ml = 0,2 g

17
5. Ad aquadest 200 ml

3.2.2 Perhitungan BJ (Berat Jenis)


𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Formula 1
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
50,7243 𝑔 −23,1012 𝑔
BJ = = 1,105 g/cm3
25 𝑚𝑙

Formula 2
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
50,9746 𝑔 −23,1012 𝑔
BJ = = 1,115 g/cm3
25 𝑚𝑙

Formula 3
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
51,4382 𝑔 −23,1012 𝑔
BJ = = 1,133 g/cm3
25 𝑚𝑙

18
3.3 Grafik
3.3.1 Grafik pH

Grafik pH
12
9.67 9.67 9.67 9.67 9.67 9.67
10

8
pH

0
rabu kamis jumat sabtu senin selasa
Hari

formula 1 formula 2 formula 3

3.3.2 Grafik Viskositas

Grafik Viskositas
4.5
4
3.5
3
% Torsi

2.5
2
1.5
1
0.5
0
20 RPM 50 RPM 100 RPM

T0 TA

19
3.4 Pembahasan

20
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Hasil pengamatan pada evaluasi, sediaan dinyatakan memenuhi syarat
walaupun ada satu uji yang tidak memenui syarat, yaitu pada uji viskositas.
2. Evaluasi sediaan pH stabil.
3. Formula terbaik adalah formula 1 yang memiliki rasa manis dibanding
formula lainnya dan sedimentasinya yang lebih lama disbanding formula
lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C.H.. 1999. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems.
Philadelphia.
Aulton, M.E. 1996. Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design.
Philadelphia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Lieberman, H.A.. 1996. Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems
New York.

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai