DISUSUN OLEH:
4. LUTFIANA DEWI
5. WIKRISNA SAPUTRA
KELOMPOK : 2
FAKULTAS FARMASI
2023
Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah makalah
kelompok untuk mata kuliah Formulasi dan Teknologi Sediaan Solid mengenai Tablet Asam
Mefenamat.
Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap apa yang sudah kami
diskusikan bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika ada kritik dan saran terkait ide tulisan maupun
penyusunannya, kami akan menerimanya dengan senang hati. Kami pun menyadari jika isi
makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kami. Oleh karena itu, kami memohon
maaf jika masih banyak kekeliruan dalam makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis.
ii
Daftar Isi
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Saran ........................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai macam obat analgetik dan antiinflamasi dewasa ini banyak sekali digunakan
oleh masyarakat. Secara umum analgetik dan antiinflamasi terbagi menjadi 2 golongan yaitu
AINS (Antiinflamasi Non Steroid) dan AIS (AntiInflamasi Steroid). Asam mefenamat
termasuk ke dalam golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid).
Asam mefenamat digunakan sebagai obat analgetik dan anti inflamasi non steroid yang
tersedia dalam sediaan tablet dosis besar dengan pelepasan segera. Asam mefenamat termasuk
dalam kategori kedua yaitu kelarutan rendah dengan permeabilitas yang tinggi. Sehingga dalam
proses penabletan, asam mefenamat cenderung melekat pada permukaan stempel dan matris
mesin tablet sehingga sering mengalami sticking dan secara berkelanjutan menyebabkan proses
capping. (Adam, 2000)
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya peningkatan kelarutan untuk mendapatkan
bioavailabilitas yang baik. Kelarutan Asam mefenamat dalam air sangat kecil, pada pH 7,1
temperatur 25 oC adalah 0,00041% dan pada temperatur 37oC adalah 0,008%. Puncak kadar
obat dalam darah dicapai 2 jam setelah pemberian, dengan waktu paruh 2-4 jam.
Pembuatan tablet Asam mefenamat digunakan metode granulasi basah karena
memiliki beberapa keuntungan yaitu, meningkatkan fluiditas dan sesuai untuk sifat aliran atau
kompaktibilitas yang buruk, mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu, pembasahan
granul sesuai dengan homogenitas sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk
melalui hidrofilisasi (granulasi basah), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa
kehilangan kualitas campuran. (Agoes, 2006)
Bahan pengikat yang dapat digunakan dalam percobaan ini yaitu Polivinilpirolidon
(PVP). PVP dipilih sebagai bahan pengikat dikarenakan sifatnya yang kompatibel dengan
berbagai macam eksipien farmasetik dan juga non toksik (Rowe, 2009). Kelebihan lain yang
dimiliki PVP adalah kemampuan untuk larut dalam pelarut polar maupun non polar sehingga
lebih memudahkan dalam pemilihan pelarut yang sesuai untuk metode granulasi basah
(Foltmann dan Quadir, 2008). Oleh karena sifat kelarutan yang dimiliki PVP inilah diharapkan
PVP dapat digunakan sebagai bahan pengikat tablet asam mefenamat dan sekaligus dapat
memperbaiki pelepasan zat aktifnya (disolusi).
Bahan pengisi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Avicel PH 101. Avicel
bersifat unik yaitu dapat digunakan sebagai bahan pengisi dan bahan penghancur karena
memberikan kohesi yang kompak memiliki kompresibilitas yang sangat baik (Goeswin, 2008).
Karena sifat kompresibilitas yang baik ini diharapkan mampu mengatasi terjadinya capping
pada proses pembuatan tablet asam mefenamat. Namun sebagai bahan pengisi digunakan
laktosa dan Avicel PH 101 sebagai disintegran.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemerian pada Asam Mefenamat.
2. Bagaimana susunan dalam melakukan formulasi tablet Asam Mefenamat.
3. Pembuatan apa yang diusulkan untuk membuat Tablet Asam Mefenamat.
4. Bagaimana cara pembuatan tablet Asam Mefenamat.
5. Apa saja evaluasi produk tablet Asam Mefenamat.
C. Tujuan
1. Mengetahui pemerian pada Asam Mefenamat.
2. Mengetahui susunan dalam melakukan formulasi tablet Asam Mefenamat.
3. Mengetahui pembuatan yang diusulkan untuk membuat Tablet Asam Mefenamat.
4. Mengetahui cara pembuatan tablet Asam Mefenamat.
5. Mengetahui evaluasi produk tablet Asam Mefenamat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, sedikit sulit larut dalam kloroform;
sulit larut dalam etanol dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air.
Baku pembanding : Asam Mefenamat BPFI: tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Identifikasi :
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Asam Mefenamat BPFI B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji
sesuai dengan Larutan haku seperti yang diperoleh pada Pengaturan Tarif
Penyusutan pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0% lakukan pengeringan pada
suhu 105° selama 4 jam.
Asam mefenamat memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 230°C - 231°C dan sangat
sedikit larut dalam air, pada air pH 7,1 temperatur 37°C kelarutannya 0,008 g/100 ml
(The Merck Index, 1976).
2. Laktosa
Pemeriaan : serbuk putih mengalir bebas
Kelarutan : Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol.
Baku pembanding : Laktosa Anhidrat BPFT, lakukan pengeringan pada suhu 80"
selama 2 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat Sakrosa BPFT:
jangan dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Fruktos
BPFI lakukan pengeringan dalam hampa udara pada vaha 70" selama 4 jam sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Dekrosa BPFI
3
bentuk anhidrat dari dekstrosa, lakukan pengeringannya pada suhu 105 selama 16 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan didispersikan dalam kalian bromida P.
menunjukan maksimal hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Zaka
Anhidrat BPPL
B. Lakukan Uji identifikasi seperti yang tertera pada laktosa Karbohidrat, kecuali
gunakan laktosa anhidat BPFI untuk menggantikan Laktosa
Monohidrat BPFI dalam Larsa k A dan dan
gunakan lakia nhidrat untuk Larutan uji. Lakukan uji identifikasi C seperti tertera pada
laktosa monohidrat
Penyusutan pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada
suhu 80" selama 2 jam.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan penetapan untuk sediaan yang
mengandung laktosa anhidrat dalam campuran metanol P-formamida P (2:1).
3. Avicel pH 101
pemeriaan : putih, tidak berbau, kristal bubuk terdiri partikel berpori
Inkompabilitas : dengan Fe
Penyimpanan : tempat dingin, tempat kering
Kegunaan :adsorben; agen suspensi, tablet dan bahan pengisi kapsul, penghancur tablet
Kelarutan:5% b/v dalam NaOH, sulit larut dalam air, zat asam, dan pelarut organik.
4. Mg Stearat
Pemeriaan :sangat halus, cahaya putih, endapan atau giling, memiliki bau samar asam
stearat dan rasa yang khas
Inkompabilitas: magnesium stearat kompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam
besi. Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearat
tidakdapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin dan
paling alkaloi garam.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air, sedikit larut
dalam benzena hangat dan etanol hangat (95%).
4
Sifat fisika dan kimia : magnesium stearat adalah sangat halus, cahaya putih, endapan
atau giling, bubuk teraba, bulk density rendah, memiliki bau samar asam stearat dan
rasal yang khas. Bubuk berminyak dan mudah melekat pada
Penyimpanan: tempat dingin, tempat kering
5. PVP
Pemeriaan Serbu sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak atau hampir tidak
berbau, higroskopik
Inkompatibilitas: Ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa kompleks.
Kompatibel terhadap gerak organik alami, resin sintetik dan senyawa lainnya. Akan
terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenol barbital dan
komponen lainnya.
Kelarutan : Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol, dan air. Praktistidak
larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak.
Stabilitas : Stabil pada suhu 110-130 OC Mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Dapat bercampur dengan air: Stabil bila disimpan ditempat kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dinginkan (15-25°C), dan keringkan.
6. Talk
Pemeriaan : Serbuk kristal, sangat halus, mudah menempel pada kulit, bebas butiran,
berwarna putih atau abu-abu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Inkompabilitas : Inkompatibilitas terhadap zat yang mengandung aluminium kuartener
Penggunaan : pelicin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5
PVP Pengikat 12,5 1,8%
Alat
Alat yang dipergunakan meliputi : Mixer, Mesin Tablet Single Punch (Rieckermann
Korsch Berlin), Neraca elektrik (Alsep, EX 200 A), Neraca Analitik (Inaba Seissakusho
LTD, Tokyo, Japan), penangas air, lemari pengering, ayakan mesh 14 dan 16, Mortir dan
stamper, serta alat-alat gelas yang biasa digunakan.
Pembuatan granul
6
D. Cara Pembuatan Tablet Asam Mefenamat
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, semua bahan ditimbang sesuai dengan
bobot yang diperlukan. Asam mefenamat dicampur dengan komponen-komponen lainnya
kecuali talk dan Mg stearat. Asam mefenamat yang sudah ditimbang kemudian, dicampur
dengan bahan pengisi (filler) yaitu laktosa dan Avicel PH 101. Ditambahkan bahan pengikat
polivinil pirolidon PVP (Bahan pengikat berfungsi untuk memberikan kekompakkan dan
daya tahan tablet, sehingga menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah
butir granul) yang telah dibuat mucilago ke dalam mortir, selanjutnya pembuatan massa
granul sampai diperoleh granul yang baik yang ditandai dengan massa granul dikepal, lalu
dipatahkan tidak ada massa yang rontok. Setelah diperoleh massa granul yang baik,
selanjutnya diayak dengan ayakan no 14 mesh (untuk memudahkan pengeringan,
memperkecil ukuran partikel), dan dilanjutkan pengeringan granul tersebut pada oven
dengan suhu 40-60° selama 2 jam, sampai granul kering dengan kadar air dibawah 5%.
Granul yang telah kering diayak dengan pengayak 16 mesh. Kemudian timbang granul
kering dan tambahkan bahan pelicin yaitu talk (glidan) dan Mg stearat (lubrikan), dan granul
siap untuk dicetak dengan berat tablet 700 mg dan kekerasan 5 kg. Selanjutnya dilakukan
pengujian granul, kemudian granul dikempa lalu tablet yang diperoleh dilakukan evaluasi
tablet.
7
5. Uji Disolusi Tablet
Tablet asam mefanamat hasil dari formula terpilih diuji DE-60 nya
menggunakan alat uji disolusi USP XXII pengaduk dayung dengan kecepatan 100
putaran per menit. Masukkan tablet kedalam labu uji disolusi yang berisi 950 ml larutan
dapar posfat pH 7,4 dengan suhu 37 + 1oC. Sampel diambil pada menit ke 5, 20, 30,
45 dan 60 sebanyak 5,0 ml. Sampel disaring menggunakan saringan 0,45 μm dan
selanjutnya ditentukan kadar dengan menggunakan spektrofotometer UV pada panjang
gelombang 284 nm. Pada hasil uji mendapatkan nilai 10,43.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tablet Asam Mefenamat dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah
untuk meningkatkan sifat alir dan kemampuan kempa. Alasan digunakannya metode
ini adalah karena sifat zat aktifnya yang tahan panas dan tahan lembab. Digunakan
beberapa eksipien untuk mendukung bentuk dan kerja zat aktif agar dapat menjadi
tablaet yang baik dan memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan. Evaluasi tablet
menunjukan bahwa tablet asam mefenamat yang dibuat telah memenuhi persyaratan
tablet yang baik.
B. Saran
Setelah terselesaikannya makalah ini, diharapkan kedepannya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Saran kedepannya perlu adanya metode
penelitian yang lebih lanjut lagi terkait dengan pembuatan sediaan tablet asam
mefenamat, agar kedepannya bisa menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih
baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adam A, Schrimpl L, Schmidt PC., 2000. Factors Influencing Capping and Cracking of
Mefenamic Acid Tablets. Drug Dev Ind Pharm. Vol. 26(5) : 477-487.
Anonymous. 1976. The Merck Index. An Encyclopedia of Chemicals and drug.
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Pangan untuk Farmasi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Hal: 191-195.
Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi VI. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
2020.
Folttmann dan Quadir, 2008, Polyvinylpirrolidone(PVP)-One of the Most Widely Used
Excipient in Pharmaceutical. Drug Delivery Technology. Vol 8 (6) : 22-27.
Goeswin, Agoes. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung : IPB.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E.(Eds). 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. London : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association
10