Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER

FARMASI INDUSTRI
“NATAFLAM ”

Di Susun Oleh :

Eka Febriani
1808020175
PSPA A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995). Diklofenak salut
enterik tablet diindikasikan untuk menghilangkan tanda dan gejala osteoarthritis,
menghilangkan tanda dan gejala rheumatoid arthritis, penggunaan akut atau jangka
panjang dalam menghilangkan tanda dan gejala spondilitis ankilosa. Mekanisme kerja
diclofenac sodium berhubungan dengan penghambatan prostagladin sintetase, jadi
dapat menghilangkan rasa sakit dengan cepat dan panjang dan perlu untuk
mempertahankan tingkat diclofenac sodium dalam aliran darah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Quality Target Product Profiles / QTTP


1. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaannya adalah salut enteric dengan bentuk sustained
release tablets (tablet lepas lambat), tablet lepas lambat adalah tablet yang
dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia dalam jangka waku
tertentu setelah obat diberikan (FI .IV). Tujuan dari dibuatnya tablet
diclofenak sodium salut enterik dalam bentuk lepas lambat adalah untuk
mencapai pengiriman obat yang diinginkan yaitu mencapai manfaat terapetik
maksimal untuk melawan agen bakteri infeksi (Prasad et al, 2018). Jika obat
dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa
lambung, diperlukan penyalutan enterik yang bertujuan untuk menunda
pelepasan obat sampai tablet melewati lambung (Ditjen POM,1995).
2. Rute Pemberian
Obat digunakan secara peroral.
3. Kekuatan Sediaan
Kekuatan sediaan yaitu 50 mg
4. Kemasan
Campuran bahan menggunakan kemasan kedap udara.Setalah menjadi
tablet maka menggunakan kemasan PVP dalam bentuk blitser. Tujuan
pengemasan yaitu untuk memudahkan pasien dalam pemenuhan kebutuhan,
portabilitas dan kemudahan dalam proses manufacture (Prasad et al., 2018).
Karakteristik PVP (Polyvynil Pyrolidone) yaitu dapat disimpan dalam kondisi
umum tanpa mudah mengalami dekomposisi dan terdegradasi, bersifat
higroskopis, sehingga disimpan dalam kedap udara. Jadi tepat digunakan
untuk bahan pengemas campuran bahan ini (Munir, 2012).
5. Stabilitas

Tabel diatas menunjukkan bahwa pengeringan yang dilakukan di


Fluidised Bed kering pada suhu optimal.
6. Uji disolusi in vitro
Studi disoluasi in vitro dilakukan menggunakan alat usp II dalam 90 ml
dengan buffer phospat pH 6,8 selama 6 jam. Suhu medium disimpan pada
suhu ±37ᵒC dan diatur pada kecepatan 50 rpm. 10 ml larutan sampel diambil
dan disaring dengan kertas saring whatmann. Absorbansi dari sampel tersebut
diukur 267 nm menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis.

B. Material Quality Attribute/ MQA


Quantity given
Sr. no Ingredients
(mg/tablet)
1 Diclofenac Sodium 200
2 HPMC 150
3 Sodium CMC 22
4 Talc 1
5 Magnesium Stearate 2
6 PVP K30 50
7 Alcohol q.s

1. DICLOFENAC SODIUM

C14H10Cl2NNaO2

Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa. Sedikit larut dalam air, larut dalam
alkohol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter; bebas larut dalam alkohol
metil. pH larutan 1% dalam air adalah antara 7.0 dan 8. Bobot molekul 318.129
g/mol

2. HPMC

C56H108O30

Serbuk putih tidak berbau dan tidak memiliki rasa, larut dalam air larut dalam air
dingin, praktis tidak larut dala kloroform, etanol, dan eter, tetapi tidak larut
dalam campuran etanol dan diklorometan, dalam campuran metanol dan
diklorometan, dan campuran air dan alcohol

3. SODIUM CMC

Serbuk granul berwarna putih sampai krem, sifat higroskopis. Praktis tidak
larut dalam aseton, etanol, eter dan toluene
4. TALC
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Tidak larut dalam
hampir semua pelarut. Merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan
pemanasan pada suhu 160° C selama tidak kurang dari 1 jam. Dapat juga
disterilkan dengan penyinaran menggunakan ethylene oxide atau gamma
irradiation. Disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang dingin dan
kering.

5. MAGNESIUM STEARATE

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam


organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat
dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara
dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Berupa serbuk
halus putih dan voluminous, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari
butiran. Praktis tidak larut dalam air, etanol, dan dalam eter. Agak larut dalam
larutan hangat benzene dan etanol 95%. Merupakan bahan yang stabil dan
sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan dingin.
6. PVP K 30
serbuk halus berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan, tak berbau atau hampir
berbau, higroskopis larlarut dalam asam, kloroform, etanol ( 95% ), keton, methanol
dan air. Tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. PVP menjadi lebih
gelap dengan pemanasan pada suhu 150o C, tetapi stabil pada pemaparan panas yang
singkat pada 110-130 oC. PVP dapat disimpan dalam kondisi umum tanpa mengalami
dekomposisi atau degradasi. Karena sifatnya yang higroskopis, PVP harus disimpan
dalam wadah kedap udara di tempat yang kering dan sejuk.

7. ALCOHOL

adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk
konsumsi dan kegunaan manusia. Uji In-Vitro disintegration dilakukan dengan
menggunakan Electro lab ED-2L Disintegration tester menggunakan 0,1 n HCl
sebagai medium disintegrasi pada 37 ± 0,5 o C.
Tabel 1. Peralatan Tahapan Proses
Tahapan Proses Peralatan Proses
Berat Aux 220 Weighing Balance
Pencampuran V-Cone Mixer
Pengeringan Yorco Pda-65 Hot Air Oven
Pengecilan Ukuran Partikel Mechanical Shaker
Tahapan Cetakan Lab Press Tablet Compression Machine
Uji Kerapuhan Electro Lab Ef-2 Friabilator
Uji Kehancuran Electro Lab Ed-2l Disintegration Tester
Uji Disolusi Pcl Dissolution Rate Test Apparatus
Uji Kekerasan Monsato Tester

C. Critical Quality Attribute/ CQA


Quality target CQA Pernyataan
attributes
identifikasi Positif Yes Mempengaruhi efek pada kemanan dan
menggunakan keefektifitan dari obat
bahan natrium
diklofenak
Assay 90%-110% Yes Mempengaruhi efek pada kemanan dan
keefektifitan dari obat
Kandungan 95 - 105 % natrium Yes Mempengaruhi efek pada kemanan dan
bahan (zat diklofenac keefektifitan dari obat
aktif)
disolusi 50% setelah 6 jam Yes Mempengaruhi terhadap bioavailabilitas dari
obat yang digunakan
Waktu 15 menit Yes Mempengaruhi terhadap proses pelepasan
hancur obat dalam tubuh
Kekerasan 4 kg/𝑐𝑚2 Yes Mempengaruhi proses absorpsi obat dalam
tablet tubuh
Kerapuhan Kurang dari 1% Yes Mempengaruhi proses absorpsi obat dalam
tablet w/w tubuh

D. Metode Pembuatan Terpilih dan Qritical Process Parameters berdasarkan


MQA dan CQA
1. Metode Pembuatan Terpilih
Pembuatan menggunakan metode granulasi tablet menurut (Savsani, 2016)
sebagai berikut :
a. Pembuatan matrix tablet : Diclofenak sodium, HPMC, sodium CMC
dan PVP 30 dicampur sampai homogen. Kemudian granul basah diayak
selama 15 menit. Setelah di peroleh granul kering kemudian diayak
menggunakan ayakan mesh 44, dan ditimbang. Menambahkan magnesium
stearate dan talc kedalam campuran selama lima menit dan campuran
dicetak menggunakan 9 mm flat berat rata-rata 200 mg. Metode kempa
langsung digunakan untuk Bahan penghancur yang dipercepat pada
pembuatan Diclofenac sodium. Semua bahan tambahan dicampur tanpa
magnesium stearat dan talc.
b. Pengeringan pencampuran : Menggunakan blender v-cone.
Menggunakan 3 batch seperti PVB 1, PVB 2 dan PVB 3 dianggap untuk
validasi. Setiap batch diambil sisi sampel dari atas, tengah, lapisan bawah
mixer.
c. Pengeringan granul : Pengeringan granul basah dilakukan selama 4
sampai 6 jam pada suhu 55-65 hingga hilangnya pengeringan adalah NMT
2%, Hasil pengeringan dari batch berada dalam kriteria penerimaan.
Kriteria penerimaan : NLT 2% w/w.
d. Pelicinan : pencampuran granules dengan pelumas untuk mendapatkan
aliran yang baik dan anti-adhesi properti dari campuran.
e. Pencetakan batch : Tablet dikompresi menggunakan FB round punch,
memiliki garis putus-putus pada punch atas dan punch bawah. Setiap 400
mg mengandung 100 mg natriun dikofenak. Spesifikasi untuk tablet rata-
rata yang beratnya 400 mg (5%), kekerasan NLT 3 kg/cm2, ketebalan mm
(+0,3 mm), kerapuhan NMT 1% (5%), Disolusi NLT 50% dari jumlah
yang dinyatakan. Variasi Berat : Dua puluh tablet dipilih secara acak dari
setiap kelompok dan ditimbang secara individu. Berat rata-rata dan
standar deviasi 20 tablet dihitung. Batch melewati tes untuk tes variasi
berat jika tidak lebih dari dua dari berat rata-rata lebih dari 5%. Ketebalan
dan diameter : Dua puluh tablet dipilih secara acak dari setiap batch dan
ketebalan serta diameter diukur dengan menggunakan digital vernier
calliper.
f. Drug content : Disodium diklofenak dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV dengan panjang gelombang 26.. nm. Sampel
dilarutkan dengan 70 ml buffer phospat pH 6,8, disonifikasi dan volume
100 ml, dan disaring. Diambil 10 ml dari hasil penyaringan kemudian
dilarutkan 100 ml dengan buffer phosphat pH 6,8, dibaca hasil
absorbansinya sampai (20 µg/ml).
g. Waktu hancur tablet in vitro : Uji In-Vitro disintegration dilakukan
dengan menggunakan Electro lab ED-2L Disintegration tester
menggunakan 0,1 n HCl sebagai medium disintegrasi pada 37 ± 0,5 o C.
h. Uji disolusi tablet in vitro : Uji disolusi menggunakan USP II aappratus
(paddle apparatus) dalam 900 ml buffer phosphate pH 6,8 selama 6 jam.
Suhu medium disolusi dijaga ± 3..ºC dengan kecepatan 50 rpm.
Mengambil 10 ml sampel dengan jarak interval waktu tertentu, dan
disaring menggunakan kertas saring whatmann filter paper. Sampel
kemudian dibaca menggunakan panjang gelombang 26.. menggunakan
spektrofotometri UV-Vis.

Gambar 1. Proses manufacture (Senthilkumar dan Nadu, 2015)


2. Parameter Kritikal Proses
Tabel 2. Parameter kritikal proses (Savsani, 2016)
Fast Desintegration Layer Salut Enteric dengan Sustained Release
(Matrix Layer)
Pencampuran Kering Pencampuran Pengeringan
Pengecilan Ukuran Partikel Pelicinan
Tahapan Cetakan Pengeringan
Pengukuran Ukuran Partikel
Tahapan Cetakan
Tabel 3. Parameter Proses Pembuatan
No Mfg. Process Steps Process Variables Measured Responses

1. Pencampuran Pencampuran Waktu, Keseragaman Konten


Kecepatan (Lambat / Cepat),
Dan Ampere Beban.
2. Pengeringan Waktu Pencampuran, Inlet % Lod.
Temperature, Out Let
Temperature.
3. Pelicinan Waktu Pelumasan , Rpm Content Uniformity Of
Blender, Volume Yang Blend.
Ditempati.
4. Pecetakan Kekerasan, Rpm Kompresi Rata-Rata Berat Badan, Berat
Mesin, Pemadatan Badan, Disintegrasi Waktu,
Ketebalan, Diameter,
Friability Keseragaman.

5. Pengemasan Pertama Pembentukan Kecepatan Penampilan, Roller


Suhu, Suhu Sealing, Packing Pembentukan Suhu, Suhu
M/C. Sealing Roller, Test
Kebocoran.
(Senthilkumar dan Nadu, 2015).
E. Strategi Pengendalian Untuk Critical Process Parameters
1. Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu metode untuk menghilangkan air dari
suatu bahan dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari atau
energi panas lainnya (Earle, 1992). Agar hasil optimal dapat diperoleh, bahan
yang dikeringkan harus memilki permukaan yang luas, hal ini dimaksudkan
agar panas dapat mengenai permukaan secara merata sehingga proses
pengeringan berjalan sempurna. Pada umumnya pengeringan yang sempurna
hampir tak mungkin dicapai karena akan selalu tercapai keadaan seimbang
antara zat yang dikeringkan dengan kelembapan dalam udara. Akan tetapi
dengan suplai panas yang terkendali dan sirkulasi udara yang terkontrol,
tingkat pengeringan yang tinggi dapat dicapai. Waktu pengeringan biasanya
dipengaruhi oleh udara pengering dan sifat yang dikeringkan, semakin tinggi
suhu maka semakin cepat waktu pengeringan (Paiman dan Murhananto,
1991).
2. Pencampuran
pencampuran dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : ukuran granul,
waktu proses pencampuran granul, kompaktibilitas.
3. Aliran
Aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi basanya menguntungkan
proses pencampuran. Sebalikanya aliran yang laminer dapat menggagalkan
pencampuran.
4. Ukuran Partikel
Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus dicampur, yang
berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah gerakannya didalam
campuran, maka proses pencampuran akan semakin baik. Perbedaan ukuran
yang besar dalam proses pencampuran akan menyulitkan dalam terciptanya
derajat pencampuran yang tinggi.
5. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada
pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya.
6. Kompresi
Kalibrasi alat cetak tablet setiap periode tertentu, sifat alir dan kelembaban,
distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin
saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot
karena adanya distribusi baru pada saat pencetakan,sistem pencampuran
yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama pons bawah
karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.

BAB 3
PENUTUP

Kualitas desain disini berperan penting dari pendekatan kualitas


farmasi seperti pengembangan obat, formulasi, metode analisis dan lain-lain.
QbD akan memberikan produk berkualitas dengan prosedur yang efektif dan
itu merupakan kebutuhan dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik,


Jakarta. 448, 515, 771, 1000.
Babbie, Earl. 1992. The Practice of Social Research. California: Wardsworth.
Publishing Company.
Dirjen POM, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Munir. (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung :
Alfabeta
Savsani, J. J. (2016) ‘International Journal Of Pharmaceutical Research and
Development (IJPRD)’, IJPRD, 5(2), pp. 64–70.
Senthilkumar, M. and Nadu, T. (2015) ‘2496 International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research’, IJSPR, 6(6), pp. 2496–2503.
Paiman, F. B and Murhananto, 1991, Budidaya Pengolahan Pendayagunaan Jahe,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Prasad, Sham Narayan, et al. 2018. QbD-Based Development and Evaluation of Time
dependent Chronopharmaceutical Drug Delivery System of Amoxicillin
Trihydrate for Management of Bacterial Infection. Vol 10 (3) hal 173-185.

Anda mungkin juga menyukai