2, Desember 2012
ABSTRACT
The aimed of this research was to observe the characteristics of dosage form and
release of diclofenac sodium with microemulsion w/o system in HPC-M gel base.
Diclofenac sodium gel with emulsion was used as comparator. Microemulsion was
maked with surfactant (Span 80-Tween 80): cosurfactant (isopropanol) = 4:1. The
evaluation included organoleptic, pH, spread diameter measurement of zero load, and
also diclofenac sodium release test from gel base of each formula. The result showed
that microemulsion system in gel base (formula I) had thicker consistency than
emulsion in gel base (formula II). The data was analyzed by statistic program of SPSS
using independent sample t-test with degree of confident 95% (α=0.05). The result
showed that there was a significant difference between two formulas. Drug release test
was carried out with Erweka Dissolution Tester Type DT 820 with apparatus 5 paddle
overdisk in phosphate buffer 7.4 ± 0.05, temperature 32°C, 100 rpm. The rate of
diclofenac sodium release in formula I was 48.37 ± 1.01 µg/cm2/minute½ and formula II
could’t be compared because it’s broken.
Keywords : diclofenac sodium, microemulsion, drug release, HPC-M
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti karakteristik sediaan dan pelepasan
natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi w/o dalam basis gel HPC-M. Gel
natrium diklofenak dengan sistem emulsi digunakan sebagai pembanding. Mikroemulsi
dibuat dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan (isopropanol) = 4:1.
Evaluasi meliputi organoleptis, pH, diameter penyebaran pada beban nol, dan uji
pelepasan natrium diklofenak dari basis gel untuk setiap formula. Hasil menunjukkan
bahwa sistem mikroemulsi dalam basis gel (formula I) konsistensi lebih kental daripada
emulsi dalam basis gel (formula II). Data yang didapat dianalisa dengan program
statistik dengan SPSS menggunakan independent sample t-test derajat kepercayaan
95% (α=0,05). Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada dua
formula. Uji pelepasan obat menggunakan Erweka Dissolution Tester Type DT 820
dengan apparatus 5 paddle overdisk dalam dapar fosfat 7,4 ± 0,05, temperatur 32°C,
100 rpm. Rerata pelepasan natrium diklofenak pada formula I adalah 48,37 ±
1,01µg/cm2/menit½ dan formula II tidak dapat dibandingkan karena telah rusak.
Kata kunci : natrium diklofenak, mikroemulsi, pelepasan bahan obat, HPC-M
12
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012
PT. Tritunggal Artha Makmur dan surfaktan hidrofil yakni Tween 80.
Tween 80 (E. MERCK). H2PO4, KCl, Campur dari fase minyak ke fase air
NaCl, dan KH2PO4 (E. MERCK) p.a., sama banyak aduk 500 rpm hingga
aquademineralisata diperoleh dari PT. terbentuk emulsi natrium diklofenak,
Widatra Bhakti. kemudian turunkan kecepatan secara
Alat. Ewerka Disolution Tester Tipe bertahap.
DT 820, Differential Thermal Analysis
(DTA) SP 900, pH meter Schott Glass Tabel 1. Formula sistem mikroemulsi
Mainz tipe CG 842, Double beam dan Emulsi
Spectrophotometer UV1800 Shimadzu,
Formula Mikroemulsi Emulsi
IR JASCO FT/IR-5300, Konduktometer,
DelsaTM Nano submicron particle size Natrium 5
and dynamic light scattering. Neraca diklofenak
analitik CHYO JP-160, membran Minyak kedelai 33,97 64,41
selofan, filter holder dengan membran Span 80 38,25 7,69
filter Whatman® Ø 0,45 µm no. katalog Tween 80 12,90 2,86
7140104, lempeng kaca berskala, Isopropanol 12,80
waterbath, dan alat-alat gelas. Aquademineralis 2,09 20,04
ata
Pembuatan Sistem Mikroemulsi.
Formula emulsi dan mikroemulsi dapat Pembuatan Basis Gel.
dilihat pada tabel 1. Pembuatan sistem Ditimbang HPC sesuai kebutuhan dan
mikroemulsi adalah Span 80 dicampur didispersikan dalam aquademineralisata
Tween 80 Minyak kedelai, dan bebas CO2 sebanyak 20x berat HPC.
Isopropanol dimasukkan langsung ke Diamkan selama satu jam, digerus
dalam beker glass 50,0 ml kemudian di sampai terbentuk massa gel.
diaduk sampai homogen dengan Tambahkan propilenglikol dan terakhir
magnetic stirrer dengan kecepatan 100 ditambahkan aquademineralisata bebas
rpm selama 15 menit kemudian CO2 hingga berat yang dibutuhkan.
ditambahkan aquademineralisata di
diaduk dengan magnetic stirrer dengan Pembuatan Sediaan Mikroemulsi.
kecepatan 100 rpm selama 15 menit Ditimbang mikroemulsi natrium
hingga terbentuk sistem mikroemulsi diklofenak sesuai dengan kebutuhan
(tampilan = jernih). Natrium diklofenak untuk membentuk sediaan dengan
dilarutkan pada larutan mikroemulsi konsentrasi natrium diklofenak 1 % (4
diaduk dengan magnetic stirrer dengan g). Kemudian dimasukkan ke dalam
kecepatan 150 rpm sampai larut dan basis gel aduk terbentuk sediaan
homogen selama 60 menit. mikroemulsi natrium diklofenak dalam
basis HPC.
Pembuatan Sistem Emulsi.
Pembuatan sistem emulsi sebagai Pembuatan Sediaan Emulsi
formula kontrol diawali dengan Ditimbang mikroemulsi natrium
mencampurkan Span 80, dan minyak diklofenak sebanyak 4g untuk
kedelai sebagai fase minyak. Kemudian membentuk sediaan dengan konsentrasi
tambahkan natrium diklofenak aduk natrium diklofenak 1 %, aduk hingga
hingga homogen. Sebagai fase air terbentuk sediaan emulsi natrium
digunakan aquademineralisata bebas diklofenak dalam basis gel HPC.
CO2 yang telah dicampurkan dengan
14
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012
15
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012
Evaluasi pada sediaan formula I berwarna kuning dan tidak berbau. Hal
dilakukan semalam setelah pembuatan ini menandakan bahwa sistem
dengan tujuan untuk menstabilkan mikroemulsi tersebut stabil. Tetapi
sistem yang sudah terbentuk pada ketika ditambahkan didalam basis gel
sediaan. Sedangkan untuk formula II HPC-M maka sediaan tersebut hanya
untuk nilai pH dan diameter penyebaran bertahan selama 2 malam kemudian
dilakukan setelah penambahan sistem sediaan pecah. Sehingga disarankan
ke dalam basis gel dikarenakan sediaan untuk menggunakan sistem
yang rusak pada menit ke-20. mikroemulsi ini secara langsung, tanpa
Pembuatan kurva baku natrium dimasukkan kedalam basis gel.Selain
diklofenak dilakukan pada tiga panjang itu diperlukan uji stabilitas lebih lanjut
gelombang analitik yaitu ±15 nm dari karena walaupun secara visual sistem
panjang gelombang maksimum (261 nm mikroemulsi yang diamati hingga
dan 291 nm), karena pada panjang minggu ke 4 tetap jernih berwarna
gelombang tersebut natrium diklofenak kuning dan tidak berbau tetapi ukuran
memberikan serapan terbesar dan basis droplet sistem mikroemulsi yang diluar
memberikan serapan terkecil. Kurva rentang pustaka dapat menyebabkan
baku dibuat dari pengukuran absorban sistem tidak stabil.
larutan baku kerja natrium diklofenak Pada pengukuran pH sediaan diperoleh
pada dapar fosfat salin 7,4 ± 0,05 pada hasil untuk rata-rata pH formula I
kadar 0,515 ppm hingga 30,9 ppm. Dari adalah 6,46 ± 0,03 sedangkan untuk
hasil penentuan kurva baku diperoleh rata-rata formula II adalah 6,33 ± 0,02
persamaan regresi y = 0,0092 x – (tabel 4). Hasil dari pengukuran pH ini
1,3174.10-4 dan koefisien korelasi (r) = sesuai harapan yaitu dalam rentang pH
0,9999. kulit manusia dengan nilai pH 4,0 - 6,8
Hasil pengamatan organoleptis sediaan (Barry, 1983). Berdasarkan uji statistik
diperoleh hasil bahwa pada formula I diketahui bahwa terdapat perbedaan pH
memiliki konsistensi yang agak kental yang bermakna antar kedua formula,
sedangkan untuk formula II memiliki dilihat dari nilai t hitung |6,500| > t tabel
konsistensi yang encer. Selain itu, |2,776|. sehingga dapat disimpulkan
formula II dalam waktu 20 menit pecah. bahwa perbedaan sistem berpengaruh
Sistem mikroemulsi dengan bahan obat pada pH sediaan.
dalam pengamatan sampai minggu ke-4 Sediaan formula I dan sediaan formula
tetap menunjukkan cairan yang jernih, II mempunyai kesamaan komposisi,
17
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012
tetapi berbeda pada jumlah untuk natrium diklofenak dari basis gel HPC-
masing-masing bahan. Jumlah M. Membran yang digunakan yaitu
aquademineralisata pada formula I yang selofan. Profil disolusi dapat dilihat
lebih sedikit dari formula II. Jumlah pada gambar 1. Hasil uji pelepasan
aquademineralisata ini menyebabkan dengan alat disolusi didapatkan nilai
adanya gugus H+ yang lebih banyak rerata slope (fluks) untuk formula I
pada sediaan yang dapat menyebabkan adalah 48,37 ± 1,01 µg/cm2/
nilai pH sediaan lebih asam. Oleh sebab menit/1/2(tabel 5).
itu, pH sediaan untuk formula II lebih
asam daripada sediaan formula I. Tabel 5. Harga fluks (µg/cm2/menit½)
natrium diklofenak dalam sediaan gel
Tabel 4. Hasil rerata karakteristik pada formula I
sediaan gel natrium diklofenak
Fluks
Pemeriksaan Gel Gel Emulsi Replikasi
Mikroemulsi (µg/cm2/menit½)
pH 6,46±0,03 6,33±0,02 1 49,02
Diameter 7,47 ± 0,25 12,72 ± 0,28
penyebaran 2 48,88
pada beban 0 3 47,20
(nol)
*Data merupakan rerata dari tiga kali Rerata ± 48,37 ± 1,01
replikasi ± SD SD
Dari hasil uji diameter penyebaran % KV 2,09
beban nol ini didapatkan hasil untuk
formula I (7,47 ± 0,25 cm) lebih kecil
daripada hasil uji diameter penyebaran
Pelepasan bahan obat dari sediaan
pada beban nol untuk formula II (12,72
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
± 0,28 cm). Setelah itu, data diolah
afinitas bahan obat terhadap basis,
dengan analisis statistik independent
kelarutan difusan dan vikositas sediaan
sample t test, hasilnya menunjukkan
itu sendiri. Kelarutan bahan obat juga
bahwa ada perbedaan bermakna antara
mempengaruhi pelepasan bahan obat
kedua formula. Diameter beban nol
dari sediaan. Partikel obat harus dalam
untuk formula I lebih kecil daripada
bentuk terlarut agar dapat berdifusi
diameter beban nol untuk formula II
(Barry, 1983; Martin et al., 1993) dan
yang berarti bahwa formula I lebih
lepas dari basis.
kental. Fluiditas merupakan kebalikan
Selain itu, untuk formula I, afinitas
dari viskositas (Martin et al., 1993).
bahan obat terhadap basis tinggi karena
Jumlah minyak pada formula II yang
pada formula I mempunyai surfaktan
lebih tinggi juga dapat mengakibatkan
yang bersifat ampifil dengan jumlah
diameter penyebaran formula II lebih
yang banyak. Natrium diklofenak yang
besar daripada formula I. Viskositas
memiliki kecenderungan sifat lebih
sediaan ini berpengaruh pada mobilitas
lipofil akan berikatan dengan gugus
dari bahan aktif untuk dapat lepas dari
hidrofob yang ada pada surfaktan.
basis.
Sedangkan untuk gugus hidrofil pada
Uji pelepasan dilakukan untuk
surfaktan akan berikatan dengan basis
mengetahui adanya pengaruh sistem
gel yang bersifat hidrofil. Oleh sebab itu
mikroemulsi terhadap pelepasan
18
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V., Jr., (1997) The art and
Technology of Pharmaceutical
Compounding, Washington DC:
American Pharmaceutical
Association, pp173-185, 209
Gambar 1. Profil disolusi sediaan Barry, B. W., (1983) Dermatological
natrium diklofenak dengan sistem Formulation Percutaneous
mikroemulsi dalam basis gel HPC Absorption, New York, Basel:
dalam larutan dapar fosfat salin dengan Marcel Dekker Inc., pp 300-304
pH7,4 ± 0,05.Data merupakan rerata Budavari, S., (1996) The Merck
dari tigakali replikasi SD. Index13th Edition. New Jersey,
USA : Merck & Co. Inc pp 3106
Stabilitas dari mikroemulsi w/o yang
bersifat hidrofobik, ketika dicampurkan
19
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012
20