Anda di halaman 1dari 9

Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.

2, Desember 2012

KARAKTERISASI SEDIAAN DAN UJI PELEPASAN NATRIUM


DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM
BASIS GEL HPC-M

Esti Hendradi1*, Tutiek Purwanti1, Arycko Andy Suryanto1


1
Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya 60286
*Corresponding author: esti_hendradi@yahoo.com

ABSTRACT
The aimed of this research was to observe the characteristics of dosage form and
release of diclofenac sodium with microemulsion w/o system in HPC-M gel base.
Diclofenac sodium gel with emulsion was used as comparator. Microemulsion was
maked with surfactant (Span 80-Tween 80): cosurfactant (isopropanol) = 4:1. The
evaluation included organoleptic, pH, spread diameter measurement of zero load, and
also diclofenac sodium release test from gel base of each formula. The result showed
that microemulsion system in gel base (formula I) had thicker consistency than
emulsion in gel base (formula II). The data was analyzed by statistic program of SPSS
using independent sample t-test with degree of confident 95% (α=0.05). The result
showed that there was a significant difference between two formulas. Drug release test
was carried out with Erweka Dissolution Tester Type DT 820 with apparatus 5 paddle
overdisk in phosphate buffer 7.4 ± 0.05, temperature 32°C, 100 rpm. The rate of
diclofenac sodium release in formula I was 48.37 ± 1.01 µg/cm2/minute½ and formula II
could’t be compared because it’s broken.
Keywords : diclofenac sodium, microemulsion, drug release, HPC-M
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti karakteristik sediaan dan pelepasan
natrium diklofenak dengan sistem mikroemulsi w/o dalam basis gel HPC-M. Gel
natrium diklofenak dengan sistem emulsi digunakan sebagai pembanding. Mikroemulsi
dibuat dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan (isopropanol) = 4:1.
Evaluasi meliputi organoleptis, pH, diameter penyebaran pada beban nol, dan uji
pelepasan natrium diklofenak dari basis gel untuk setiap formula. Hasil menunjukkan
bahwa sistem mikroemulsi dalam basis gel (formula I) konsistensi lebih kental daripada
emulsi dalam basis gel (formula II). Data yang didapat dianalisa dengan program
statistik dengan SPSS menggunakan independent sample t-test derajat kepercayaan
95% (α=0,05). Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada dua
formula. Uji pelepasan obat menggunakan Erweka Dissolution Tester Type DT 820
dengan apparatus 5 paddle overdisk dalam dapar fosfat 7,4 ± 0,05, temperatur 32°C,
100 rpm. Rerata pelepasan natrium diklofenak pada formula I adalah 48,37 ±
1,01µg/cm2/menit½ dan formula II tidak dapat dibandingkan karena telah rusak.
Kata kunci : natrium diklofenak, mikroemulsi, pelepasan bahan obat, HPC-M

12
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

PENDAHULUAN dibandingkan sediaan konvensional


Natrium diklofenak merupakan salah (Santos et al., 2008). Sediaan
satu golongan obat anti inflamasi mikroemulsi natrium diklofenak
nonsteroid (AINS) yang termasuk kelemahan yaitu sediaan yang encer
derivat fenil asetat.Natrium diklofenak maka mudah mengalir saat digunakan
mempunyai efek yang merugikan pada sehingga pelepasan obat melewati kulit
saluran pencernaan yaitu sekitar 20% terganggu. Masalah ini dapat diatasi
pasien mengalami ulkus lambung dengan digunakanya gelling agent
(Katzung, 2007). Untuk mengurangi untuk memperbaiki sifat rheologi
efek pada saluran cerna, dan mikroemulsi (Santos et al., 2008). Salah
meningkatkan kepatuhan dalam satu sediaan yang baik untuk
penggunaan maka pendekatan yang meningkatkan konsistensi mikroemulsi
dilakukan dengan membuat sediaan adalah sediaan gel. Sediaan gel
transdermal yaitu sistem penghantaran mempunyai kelebihan diantaranya
yang memanfaatkan kulit sebagai memiliki viskositas dan daya lekat
tempat masuknya obat. Oleh sebab itu tinggi sehingga tidak mudah mengalir
dibuat dalam bentuk sediaan topikal. pada permukaan kulit, memiliki sifat
Efektifitas sediaan topikal tergantung tiksotropi sehingga mudah merata bila
pada beberapa faktor yaitu bahan aktif dioles, tidak meninggalkan bekas,
harus dalam keadaan terlarut kemudian hanya berupa lapisan tipis seperti film
dilepas dari basis menuju permukaan saat pemakaian, mudah tercucikan
kulit dan selanjutnya berpenetrasi dengan air, dan memberikan sensasi
melalui membran kulit untuk mencapai dingin setelah digunakan (Lund, 1994).
tempat aksinya (Idson & Lazarus, Penelitian ini dilakukan untuk
1994). Pada pemakaian topikal, sediaan mengetahui karakteristik sediaan sistem
dioleskan pada kulit dengan target mikroemulsi w/o natrium diklofenak
reseptornya yaitu pada viable epidermis (dengan surfaktan Span 80 – Tween 80 :
dan dermis sehingga natrium diklofenak korsufaktan isopropanol 4 : 1) serta laju
harus dapat menembus stratum dan profil pelepasan natrium diklofenak
korneum dan berdifusi hingga lapisan yang diformulasikan dalam basis gel
dermis (Barry, 1983). Tetapi natrium Hydroxypropyl Cellulose (HPC) yang
diklofenak memiliki koefisien partisi dibandingkan dengan sistem emulsi w/o
(P) sebesar 13,4 (Log P = 1,13) yang juga diformulasikan dalam basis
(Budavari, 1996). Berdasarkan nilai gel HPC.Data yang diperoleh dianalisa
koefisien partisi tersebut dapat statistik menggunakan independent
diketahui bahwa natrium diklofenak sampel t-test.
cenderung bersifat lipofil, sehingga
penggunaannya lebih optimal bila METODE PENELITIAN
digunakan dalam sistem dua fase, Bahan. Bahan yang digunakan apabila
contohnya emulsi w/o. Tetapi emulsi tidak disebutkan lain, memiliki
memiliki kelemahan antara lain tidak kemurnian pharmaceutical grade yaitu,
stabil secara termodinamik (Allen, natrium diklofenak (Yung Zip Chemcal
1997). Sehingga untuk meningkatkan Ind-Taiwan), minyak kedelai food
efektifitas dan stabilitas emulsi maka grade dari PT. Same Darby Edible,
dibuat sistem mikroemulsi yang dapat HPC dari (Nippon Soda Co.,LTD),
menunjukan kemampuan melarutkan propilenglikol diperoleh dari PT
yang tinggi baik obat yang bersifat Brataco, isopropanol (E. MERCK),
hidrofilik maupun lipofilik Span 80 cosmetical grade diperoleh dari
13
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

PT. Tritunggal Artha Makmur dan surfaktan hidrofil yakni Tween 80.
Tween 80 (E. MERCK). H2PO4, KCl, Campur dari fase minyak ke fase air
NaCl, dan KH2PO4 (E. MERCK) p.a., sama banyak aduk 500 rpm hingga
aquademineralisata diperoleh dari PT. terbentuk emulsi natrium diklofenak,
Widatra Bhakti. kemudian turunkan kecepatan secara
Alat. Ewerka Disolution Tester Tipe bertahap.
DT 820, Differential Thermal Analysis
(DTA) SP 900, pH meter Schott Glass Tabel 1. Formula sistem mikroemulsi
Mainz tipe CG 842, Double beam dan Emulsi
Spectrophotometer UV1800 Shimadzu,
Formula Mikroemulsi Emulsi
IR JASCO FT/IR-5300, Konduktometer,
DelsaTM Nano submicron particle size Natrium 5
and dynamic light scattering. Neraca diklofenak
analitik CHYO JP-160, membran Minyak kedelai 33,97 64,41
selofan, filter holder dengan membran Span 80 38,25 7,69
filter Whatman® Ø 0,45 µm no. katalog Tween 80 12,90 2,86
7140104, lempeng kaca berskala, Isopropanol 12,80
waterbath, dan alat-alat gelas. Aquademineralis 2,09 20,04
ata
Pembuatan Sistem Mikroemulsi.
Formula emulsi dan mikroemulsi dapat Pembuatan Basis Gel.
dilihat pada tabel 1. Pembuatan sistem Ditimbang HPC sesuai kebutuhan dan
mikroemulsi adalah Span 80 dicampur didispersikan dalam aquademineralisata
Tween 80 Minyak kedelai, dan bebas CO2 sebanyak 20x berat HPC.
Isopropanol dimasukkan langsung ke Diamkan selama satu jam, digerus
dalam beker glass 50,0 ml kemudian di sampai terbentuk massa gel.
diaduk sampai homogen dengan Tambahkan propilenglikol dan terakhir
magnetic stirrer dengan kecepatan 100 ditambahkan aquademineralisata bebas
rpm selama 15 menit kemudian CO2 hingga berat yang dibutuhkan.
ditambahkan aquademineralisata di
diaduk dengan magnetic stirrer dengan Pembuatan Sediaan Mikroemulsi.
kecepatan 100 rpm selama 15 menit Ditimbang mikroemulsi natrium
hingga terbentuk sistem mikroemulsi diklofenak sesuai dengan kebutuhan
(tampilan = jernih). Natrium diklofenak untuk membentuk sediaan dengan
dilarutkan pada larutan mikroemulsi konsentrasi natrium diklofenak 1 % (4
diaduk dengan magnetic stirrer dengan g). Kemudian dimasukkan ke dalam
kecepatan 150 rpm sampai larut dan basis gel aduk terbentuk sediaan
homogen selama 60 menit. mikroemulsi natrium diklofenak dalam
basis HPC.
Pembuatan Sistem Emulsi.
Pembuatan sistem emulsi sebagai Pembuatan Sediaan Emulsi
formula kontrol diawali dengan Ditimbang mikroemulsi natrium
mencampurkan Span 80, dan minyak diklofenak sebanyak 4g untuk
kedelai sebagai fase minyak. Kemudian membentuk sediaan dengan konsentrasi
tambahkan natrium diklofenak aduk natrium diklofenak 1 %, aduk hingga
hingga homogen. Sebagai fase air terbentuk sediaan emulsi natrium
digunakan aquademineralisata bebas diklofenak dalam basis gel HPC.
CO2 yang telah dicampurkan dengan
14
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

Pemeriksaan Kualitatif Sistem diameter yang dapat dicapai sediaan


Mikroemulsi dan Emulsi pada saat pemberian beban kaca yang
Pemeriksaan kualitatif sistem dianggap sebagai beban nol. Besarnya
mikroemulsi meliputi organoleptis diameter penyebaran dicatat setelah 1
secara visual, konduktivitas dengan menit.
konduktometer; ukuran droplet,
viskositas dan Zeta potensial dengan Disolusi. Uji disolusi dilakukan dengan
menggunakan DelsaTM Nano submicron alat Erweka DT 820 dengan kondisi
particle size and dynamic light sebagai berikut: Sebagai media disolusi
scattering. adalah 500 ml dapar fosfat pH 7,4 ±
0,05. Suhu media 32 ± 0,5ºC. Pengaduk
Pemeriksaan Organoleptis. tipe II (dayung) dengan kecepatan
Pemeriksaan organoleptis sediaan gel pengadukan 100 rpm. Pengambilan
natrium diklofenak dilakukan secara sampel dilakukan pada rentang waktu :
visual meliputi bentuk, warna, dan bau 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120,
150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360,
Uji karakteristik sediaan meliputi pH 390, 420, 450, 480 menit. Sample yang
dan diameter penyebaran pada diambil sebanyak 5,0 ml. Kadar natrium
beban Nol. diklofenak pada sample diukur dengan
Spektrofotometer UV-Vis dengan
Uji pH. Penentuan pH dilakukan menggunakan tiga panjang gelombang
dengan cara sebagai berikut: ditimbang analitik (Mulja dan Syahrani, 1990).
1 gram sediaan lalu diencerkan dengan
9 mL aquademineralisata bebas CO2 Analisis Statistik. Analisis data
diaduk menggunakan batang pengaduk evaluasi sediaan natrium diklofenak
agar homogen. Selanjutnya elektroda dengan sistem mikroemulsi dan sediaan
dimasukkan kedalam sediaan yang telah natrium diklofenak dengan sistem
diencerkan dengan aquademineralisata emulsi, baik evaluasi karakteristik (pH
bebas CO2 kemudian dicatat angka yang dan diameter penyebaran pada beban
ditunjukkan oleh pH meter. nol) dilakukan secara statistik dengan
metode analisis independent sample t-
Uji Diameter Penyebaran pada test dengan menggunakan program
Beban Nol. Untuk mengetahui SPSS dengan derajat kepercayaan 95%
penyebaran pada beban nol, dilihat (α=0,05).
Tabel 2. Hasil pemeriksaan kualitatif mikroemulsi
Pemeriksaan Tanpa Diklofenak Dengan Diklofenak Pustaka
Organoleptis :
Cairanjernih Cairanjernih Transparan/ jernih,
- Bentuk
Kuning Kuning dankonsistensinyaseper
- Warna
Tidakberbau Tidakberbau tilarutan (Santos et
- Bau
al.,2008)
Konduktivitas 0,05 ± 0,02 µS* 0,42 ± 0,09 µS*

Rerata diameter panjang: Rerata diameter panjang: <1,0 μm (Gattefosse,


Ukuran droplet 32,2323 μm 2000)
0,4006 μm
Vikositas 0,8878 cP 0,8878 cP
Zeta Potensial -0,34 mV 2,08 mV
*Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi

15
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN kedelai yang telah diamati sebelumnya


Hasil uji organoleptis sistem sebesar 0,01 µS dan berbeda jauh
mikroemulsi dapat dilihat pada tabel 2. dengan nilai konduktivitas air 32,18 µS.
Sistem mikroemulsi tanpa bahan obat Dari ketiga uji tersebut dapat
memiliki nilai zeta potensial -0,34 mV disimpulkan mikroemulsi yang
dan nilai zeta potensial untuk sistem terbentuk merupakan mikroemulsi tipe
mikroemulsi dengan bahan obat sebesar w/o.
2,08 mV. Selisih nilai zeta potensial Untuk sistem emulsi, didapat hasil
setelah penambahan natrium diklofenak bentuk cairan kental, keruh berwarna
menunjukkan adanya perubahan energi putih dan tidak berbau (tabel 3).
(potensial) didalam sistem. Untuk uji Hasil uji ukuran droplet emulsi
ukuran droplet sistem mikroemulsi memiliki diameter ukuran droplet 1,04
sebelum ditambahkan natrium µm. Hasil ini sesuai dengan yang
diklofenak memiliki ukuran doplet yang disebutkan oleh Ansel (1989), yaitu
sesuai dengan rentang pada pustaka. emulsi memiliki rentang ukuran 1–100
Sedangkan pada saat sistem ditambah µm. Berdasarkan uji konduktivitas
natrium diklofenak diketahui memiliki emulsi, dapat dikatakan bahwa sistem
ukuran rata-rata 32232,3 nm diluar yang dibuat termasuk dalam tipe w/o
rentang pustaka. Pada pustaka karena nilai konduktivitas kedua sistem
disebutkan bahwa mikroemulsi kecil atau mendekati nilai konduktivitas
memiliki rentang ukuran droplet antara minyak kedelai 0,01 µS dan sangat jauh
0.1-1.0 μm (Harwansh et al.,2010) atau dari nilai konduktivitas air 32,18 µS.
<1,0 μm (Gattefosse, 1998). Hal ini Sistem emulsi yang telah ditambahkan
karena surfaktan didalam sistem ini natrium diklofenak pada menit ke-20
membentuk sebuah bentukan untuk setelah dibuat telah pecah. Hal ini
membuat sistem yang stabil (Lawrence berbeda dengan sistem emulsi tanpa
and Rees, 2000). Fenomena ini sesuai bahan obat tetapi dengan komposisi
dengan penelitian Lawrence and Rees yang sama, sistem emulsi dapat stabil
yang membandingkan penambahan hingga 7 hari setelah dibuat.
fenoprofen dan fenoprofen-Na ke dalam Oleh sebab itu sistem emulsi tanpa
sistem mikroemulsi, didapatkan hasil natrium diklofenak dan sistem emulsi
untuk sistem yang mendapat tambahan yang telah ditambahkan natrium
garam natrium (fenoprofen-Na) diklofenak tidak dilakukan pengamatan
memiliki ukuran yang lebih besar lebih lanjut seperti halnya sistem
daripada sistem yang ditambahkan mikroemulsi karena sistem tersebut
bahan obat tanpa garam telah pecah. Ketidakstabilan dari emulsi
natrium.Walaupun demikian sistem salah satunya karena penggabungan
mikroemulsi pada penelitian ini dapat droplet (Martin et al., 1993).
bertahan hingga 4 minggu tetap stabil Penggabungan ini dapat terjadi karena
hal ini ditunjukkan dengan sistem perubahan nilai zeta potensial sistem.
tersebut tetap berupa cairan jernih, Perubahan nilai zeta potensial ini
kuning dan tidak berbau. akibat dari penambahan natrium
Pada hasil uji konduktivitas, diperoleh diklofenak yang mengandung elektrolit
bahwa mikroemulsi yang dibuat Na+ sehingga meningkatkan kekuatan
merupakan tipe air dalam minyak (w/o) ionik yang berakibat menebalkan
dengan nilai konduktivitas 0,42 ± 0,09 lapisan double layer (Olson, 2012).
µS karena nilai konduktivitas minyak
16
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

Tabel 3 Hasil pemeriksaan kualitatif emulsi

Pemeriksaan Tanpa Diklofenak Dengan Diklofenak Data Pustaka


Organoleptis :
- Bentuk Cairankeruh Cairankeruh Keruh(Santos et al., 2008)
- Warna putih putih
- Bau Tidakberbau Tidakberbau
Evaluasi ukuran Rerata diameter Rerata diameter panjang 1 – 10 µm
droplet panjang: 0,70 µm 1,04 µm (Ansel,1989)

Konduktivitas - 0,92 ± 0,01 µs*

*Data merupakan rerata dari tiga kali replikasi

Evaluasi pada sediaan formula I berwarna kuning dan tidak berbau. Hal
dilakukan semalam setelah pembuatan ini menandakan bahwa sistem
dengan tujuan untuk menstabilkan mikroemulsi tersebut stabil. Tetapi
sistem yang sudah terbentuk pada ketika ditambahkan didalam basis gel
sediaan. Sedangkan untuk formula II HPC-M maka sediaan tersebut hanya
untuk nilai pH dan diameter penyebaran bertahan selama 2 malam kemudian
dilakukan setelah penambahan sistem sediaan pecah. Sehingga disarankan
ke dalam basis gel dikarenakan sediaan untuk menggunakan sistem
yang rusak pada menit ke-20. mikroemulsi ini secara langsung, tanpa
Pembuatan kurva baku natrium dimasukkan kedalam basis gel.Selain
diklofenak dilakukan pada tiga panjang itu diperlukan uji stabilitas lebih lanjut
gelombang analitik yaitu ±15 nm dari karena walaupun secara visual sistem
panjang gelombang maksimum (261 nm mikroemulsi yang diamati hingga
dan 291 nm), karena pada panjang minggu ke 4 tetap jernih berwarna
gelombang tersebut natrium diklofenak kuning dan tidak berbau tetapi ukuran
memberikan serapan terbesar dan basis droplet sistem mikroemulsi yang diluar
memberikan serapan terkecil. Kurva rentang pustaka dapat menyebabkan
baku dibuat dari pengukuran absorban sistem tidak stabil.
larutan baku kerja natrium diklofenak Pada pengukuran pH sediaan diperoleh
pada dapar fosfat salin 7,4 ± 0,05 pada hasil untuk rata-rata pH formula I
kadar 0,515 ppm hingga 30,9 ppm. Dari adalah 6,46 ± 0,03 sedangkan untuk
hasil penentuan kurva baku diperoleh rata-rata formula II adalah 6,33 ± 0,02
persamaan regresi y = 0,0092 x – (tabel 4). Hasil dari pengukuran pH ini
1,3174.10-4 dan koefisien korelasi (r) = sesuai harapan yaitu dalam rentang pH
0,9999. kulit manusia dengan nilai pH 4,0 - 6,8
Hasil pengamatan organoleptis sediaan (Barry, 1983). Berdasarkan uji statistik
diperoleh hasil bahwa pada formula I diketahui bahwa terdapat perbedaan pH
memiliki konsistensi yang agak kental yang bermakna antar kedua formula,
sedangkan untuk formula II memiliki dilihat dari nilai t hitung |6,500| > t tabel
konsistensi yang encer. Selain itu, |2,776|. sehingga dapat disimpulkan
formula II dalam waktu 20 menit pecah. bahwa perbedaan sistem berpengaruh
Sistem mikroemulsi dengan bahan obat pada pH sediaan.
dalam pengamatan sampai minggu ke-4 Sediaan formula I dan sediaan formula
tetap menunjukkan cairan yang jernih, II mempunyai kesamaan komposisi,
17
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

tetapi berbeda pada jumlah untuk natrium diklofenak dari basis gel HPC-
masing-masing bahan. Jumlah M. Membran yang digunakan yaitu
aquademineralisata pada formula I yang selofan. Profil disolusi dapat dilihat
lebih sedikit dari formula II. Jumlah pada gambar 1. Hasil uji pelepasan
aquademineralisata ini menyebabkan dengan alat disolusi didapatkan nilai
adanya gugus H+ yang lebih banyak rerata slope (fluks) untuk formula I
pada sediaan yang dapat menyebabkan adalah 48,37 ± 1,01 µg/cm2/
nilai pH sediaan lebih asam. Oleh sebab menit/1/2(tabel 5).
itu, pH sediaan untuk formula II lebih
asam daripada sediaan formula I. Tabel 5. Harga fluks (µg/cm2/menit½)
natrium diklofenak dalam sediaan gel
Tabel 4. Hasil rerata karakteristik pada formula I
sediaan gel natrium diklofenak
Fluks
Pemeriksaan Gel Gel Emulsi Replikasi
Mikroemulsi (µg/cm2/menit½)
pH 6,46±0,03 6,33±0,02 1 49,02
Diameter 7,47 ± 0,25 12,72 ± 0,28
penyebaran 2 48,88
pada beban 0 3 47,20
(nol)
*Data merupakan rerata dari tiga kali Rerata ± 48,37 ± 1,01
replikasi ± SD SD
Dari hasil uji diameter penyebaran % KV 2,09
beban nol ini didapatkan hasil untuk
formula I (7,47 ± 0,25 cm) lebih kecil
daripada hasil uji diameter penyebaran
Pelepasan bahan obat dari sediaan
pada beban nol untuk formula II (12,72
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
± 0,28 cm). Setelah itu, data diolah
afinitas bahan obat terhadap basis,
dengan analisis statistik independent
kelarutan difusan dan vikositas sediaan
sample t test, hasilnya menunjukkan
itu sendiri. Kelarutan bahan obat juga
bahwa ada perbedaan bermakna antara
mempengaruhi pelepasan bahan obat
kedua formula. Diameter beban nol
dari sediaan. Partikel obat harus dalam
untuk formula I lebih kecil daripada
bentuk terlarut agar dapat berdifusi
diameter beban nol untuk formula II
(Barry, 1983; Martin et al., 1993) dan
yang berarti bahwa formula I lebih
lepas dari basis.
kental. Fluiditas merupakan kebalikan
Selain itu, untuk formula I, afinitas
dari viskositas (Martin et al., 1993).
bahan obat terhadap basis tinggi karena
Jumlah minyak pada formula II yang
pada formula I mempunyai surfaktan
lebih tinggi juga dapat mengakibatkan
yang bersifat ampifil dengan jumlah
diameter penyebaran formula II lebih
yang banyak. Natrium diklofenak yang
besar daripada formula I. Viskositas
memiliki kecenderungan sifat lebih
sediaan ini berpengaruh pada mobilitas
lipofil akan berikatan dengan gugus
dari bahan aktif untuk dapat lepas dari
hidrofob yang ada pada surfaktan.
basis.
Sedangkan untuk gugus hidrofil pada
Uji pelepasan dilakukan untuk
surfaktan akan berikatan dengan basis
mengetahui adanya pengaruh sistem
gel yang bersifat hidrofil. Oleh sebab itu
mikroemulsi terhadap pelepasan
18
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

maka natrium diklofenak kemungkinan ke dalam basis gel yang bersifat


terperangkap didalam surfaktan yang hidrofilik mungkin tidak stabil. Untuk
mana surfaktan itu sendiri ada didalam mengetahui perubahan bentuk
basis gel. Untuk formula I yang mikroemulsi tersebut maka perlu
mempunyai jumlah surfaktan banyak, dilakukan penelitian yang lebih lanjut
maka ikatan antara bahan obat, untuk kestabilannya di dalam basis gel.
surfaktan dan basis gel menjadi lebih Hambatan ada penelitian ini yaitu tidak
kuat. Sehingga afinitas bahan obat dapat mengetahui bentukan dari
terhadap basis semakin tinggi. Bahan mikroemulsi. Walaupun pada penelitian
obat yang afinitasnya tinggi akan sulit ini sistem yang terbentuk dapat
terlepas dari basis (Martin et al., 1993). melarutkan bahan obat dan sistem ini
Sediaan semisolida dapat memberikan secara organoleptis jernih hingga
efek jika bahan obat telah lepas dari pengamatan pada minggu ke-4 tetapi
basis dan berpenetrasi ke dalam kulit. sistem yang telah dimasukkan kedalam
Penetrasi ke dalam kulit ini dipengaruhi basis gel tidak diketahui bentukan serta
oleh beberapa faktor antara lain adalah strukturnya apakah tetap atau berubah.
faktor fisiologis kulit dan bahan obat Sehingga untuk pengembangan
harus dapat lepas dari basis. Pada selanjutnya diperlukan pengamatan
mikroemulsi (formula I) yang memiliki stuktur sistem mikroemulsi setelah
jumlah surfaktan yang tinggi (63,95 %) ditambahkan kedalam basis gel.
kemungkinan dapat berfungsi sebagai
enhancer yang dapat mempengaruhi Kesimpulan
lipid bilayer dari kulit sehingga dapat Sediaan sistem mikroemulsi dalam
meningkatkan penetrasi natrium basis gel (formula I) konsistensi lebih
diklofenak kedalam kulit (Santos et al., kental daripada sediaan emulsi dalam
2008). basis gel (formula II). Hasil statistik
menunjukkan bahwa ada perbedaan
bermakna pada dua formula.
Sediaan natrium diklofenak dengan
sistem mikroemulsi memiliki harga
fluks pelepasan sebesar 48,37 ± 1,01
µg/cm2/menit1/2.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V., Jr., (1997) The art and
Technology of Pharmaceutical
Compounding, Washington DC:
American Pharmaceutical
Association, pp173-185, 209
Gambar 1. Profil disolusi sediaan Barry, B. W., (1983) Dermatological
natrium diklofenak dengan sistem Formulation Percutaneous
mikroemulsi dalam basis gel HPC Absorption, New York, Basel:
dalam larutan dapar fosfat salin dengan Marcel Dekker Inc., pp 300-304
pH7,4 ± 0,05.Data merupakan rerata Budavari, S., (1996) The Merck
dari tigakali replikasi  SD. Index13th Edition. New Jersey,
USA : Merck & Co. Inc pp 3106
Stabilitas dari mikroemulsi w/o yang
bersifat hidrofobik, ketika dicampurkan

19
Hendradi, E. et al. PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012

Gattefosse., (1998) Microemulsion and Lund, W. (Ed.), (1994) The


Cosmetic, Edisi Pertama, Pharmaceutical Codex :
France. Principles and Practice of
Harwansh, R.K., Rahman, M.A., Dangi, Pharmaceutics, 12th Edition.
J.S., (2010) Microemulsion London : The Pharmaceutical
System for Transdermal Delivery Press.pp 134
of Diclofenac Sodium for Martin, A., Swarbrick, J., dan
Bioavailability Enhancement, Cammarata, A., (1993) Farmasi
Journal of Pharmacy Research, Fisik: Dasar-Dasar Kimia Fisik
3(9), pp 2182-2185. Dalam Ilmu Farmasi, edisi ketiga
Idson, B. & Lazarus, J., (1994) jilid kedua, Jakarta: Universitas
Semipadat. In : L. Lachman, Indonesia UI-PRESS., pp 830-
H.A. Lieberman, & J.L. Kanig 835; 853-857
(Eds). Teori dan Praktek Farmasi Mulja, M., Syahrani, A., (1990)
Industri. Edisi ke-3, Jakarta : UI- Aplikasi Analisis
Press, pp 1091 – 1105. Spektrofotometri UV-Vis.
Katzung, B.G., (2007) Farmakologi Surabaya: Mecphiso Grafika.
Dasar dan Klinik, Edisi 10. Olson, Eric., (2012) Zeta Potential and
Diterjemahkan oleh Nugroho, Colloid Chemistry. Journal of
A.W., Rendy, L., dan GXP Compliance vol. 16.
Dwijayanthi, L. Jakarta: Penerbit Santos, A.C. Watkinson, J Hadgraft,
Buku Kedokteran ECG., hal. 819 dan M.E. Lane. (2008)
Lawrence, M.J., Rees, G.D., (2000) Application of Microemulsions in
Microemulsion based media as Dermal and Transdermal Drug
novel drug delivery system. Delivery. Skin Pharmacology
Advance Drug Delivery Reviews Physiology, 21, pp 246-259.
45. pp 89-121.

20

Anda mungkin juga menyukai