PENDAHULUAN
sebagai
hasil
dari
proses
mikroenkapsulasi
tersalut dan dapat digunakan lebih lanjut terhadap berbagai bentuk sediaan
farmasi (Lachman, 1986 ; Miah et al, 2013 )
Dalam penelitian ini digunakan aceklofenak yang mempunyai
absorbsi yang cepat dan efektif diserap setelah pemberian oral, namun
memiliki waktu paruh yang pendek. Efek samping terapi dari aseklofenak,
seperti NSID lainnya yaitu gangguan pada gastrointestinal seperti
pendarahan (Kumar, et al, 2011; British, 2009).
Aseklofenak
Polimer
Reddy,
3.
pelepasan
dimodifikasi
aseklofenak
dengan
teknik
Rumus Molekul
Bobot Molekul
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Identifikasi
B. Spektrofotometri
serapan
inframerah,
diamkan
selama
menit
dan
2.1.2 Farmakodinamik
Aseklofenak
merupakan
turunanan
asam
phenylacetic,
2.1.3 Farmakokinetik
Aceclofenac baik diserap dari saluran pencernaan, mempunyai
kontentrasi puncak plasma yang mencapai 1- 3 jam setalah pemberian oral.
Aseclofenak lebih dri 99% terikat protein plasma, mempunyai waktu paruh
eliminasi sekitar 4 jam. Diekresikan melalui urin yang berupa hydroxymetabolite
( Martindale, 2009 ).
digunakankan
rheumatoid
untuk
arthritis,
dan
terapi
pengobatan
ankylosing
pada
spondylitis.
2.1.5. ELDRAUGIT
aseton, serta praktis tidak larut dalam etil asetat, metilen klorida,
petroleum eter dan air ( Skalsky, Felisiak, dan petereit, 2009).
Polimer penyalutan yang tergantung pH yang umum digunakan
adalah kopolimer asam metakrilat, salah satunga dikenal Eudralgit,
komposisi yang tepat digunakan pada derivat metakrilat digunakan untuk
menargetkan obat pada lapisan pH tertentu. Eldraugit L 100 pada pH 6,0
di jejunum, dirancang untk pelepasan obat pada usus besar. Nilai - nilai ini
mengasumsikan bahwa pasien memiliki pH yang khas atau daerah dari
saluran gastrointestinal yang mungkin diperlukan modifikasi untuk pasien
tertentu (Peppas, wood, dan Blanchette, 2004).
10
Ukuran partikel
(m)
35 5000
Pemisahan fase
koaservasi
Lubang ganda sentry
fungal
Penyalutan dalam
panic
Penguapan pelarut
2 5000
1 5000
600 5000
Padat
5 5000
Pengeringan dan
Padat dan cair
pembekuan semprot
[ Sumber : Lacman, Herbert, dan Kanig, 1994 ]
600
perlindungan
terhadap
11
lingkungan,
serta
mengontrol
berikut:
1. Mendapatkan sediaan lepas lambat atau obat dengan kerja diperpanjang.
2. Pengamanan terhadap zat yang beracun atau zat yang mempunyai bau dan
rasa tidak enak.
3. Perlindungan selama penyimpanan terhadap kemungkinan terjadinya
oksidasi oleh cahaya, penguaan dan kelembapan. Mencegah terjadinya
terjadinya reaksi antara zat-zat yang saling tidak tercampurkan, misalnya
pada pembuatan tablet atau serbuk campur.
4. Mengurangi efek iritasi lambung dan intestinal (sediaan lepas tunda)
5. Penutupan rasa pada tablet kunyah.
2.2.3 Bahan Dasar dalam Proses Mikroenkapsulasi (Deasy, 1984;
Lachman, et al., 1994)
Dalam proses mikroenkapsulasi pada dasarnya ada 2 bahan yang
terlibat di dalamnya :
1. Bahan inti
Inti merupakan bagian yang disalut, dapat berbentuk padatan atau
cairan. Komposisi bahan inti dapat bervariasi, seperti inti cairan dapat
meliputi bahan terdispersi atau bahan terlarut. Ukuran bahan-bahan ini
berbeda-beda tergantung dari teknik mikroenkapsulasi yang digunakan.
13
2. Bahan penyalut
Pemilihan bahan penyalut yang tepat sangat menentukan sifat
fisika kimia dari mikrokapsul, sehingga pemilihan ini harus mendapat
pertimbangan semestinya.
Bahan penyalut yang digunakan harus mampu memberikan suatu
lapisan tipis yang kohesif dengan bahan inti, dapat bercampur secara kimia
dan tidak bereaksi dengan bahan inti dan dapat memberikan sifat penyalut
yang diinginkan seperti kekuatan, fleksibilitas, impermeabilitas dan
stabilitas.
2.3 Metode Pembuatan Mikroenkapsulasi
Secara umum metoda pembuatan mikrokapsul dapat dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu tipe A (proses kimia) dan tipe B ( proses
mekanik). Tipe A terdiri dari metoda penguapan pelarut, koaservasi, dan
polimerasi, sedangkan tipe B terdiri dari metoda suspensi udara,
pengeringan semprotdan pembekuan semprot,penyalutan dalam panci,
lubang ganda sentrifugal dan fuidized bed (Benita, 1991; Lachman, et
al., 1994).
1.
Proses Kimia
a. Penguapan pelarut
Teknik ini didasari oleh penguapan fasa dalam dari suatu emulsi
melalui proses pengadukan dan telah digunakan oleh perusahaanperusahaan untuk mikrokapsul. Hal ini dilakukan dengan suatu alat
pembuat cairan dimana penyalut dilarutkan dengan suatu pelarut yang
14
c. Polimerasi
Pada metoda ini terjadi reaksi unit monomer yang diletakan pada
interfase diantara zat aktif. Fase pembantu ini biasanya berbentuk cairan
dan gas. Karena itu reaksi polimerasi terjadi pada fase cair-cair, gas-cair,
padat-cair dan padat-padat.
2.
Proses mekanik
a. Suspensi Udara
15
Pada prinsipnya metoda ini adalah disperse fase padat dari inti
dalam udara
16
c. Pengeringan Beku
Metoda ini hampir sama dengan metoda pengeringan semprot,
bedanya hanya pada pengerasan mikrokapsul yaitu melalui pembekuan
materi penyalut yang meleleh dengan mencampurkan terlebih dahulu
campuran penyalut inti dengan penyalut yang bukan melarutkan
campuran. Kemudian pelarut dihilangkan dengan teknik evaporasi (Deasy,
1984; Lachman, et al., 1994).
d. Penyalut dalam panci
Biasanya dilakukan untuk mikrokapsul dengan ukuran partikel
besar dari 600 m. Zat padat disemprotkan dengan penyalut pada panci
penyalut. Untuk mengeringkan penyalut digunakan aliran udara panas
pada zat yang telah disalut atau dikeringkan dalam oven (Deasy, 1984).
e. Lubang ganda sentrifugal
Southwest Research Institute (SWRI) telah mengembangkan suatu
prosess mekanik untuk memproduksi mikrokapsul yang menggunakan
gaya sentrifugal untuk melingkari suatu bahan inti melalui envelope
membrane
mikrokapsulasi,
sehingga
menpengaruhi
mekanika
17
18
= Waktu
untuk
model
kinetika
orde
satu
adalah
:(Shargel,
laju disolusi adalah kecepatan perubahan dari bentuk padat menjadi larutan
dalam medianya dalam waktu trtentu. Dalam menentukan kecepatan
disolusi dari bentuk sediaan obat, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan sesuai dengan persamaan Noyes dan Whitney (Swabrick,
1990 ; Abdou,1985).
Disolusi dapat memperkirakan ketersediaan hayati dari suatu obat.
Uji disolusi adalah penentuan jumlah obat terlarut dalam selang waktu
tertentu. Sedangkan desintegrasi merupakan proses pecahnya suatu sediaan
menjadi partikel partikel sehingga obat terbebaskan dari bentuk
sediaannya. Langkah - langkah desintegrasi sampai disolusi sangat
menentukan kecepatan obat diabsorbsi masuk ke sirkulasi sistemik. Laju
disolusi senyawa padat ditentukan oleh laju disolusi suatu lapisan yang
sangat tipis dari larutan jenuh yang terbentuk di sekeliling zat padat
(Martin, 1990).
2.4.1
20
b. Suhu medium
Kelarutan zat aktif dipengaruhi oleh suhu medium, jika suhu tinggi
maka viskositas akan turun, sehingga koefisien difusi akan menaikkan laju
disolusi.
c. pH Medium
Laju disolusi dari senyawa yang bersifat asam lemah akan naik
dengan naiknya pH. Pemilihan kondisi pH akan berbeda di sepanjang
saluran cerna sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan laju disolusi.
d. Metoda uji yang digunakan
Metoda penentuan laju disolusi yang berbeda mempengaruhi laju
disolusi yang berbeda pula.
1. Sifat fisikokimia zat aktif
a. Ukuran zat aktif
Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan semakin besar
sehingga laju disolusi semakin meningkat.
b. Kelarutan zat aktif
Menurut persamaan Noyes - Whitney kelarutan zat aktif berbanding
lurus dengan laju disolusinya.
1.
Faktor formulasi
a) Bentuk sediaan
Pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi tergantung pada
kecepatan pelepasan obat terkandung di dalamnya. Secara umum laju
21
bahan
pembantu
dalam
proses
formulasi
dapat
K=
D = konstanta disolusi ( m2 / detik)
= ketebalan lapisan difusi (m)
2.4.2
Laju disolusi sediaan obat padat tergantung pada beberapa faktor yaitu:
a. Lingkungan selama percobaan, seperti pengadukan, suhu, pH dan pH
medium, serta metoda uji yang digunakan.
b. Sifat fisikokimia zat aktif, seperti ukuran partikel dan kelarutan zat
aktif.
Faktor formulasi, seperti bentuk sediaan dan bahan-bahan pembantu yang
digunakan
2.4.3
penentuan
disolusi
ada
23
beberapa
macam,
yaitu
24
dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya
melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang
pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya
tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar
dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur
kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan
putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang
tertera dalam maasing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang merupakan bagian
dari keranjang yang merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja
tahan karat tipe 316 atau yang sejenis. Kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan
keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 m). Sediaan dimasukkan
kedalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara
dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm + 2 mm selama
pengujian berlangsung.
2.
25
26
absorban
pada
panjang
gelombang
tertentu
dengan
2.
3.
28
alat
uji
disintegrasi,
homogenizer,
difraktometer
sinar-X,
Pemeriksaan
Aseklofenak
29
3.3.2
Formula Mikrokapsul
Formula
Jumlah ( gram )
Bahan
F1
F2
F3
Aseklofenak
Eldraugit L 100
3.3.4
Pembuatan Mikrokapsul
30
3.3.5
Evaluasi Mikrokapsul
merupakan
alat
untuk
mendeteksi
gugus
32
33
pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 90, 120, 180, 240, 300 dan 360. Pada
setiap pemipetan diganti dengan medium disolusi (Volume dan suhu yang
sama dengan pemipetan). Serapan larutan dipipet dari medium disolusi
diukur
dengan
panjang
gelombang
serapan
maksimum
dengan
34
DAFTAR PUSTAKA
Abdou,
H.
M.
(1989).
Dissolution,
Bioavaibility
and
Bioequivalence.
35
36
Lachman, L., H. A. Lieberman & Kanig, J. L. (1994). Teori dan praktek farmasi
industri I (Edisi II). Penerjemah: S. Suryatmi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Lachman,Leon,dkk. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga.
Jilid 2. Jakarta : UI-Press.
Maliansih, Herlin, Purwinda. (2011).Pembuatan dan Karakterisasi Mikrokapsul
Natrium Diclofenac Menggunakan HPMCP 55 dan Eudralgit L 100 -55
Sebagai Sedian lepas Tunda .(Skripsi). Depok. Universitas Indonesia.
Martin, A., Swarbick, J, & Cammarata, A. (1990). Physical Pharmacy (2nd ed).
Philadelyphia: Lea & Febiger.
Martindale The Complete Drug Reference. Thirty- sixth edition. London The
Pharmaceutical Press.
Peppas N.A., Wood K.M, dan Balnchette, J.O. (2004). Hydrogels For Oral
Delivery Of Therapetic Protein. Expert Opin. Biol. Ther. Vol. 4(6). 1-7.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J & Owen, S.C. (2006). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, fifth edition. Washington: Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Association.
Santhosh,Kumar,M. Chowdary, K.A, Sammaiah, G ( 2011 ). Controlled Release
Formulation and Evaluation of Aceclofenac By Microencapsulasion.
International Journal of Advances In Pharmaceutical Sciences, vol.2 (2-3)
Sharger, L., & B.C, Yu, Andrew. (1988), Biofarmasetika dan Farmakookinetika
Terapan, Edisi II, diterjemahkan oleh Faisch, UNAIR Press, Surabaya
37
38
39