Review Jurnal
oleh:
Dewanti Oktaviana K (111810301024)
Linda Kartikawati (111810301026)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Bab 1. Pendahuluan
2.1 Pati
Pati adalah karbohidrat yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1→4) unit glukosa. Derajat
polimerisasi amilosa berkisar antara 500-6.000 unit glukosa, bergantung pada
sumbernya. Amilopektin merupakan polimer α-(1→6) unit glukosa, polimer ini
dalam suatu molekul pati jumlahnya sangat sedikit, berkisar antara 4-5%. Namun,
jumlah molekul dengan rantai yang bercabang yaitu amilopektin sangat banyak
dengan derajat polimerisasi 105-3×106 unit glukosa (Jacob dan Delcour,1998).
Amilosa merupakan bagian dari rantai lurus yang dapat memutar dan
membentuk daerah sulur ganda. Pada permukaan luar amilosa yang bersulur
tunggal terdapat hidrogen yang berikatan dengan atom O-2 dan O-6. Rantai lurus
amilosa yang membentuk sulur ganda kristal tersebut tahan terhadap amilase.
Ikatan hidrogen inter- dan intra-sulur mengakibatkan terbentuknya struktur
hidrofobik dengan kelarutan yang rendah. Oleh karena itu, sulur tunggal amilosa
mirip dengan siklodekstrin yang bersifat hidrofobik pada permukaan dalamnya
(Chaplin, 2002).
Struktur granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun dalam suatu
cincin-cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula pati kurang lebih 16 buah, yang
terdiri atas cincin lapisan amorf dan cincin lapisan semikristal (Hustiany, 2006).
Amilosa merupakan fraksi gerak yang artinya dalam granula pati letaknya tidak
pada satu tempat, tetapi bergantung pada jenis pati. Umumnya amilosa terletak di
antara molekul-molekul amilopektin dan secara acak berada selang-seling diantara
daerah amorf dan kristal (Oates, 1997).
2.2 Nanopartikel
2.3 Enkapsulasi
1. Bahan Inti ; merupakan bahan spesifik yang akan disalut, dapat berupa zat
padat, cair, ataupun gas. Komposisi bahan inti dapat bervariasi, misalnya pada
bahan inti cair dapat terdiri dari bahan terdispersi dan bahan terlarut, sedangkan
bahan inti padat dapat berupa zat tunggal atau campuran zat aktif dengan bahan
pembawa lain seperti stabilisator, pengencer, pengisi, penghambat atau pemacu
pelepasan bahan aktif. Selain itu, bahan inti yang digunakan sebaiknya tidak larut
atau tidak bereaksi dengan bahan penyalut yang digunakan.
2. Bahan penyalut ; merupakan bahan yang digunakan untuk melapisi inti dengan
tujuan tertentu seperti menutupi rasa dan bau yang tidak enak, perlindungan
terhadap lingkungan, meningkatkan stabilitas, mencegah penguapan, kesesuaian
dengan bahan inti maupun bahan lain yang berhubungan dengan proses
penyalutan serta sesuai dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Bahan
penyalut harus mampu memberikan suatu lapisan tipis yang kohesif dengan bahan
inti, dapat bercampur secara kimia, tidak bereaksi dengan inti (bersifat inert), dan
mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan penyalutan. Bahan penyalut yang
digunakan dapat berupa polimer alam, semisintetik, maupun sintetik. Jumlah
penyalut yang digunakan antara 1-70%, dan pada umumnya digunakan 3-30%
dengan ketebalan dinding penyalut 0,1-60 mikrometer.
3. Pelarut ; bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut dan
mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut berdasarkan sifat kelarutan dari
bahan inti atau zat aktif dan bahan penyalut, dimana pelarut yang digunakan
tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan bahan inti tetapi dapat melarutkan
bahan penyalut. Pelarut polar akan melarutkan senyawa yang bersifat polar, dan
pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa yang bersifat nonpolar. Untuk
melarutkan penyalut juga dapat digunakan pelarut tunggal atau pelarut campuran.
Penggunaan pelarut campuran seringkali memberikan kesulitan dalam proses
penguapan pelarut, misalnya perbedaan kecepatan penguapan antara dua atau
lebih pelarut akan mengakibatkan pemisahan komponen pelarut yang terlalu cepat
sehingga penyalut menggumpal. Untuk menghindari hal tersebut biasanya
digunakan campuran azeptrop, yaitu campuran pelarut dengan komposisi dan
titik didih yang tetap dimana selama proses penguapan komposisi campuran tidak
berubah (Park et al., 1984).
3.1 Bahan
Ekstrak pati garut. Ekstraksi pati pada garut dilakukan dengan prosedur
ektraksi pati dari umbi-umbian. Karakteristik kimia dari pati adalah moisture
11,29%, abu 0,19%, lipid 0,46 %, protein 0,12 %, amilosa 37,23 % dan gula
pereduksi 55,78 ppm.
Andrographolide (AG) diekstrak dari sambiloto (Andrographis
paniculata) daun dikeringkan dengan etanol 70%, menggunakan proses maserasi
selama 24 jam dan kemudian dievaporasi dengan menggunakan rotari evaporator
vakum untuk menghasilkan ekstrak semi padat. Ekstrak kemudian dilarutkan
dengan etanol 70% sampai larut dan total padatan sebesar 20%. Bahan-bahan lain
yang digunakan pada proses ini adalah HCl, 1-butanol, etanol, HCl, NaOH.
Bahan-bahan kimia yang digunakan dari Merck.
Preparasi nanopartikel pati
Pati Garut
Nanopartikel pati
Uji
4.1 Morfologi
Linieritas dari pati garut hasil hidrolisis pati dengan rantai pendek dan
kenaikan kristalinitas ketika asam menyerang daerah amorf dan tertinggal di
daerah kristal. Mengikuti Palma-Rodriguez et. al. (2012) hidrolisis asam
menurunkan panjang rantai amilopektin dengan diikuti kenaikan pada rantai
pendek. Hasil tersebut menjelaskan derajat polimerisasi (DP) dari lineritas pati
dari 2 jam dan 24 jam menghasilkan lineritas sebesar 495,35 ± 13,40 dan 103,6 ±
10,03. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa lineritas tidak dapat mengubah
morfologi dari butiran-butiran pati (Winarti et. al., 2014) tetapi setelah
dikomplekskan dengan butanol menghasilkan morfologi tanpa granular yang
ditunjukkan pada gambar 1 (a-d). Morfologi dari kompleks pati-butanol
menghasilkan partikel bulatan membentuk aglomerasi dan masih saling menempel
antara partikel satu dengan lainnya. Morfologi juga menghasilkan porositas yang
tinggi. Eksistensi pori dalam partikel menunjukkan kemampuan dalam
mengabsorbsi partikel lain seperti zat-zat aktif.
Hasnelly. 2011. Kajian Sifat Fisiko Kimia Formulasi Tepung Komposit. Sumatra:
USU Press.
Herawati, Henry. 2011. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna sebagai
Hustiany, R. 2006. Modifikasi Asilasi dan Suksinilasi Pati Tapioka sebagai Bahan
Starch with Retention of the Granular Structur: Review. J. Agric. Food Chem
46 (8): 2895-2905
Juliano, B.O. 1994. Criteria And Test For Rice Grain Quality. New York: Rice
Tecnology, 5 (1):77-85
Lehr CM, Bouwstra JA, Kok W, De Boer AG, Tukker JJ, Verhoef JC, Breimer
44(5): 402-407.
Martien, Ronny. Adhyatmika. Irianto, Iramie D.K. Farida, Verda. Sari, Dian
Park K, Robinson JR. Bioadhesive polymers as platforms for oral controlled drug
814-821
Swinkels, J.J.M. 1985. Sources Of Starch, Its Chemistry And Physics. New York:
Parentials Library.
Gajah Mada.