Anda di halaman 1dari 34

Laporan Praktikum Biokimia

ISOLASI PATI

ACHMAD ADHIL MACHMUR

H031211017

KELOMPOK IV

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan. Seseorang

yang menerapkan pola hidup sehat demi kesehatan tubuh harus mementingkan

kecukupan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Gizi tidak dapat dipisahkan dari

makanan karena setiap makanan yang kita konsumsi mengandung zat gizi esensial

(zat gizi makro dan mikro) yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan

tubuh.2 Asupan gizi yang cukup mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan

tubuh bahkan mampu menurukan risiko terhadap penyakit (Blongkod dkk., 2022).

Nutrisi manusia menggambarkan proses dimana organel seluler, sel,

jaringan, organ, sistem, dan tubuh secara keseluruhan memperoleh dan

menggunakan zat-zat yang diperlukan diperoleh dari makanan (nutrisi) untuk

mempertahankan integritas struktural dan fungsional. Untuk sebuah pemahaman

tentang bagaimana manusia memperoleh dan memanfaatkan makanan dan nutrisi

dari tingkat molekuler ke tingkat sosial, dan faktor yang menentukan dan

mempengaruhi proses ini, studi dan praktik nutrisi manusia melibatkan spektrum

ilmu pengetahuan dasar dan terapan lainnya. disiplin. Ini

termasuk biologi molekuler, genetika, biokimia, kimia, fisika, makanan ilmu

pengetahuan, mikrobiologi, fisiologi, patologi, imunologi, psikologi, sosiologi,

ilmu politik, antropologi, pertanian, farmakologi, komunikasi, dan

ekonomi (Gibney dkk., 2009).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan percobaan mengenai isolasi

pati dari kentang, ubi jalar dan ubi kayu dengan tujuan agar mahasiswa dapat

mengetahui kadar amilum yang terkandung dan cara uji iodida pada amilum.
1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

teknik isolasi pati dari kentang, ubi kayu, dan ubi jalar dan uji amilum dengan

iodida dalam berbagai keadaan

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini adalah untuk:

1. menentukan kadar amilum pada kentang, ubi kayu, dan ubi jalar

2. menguji reaksi antara amilum dengan dengan iodida pada suasana asam,

basa, dan netral.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Isolasi Amilum dari sampel

Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan kadar amilum pada labu

siam dengan cara homogenasi, penyaringan, dekantasi menggunakan akuades dan

etanol, dan pemanasan sampai diperoleh pati murni.

1.3.2 Uji Iodida untuk Amilum

Prinsip dalam percobaan ini adalah menguji reaksi antara amilum dengan

iodida pada suasana asam, basa, dan netral dengan cara penambahan H 2O, HCl,

dan NaOH, penambahan iodin, pemanasan, dan pendinginan. Hasil uji positif

ditandai dengan perubahan warna.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat

Karbohirat adalah sekelompok senyawa yang mengandung unsur C, H,

dan O. Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya

gugus karbonil dalam bentuk aldehid atau keton. Senyawa ini juga memiliki

banyak gugus hidroksil (-OH). Karena itu, karbohidrat merupakan suatu

polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan senyawa-senyawa

tersebut. Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai Sembilan atom karbon

disebut monosakarida. Gabungan senyawa-senyawa monosakarida akan

membentuk senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung

antara dua buah monosakarida disebut ikatan glikosida. Dalam

disakarida, terdapat satu ikatan glikosida yang menghubungkan dua

monosakarida. Sedangkan dalam trisakarida terdapat dua ikatan glikosida yang

menghubungkan tiga buah monosakarida. Karbohidrat yang memiliki banyak unit

monosakarida disebut sebagai polisakarida (Ngili, 2009).

Simpanan karbohidrat yang paling banyak dan satu-satunya yang dapat

diisi lagi terdapat dalam dunia tumbuhan, di mana simpanan tersebut meliputi

sebagian besar berat kering jaringannya. Sebaliknya jaringan hewan mengandung

sejumlah kecil karbohidrat, yang pada manusia karbohidrat tersebut kurang dari

1%. Diet manusia pada umumnya tinggi karbohidrat , kira-kira memberikan

separuh masukan kalori total. Kecuali untuk asam askorbat ( vitamin C)

karbohidrat dalam diet tidak esensial; Tetapi biasanya diet rendah-karbohidrat


mengakibatkan ketidakseimbangan metabolik. Misalnya diet tinggi-lemak,

rendah-karbohidrat menyebabkan asidosis metabolik, sedangkan diet tinggi-

protein, rendah-karbohidrat mengakibatkan ketidakseimbangan protein dengan

pengeluaran nitrogen urine yang tinggi, suatu gambaran pengaruh “penghematan-

protein” dari karbohidrat (Montgomery dkk.,1993).

Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau

polihidroksiketon dan derivatnya. Suatu karbohidrat merupakan suatu

hidroksiketon (-CHO) jika oksigen karbon terminal, dan suatu keton (=C=O) jika

oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal. Definisi ini menghindari

klasifikasi melalui formula empirik dan mencangkup derivat seperti gula deoksi

dan amino. Dalam alam, karbohidrat terdapat sebagai monosakarida (gula

individual atau sederhana), oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida

umumnya didefinisikan sebagai suatu molekul yang mengandung da hingga

sepuluh unit monosakarida, beberapa yang diantaranya mempunyai berat molekul

beberapa juta (Armstrong, 1995).

Monosakarida adalah kelompok polihidroksialkana atau konon

polihidrokial yang sering ada dalam bentuk hemiasetal siklik. Monosakarida

dibagi menjadi dua kelompok besar menurut apakah bentuk asikliknya memiliki

gugus aldehida atau gugus keton, yaitu menjadi aldosa atau ketosa (glikolosa). Ini

pada gilirannya, masing-masing diklasifikasikan menurut jumlah atom karbon

dalam rantai monosakarida (biasanya 3-10), menjadi triosa, tetrosa, pentosa,

heksosa dan lain-lain (Khadem, 1988).

Disakarida dibentuk ketika karbon anomerik dari satu molekul

monosakarida berinteraksi dengan satu dari beberapa gugus hidroksil molekul

monosakarida lainnya. Interaksi ini membentuk ikatan kovalen yang dinamakan


ikatan glikosida. Ikatan glikosida pada maltosa terbentuk antara gugus hidroksil

pada hemiasetal α-D-Glukosa dengan H pada gugus hidroksil atom C-4 pada β-D-

Glukosa lainnya membentuk maltosa (α-Dglucopyranosyl-(1→4)-β-D-

glucopyranose). Dengan demikian, molekul maltosa masih mempunyai

hemiasetal. Disakarida yang paling umum ditemui adalah maltosa (gula gandum),

selobiosa, laktosa (gula susu) dan sukrosa (gula tebu) (Azar, 2016).

2.2 Pati

Salah satu eksipien yang sering digunakan pada formulasi sediaan farmasi

adalah pati. Pati merupakan salah satu karbohidrat yang melimpah tersimpan

didalam tanaman. Pati banyak ditemukan pada organ-organ tanaman, seperti biji,

akar, buah dan umbi yang berfungsi sebagai sumber energi. Pati sangat mudah

untuk didapatkan dan bermanfaat pada produksi tablet karena sifatnya yang inert,

murah, dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan

pelincir (Putri dan Husni, 2017).

Pati sangat bervariasi dari bentuk dan fungsinya, baik antar spesies

ataupun pada spesies yang sama yang tumbuh dalam kondisi yang berbeda.

Variasi ini dapat memberikan pati dengan sifat yang berbeda. Keadaan ini dapat

merugikan pada proses pengolahan akibat inkonsistensi bahan baku. Sifat

fisikokimia (contoh : gelatinisasi dan retrodegradasi) dan sifat fungsional (contoh:

kelarutan, pembengkakan, absorpsi air, sineresis dan perilaku rheology dalam

bentuk pasta dan gel) mempengaruhi potensi penggunaan pati dalam aplikasi

industri. Sifat-sifat ini tergantung pada komposisi struktur amilosa dan

amilopektin, bagaimana penyusunannya dalam bentuk granul mempunyai peran

penting dalam formulasi (Putri dan Husni, 2017).


Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau

melalui proses fotosintesi. Pati memiliki bentuk Kristal bergranula yang tidak

larut dalam air pada temperature ruangan yang memiliki ukuran dan tergantung

pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengenal dan penstabil dalam

makanan. Komposisi pati pada umumnya terdiri dari amilopektn sebagai bagian

terbesar dan sisanya amilosa, dimana masing-masing memiliki sifat-sifat alami

yang berbeda yaitu 10-20% amilosa dan 80-90% amilopektin. Amilosa tersusun

dari molekul-molekul α-glukosa dengan ikatan glikosida α-(1-4) membentuk

rantai linear. Sedangkan amilopektin terdiri dari rantai-rantai amilosa (ikatan

α(1-4)) yang saling terikat membentuk cabang dengan ikatan glikosida α-(1-6).

Sebagian besar pati alami seperti pati jagung, gandum, tapioka, kentang dan sagu

mengandung presentase yang tinggi dari rantai percabangan amilopektin.

Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan kerenyahan sedangkan

amilosa berperan dalam meningkatkan kekerasan (Niken dan Adepristian, 2013).

2.3 Kentang

Di Indonesia, kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis

sayuran yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dpat dilihat dari

konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat

setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu, produksi kentang dunia terutama di

Asia Tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar. Indonesia

merupakan penghasil kentang terbesar di wilayah Asia Tenggara. Tanaman

kentang ini dapat hidup di daratan tinggi dengan ketinggian sekitar 1300-1500

meter di atas permkaan laut. Sentra produksi kentang di Indonesia tersebar di


daerah Sumatra Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Sulawesi (Niken dan Adepristian, 2013).

Pati kentang mengandung amilosa sekitar 23% dan

amilopektin 77%. Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan

kerenyahan (pemecahan tablet menjadi granul). Sedangkan amilosa berperan

dalam meningkatkan kekerasan. Pati kentang dapat di isolasi dari umbi kentang.

Proses isolasi pati kentang dengan menggunakan proses pengisolasian pati dengan

metode pengendapan dan enap tuang. Pati kentang mengandung amilosa sekitar

23% dan amilopektin 77%. Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan

kerenyahan (pemecahan tablet menjadi granul). Sedangkan amilosa berperan

dalam meningkatkan kekerasan. Pati kentang dapat di isolasi dari umbi kentang.

Proses isolasi pati kentang dengan menggunakan proses pengisolasian pati dengan

metode pengendapan dan enap tuang (Dalimuthe dkk., 2019).

2.4 Ubi jalar

Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman palawija yang

tersebar di daerah tropik dan sub tropik seperti Indonesia. Komoditas ini termasuk

salah satu komoditas utama tanaman pangan umbi-umbian penting setelah

singkong. Ubi jalar dapat berproduksi rata-rata mencapai 12 ton/ha. Angka

sementara 2013 produksi Ubi Jalar Provinsi Jawa Timur sebesar 393,20 ribu ton

umbi basah, pakan ternak, maupun bahan baku industri (Putri dan Nisa , 2015).

Ubi jalar digunakan dalam pengobatan tumor mulut dan tenggorokan.

Rebusan daunnya dapat digunakan sebagai afrodisiak, astringen, penenang,

pencahar, energizer, bakterisida, dan agen fungisida. Ubi jalar telah ditemukan

bermanfaat dalam mengobati asma, gigitan serangga, luka bakar, radang selaput
lendir hidung, pemulihan, diare, demam, mual, splenosis, gangguan perut, tumor,

dan infeksi ujung jari. Ada laporan anekdot tentang penggunaan Ipmoea batatas

pada demam berdarah menghasilkan peningkatan jumlah trombosit (Milliand dan

Monika, 2015).

2.5 Ubi kayu

Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan lokal Indonesia yang

berpeluang untuk dikembangkan sebagai sumber kalori alternatif dan berpeluang

menggantikan beras sebagai bahan pokok. Apalagi ubi kayu popular di sebagian

besar wiayah di Indonesia. Namun pemanfaatan ubi kayu belum optimal dan

terbatas pada pengolahan makanan kering dan tepung. Beras analog adalah beras

tiruan terbuat dari tepung ubi kayu dan dibentuk seperti beras dengan

menggunakan mesin granulator (Arief dan Novitasari, 2018).

Ubi kayu atau ketela pohon atau cassava sudah lama di kenal dan di tanam

oleh penduduk di dunia. Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian

menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika

beriklim tropis. Nikolai Ivanovik Vavilov, seorang ahli botani soviet, memastikan

sentrumplasmanutfah tanaman ubi kayu adalah Brasil. Penyebaran pertama kali

ubi kayu terjadi antara lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan

beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan

selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada

posisi 300 lintang utara dan 30 lintang selatan. Tanaman ubi kayu masuk ke

wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke- 18. Tepatnya pada tahun 1852, di

datangkan plasma nutfah ubi kayu dari Suriname untuk di koleksi di kebun raya

Bogor. Penyebaran ubi kayu ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada tahun
1914-1918. Waktu itu Indonesia kekurangan bahan pangan (makanan) beras,

sehingga sebagai alternatif pangganti makanan pokok di perkenalkanlah ubi kayu.

(Thamrin dkk., 2013).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 100 g kentang, 100 g,

ubi jalar, 100 g ubi kayu, etanol 95%, akuades, aluminium foil, label, kertas

saring, amilum 1%, iodin 0,1 N, HCl 0,1 M, dan NaOH 0,1 M.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 3 gelas kimia, 3 tabung

reaksi, hot plate, pipet tetes, rak tabung reaksi, neraca analitik, pisau, batang

pengaduk, blender, kain putih, corong, oven, vortex dan gelas ukur.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Isolasi Pati

Mengupas kentang kemudian dicuci. Memotong kentang menjadi

beberapa bagian kemudian ditimbang sebanyak 100 g. Menghaluskan kentang

dengan menambahkan 100 mL akuades ke dalam blender. Menyaring kentang

yang telah dihaluskan menggunakan kain putih lalu biarkan mengendam selama

kurang lebih 6 jam. Membuang cairan pati kemudian endapan didekantasi

menggunakan 100 mL akuades sebanyak 2 kali lalu didekantasi lagi

menggunakan 50 mL etanol 95% kemudian disaring menggunakan kertas saring


dan corong. Mengeringkan starch menggunakan oven dengan suhu 70˚C.

Menimbang pati yang telah kering. Lakukan hal yang sama sesuai prosedur di atas

pada sampel ubi kayu dan ubi jalar.

3.3.2 Uji Iodida pada Pati

Memanaskan larutan amilum 1% menggunakan hot plate. Menyiapkan 3

tabung reaksi. Mengisi ketiga tabung dengan amilum 1% masing-masing

sebanyak 2 mL. Tabung 1 ditambahkan 2 tetes akuades, tabung 2 ditambahkan 2

tetes HCl 0,1 M, dan tabung 3 ditambahkan 2 tetes NaOH 0,1 M lalu

dihomogenkan. Menambahkan 2 tetes iodin 0,1 N pada ketiga tabung reaksi lalu

dihomogenkan. Memanaskan ketiga tabung tersebut menggunakan hot plate.

Mengamati dan mencatat setiap perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan

pendinginan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Isolasi Pati

4.1.1.1 Isolasi Pati dari Kentang

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Berat sampel (kentang) = 100 gr

Berat kertas saring kentang = 1,2153 gr

Berat kertas saring + starch = 3,9519 gr

Berat starch = 2,7366 gr

Berat starch
Kadar pati dalam kentang = x 100%
Berat kentang

2,7366 g r
= x 100%
100 g r

= 2,73 %

4.1.1.2 Isolasi Pati dari Ubi Jalar

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

1. Berat sampel (ubi jalar) = 100 gr

2. Berat kertas saring ubi jalar = 1,2268 gr


3. Berat kertas saring + starch = 2,3054 gr

4. Berat starch = 1,0786 gr

Berat starch
5. Kadar pati dalam ubi jalar = x 100%
Berat kentang

1,0786 g r
= x 100%
100 g r

= 1,07 %

4.1.1.3 Isolasi Pati dari Ubi Kayu

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

1. Berat sampel (ubi kayu) = 100 gr

2. Berat kertas saring kosong = 1,2018 gr

3. Berat kertas saring + starch = 9,4029 gr

4. Berat starch = 8,2011 gr

Berat starch
5. Kadar pati dalam kayu = x 100%
Berat kentang

8 8,2011 g r
= x 100%
100 g

= 8,20 %

4.1.2 Uji Iodida pada Pati

Tabel 1. Hasil Uji Iodida pada Pati

Tabung I Tabung II Tabung III


Penambahan dan perlakuan
(akuades) (NaOH) (HCl)

Warna sebelum ditambahkan 2


Bening Bening Bening
tetes iodin 0,01 M
Warna setelah ditambahkan 2 Biru pekat Biru pekat Biru Muda
tetes iodin 0,01 M +++ ++ +

Warna setelah dipanaskan Bening Bening Bening

Biru Pekat Biru Pekat Biru Muda


Warna setelah didinginkan
+++ ++

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Pati pada Suasana Netral


4.2.2 Reaksi Pati pada Suasana Asam
4.2.3 Reaksi Pati pada Suasana Basa

4.3 Pembahasan
4.3.1 Isolasi Pati

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar amilum pada sampel

dengan cara isolasi pati. Pada percobaan isolasi pati ini menggunakan 3 sampel

yaitu kentang, ubi kayu, dan ubi jalar. Pertama dilakukan dengan mencuci ketiga

sampel agar bersih dari zat pengotor lalu dikupas kulitnya, dan dipotong kecil-

kecil agar luas permukaan sampel yang akan bereaksi dengan pelarut bertambah

luas sehingga mempermudah proses homogenasi dengan air. Setelah itu, ketiga

sampel ditimbang masing-masing sebanyak 100 g menggunakan neraca analitik.

Setelah itu masing-masing sampel dihomogenkan menggunakan blender dengan

masing-masing menambahkan 100 mL akuades. Selanjutnya, masing-masing

sampel disaring menggunakan kain putih agar tersaring dengan cepat, cairannya

ditampung sedangkan residunya dibuang. Ketiga cairan dibiarkan mengendap lalu

didekantasi menggunakan 100 mL akuades sebanyak 2 kali lalu didiamkan hingga

terbentuk endapan putih. Fungsi dekantasi akuades ini adalah untuk memisahkan

filtrat dengan residu atau agar tidak ada residu yang tersisa.

Selanjutnya, endapan putih tadi didekantasi lagi menggunakan 50 mL

etanol 95%. Fungsi dekantasi etanol 95% ini adalah untuk melarutkan bahan-

bahan organik yang tidak larut dalam akuades sehingga filtrat yang tersisa hanya

mengandung pati saja. Setelah itu, hasil dekantasi tadi disaring menggunakan

kertas saring dengan alat bantu corong. Setelah selesai, starch hasil penyaringan

dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar cairan dan murni saat

ditimbang.

Berdasarkan hasil pecobaan yang telah dilakukan, diperoleh data berat

starch pada kentang, ubi jalar, dan ubi kayu berturut-turut adalah 4,0989 g,

6,0643 g, dan 8,5276 g sehingga diperoleh kadar pati pada masing-masing sampel
adalah 4,1%, 6,1%, dan 8,5%. Hal tersebut membuktikan bahwa pada ubi kayu

lebih banyak mengandung pati dibandingkan kentang dan ubi jalar.

4.3.2 Uji Iodida untuk Amilum

Pada percobaan ini, larutan pati direaksikan dengan iodida 0,01 N dalam

suasana netral, asam, dan basa. Pada proses ini, disediakan 3 tabung reaksi yang

masing-masing berisi sebanyak 3 mL larutan amilum yang sudah dipanaskan

terlebih dahulu. Setelah itu, masing-masing tabung ditambahkan akuades, HCl

0,1 M, dan NaOH 0,1 M masing-masing sebanyak 2 tetes, lalu dihomogenkan.

Setelah itu, ketiga tabung reaksi ditambahkan lagi larutan iodida 0,01 N sebanyak

2 tetes, lalu dihomogenkan. Setelah itu, ketiga tabung dipanaskan hingga berubah

warna. Fungsi pemanasan ini adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi pada

iodida dan pati. Setelah itu, ketiga tabung didinginkan. Pendinginan bertujuan

untuk memunculkan kembali warna larutan sebelum dipanaskan.

Setelah dilakukan percobaan terdapat hasil uji positif berupa perubahan

warna dan terdapat sesuatu hal yang tidak sesuai dengan teori karena ada nya

amilum yang sedikit disebabkan terjadi kesalahan pada saat praktikum.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan:

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa:

1. kadar amilum pada ubi kayu lebih besar dibandingkan dengan kentang dan ubi

jalar, yaitu 8,5% (ubi kayu), 6,1% (ubi jalar), dan 4,1% (kentang).

2. pada uji larutan amilum dengan larutan iodium, dalam keadaan asam dan

netral bereaksi, sedangkan dalam keadaan basa tidak bereaksi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Laboratorium

Sebaiknya alat di laboratorium disediakan lebih banyak dan diperbaharui

agar hasil pengukuran lebih akurat.

5.2.2 Saran Percobaan

Sebaiknya proses homogenisasi sampel dengan akuades dilakukan

minimal 24 jam sebelum praktikum agar diperoleh hasil endapan yang lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, B.F., 1995, Buku Ajar Biokimia (Biochemistry), Buku Kedokteran.

Azar, M., 2016, Biomolekul Sel, UNP Pers, Padang.

Arief, R.W., Novitasari, E., dan Asnawi, R., 2018, Food Difesification of Cassava
as non Rice Fuctional Food in Lampung, Journal of Agro Science, 6(2):
62-69.

Blongkod, F, R., dan Arpin., 2022, Analysis of Dieting, Intake and Nutritional
Status of Bina Mandiri Gorontalo University Students During Pandemic,
Jurnal Gizi Kesehatan, 14(2):177-190.
Dalimuthe, A., Thaib, M.C., Silalahi, E.C.Y., dan Tarigan, Br.D.E.M., 2019,
Penggunaan Pati Kentang (Solanum Tuberosum) Lokal Pregelatinasi
Sebagai Bahan Pengembang Pada Tablet Paracetamol Granul Secara
Kempa Langsung, Jurnal Farmasi, 6(1): 11-18.

Gibney, M, J., Lanham-new, S, A., Cassidy, A., and Vorster, H, H., 2009,
Introduction to Human Nutrition, Wiley-Blackwell Publishing:United
Kingdom.
Milliand, P., and Monika., 2015, Sweet Potato as Super Food, Parlemillend,
6(4):557-568.

Niken, A.H., dan Adepristian, D.Y., 2013, Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari
Pati Kentang, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(3): 57-62.

Ngili, Y., 2009, Biokimia Metabolisme dan Energetika, Penerbit Graha


Ilmu :Yogyakarta.
Montgomery, R., Dryer, R, L., Conway, T, W., dan Spector, A, A., 1993,
Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Khusus: Universitas Gadjah
Mada Press: Yogyakarta.
Putri, E.R., dan Husni, P., 2017, Potensi Pati Asal Tanaman Waluh (Sechium
edule) sebagai Alternatif Eksipien Farmasi, Farmaka,15(2): 42-52.
Thamrin, M., Mardiyah, A., dan Marpaung, S.E., 2013, Analisis Usaha Tani Ubi
Kayu (Manihot utissima), Agium, 18(1): 57-64.

Lampiran 1. Bagan Kerja


1. Isolasi Pati dari Sampel

Kentang

- dibersihkan, dikupas dan dipotong dalam beberapa

bagian, kemudian ditimbang.


100 g kentang
.
- dihaluskan dengan menggunakan blender.

- dihomogenasikan dengan 100 mL akuades.

- disaring dengan kain putih.

Residu Cairan keruh


- didekantasi dengan 100 mL akuades.
- dihomogenkan dan dibiarkan mengendap.

Filtrat Endapan putih

- didekantasi dengan 100 mL akuades.

- dihomogenkan dan dibiarkan mengendap.

Filtrat Endapan putih


- didekantasi dengan 50 mL larutan etanol 95%.

- disaring dengan kertas saring Whattman No.42

Filtrat Starch
-
- dikeringkan dalam oven.

- setelah kering, starch ditimbang.


Data

Catatan: Lakukan prosedur yang sama terhadap ubi kayu dan ubi jalar.

2. Uji Iodida untuk Pati


Tabung I Tabung II Tabung III

- dipipet 3 mL larutan - dipipet 3 mL larutan - dipipet 3 mL

amilum. amilum. larutan amilum.

- ditambahkan 2 tetes - ditambahkan 2 tetes - ditambahkan 2

akuades. NaOH 0,1 M. tetes HCl 0,1 M.

- ditambahkan iodin 2 tetes.

- diamati perubahan warna yang terjadi.

- dipanaskan, lalu diamati warnanya.

- didinginkan, lalu diamati warnanya.


Data

Lampiran 2. Foto Percobaan


Gambar 1. Uji Iodida sebelum dipanaskan

Gambar 2. Uji Iodida setelah dipanaskan


Gambar 3. Uji Iodida setelah didinginkan

Gambar 4. Pati Kentang, Ubi jalar, dan Ubi kayu

Lampiran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai