Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum Biokimia

ISOLASI PATI

ACHMAD ADHIL MACHMUR

H031211017

KELOMPOK IV

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia bahan makanan pokok yang biasa kita makan ialah beras,

jagung, sagu, dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut

berasal dari tumbuhan dan senyawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar

adalah karbohidrat, yang terdapat sebagai amilum atau pati. Karbohidrat ini tidak

hanya terdapat sebagai pati saja, tetapi terdapat pula sebagai gula misalnya dalam

buah-buahan, dalam madu lebah dan lain-lainnya. Protein dan lemak relatif

tidak begitu banyak terdapat dalam makanan kita bila dibandingkan dengan

karbohidrat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia

yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat

secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu karbohidrat sederhana

dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida,

disakarida dan oligosakarida (Siregar, 2014).

Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa dan terdiri atas

amilosa dan amilopektin. Pati dapat diperoleh dari biji-bijian, umbi-umbian,

sayuran, maupun buah-buahan. Pati adalah penghancur yang paling umum

digunakan dalam formulasi tablet. Pati yang dimodifikasi disebut juga turunan

pati, disusun berdasarkan fisik, enzimatik maupun kimia sehingga mengubah sifat

pati (Jubril dkk., 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan percobaan mengenai isolasi

pati dari kentang, ubi jalar dan ubi kayu dengan tujuan agar mahasiswa dapat

mengetahui kadar amilum yang terkandung dan cara uji iodida pada amilum.
1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

teknik isolasi pati dari kentang, ubi kayu, dan ubi jalar dan uji amilum dengan

iodida dalam berbagai keadaan

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini adalah untuk:

1. menentukan kadar amilum pada kentang, ubi kayu, dan ubi jalar

2. menguji reaksi antara amilum dengan dengan iodida pada suasana asam,

basa dan netral.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Isolasi Amilum dari sampel

Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan kadar amilum pada labu

siam dengan cara homogenasi, penyaringan, dekantasi menggunakan akuades dan

etanol, dan pemanasan sampai diperoleh pati murni.

1.3.2 Uji Iodida untuk Amilum

Prinsip dalam percobaan ini adalah menguji reaksi antara amilum dengan

iodida pada suasana asam, basa dan netral dengan cara penambahan H2O, HCl

dan NaOH, penambahan iodin, pemanasan, dan pendinginan. Hasil uji positif

ditandai dengan perubahan warna.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat

Karbohidrat adalah sekelompok senyawa yang mengandung unsur C, H

dan O. Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya

gugus karbonil dalam bentuk aldehid atau keton. Senyawa ini juga memiliki

banyak gugus hidroksil (-OH). Karena itu, Karbohidrat merupakan suatu

polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan senyawa-senyawa

tersebut. Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai Sembilan atom karbon

disebut monosakarida. Gabungan senyawa-senyawa monosakarida akan

membentuk senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung antara dua

buah monosakarida disebut ikatan glikosida. Dalam disakarida, terdapat satu

ikatan glikosida yang menghubungkan dua monosakarida. Sedangkan dalam

trisakarida terdapat dua ikatan glikosida yang menghubungkan tiga buah

monosakarida. Karbohidrat yang memiliki banyak unit monosakarida disebut

sebagai polisakarida (Ngili, 2009).

Simpanan karbohidrat yang paling banyak dan satu-satunya yang dapat

diisi lagi terdapat dalam dunia tumbuhan, di mana simpanan tersebut meliputi

Sebagian besar berat kering jaringannya. Sebaliknya jaringan hewan mengandung

sejumlah kecil karbohidrat, yang pada manusia karbohidrat tersebut kurang dari

1%. Diet manusia pada umumnya tinggi karbohidrat, kira-kira memberikan

separuh masukan kalori total kecuali untuk asam askorbat (vitamin C) karbohidrat

dalam diet tidak esensial; Tetapi biasanya diet rendah-karbohidrat

mengakibatkan ketidakseimbangan metabolik. Misalnya diet


tinggi- lemak, rendah-karbohidrat

menyebabkan asidosis metabolik, sedangkan diet tinggi-protein, rendah-

karbohidrat mengakibatkan ketidakseimbangan protein dengan pengeluaran

nitrogen urine yang tinggi, suatu gambaran pengaruh “penghematan protein” dari

karbohidrat (Montgomery dkk., 1993).

Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau

polihidroksiketon dan derivatnya. Suatu karbohidrat merupakan suatu

hidroksiketon (-CHO) jika oksigen karbon terminal, dan suatu keton (=C=O) jika

oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal. Definisi ini menghindari

klasifikasi melalui formula empirik dan mencangkup derivat seperti gula deoksi

dan amino. Dalam alam, karbohidrat terdapat sebagai monosakarida (gula

individual atau sederhana), oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida

umumnya didefinisikan sebagai suatu molekul yang mengandung da hingga

sepuluh unit monosakarida, beberapa yang diantaranya mempunyai berat molekul

beberapa juta (Armstrong, 1995).

Monosakarida adalah kelompok polihidroksialkana atau konon

polihidrokial yang sering ada dalam bentuk hemiasetal siklik. Monosakarida

dibagi menjadi dua kelompok besar menurut apakah bentuk asikliknya memiliki

gugus aldehida atau gugus keton, yaitu menjadi aldosa atau ketosa (glikolosa). Ini

pada gilirannya, masing-masing diklasifikasikan menurut jumlah atom karbon

dalam rantai monosakarida (biasanya 3-10), menjadi triosa, tetrosa, pentosa,

heksosa dan lain-lain (Khadem, 1988).

Disakarida dibentuk ketika karbon anomerik dari satu molekul

monosakarida berinteraksi dengan satu dari beberapa gugus hidroksil molekul

monosakarida lainnya. Interaksi ini membentuk ikatan kovalen yang dinamakan


ikatan glikosida. Ikatan glikosida pada maltosa terbentuk antara gugus hidroksil

pada hemiasetal α-D-Glukosa dengan H pada gugus hidroksil atom C-4 pada β-D-

Glukosa lainnya membentuk maltosa (α-Dglucopyranosyl-(1→4)-β-D-

glucopyranose). Dengan demikian, molekul maltosa masih mempunyai

hemiasetal. Disakarida yang paling umum ditemui adalah maltosa (gula gandum),

selobiosa, laktosa (gula susu) dan sukrosa (gula tebu) (Azar, 2016).

Pada sel, oligosakarida paling banyak terdiri dari tiga atau lebih unit residu

monosakarida. Oligosakarida ini tidak berada dalam keadaan bebas tetapi sering

berikatan dengan molekul non gula seperti lipid membentuk glikolipid, protein

membentuk glikoprotein yang keduanya mempunyai fungsi pengatur.

Glikoprotein dan glikolipid adalah glycoconjugates (Azar, 2016).

2.2 Pati

Salah satu eksipien yang sering digunakan pada formulasi sediaan farmasi

adalah pati. Pati merupakan salah satu karbohidrat yang melimpah tersimpan

didalam tanaman. Pati banyak ditemukan pada organ-organ tanaman, seperti biji,

akar, buah dan umbi yang berfungsi sebagai sumber energi. Pati sangat mudah

untuk didapatkan dan bermanfaat pada produksi tablet karena sifatnya yang inert,

murah, dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan

pelincir (Putri dan Husni, 2017).

Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau

melalui proses fotosintesi. Pati memiliki bentuk Kristal bergranula yang tidak

larut dalam air pada temperature ruangan yang memiliki ukuran dan tergantung

pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengenal dan penstabil dalam
makanan. Komposisi pati pada umumnya terdiri dari amilopektn sebagai bagian

terbesar dan sisanya amilosa, dimana masing-masing memiliki sifat-sifat alami

yang berbeda yaitu 10-20% amilosa dan 80-90% amilopektin. Amilosa tersusun

dari molekul-molekul α-glukosa dengan ikatan glikosida α-(1-4) membentuk

rantai linear. Sedangkan amilopektin terdiri dari rantai-rantai amilosa (ikatan

α(1-4)) yang saling terikat membentuk cabang dengan ikatan glikosida α-(1-6).

Sebagian besar pati alami seperti pati jagung, gandum, tapioka, kentang dan sagu

mengandung presentase yang tinggi dari rantai percabangan amilopektin.

Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan kerenyahan sedangkan

amilosa berperan dalam meningkatkan kekerasan (Niken dan Adepristian, 2013).

Pati sangat bervariasi dari bentuk dan fungsinya, baik antar spesies

ataupun pada spesies yang sama yang tumbuh dalam kondisi yang berbeda.

Variasi ini dapat memberikan pati dengan sifat yang berbeda. Keadaan ini dapat

merugikan pada proses pengolahan akibat inkonsistensi bahan baku. Sifat

fisikokimia (contoh : gelatinisasi dan retrodegradasi) dan sifat fungsional (contoh:

kelarutan, pembengkakan, absorpsi air, sineresis dan perilaku rheology dalam

bentuk pasta dan gel) mempengaruhi potensi penggunaan pati dalam aplikasi

industri. Sifat-sifat ini tergantung pada komposisi struktur amilosa dan

amilopektin, bagaimana penyusunannya dalam bentuk granul mempunyai peran

penting dalam formulasi (Putri dan Husni, 2017).

Pati dapat digunakan sebagai pengikat yang baik pada proses pembuatan tablet

dengan metode granulasi basah karena sifat pati yang larut sebagian dalam air

dingin. Pati pun dapat digunakan sebagai bahan penghancur (disintegran). Pati
merupakan salah satu bahan penghancur tablet pada konsentrasi 3-15% b/b. Akan

tetapi, pati yang tidak dimodifikasi tidak terkompres dengan baik dan cenderung

meningkatkan kerapuhan tablet apabila digunakan pada konsentrasi tinggi. Pati

sebagai bahan pengisi banyak digunakan untuk persiapan triturat standar obat atau

pewarna untuk memfasilitasi proses pencampuran pada pembuatan.

Pati juga digunakan pada formulasi kapsul untuk penyesuaian

volume (Putri dan Husni, 2017).

2.3 Kentang

Di Indonesia, kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis

sayuran yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dpat dilihat dari

konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat

setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu, produksi kentang dunia terutama di

Asia Tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar. Indonesia

merupakan penghasil kentang terbesar di wilayah Asia Tenggara. Tanaman

kentang ini dapat hidup di daratan tinggi dengan ketinggian sekitar 1300-1500

meter di atas permkaan laut. Sentra produksi kentang di Indonesia

tersebar di daerah Sumatra Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa

Tengah, dan Sulawesi (Niken dan

Adepristian, 2013).

Pati kentang mengandung amilosa sekitar 23% dan amilopektin 77%.

Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan kerenyahan (pemecahan

tablet menjadi granul). Sedangkan amilosa berperan dalam meningkatkan

kekerasan. Pati kentang dapat di isolasi dari umbi kentang. Proses isolasi pati
kentang dengan menggunakan proses pengisolasian pati dengan metode

pengendapan dan enap tuang. Pati kentang mengandung amilosa sekitar 23% dan

amilopektin 77%. Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan

kerenyahan (pemecahan tablet menjadi granul). Sedangkan amilosa berperan

dalam meningkatkan kekerasan. Pati kentang dapat di isolasi dari umbi kentang.

Proses isolasi pati kentang dengan menggunakan proses pengisolasian pati dengan

metode pengendapan dan enap tuang (Dalimuthe dkk., 2019).

2.4Ubi jalar

Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman palawija yang

tersebar di daerah tropik dan sub tropik seperti Indonesia. Komoditas ini termasuk

salah satu komoditas utama tanaman pangan umbi-umbian penting setelah

singkong. Ubi jalar dapat berproduksi rata-rata mencapai 12 ton/ha. Angka

sementara 2013 produksi Ubi Jalar Provinsi Jawa Timur sebesar 393,20 ribu ton

umbi basah, pakan ternak, maupun bahan baku industri (Putri dan Nisa , 2015).

Ubi jalar digunakan dalam pengobatan tumor mulut dan tenggorokan.

Rebusan daunnya dapat digunakan sebagai afrodisiak, astringen, penenang,

pencahar, energizer, bakterisida, dan agen fungisida. Ubi jalar telah ditemukan

bermanfaat dalam mengobati asma, gigitan serangga, luka bakar, radang selaput

lendir hidung, pemulihan, diare, demam, mual, splenosis, gangguan perut, tumor,

dan infeksi ujung jari. Ada laporan anekdot tentang penggunaan Ipmoea

batatas pada demam berdarah menghasilkan peningkatan jumlah

trombosit (Milliand dan Monika, 2015).

2.5 Ubi kayu


Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan lokal Indonesia yang

berpeluang untuk dikembangkan sebagai sumber kalori alternatif dan berpeluang

menggantikan beras sebagai bahan pokok. Apalagi ubi kayu popular di sebagian

besar wiayah di Indonesia. Namun pemanfaatan ubi kayu belum optimal dan

terbatas pada pengolahan makanan kering dan tepung. Beras analog adalah beras

tiruan terbuat dari tepung ubi kayu dan dibentuk seperti beras dengan

menggunakan mesin granulator (Arief dkk., 2018).

Ubi kayu atau ketela pohon atau cassava sudah lama di kenal dan di tanam

oleh penduduk di dunia. Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian

menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika

beriklim tropis. Nikolai Ivanovik Vavilov, seorang ahli botani soviet, memastikan

sentrumplasmanutfah tanaman ubi kayu adalah Brasil. Penyebaran pertama kali

ubi kayu terjadi antara lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan

beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan

selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada

posisi 300 lintang utara dan 30 lintang selatan. Tanaman ubi kayu masuk ke

wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke- 18. Tepatnya pada tahun 1852, di

datangkan plasma nutfah ubi kayu dari Suriname untuk di koleksi di kebun raya

Bogor. Penyebaran ubi kayu ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada tahun

1914-1918. Waktu itu Indonesia kekurangan bahan pangan (makanan) beras,

sehingga sebagai alternatif pangganti makanan pokok di perkenalkanlah ubi kayu.

Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu nomor 5 di dunia

(Thamrin dkk., 2013).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 100 g kentang, 100 g,

ubi jalar, 100 g ubi kayu, etanol 95%, akuades, aluminium foil, label, kertas saring

putih, amilum 1%, iodin 0,1 N, HCl 0,1 M, dan NaOH 0,1 M.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia, tabung

reaksi, hot plate, pipet tetes, rak tabung reaksi, neraca analitik, pisau, batang

pengaduk, blender, kain putih, corong, oven, vortex dan gelas ukur.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Isolasi Pati

Mengupas kentang kemudian dicuci. Memotong kentang menjadi

beberapa bagian kemudian ditimbang sebanyak 100 g. Menghaluskan kentang

dengan menambahkan 100 mL akuades ke dalam blender. Menyaring kentang

yang telah dihaluskan menggunakan kain putih lalu biarkan mengendam selama

kurang lebih 6 jam. Membuang cairan pati kemudian endapan didekantasi

menggunakan 100 mL akuades sebanyak 2 kali lalu didekantasi lagi


menggunakan 50 mL etanol 95% kemudian disaring menggunakan kertas saring

dan corong. Mengeringkan starch menggunakan oven dengan suhu 70˚C.

Menimbang pati yang telah kering. Lakukan hal yang sama sesuai prosedur di atas

pada sampel ubi kayu dan ubi jalar.

3.3.2 Uji Iodida pada Pati

Memanaskan larutan amilum 1% menggunakan hot plate. Menyiapkan 3

tabung reaksi. Mengisi ketiga tabung dengan amilum 1% masing-masing

sebanyak 2 mL. Tabung 1 ditambahkan 2 tetes akuades, tabung 2 ditambahkan 2

tetes HCl 0,1 M, dan tabung 3 ditambahkan 2 tetes NaOH 0,1 M lalu

dihomogenkan. Menambahkan 2 tetes iodin 0,1 N pada ketiga tabung reaksi lalu

dihomogenkan. Memanaskan ketiga tabung tersebut menggunakan hot plate.

Mengamati dan mencatat setiap perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan

pendinginan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Isolasi Pati

4.1.1.1 Isolasi Pati dari Kentang

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Berat sampel (kentang) = 100 gr

Berat kertas saring kentang = 1,2153 gr

Berat kertas saring + starch = 3,9519 gr

Berat starch = 2,7366 gr

Massa Amilum
Kadar pati dalam kentang = x 100%
Massa Sampel

2,7366 g r
= x 100%
100 g r

= 2,73 %

4.1.1.2 Isolasi Pati dari Ubi Jalar

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Berat sampel (ubi jalar) = 100 gr


Berat kertas saring ubi jalar = 1,2268 gr

Berat kertas saring + starch = 2,3054 gr

Berat starch = 1,0786 gr

Massa Amilum
Kadar pati dalam ubi jalar = x 100%
Massa Sampel

1,0786 g r
= x 100%
100 g r

= 1,07 %

4.1.1.3 Isolasi Pati dari Ubi Kayu

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Berat sampel (ubi kayu) = 100 gr

Berat kertas saring kosong = 1,2018 gr

Berat kertas saring + starch = 9,4029 gr

Berat starch = 8,2011 gr

Massa Amilum
Kadar pati dalam kayu = x 100%
Massa Sampel

88,2011 gr
= x 100%
100 g

= 8,20 %

4.1.2 Uji Iodida pada Pati

Tabel 1. Hasil Uji Iodida pada Pati

Tabung I Tabung II Tabung III


Penambahan dan perlakuan
(akuades) (NaOH) (HCl)
Warna sebelum ditambahkan 2
Bening Bening Bening
tetes iodin 0,01 M

Warna setelah ditambahkan 2 Biru pekat Biru pekat Biru Muda


tetes iodin 0,01 M +++ ++ +

Warna setelah dipanaskan Bening Bening Bening

Biru Pekat Biru Pekat Biru Muda


Warna setelah didinginkan
+++ ++

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Pati pada Suasana Netral


4.2.2 Reaksi Pati pada Suasana Asam
4.2.3 Reaksi Pati pada Suasana Basa

4.3 Pembahasan
4.3.1 Isolasi Pati

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar amilum pada sampel

dengan cara isolasi pati. Pada percobaan isolasi pati ini menggunakan 3 sampel

yaitu kentang, ubi kayu, dan ubi jalar. Pertama dilakukan dengan mencuci ketiga

sampel agar bersih dari zat pengotor lalu dikupas kulitnya, dan dipotong kecil-

kecil agar luas permukaan sampel yang akan bereaksi dengan pelarut bertambah

luas sehingga mempermudah proses homogenasi dengan air. Setelah itu, ketiga

sampel ditimbang masing-masing sebanyak 100 g menggunakan neraca analitik.

Setelah itu masing-masing sampel dihomogenkan menggunakan blender dengan

masing-masing menambahkan 100 mL akuades. Selanjutnya, masing-masing

sampel disaring menggunakan kain putih agar tersaring dengan cepat, cairannya

ditampung sedangkan residunya dibuang. Ketiga cairan dibiarkan mengendap lalu

didekantasi menggunakan 100 mL akuades sebanyak 2 kali lalu didiamkan hingga

terbentuk endapan putih. Fungsi dekantasi akuades ini adalah untuk memisahkan

filtrat dengan residu atau agar tidak ada residu yang tersisa.

Selanjutnya, endapan putih tadi didekantasi lagi menggunakan 50 mL

etanol 95%. Fungsi dekantasi etanol 95% ini adalah untuk melarutkan bahan-

bahan organik yang tidak larut dalam akuades sehingga filtrat yang tersisa hanya

mengandung pati saja. Setelah itu, hasil dekantasi tadi disaring menggunakan

kertas saring dengan alat bantu corong. Setelah selesai, starch hasil penyaringan

dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar cairan dan murni saat

ditimbang.

Berdasarkan hasil pecobaan yang telah dilakukan, diperoleh data berat

starch pada kentang, ubi jalar, dan ubi kayu berturut-turut adalah 4,0989 g,

6,0643 g, dan 8,5276 g sehingga diperoleh kadar pati pada masing-masing sampel
adalah 4,1%, 6,1%, dan 8,5%. Hal tersebut membuktikan bahwa pada ubi kayu

lebih banyak mengandung pati dibandingkan kentang dan ubi jalar.

4.3.2 Uji Iodida untuk Amilum

Pada percobaan ini, larutan pati direaksikan dengan iodida 0,01 N dalam

suasana netral, asam, dan basa. Pada proses ini, disediakan 3 tabung reaksi yang

masing-masing berisi sebanyak 3 mL larutan amilum yang sudah dipanaskan

terlebih dahulu. Setelah itu, masing-masing tabung ditambahkan akuades, HCl

0,1 M, dan NaOH 0,1 M masing-masing sebanyak 2 tetes, lalu dihomogenkan.

Setelah itu, ketiga tabung reaksi ditambahkan lagi larutan iodida 0,01 N sebanyak

2 tetes, lalu dihomogenkan. Setelah itu, ketiga tabung dipanaskan hingga berubah

warna. Fungsi pemanasan ini adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi pada

iodida dan pati. Setelah itu, ketiga tabung didinginkan. Pendinginan bertujuan

untuk memunculkan kembali warna larutan sebelum dipanaskan.

Setelah dilakukan percobaan terdapat hasil uji positif berupa perubahan

warna dan terdapat sesuatu hal yang tidak sesuai dengan teori karena ada nya

amilum yang sedikit disebabkan terjadi kesalahan pada saat praktikum.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan:

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa:

1. kadar amilum pada ubi kayu lebih besar dibandingkan dengan kentang dan ubi

jalar, yaitu 8,5% (ubi kayu), 6,1% (ubi jalar) dan 4,1% (kentang).

2. pada uji larutan amilum dengan larutan iodium, dalam keadaan asam dan

netral bereaksi, sedangkan dalam keadaan basa tidak bereaksi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Laboratorium

Sebaiknya alat di laboratorium disediakan lebih banyak dan diperbaharui

agar hasil pengukuran lebih akurat.

5.2.2 Saran Percobaan

Sebaiknya proses homogenisasi sampel dengan akuades dilakukan

minimal 24 jam sebelum praktikum agar diperoleh hasil endapan yang lebih

maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. W., Novitasari, E., dan Asnawi, R., 2018, Food Difesification of
Cassava as non Rice Fuctional Food in Lampung, Journal of Agro
Science, 6(2): 62-69.

Armstrong, B. F., 1995, Buku Ajar Biokimia (Biochemistry), Buku Kedokteran,


Jakarta.

Azar, M., 2016, Biomolekul Sel, UNP Pers, Padang.

Dalimuthe, A., Thaib, M. C., Silalahi, E. C. Y., dan Tarigan, Br.D.E.M., 2019,
Penggunaan Pati Kentang (Solanum Tuberosum) Lokal Pregelatinasi
Sebagai Bahan Pengembang Pada Tablet Paracetamol Granul Secara
Kempa Langsung, Jurnal Farmasi, 6(1): 11-18.

Jubril, I., Muazu, J., and Mohammed, G.T., 2012, Effects of Phosphate Modified
and Pregelatinized Sweet Potato Starches on Disintegrant Property of
Paracetamol Tablet Formulations, Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 2(2): 32-36.

Khadem, H. S. El., 1988, Carbohydrate Chemistry Monosaccharides and Their


Oligomers, Academic Pers, California.

Milliand, P., and Monika., 2015, Sweet Potato as Super Food, Parlemillend,
6(4):557-568.

Niken, A.H., dan Adepristian, D.Y., 2013, Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari
Pati Kentang, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(3): 57-62.

Ngili, Y., 2009, Biokimia Metabolisme dan Energetika, Penerbit Graha Ilmu:
Yogyakarta.

Putri, A. M. E., dan Nisa, F. C., 2015, Modifikasi Pati Ubi Jalar Putih (Ipomea
batatas L) Menggunakan Enzim Amylomaltase Menjadi Pati
Thermoreversible, Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2): 749-755.

Siregar, N.S., 2014, Karbohidrat, Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(2): 38-44.


Supriyadi, T.M.F., dan Poedjiadi, A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia, Universitas
Indonesia, Jawa Barat.

Thamrin, M., Mardiyah, A., dan Marpaung, S.E., 2013, Analisis Usaha Tani Ubi
Kayu (Manihot utissima), Agium, 18(1): 57-64.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Isolasi Pati
Kentang

- dibersihkan, dikupas dan dipotong dalam beberapa

bagian, kemudian ditimbang.

100 g kentang .

- dihaluskan dengan menggunakan blender.

- dihomogenasikan dengan 100 mL akuades.

- disaring dengan kain putih.

Residu Cairan keruh

- didekantasi dengan 100 mL akuades.

- dihomogenkan dan dibiarkan mengendap.

Filtrat Endapan putih

- didekantasi dengan 100 mL akuades.


- dihomogenkan dan dibiarkan mengendap.

Filtrat Endapan putih

- didekantasi dengan 35 mL larutan etanol 95%.


- disaring dengan kertas saring

Filtrat Starch

- dikeringkan dalam oven


- setelah kering, starch ditimbang.
Hasil

Cat: Lakukan prosedur yang sama terhadap ubi kayu dan ubi jalar.
2. Uji Iodida untuk Pati

Tabung I Tabung II Tabung III

- dipipet 3 mL larutan - dipipet 3 mL - dipipet 3 mL larutan


amilum 1%. larutan amilum 1%. amilum 1%.
- ditambahkan 2 tetes - ditambahkan 2 - ditambahkan 2 tetes
akuades. tetes 0,1 M HCl. 0, 1 M NaOH.

- ditambahkan 2 tetes iodin 0,01 N.


- diamati perubahan warna yang terjadi.
- dipanaskan, lalu diamati warnanya.
- didinginkan, lalu diamati warnanya.
- dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Uji Iodida sebelum dipanaskan

Gambar 2. Uji Iodida setelah dipanaskan


Gambar 3. Uji Iodida setelah didinginkan

Gambar 4. Pati Kentang, Ubi jalar, dan Ubi kayu


Lampiran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai