Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

ACHMAD ADHIL MACHMUR

H031211017

KELOMPOK IV

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

Disusun dan diajukan oleh:

ACHMAD ADHIL MACHMUR

H031211017

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Asisten Praktikan

Indo Esse Achmad Adhil M


NIM. H031 17 1018 NIM. H031 21 1017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lemak merupakan sumber makanan kaya energi kedua bagi manusia.

Konsumsi lemak dunia berkisar antara 10-45% dari total energi. Trigliserida

menjadi bahan lemak yang memiliki kemudahan dicerna paling tinggi dan

mengandung energi yang tertinggi pula (9 kkal/gram). Lemak memiliki cita rasa

yang dapat membangkitkan selera makan sehingga orang kesulitan mengontrol

asupan lemak. Untuk mengatasi hal tersebut telah banyak dilakukan penelitian

mengenai berbagai produk pengganti lemak yang lebih sehat dan rendah kalori

namun memiliki cita rasa lemak. Salah satu produk pengganti lemak

medium chain triglyceride (MCT) (Prakoso dkk., 2006).

Berdasarkan data statistik dunia tahun 2009, bahwa cadangan minyak

dunia diperkirakan masih 1,333 triliun barrel yang akan habis dalam waktu 45,7

tahun. Cadangan minyak bumi semakin menipis mendorong eksplorasi bahan

bakar alternatif ramah lingkungan. Rudolf Diesel, pada tahun 1899 menciptakan

mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar minyak nabati (minyak kacang

tanah). Amercian Society for Testing Materials (ASTM) mendefinisikan biodiesel

sebagai mono alkil ester asam lemak rantai Panjang yang diturunkan dari bahan

baku lemak sebagai sumber yang dapat diperbahurui, seperti minyak nabati dan

lemak hewani, untuk digunakan dalam mesin diesel (Kartika dkk., 2012).

Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk mengidentifikasi gliserol

pada senyawa lemak dengan melakukan tes akrolein dan tes kolorimetri.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

reaksi-reaksi trigliserida

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini adalah:

1. Mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui tes akrolein

2. Mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui tes kolorimetri

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Tes Akrolein

Mengidentifikasi adanya kandungan gliserol dalam sampel melalui tes

akrolein dengan cara penambahan KHSO4 dan pemanasan hingga timbul bau yang

khas. Hasil uji positif ditandai dengan adanya bau tengik.

1.3.2 Tes Kolorimetri

Mengidentifikasi adanya kandungan gliserol dalam sampel melalui tes

kolorimetri dengan cara penambahan NaOCl 2%, HCl pekat, kemudian

dipanaskan untuk mebuang kelebihan asam. Selanjutnya ditambahkan α-naftol

dan H2SO4 pekat. Hasil uji positif ditandai dengan terbentuknya warna hijau

zamrud.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lipid adalah sekelompok senyawa heterogenya, meliputi lemak, minyak,

steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat

fisiknya daripada sifat kimianya. Lipid memiliki sifat umum berupa (1) relatif

tidak larut dalam air dan (2) larut dalam pelarut nonpolar misalnya eter dan

kloroform. Senyawa ini merupakan kandungan makanan yang penting, tetapi juga

karena nilai energinya yang tinggi, tetapi juga karena asam lemak esensial dan

vitamin larut lemak serta mikronutrien lipofilik lain yang terkandung dalam lemak

makanan alami. Lemak disimpan di jaringan adiposa, tempat senyawa ini juga

berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan di sekitar organ

tertentu. Lipid nonpolar berfungsi sebagai insulator elektrik dan memungkinkan

penjalaran gelombang depolarisasi yang cepat di sepanjang saraf bermielin. Lipid

yang diangkut di dalam darah terikat dengan protein dalam partikel

lipoprotein. Lipid memiliki peran sangat penting dalam nutrisi serta kesehatan,

dan pengetahuan tentang biokimia lipid diperlukan untuk memahami banyak

kondisi biomedis penting, misalnya obesitas, diabetes melitus, dan

aterosklerosis (Rodwell dkk., 2019).

Meskipun lipid secara umum didefinisikan sebagai komponen yang mudah

larut pada pelarut organik yang cenderung non-polar seperti etanol, eter, dan

kloroform, namun terdapat beberapa golongan lipid yang larut pada pelarut polar.

Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi

sebgagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang

beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil
produksi organ hari, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan

energi (Mamuaja, 2017).

Lipida atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan

dalam sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti

(eter, kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar atau hidrofolik. Penyusun

utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga asam

lemak yang bisa beragam jenisnya. Rumus kimia trigliserida adalah

CH2COOR-CHCOOR’-CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing adalah

sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH dan

R‖COOH. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami

dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16,18, atau 20 atom

karbon. Penyusun lipida lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak

bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipida sederhana yang mengandung

komponen asam lemak) seperti turunan senyawa terpenoid/isoprenoid serta

turunan steroida. Lipida sering berupa senyawa kompleks dengan protein

(Lipoprotein) atau karbohidrat (Glikolipida). Lipid merupakan komponen

membran plasma, hormon, dan vitamin (Mamuaja, 2017).

Secara umum, lipid tidak larut dalam air karena mengandung banyak

gugus nonpolar (Hidrokarbon). Namun asam lemak, fosfolipid, sfingolipid, garam

empedu dan kolesterol mengandung gugus-gugus polar. Jadi, molekul bersifat

hidrofobik, dan tak larut air. Molekul ini disebut amfipatik. Molekul mengalami

orientasi pada pertemuan air-minyak dengan gugus polar di fase air dan gugus

nonpolar di fase minyak. Lipid lapis ganda (bilayer) amfipatik ini adalah struktur

dasar pada membran biologis. Lipid berada dalam suatu konsentrasi kritis dalam

medium air, lipid membentuk misel (micelles). Liposom dapat membentuk


melalui sonikasi dari butir-butir lipid lapis-ganda yang menyelubungi bagian

medium air. Agregasi garam empedu menjadi misel dan liposom serta

pembentukan campuran misel dengan produk pencernaan lemak penting untuk

mempermudah penyerapan lipid dari usus. Liposom berpotensi untuk digunakan

secara klinis terutama jika dikombinasikan dengan antibodi spesifik jaringan

sebagai pembawa obat dalam sirkulasi yang diarahkan ke organ spesifik, dalam

terapi kanker. Liposom digunakan untuk pemindahan gen ke dalam sel vaskular

sebagai pembawa pada pemakaian obat atau kosmetik secara topikal atau

transdermal. Emulsi merupakan partikel yang jauh lebih besar, yang biasanya

dibentuk oleh lipid nonpolar dalam medium air. Emulsi distabilkan oleh zat

pengemulsi, misalnya lipid amfipatik (misalnya fosfatidikolin), yang membentuk

suatu lapisan permukaan yang memisahkan sebagian besar materi nonpolar dari

fase air (Rodwell dkk., 2019).

Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan

jaringan adiposa harus diangkut antara berbagai jaringan dan organ untuk

digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, masalah bagaimana

mentranspotnya dalam plasma darah berair diselesaikan dengan mengasosiasikan

lipid nonpolar (triasigliserol dan ester kolesterol) dengan lipid amfipatik

(fosfolipid dan kolesterol) dan protein untuk membuat lipoprotein yang dapat

larut dalam air (Murray dkk., 2009).

Trigliserida yang lebih dikenal dengan sebutan triasilgliserol merupakan

gliserida dimana gliserol diestrerifikasi dengan 3 asam lemak. Trigliserida

terdapat pada minyak sayur dan lemak hewan. Trigliserida dapat merupakan

95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi pada semua bentuk makanan

dan persentasenya sama dengan dalam tubuh manusia. Trigliserida dibentuk


di hati yang berasal dari lipid yang kita makan atau berasal dari karbohidrat.

Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan kalor yang

penting untuk proses-proses yang membutuhkan energi dalam tubuh. Trigliserida

banyak didapatkan dalam sel-sel lemak; terutama 99% dari volume sel.

Disamping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat dikonversi

menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai

jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai fungsi fisik yaitu sebagai bantalan

tulang-tulang dan organ-organ vital, melindungi organ-organ tadi dari guncangan

atau rusak. Trigliserida sangat erat hubungannya dengan obesitas. Umumnya

orang orang gemuk mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma.

Trigliserida banyak disimpan dibalik lipatan kulit. Makin gemuk sesorang, makin

banyak trigliserida yang terdapat dalam tubuhnya dan membuat kulit menjadi

berlipat-lipat. (Mamuaja, 2017).Trigliserida adalah ester gliserol alcohol trihidrat

dan asam lemak. Mono- dan diasilgliserol. Gliserol yang diesterifikasi dengan

satu atau dua asam lemak, juga ditemukan di jaringan. Senyawa ini sangat penting

dalam sintesis dan hidrolisis trigliserida (Rodwell dkk., 2019).

Asam lemak adalah asam organik dengan setidaknya satu gugus karboksil

(–C(=O)OH, –COOH, atau –CO2H) dan rantai karbon panjang yang ikatannya

dapat berupa ikatan rangkap, seperti pada asam lemak tak jenuh, atau ikatan

tunggal. ikatan, seperti pada asam lemak jenuh. Asam lemak umumnya berasal

dari trigliserida dan fosfolipid, dan merupakan komponen utama dari lemak

makanan. Kebanyakan asam lemak yang terjadi secara alami memiliki rantai tak

bercabang dengan jumlah atom karbon genap. Menurut jumlah ikatan rangkap,

katalog Asam lemak mencakup asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh
tunggal, dan asam lemak tak jenuh ganda (Chen dkk., 2020).

Tata nama sistematik yang paling sering digunakan untuk menamai asam

lemak adalah berdasarkan hidrokarbon dengan jumlah dan susunan atom-atom

karbon yang sama, dengan -oat menggantikan akhiran -e. Jadi, asam jenuh

berakhiran -anoat, misalnya asam oktanoat (C8), dan asam tak jenuh dengan ikatan

rangkap memiliki akhiran -enoat, misalnya asam oktadesenoat (asam oleat, C18).

Di dalam tubuh, asam lemak terutama terdapat sebagai ester minyak dan lemak

alami, tetapi di dalam plasma, lemak terdapat dalam bentuk tidak teresterifikasi

sebagai asam lemak bebas, yakni suatu bentuk transport. Asam lemak yang

terdapat dalam lemak alami biasanya mengandung atom karbon berjumlah genap.

Rantai tersebut dapat jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) atau tak jenuh

(mengandung satu atau lebih ikatan rangkap) (Rodwell dkk., 2019).

Gliserida adalah ester asam lemak dari gliserol dan langkah awal dalam

metabolismenya hampir selalu hidrolisis. Dalam perkecambahan minyak jarak

lihat enzim lipase mengkatalisis reaksi ini, dan reaksi serupa terjadi di banyak sel

hewan, terutama di jaringan adiposa selama kelaparan. Seperti diketahui,

hidrolisis non-enzim dimungkinkan secara in vitro (Edwards dkk., 1971). Asam

lemak bebas dilepaskan selama lipolisis dan diangkut dalam plasma sebagai

kompleks fisik dengan albumin. Meskipun konsentrasi asam lemak bebas plasma

basal biasanya hanya 0,25-0,5 mmol/L, asam lemak bebas merupakan sumber

utama asam lemak untuk jarigan karena memiliki waktu paruh yang sangat sikat .

Studi pada model hewan menunjukkan bahwa asam lemak, termasuk asam

arakidonat dan DHA, dengan cepat diambil oleh otak ketika disuntikkan ke dalam

plasma dalam bentuk tidak teresterifikasi (Spector, 2001).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lilin, minyak kelapa,

minyak sawit, mentega, H2SO4 pekat, padatan KHSO4, akuades, NaOCl 2%,

larutan α-naftol 0,1%, HCl pekat, aluminium foil, kertas label, sunlight,

dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, Bunsen.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Tes Akrolein

Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 6 buah,

masing-masing tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan sampel minyak dan lemak

(minyak kelapa, minyak sawit, mentega, lilin, gliserol, dan akuades).

Ditambahkan 0,5 gram KHSO4, dihomogenkan. Kemudian dipanaskan maksimal

10 menit, diamati bau yang timbul.

3.3.1 Tes Kolorimetri

Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan 6 buah masing-masing

tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan sampel minyak dan lemak (minyak

kelapa, minyak sawit, mentega, lilin, dan gliserol) serta akuades sebagai kontrol

negatif. Ditambahkan 1 mL larutan NaOCl 2% dihomogenkan. Diamkan selama 3


menit. Ditambahkan 3 tetes HCl pekat dan dihomogenkan kemudian dipanaskan

selama 1 menit. Ditambahkan 0,2 mL larutan α-naftol 0,1% dan dihomogenkan.

Ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes secara berkala, dihomogenkan.

Diamati warna yang timbul.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tes Akrolein

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tes Akrolein


No Bau setelah
Contoh 0,5 gram KHSO4
. dipanaskan
1. Lilin (wax) - +
2. Mentega - +
3. Minyak Kelapa - +++
4. Minyak Sawit - +++
5. Gliserol - ++
6. Akuades - -

Keterangan:

+ : sedikit tengik ++ : tengik +++ : sangat tengik

- : tidak tengik

4.1.2 Tes Kolorimetri

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tes Kolorimetri


No. Larutan minyak dan lemak Warna yang terbentuk
1. Lilin (wax) 2 fase (atas hijau, bawah putih)
2. Mentega 2 fase (atas hijau, bawah putih)
3. Minyak Kelapa 2 fase (atas hijau, bawah putih)
4. Minyak Sawit 2 fase (atas hijau, bawah putih)
5. Gliserol 1 fase berwarna hujau
6. Akuades 1 fase berwarna hujau

4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Akrolein

a. Lilin (Wax)

b. Mentega

c. Gliserol

d. Minyak Kelapa
e. Minyak Sawit
f. Akuades

4.2.2 Tes Kolorimetri

a. Lilin (Wax)

b. Mentega
c. Minyak Kelapa
d. Minyak Sawit

e. Akuades

f. Gliserol
4.3 Pembahasan

4.3.1 Tes Akrolein

Tes Akrolein adalah salah satu tes yang digunakan dalam pengujian suatu

sampel yang mengandung gliserol. Sampel yang digunakan adalah mentega, lilin,

minyak kelapa, minyak sawit, akuades, dan gliserol. Pada tes ini gliserol

diidentifikasi dengan cara penambahan KHSO4 ke dalam tabung reaksi yang berisi

sampel. Penambahan KHSO4 berfungsi sebagai senyawa pengkatalis dalam proses

hidrolisis trigliserida atau lipid. Dengan penambahan KHSO4 ini lipid

akan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, reaksi hidrolisis ini

mengakibatkan kerusakan trigliserida. Setelah penambahan KHSO4, setiap larutan

dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mengoksidasi gliserol . Setelah diuji

didapatkan hasil positif berupa tercium bau tengik.


Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui sampel yang mengandung

gliserol dan yang tidak mengandung gliserol berdasarkan ketajaman bau yang

dihasilkan. Dari hasil percobaan didapatkan urutan ketajaman bau tengik

dari yang paling tengik sampai yang tidak tengik, yaitu

minyak sawit = minyak kelapa> gliserol > lilin = mentega > akuades. Kekuatan

bau tengik tersebut didasarkan pada kandungan gliserol dari masing-masing

sampel, semakin banyak kandungan gliserolnya maka semakin kuat bau tengik

yang dihasilkan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa bau minyak sawit dan

minyak kelapa adalah yang paling tengik. Salah satu teori menyatakan bahwa

minyak dapat mengalami ketengikan yang disebabkan selama proses pengolahan

menggunakan suhu yang tinggi dan akibat campuran dari produk

lain (Suraidah dkk., 2016).

4.3.2 Tes Kolorimetri

Tes kolorimetri digunakan untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam

sampel dengan uji positif berupa adanya perubahan warna hijau zamrud pada

sampel. Sampel minyak dan lemak yang digunakan adalah lilin, mentega, minyak

kelapa, minyak sawit, akuades dan gliserol. Pada tes ini dilakukan penambahan

NaOCl 2% yang berfungsi untuk mereduksi kelebihan lemak sehingga gliserol

dapat terbentuk. Setelah itu didiamkan selama 2-3 menit supaya NaOCl larut

dengan sempurna. Kemudian ditambahkan HCl pekat sebagai katalisator untuk

mempercepat reaksi, lalu dipanaskan untuk membuang kelebihan asam. Setelah

pemanasan, ditambahkan larutan α-naftol 0,1% yang berfungsi untuk

mengidentifikasi gliserol lalu ditambahkan H2SO4 pekat. Penambahan H2SO4

pekat mampu memisahkan gugus yang terikat pada -OH sehingga gugus benzena
yang terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan gugus -OH yang ada pada

gliserol dan menghasilkan senyawa yang berwarna hijau zamrud.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa semua sampel

minyak dan lemak yang diuji mengandung gliserol kecuali akuades. Hal ini sudah

sesuai dengan teori yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna hijau

zamrud pekat pada lilin, mentega, minyak kelapa dan minyak sawit. Hasil ini

tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya sampel lilin juga tidak berwarna

hijau zamrud, karena lilin dan akuades tidak mengandung gliserol.

Teori menyatakan bahwa lilin (wax) terbentuk dari reaksi esterifikasi asam

lemak karbon dengan alkohol berantai panjang, antara 14 sampai 34

atom (Siswati dkk., 2022).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. pada tes akrolein, lilin, mentega, minyak kelapa, minyak sawit, akuades,

dan gliserol menghasilkan uji positif yang ditandai dengan adanya bau

tengik.

2. pada tes kolorimetri, lilin, mentega, minyak kelapa, dan minyak sawit

menghasilkan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau

zamrud.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah sebaiknya alat dan bahan lebih

dilengkapi lagi untuk memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, bahan yang

akan digunakan sebaiknya selalu diperbaharui agar ketika ingin digunakan tidak

kesusahan mencarinya.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan ini adalah semoga percobaan ini dapat lebih baik

lagi ke depannya dalam hal metode yang digunakan agar berjalan lebih efektif dan

efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Arthur, A, A., 2001, Plasma Free Fatty Acid and Lipoproteins as Sources of
Polyunsaturated Fatty Acid for the Brain, Journal of Molecular
Neuroscience, 16(1):159-165.

Chen, J., and Liu, H., 2020, Nutritional Indices for Assessing Fatty Acids:
A Mini-Review, Journal of Molecular Sciences, 5965(12):1-24.

Edwards, N, A., and Hassal, K, A., 1971, Cellular Biochemistry and Physiology,
McGraw-Hill Publishing Company, Inggris.

Mamuaja, C. F., 2017, Lipida, Penerbit Unsrat Press, Manado.

Murray, R. K., Bender, D, A., Botham, K, M., Kennelly, P, J., Rodwell, V, W.,
and Weil, P, W., 2009, Harper’s Illustrated Biochemistry, McGraw-Hill
Publishing Company, United States.

Kartika, D., dan Widyaningsih, S., 2012, Konsentrasi Katalis dan Suhu Optimum
pada Reaksi Esterifikasi menggunakan Katalis Zeolit Alam Aktif (ZAH)
dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah, Jurnal Natur Indonesia,
14(3):219-226.

Prakoso, T., Hapsari, S. C., Lembono, P., dan Soerawidjaja, T. H., 2006, Sintesis
Trigliserida Rantai Menengah Melalui Transesterifikasi Gliserol dan
Asam-Asam lemaknya, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, 5(3):520-529.

Siswati, T., Sa’diyah, A., Permatasari, A., Rismayana, R., Sulistiana, D.,
Mardiyah, U., Kristanto, B., Puspita, D., Indis, N. A., Patimah, Aisyah, S.,
Sandra, L., Satriawan, D., dan Rahmawati., 2022, Kimia Analisis Bahan
Pangan, PT. Global Eksekutif Teknologi, Padang.

Suraidah, Febriani, N., dan Wirman, S. P., 2016, Pemanfaatan Buah Pala untuk
Mengatasi Ketengikan Pada Minyak Kelapa yang Dibuat dengan Cara
Tradisional, Jurnal Photon, 6(2): 123-129.

Rodwell, V. W., Bender, D, A., Botham, K, M., Kennelly, P. J., dan Weil, P, W.,
2019, Biokimia Harper, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Tes Akrolein

Minyak Minyak Mentega Gliserol Lilin Akuades


Kelapa Sawit

- masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL

- ditambahkan 0,5 gram KSO4

- dipanaskan menggunakan api kecil selama 10 menit

- diamati bau yang timbul.

Hasil

2. Tes Kolorimetri

Minyak Minyak Mentega Gliserol Lilin Akuades


Kelapa Sawit

- masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL

- ditambahkan 1mL larutan NaOCl 2%, diamkan selama 2-3 menit

- ditambahkan 3-4 tetes HCl pekat, didihkan selama 1 menit

- ditambahkan 0.2 mL α-naftol dan 3 tetes H2SO4 pekat

- dihomogenkan, diamati perubaham warna yang terjadi

Hasil
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

1. Tes Akrolein

Gambar 1. Setelah penambahan KHSO4

Gambar 2. Setelah pemanasan


2. Tes Kolorimetri

Gambar 3. Setelah ditambahkan NaOCl 2%

Gambar 4. Setelah ditambahkan HCl pekat

Gambar 5. Setelah dilakukan pemanasan

Gambar 6. Setelah ditambahkan α-naftol dan H2SO4 pekat


Lampiran 3. Perhitungan
Lampiran 4. Sumber

Anda mungkin juga menyukai