PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI LIPID
Disusun Oleh:
Shift/Kelompok : A/3
Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 17 Oktober 2022
Nama Asisten : Salsabilla Permana, S.Farm
I. TUJUAN PERCOBAAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami metode identifikasi lipid.
V. PROSEDUR
5.1 Uji Kelarutan
4 tabung disediakan yang didalamnya ditambahkan masing-masing 2
mL air, 2 mL alkohol dingin, 2 mL alkohol panas, 2 mL kloroform. Lalu
pada setiap tabung ditambahkan 0,2 mL minyak dan dikocok. Diambil 2-3
tetes dari masing-masing tabung dan diteteskan pada kertas saring. Lalu
diamati apakah ada noda yang tertinggal atau tidak, jika ada noda pada kertas
saring menunjukkan adanya lemak yang terlarut dari pelarut tersebut.
5.2 Uji Akrolein
3 tabung bersih dan kering disediakan lalu dimasukkan pada masing-
masing tabung 10 tetes olive oil, gliserol atau sedikit asam palmitat. Lalu
ditambahkan pada masing-masing tabung sejumlah sama volume KHSO4
dan dipanaskan pelan-pelan diatas api. Diperhaatikan bau akrolein yang
menusuk hidung dan dibedakan dengan bau SO4.
5.3 Uji Lieberman-Burchard Untuk Kolesterol
Sedikit kolesterol dilarutkan dalam kloroform hingga larut seluruhnya.
Dan ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrad dan 2 tetes asam sulfat pekat,
dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Lalu diperhatikan perubahan
warna yang terjadi.
VI. DATA PENGAMATAN
Data pengamatan yang diperoleh dari percobaan adalah sebagai
berikut:
NO PERCOBAAN DOKUMENTASI HASIL
PENGAMATAN
1 Uji Kelarutan Tabung 1 : noda yang
Lemak atau samar (-)
Lipid Tabung 2 : noda yang
samar (-)
Tabung 3 : noda yang
samar (-)
Tabung 4 : ada noda (+)
Tabung 2 (Gliserol) :
terdehidrasi karena
terdapat bau khas (+)
Tabung 3 (Asam
Palmitat) : tidak berbau
(-)
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan identifikasi lipid. Lipid
atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang terdapat di
alam dan bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non-
polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lipid memiliki
arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional karboksil
(-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut
dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan
lain sebagainya (Baraas, 2006).
7.1 Uji Kelarutan
Pada percobaan ini, uji yang pertama dilakukan adalah uji kelarutan.
Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, suatu molekul non-polar yang hanya
dapat larut dalam pelarut non-polar, sehingga bila dilarutkan dalam pelarut
polar lipid tidak akan larut dengan larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip
uji kelarutan yang berdasarkan pada kaidah “like dissolves like”, dimana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Kelarutan lipid
baik lemak maupun minyak dapat diuji dengan berbagai jenis pelarut untuk
mengetahui derajat kelarutannya. Derajat kelarutan merupakan kemampuan
suatu zat terlarut untuk dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.
Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah terlarut dengan
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
Pertama-tama, 4 tabung reaksi disiapkan dan ditambahkan ke dalam
tabung 1 air, tabung 2 alkohol dingin, tabung 3 alkohol panas, dan tabung 4
kloroform. Lalu, minyak ditambahkan ke dalam setiap tabung dan dikocok.
Perlakuan ini dilakukan untuk melihat kelarutan lipid dalam berbagai kondisi
pelarut. Kemudian, 2-3 tetes diambil dari masing-masing tabung dan diteteskan
pada kertas saring. Noda yang tertinggal pada kertas saring diamati.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil noda sangat jelas
terlihat pada kertas saring bagian klorofom dan kurang terlihat pada bagian air,
alkohol panas dan alkohol dingin. Adanya noda ini menunjukkan bahwa lipid
terlarut dalam kloroform. Dimana lipid memiliki sifat non-polar dan hanya akan
larut dalam pelarut non-polar juga. Lipid akan larut dalam pelarut organik
seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010). Selain
itu, minyak merupakan makromolekul, sehingga dapat tertahan pada kertas
saring. Oleh karena itu, dapat disimpulkan, hasil percobaan yang dilakukan
sesuai dengan literatur dan prinsip pengujian yaitu ‘like dissolves like’. Alkohol
bersifat semipolar, ketika dipanaskan maka ia akan cenderung ke arah sifat non-
polar, namun saat dalam kondisi dingin ia akan cenderung bersifat polar. Akan
tetapi, dalam percobaan ini pada kertas saring bagian alkohol panas tidak
terlihat adanya noda yang terbentuk artinya minyak tidak larut dalam alkohol
panas. Hal ini bisa terjadi mungkin dikarenakan proses pemanasannya yang
kurang lama atau masih cenderung ke polar.
7.2 Uji Akrolein
Pada uji selanjutnya yaitu uji akrolein dalam uji terjadi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak atau minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein yang berciri khas (Chang, 2013). Pada percobaan
uji akrolein bahan yang diuji adalah olive oil, gliserol dan asam palmitat.
Pertama tabung 1 diisi 10 tetes olive oil, tabung 2 diisi 10 tetes gliserol dan
tabung 3 diisi asam palmitat, kemudian semua tabung diisi dengan KHSO4.
Penambahan KHSO4. sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel
yang mengandung gliserol, dan KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena tidak larut
dalam larutan sampel, tetapi hanya berfungsi sebagai katalisator (Anwar, 1994).
Setelah itu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan diperhatikan bau akrolein
yang menusuk hidung. Menurut literatur Ketika lemak dipanaskan setelah
ditambahkan KHSO4 yang akan menarik air maka bagian gliserol akan
terdehidrasi dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau akrolein yang memiliki bau
seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Poedjiadi, 1994).
Sehingga didapatkan hasil bahwa olive oil dan gliserol mengeluarkan
bau yang khas, sedangkan asam palmitat tidak tercium bau akrolein.
Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam minyak/lemak
yang menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.Sedangkan pada asam palmitat
tidak menimbulkan bau, karena tidak mengandung flat gliserol dan tidak
terbentuk trigliserida sehingga akrolein tidak terbentuk. Dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
Andry Hartono, (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Penerbit buku
kedokteran EGC Jakarta.
Anies. (2015). Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Surabaya:Ar-ruzz Media.
Anwar, dkk. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Dedikbud.
Baraas F. (2006). Kardiologi Molekuler. Yayasan Kardia Iqratama. Jakarta
Bintang, Maria. (2010). Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond. (2013). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Fitriana, Y. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Uji Lipid pada Minyak Kelapa, Margarin,
dan Gliserol. Sainteks, 16(1). https://doi.org/10.30595/sainteks.v16i1.7013
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit . Edisi 2. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 140 -147.
Herlina, N. (2002). Lemak dan Minyak. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universita Sumatra Utara. Medan. Hal. 1
Lantara, D., Kalla, R., & Asnawi, I. (2019). Produksi Akrolein Dengan Proses
Degradasi Menggunakan Gelombang Suara. Journal of Chemical Process
Engineering, 4(2). https://doi.org/10.33536/jcpe.v4i2.469
Lingga, Lanny. (2012). Sehat dan Sembuh Dengan Lemak. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo.
Madja. (2007). Lemak Dalam Tubuh. Jakarta : Erlangga.
Mulyanto, D. (2012). Panjang Umur dengan Kontrol Kolesterol dan Asam Urat.
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2012). Biokimia Harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Poedjiadi, Anna.(1994).Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Sutresna, Nana. 2009. Kimia . Bandung : Grafindo