Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI LIPID

Disusun Oleh:

Tarisa Perolin 10060321017


Vadia Amanda 10060321018
Dinah Shafira Abasi 10060321019
Najwa Fitri Rayyani 10060321020
Lidya Sri Barokah M.Y. 10060321021

Shift/Kelompok : A/3
Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 17 Oktober 2022
Nama Asisten : Salsabilla Permana, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 / 1444 H
PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI LIPID

I. TUJUAN PERCOBAAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami metode identifikasi lipid.

II. PRINSIP PERCOBAAN


2.1 Uji kelarutan : dengan menambahkan sedikit contoh lemak ke dalam
beberapa ml pelarut lemak dan diselidiki kelarutannya.
2.2 Uji Akrolein : gliserol di dehidratasi oleh KHSO4 anhidrat membentuk
aldehid tak jenuh yang memiliki bau khas tak sedap yaitu acrolein
2.3 Uji Lieberman Burchard : jika suatu sterol dengan konfigurasi jenuh di
reaksikan dengan asam kuat anhidrat maka akan dihasilkan warna
dengan
karakteristik yang bervariasi.

III. TEORI DASAR


3.1 Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam
lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Lipid
memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus
fungsional karboksil (- COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat
larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin,
karbon tetraklorida, dan lain sebagainya. Lipid akan larut dalam pelarut
organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010).
Lipid dikelompokkan berdasarkan struktur dan karakteristik non
polarnya menjadi lemak (fat), lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid,
eikosanoat, steroid, lipoprotein, dan vitamin yang larut di dalam lemak.
Beberapa jenis lipid memiliki gugus polar dan non polar, sehingga lipid
bersifat amfipatik akan membentuk misel di dalam air.
Minyak dan Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar , contohnya dietil eter,
kloroform dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan Minyak dapat larut dalam
pelarut yang disebut di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas
yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina, 2002).
Sifat yang dimiliki lipid diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada
metabolisme tumbuhan dan hewan.
b. Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organic
(benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida).
c. Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa
jenis lipid juga memiliki kandungan nitrogen dan fosfor
d. Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, tidak seperti karbohidrat
dan protein.
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga
merupakan sumber energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan
makanan yang disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk
lipoprotein fostalipid yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang
melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi
misalnya kolestrol berperan dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh.
Estrogen dan testoleron berfungsi sebagai hormon kelamin:
dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan sebagai provitamin D (Sutresna,
2009).
3.2 Metode Pengujian
Adapun Uji akrolein yang merupakan uji pada gliserol dalam bentuk
bebas atau yang terdapat pada lemak dan minyak bila mengalami dehidrasi
akan membentuk aldehid aksilat atau disebut juga dengan akrolein. Uji
akrolein bertujuan untuk mengetahui beberapa sifat lipida terhadap beberapa
pereaksi tertentu (Fitriana & Fitri, 2020). Kolesterol merupakan lipid amfipatik
yang penting dalam pengaturan permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga
sebagai lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol adalah lemak seperti lilin
yang diproduksi oleh hati. Tubuh membutuhkan kolesterol untuk
memproduksi sel-sel sehat dan sejumlah hormon. Selain diproduksi oleh hati,
kolesterol juga dapat diperoleh dari makanan (Murray,2012). Kolesterol di
dalam darah diikat oleh protein dan membentuk lipoprotein. Ada dua jenis
lipoprotein, yaitu high-density lipoprotein (HDL) yang biasa disebut dengan
kolesterol baik, dan low-density lipoprotein (LDL) yang dikenal sebagai
kolesterol jahat. Tubuh memiliki kemampuan untuk menghasilkan kolesterol.
Komponen pembentuk kolesterol berasal dari berbagai makanan yang
dikonsumsi, walaupun bukan merupakan makanan yang mengandung
kolesterol. Sebagian besar kolesterol yang ada dalam tubuh, dihasilkan sendiri
oleh tubuh. Sekitar 70-80% kolesterol disintesis oleh tubuh sedangkan 20-25%
sisanya berasal dari luar tubuh yaitu dari makanan yang dikonsumsi sehari-
hari. Tubuh orang dewasa rata-rata menghasilkan 2000-3000 mg kolesterol per
hari (Lingga, 2012).
Pada percobaan ini digunakan uji Liebermann Burchard dengan prinsip
apabila kolesterol direaksikan dengan asam acetat anhidrid dan asam sulfat
pekat dalam lingkungan bebas air, maka akan terbentuk warna hijau-biru yang
intensitas akibat pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh. Uji Lieberman
Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Perekasi Liebermann-
Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat
pekat. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan
penambahan asam sulfat ke dalam campuran, asam asetat dilarutkan ke dalam
larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Alasan
digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil
daristeroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform.
Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang
terkandung di dalamsampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan
lemak karena sifat darilemak atau lipid adalah nonpolar. Sesuai dengan prinsip
“like disolve like” maka senyawa non polar akan larut pada pelarut non polar
(Lantara et al., 2019).
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini ketika asam sulfat ditambahkan
ke dalamcampuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari
gugus C3kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-
kolestadiena. Produkini dikonversi menjadi polimer yang mengandung
kromofor yang menghasilkanwarna hijau. Warna ini disebabkan karena adanya
gugus hidroksi (−OH) darikolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman
Burchard dan meningkatkankonjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang
berdekatan. Warna hijau inimenandakan hasil yang positif (Fitriana & Fitri,
2020).
3.3 Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol yang berasal dari binatang maupun
manusia. Kolesterol yang ada dalam tubuh merupakan lipid yang disintesis
oleh hati dan usus halus. Selain itu kolesterol juga terdapat pada makanan
hewani yang dikonsumsi seseorang. Tubuh memiliki kemampuan untuk
menghasilkan kolesterol. Komponen pembentuk kolesterol berasal dari
berbagai makanan yang dikonsumsi, walaupun bukan merupakan makanan
yang mengandung kolesterol. Sebagian besar kolesterol yang ada dalam tubuh,
dihasilkan sendiri oleh tubuh. Sekitar 70-80% kolesterol disintesis oleh tubuh
sedangkan 20-25% sisanya berasal dari luar tubuh yaitu dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Tubuh orang dewasa rata-rata menghasilkan 2000-
3000 mg kolesterol per hari (Lingga, 2012).
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang terdiri dari zat
lipid yaitu kolesterol, trigliserida dan fosfolipid. Kolesterol adalah sejenis
lemak yang mengelilingi dinding setiap sel didalam tubuh yang dihasilkan oleh
hati (liver). Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan
kalori paling tinggi. Sejumlah kolesterol tertentu bersifat esensial bagi tubuh
terutama untuk pembentukan hormon dan vitamin, seperti estrogen,
testosteron, progesteron, kortikosteroid, vitamin D, dan asam empedu. Bahan
dasar lipid ialah minyak atau lemak sedangkan bahan dasar darah ialah air,
keduanya tidak dapat dicampur. Jika kolesterol dibuang didalam darah, maka
akan menggumpal dan menjadi tidak berguna. Oleh karena itu, tubuh
mengemas kolesterol dan lemak lainnya menjadi partikel-artikel kecil yang
dilapisi oleh protein, yang disebut dengan lipoprotein (lipid dan protein) yang
mudah bercampur dengan darah. Lemak dalam partikel-partikel ini dibuat dari
kolesterol dan trigliserida serta bahan lain yang disebut dengan fosfolipid.
Trigliserida menyusun sekitar 90% lemak yang dikonsumsi dari makanan
sehari-hari. Makanan yang mengandung lemak jenuh dapat meningkatkan
kadar trigliserida dalam darah. Tubuh memerlukan trigliserida untuk energi,
tetapi pada kolesterol, jika jumlahnya berlebihan akan berakibat buruk bagi
jantung dan pembuluh darah (Anies, 2015).
Menurut Mulyanto (2012) beberapa peranan penting kolesterol bagi
tubuh, antara lain :
a. Kolesterol berperan dalam proses pembentukan sel-sel dalam tubuh,
lemak berperan sebagai pembentuk dinding-dinding sel.
b. Berperan penting dalam menentukan molekul-molekul mana saja yang
dapat masuk ke dalm sel dan mana yang tidak bisa (permeabilitas membrane
sel).
c. Ikut berperan dalam produksi hormone seks (androgen dan estrogen).
d. Sangat berperan dalam memproduksi hormone yang dilepaskan oleh
kelenjar adrenal (kortisol, kortikosterone, aldosterone, dan lain-lain).
e. Dibutuhkan untuk bahan dasar pembentukan hormone-hormon steroid.
f. Berperan dalam produksi empedu.
g. Mengkonversi sinar matahari menjadi vitamin D.
h. Sangat penting untuk metabolisme vitamin larut lemak, termasuk vitamin
A,D,E, dan K.
Pemeriksaan kolesterol dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui
pemeriksaan darah di laboratorium dan pemeriksaan sendiri dengan alat
pemeriksa kolesterol. Pemeriksaan kolesterol di laboratorium menghasilkan
pemeriksaan yang lebih spesifik dan akurat karena pameriksaan yang
dilakukan terhadap kadar trigliserida, LDL, dan HDL dilakukan secara terpisah
dan juga bersamaan dalam jumlah kolesterol total. Sedangkan pada alat periksa
praktis, hanya menyajikan hasil akhir berupa kolesterol total. Dalam
pemerikssaan kolesterol pasien diminta untuk berpuasa 8 – 10 jam pada malam
hari, pasien hanya boleh minum air putih saja. Dan pemeriksaan kolesterol
lebih baik dilakukan pada pagi hari sebelum pasien melakukan aktiivitas.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan penguap, gelas
ukur, kertas saring, penjepit, pemanas spirtus, pipet tetes, plat tetes, tabung
reaksi, dan rak tabung reaksi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air, alkohol dingin,
alkohol panas, asam asetat anhidrat, asam palmitat, asam sulfat pekat, KHSO4,
kolestrol, kloroform, minyak dan olive oil.

V. PROSEDUR
5.1 Uji Kelarutan
4 tabung disediakan yang didalamnya ditambahkan masing-masing 2
mL air, 2 mL alkohol dingin, 2 mL alkohol panas, 2 mL kloroform. Lalu
pada setiap tabung ditambahkan 0,2 mL minyak dan dikocok. Diambil 2-3
tetes dari masing-masing tabung dan diteteskan pada kertas saring. Lalu
diamati apakah ada noda yang tertinggal atau tidak, jika ada noda pada kertas
saring menunjukkan adanya lemak yang terlarut dari pelarut tersebut.
5.2 Uji Akrolein
3 tabung bersih dan kering disediakan lalu dimasukkan pada masing-
masing tabung 10 tetes olive oil, gliserol atau sedikit asam palmitat. Lalu
ditambahkan pada masing-masing tabung sejumlah sama volume KHSO4
dan dipanaskan pelan-pelan diatas api. Diperhaatikan bau akrolein yang
menusuk hidung dan dibedakan dengan bau SO4.
5.3 Uji Lieberman-Burchard Untuk Kolesterol
Sedikit kolesterol dilarutkan dalam kloroform hingga larut seluruhnya.
Dan ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrad dan 2 tetes asam sulfat pekat,
dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Lalu diperhatikan perubahan
warna yang terjadi.
VI. DATA PENGAMATAN
Data pengamatan yang diperoleh dari percobaan adalah sebagai
berikut:
NO PERCOBAAN DOKUMENTASI HASIL
PENGAMATAN
1 Uji Kelarutan Tabung 1 : noda yang
Lemak atau samar (-)
Lipid Tabung 2 : noda yang
samar (-)
Tabung 3 : noda yang
samar (-)
Tabung 4 : ada noda (+)

2 Uji Akrolein Tabung 1 (Olive oil) :


terdehidrasi karena
terdapat bau khas (+)

Tabung 2 (Gliserol) :
terdehidrasi karena
terdapat bau khas (+)

Tabung 3 (Asam
Palmitat) : tidak berbau
(-)

3 Uji Lieberman Uji : Bening kekuningan


- Burchard
Blanko : Tidak berwarna

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan identifikasi lipid. Lipid
atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang terdapat di
alam dan bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non-
polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lipid memiliki
arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional karboksil
(-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut
dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan
lain sebagainya (Baraas, 2006).
7.1 Uji Kelarutan
Pada percobaan ini, uji yang pertama dilakukan adalah uji kelarutan.
Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, suatu molekul non-polar yang hanya
dapat larut dalam pelarut non-polar, sehingga bila dilarutkan dalam pelarut
polar lipid tidak akan larut dengan larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan prinsip
uji kelarutan yang berdasarkan pada kaidah “like dissolves like”, dimana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Kelarutan lipid
baik lemak maupun minyak dapat diuji dengan berbagai jenis pelarut untuk
mengetahui derajat kelarutannya. Derajat kelarutan merupakan kemampuan
suatu zat terlarut untuk dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.
Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah terlarut dengan
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
Pertama-tama, 4 tabung reaksi disiapkan dan ditambahkan ke dalam
tabung 1 air, tabung 2 alkohol dingin, tabung 3 alkohol panas, dan tabung 4
kloroform. Lalu, minyak ditambahkan ke dalam setiap tabung dan dikocok.
Perlakuan ini dilakukan untuk melihat kelarutan lipid dalam berbagai kondisi
pelarut. Kemudian, 2-3 tetes diambil dari masing-masing tabung dan diteteskan
pada kertas saring. Noda yang tertinggal pada kertas saring diamati.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil noda sangat jelas
terlihat pada kertas saring bagian klorofom dan kurang terlihat pada bagian air,
alkohol panas dan alkohol dingin. Adanya noda ini menunjukkan bahwa lipid
terlarut dalam kloroform. Dimana lipid memiliki sifat non-polar dan hanya akan
larut dalam pelarut non-polar juga. Lipid akan larut dalam pelarut organik
seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010). Selain
itu, minyak merupakan makromolekul, sehingga dapat tertahan pada kertas
saring. Oleh karena itu, dapat disimpulkan, hasil percobaan yang dilakukan
sesuai dengan literatur dan prinsip pengujian yaitu ‘like dissolves like’. Alkohol
bersifat semipolar, ketika dipanaskan maka ia akan cenderung ke arah sifat non-
polar, namun saat dalam kondisi dingin ia akan cenderung bersifat polar. Akan
tetapi, dalam percobaan ini pada kertas saring bagian alkohol panas tidak
terlihat adanya noda yang terbentuk artinya minyak tidak larut dalam alkohol
panas. Hal ini bisa terjadi mungkin dikarenakan proses pemanasannya yang
kurang lama atau masih cenderung ke polar.
7.2 Uji Akrolein
Pada uji selanjutnya yaitu uji akrolein dalam uji terjadi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak atau minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein yang berciri khas (Chang, 2013). Pada percobaan
uji akrolein bahan yang diuji adalah olive oil, gliserol dan asam palmitat.
Pertama tabung 1 diisi 10 tetes olive oil, tabung 2 diisi 10 tetes gliserol dan
tabung 3 diisi asam palmitat, kemudian semua tabung diisi dengan KHSO4.
Penambahan KHSO4. sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel
yang mengandung gliserol, dan KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena tidak larut
dalam larutan sampel, tetapi hanya berfungsi sebagai katalisator (Anwar, 1994).
Setelah itu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan diperhatikan bau akrolein
yang menusuk hidung. Menurut literatur Ketika lemak dipanaskan setelah
ditambahkan KHSO4 yang akan menarik air maka bagian gliserol akan
terdehidrasi dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau akrolein yang memiliki bau
seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Poedjiadi, 1994).
Sehingga didapatkan hasil bahwa olive oil dan gliserol mengeluarkan
bau yang khas, sedangkan asam palmitat tidak tercium bau akrolein.
Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam minyak/lemak
yang menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein.Sedangkan pada asam palmitat
tidak menimbulkan bau, karena tidak mengandung flat gliserol dan tidak
terbentuk trigliserida sehingga akrolein tidak terbentuk. Dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:

7.3 Uji Libermann-Burchad


Pada uji percobaan yang terakhir adalah uji Lieberman Burchard
menurut literatur uji Lieberman burchard merupakan uji kuantitatif untuk
kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan
penambahan asam sulfat kedalam campuran (Poedjiadi, 1994).
Pertama ditetesi 10 asam asetat yang dilarutkan didalam larutan
kolesterol dan kloroform. Penambahan kloroform untuk melarutkan kolesterol
yang terkandung didalam sampel yaitu melarutkan lemak, karena sifat dari
lemak non polar begitu pula dengan sifat kloroform bersifat non polar.
Selanjutnya ditambahkan 10 tetes asam asetat dan 2 tetes asam sulfat pekat pada
lemari asam karena asam sulfat sangat berbahaya jika terhirup. Penambahan
asam asetat untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk
turunan asetil yang akan beraksi dengan asam sulfat pekat membentuk larutan
warna. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk memutuskan ikatan ester pada
lemak. Warna hijau ini disebabkan karena adanya gugus hidroksil (-OH) dari
kolesterol yang bereaksi dengan pereaksi lieberman-burchard. Setelah
ditambahkan asam asetat dan asam sulfat kemudikan dikocok perlahan dan
ditunggu beberapa menit selanjutnya diamati perubahan. Menurut literatur
reaksi positif uji ditandai dengan adanya perubahan warna hijau (Poedjiadi,
1994). Tetapi pada sampel uji terjadi perubahan sedikit warna yang kuning
transparan, tidak terbentuk larutan berwarna hijau sehingga terdapat sedikit
kolesterol. Hal tersebut dikarenakan karena ada kesalahan saat praktikum
berlangsung atau jumlah kadar kolesterol sedikit sehingga warna kurang pekat
yang muncul. Persamaan reaksi sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pada uji akrolein tabung yang berisi gliserol dan olive oil
menunjukan bau akrolein karena dapat didehidrasi oleh KHSO4.
2. Pada uji Lieberman – Burchard menunjukan hasil positif kolesterol
tetapi tidak signifikan karena jumlah kolesterol yang rendah
sehingga warna yang terjadi tidak signifikan yaitu kuning
transparan.
DAFTAR PUSTAKA

Andry Hartono, (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Penerbit buku
kedokteran EGC Jakarta.
Anies. (2015). Kolesterol dan Penyakit Jantung Koroner. Surabaya:Ar-ruzz Media.
Anwar, dkk. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Dedikbud.
Baraas F. (2006). Kardiologi Molekuler. Yayasan Kardia Iqratama. Jakarta
Bintang, Maria. (2010). Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond. (2013). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Fitriana, Y. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Uji Lipid pada Minyak Kelapa, Margarin,
dan Gliserol. Sainteks, 16(1). https://doi.org/10.30595/sainteks.v16i1.7013
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit . Edisi 2. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 140 -147.
Herlina, N. (2002). Lemak dan Minyak. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universita Sumatra Utara. Medan. Hal. 1
Lantara, D., Kalla, R., & Asnawi, I. (2019). Produksi Akrolein Dengan Proses
Degradasi Menggunakan Gelombang Suara. Journal of Chemical Process
Engineering, 4(2). https://doi.org/10.33536/jcpe.v4i2.469
Lingga, Lanny. (2012). Sehat dan Sembuh Dengan Lemak. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo.
Madja. (2007). Lemak Dalam Tubuh. Jakarta : Erlangga.
Mulyanto, D. (2012). Panjang Umur dengan Kontrol Kolesterol dan Asam Urat.
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2012). Biokimia Harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Poedjiadi, Anna.(1994).Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Sutresna, Nana. 2009. Kimia . Bandung : Grafindo

Anda mungkin juga menyukai