Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF LIPIDA DALAM KULIT AYAM


diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Biokimia
Dosen Pengampu :
Drs. Rahmat Setiadi, M.Sc.

Tanggal Praktikum : Awal : 3 Maret 2021


Akhir: 23 Maret 2021

disusun oleh:
Eka Fuji Astuti (1700532)
Nama Anggota Kelompok :
Dyah Ayu Hanifa ( 1700829)
Hera Herlina (1700697)
Kelompok : 2

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT
PADA SAMPEL AIR TEBU
Tanggal Percobaan : Awal : 3 Maret 2021
Akhir : 23 Maret 2021
A.TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengidentifikasi keberadaan dan jenis lipida dalam kulit ayam
2. Menentukan kadar lipida dalam kulit ayam
B. DESKRIPSI SAMPEL
Lipid
Para ahli kimia sepakat bahwa lipid merupakan lemak dan senyawa organik yang
memiliki sifat fisika seperti lemak. Sifat fisika yang dimaksud adalah (1) tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam satu atau lebih pelarut organik, seperti eter, aseton, kloroform, benzene yang
sering juga disebut pelarut lemak. ; (2) ada hubungan dengan asam – asam lemak atau
esternya. ; (3) memiliki kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Berdasarkan sifat fisika diatas, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan
cara ekstraksi menggunakan alcohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam –
macam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat bergantung
pada bahan alam sumber lipid yang digunakan. Jangan bawah kulit di sekitar perut, jaringan
lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira – kira sebesar 90%, dalam
jaringan otak atau telur terdapat lipid kira – kira sebesar 7,5 sampai 30%.
(Poedjiadi, dan Supriyanti, 2009)
Penggolongan Lipid
Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar : (1) lipid sederhana, yaitu ester asam
lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2) lipid
gabungan yaitu ester lemak yang memiliki gugus tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida;
(3) derivate lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam
lemak, gliserol dan sterol. Selain ketiga kelompok besar lipid tersebut, lipid dikelompokan
menjadi dua yaitu lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa
contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.
Berdasarkan kemiripan struktur kimianya lipid dikelompokan menjadi 8, yaitu : asam
lemak,lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid dan lipid kompleks.
(Poedjiadi, dan Supriyanti, 2009)
Fungsi Lipid
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan sumber energi
utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang disimpan pada jaringan
adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai pengangkut
zat-zat yang melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi
misalnya kolestrol berperan dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan
testoleron berfungsi sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan
sebagai provitamin D.
(Sutresna, 2009)
Analisis Kualitatif Lipid
1. Ekstraksi Lipid
Minyak dan lemak merupakan contoh lipid sederhana. Isolasi lemak dan minyak
dari lipid sederhana akan mengandung pula sedikit sterol, lilin, dan lipid sederhana
lainnya. Untuk mengekstraksi lemak dari sampel kulit, ektraksi dilakukan dengan cara
memblender sampel kulit tanpa menggunakan air dan merebus sampel hingga diperoleh
bagian yang tidak larut dalam air (minyak/lemak). (Catat massa sampel kulit dan volume
air yang ditambahkan pada saat merebus). Bagian yang tidak larut tersebut merupakan
total lipid yang terekstrak dalam air panas. Pisahkan dan kumpulkan dalam wadah (botol)
bagian yang tidak larut dalam air tersebut hingga diperoleh 15 mL fraksi yang tidak larut
dalam air (selanjutnya disebut fraksi 1). Lakukan pemanasan untuk mengisatkan fraksi air
yang telah dipisahkan dari fraksi yang tidak larut hingga diperoleh 15 mL fraksi air!
Tampung fraksi air (selanjutnya disebut Fraksi 2) ke dalam wadah yang terpisah. Lakukan
tes terhadap kedua sampel lipida yang diperoleh dengan cara mengambil sedikit sampel
lipid dari kedua fraksi dan kocok dengan air.
(Tim Praktikum Biokimia, 2021)
2. Uji Kelaritan Lipid
Uji ini terdiri dari atas analisis kelarutan lipid maupun derivate lipid terhadap
berbagai macam pelarut, dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran
pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak
akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat non-polar sehingga hanya akan larut
pada pelarut yang sama-sama non-polar.
(Garjito, 1980)
3. Salting-Out
Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik
NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak
membentuk garam karboksilat. Minyak sayuran dan lemak he wani merupakan bahan
utama untuk reaksi saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses
satu atau dua tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat
yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses
ini digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara
pengendapan.Peristiwa ini disebut dengan sal ting out oleh NaCl jenuh.
(Matsjeh, 1996)
4. Uji Pembentukan
Emulsi Emulsi adalah dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan dalam cairan
dimana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil diperlukan
suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan kedua fasa cairan. Bahan Emulsifier dapat berupa cairan, brem, sabun atau
garam empedu.
(Sakinah, SQ : 2011)
5. Uji Kejenuhan Pada Lipid
Uji kejenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah
termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunkan pereaksi. Iod Hubl
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi
oleh golongan halogen. Pada uji ini, pereaksi pada molekulnya menjadi berikatan tunggal.
Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh
telah mereduksi pereaksi iod Hubl. Warna merah yang hilang menungjukkan bahw
terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam kuat.
(Budha, K, 1981)
6. Uji Salkowski
merupakn uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan klorofom dengan kloroform anhidrat lalu dengan
volume yang sama ditambhkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan
ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesteril, maka lapisan kolesteril
dibagian atas menjadi berwarna merah dan asam sullfat terlihat berubah menjadi kuning
dengann warna flouresensi hijau.
(Pramarsh, 2008)
7. Uji Lieberman Burchard
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan
asam sulfat pekat dan anhidrat asam asetat kedalam campuran kolesterol dan kloroform
(percobaan Salkowski), maka larutan tersebut mulamula akan berwarna merah kemudian
biru dan hijau. Waran hijau yang terjadi ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol.
Kareannaya rakasi Lieberman burchad dapat digunakan untuk menentukan kolesterol
secara kuantitatif .
(Poedjiodi & Supriyanti, 2009)
Diagram Analisis Kualitatif Karbohidrat

(Trilaksani, 2003)
Analisi Kuantitafif
1. Bilangan Penyabunan
Jumlah milligram basa yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut
bilangan penyabunan. Besar kecilnya bilangan penyabunan ini bergantung pada panjang
atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya
bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut.
(Poedjiadi, dan Supriyanti, 2009)
Penentuan bilangan penyabunan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lakukan penyiapan sampel dari sampel lipid mudah dengan cara yang sama pada
langkah pengujian kualitatif. Gunakan sampel fraksi 1 untuk analisis angka
penyabunan. 2. Pembuatan KOH alkoholis 0.5 N Ditimbang 6 gram tablet KOH
murni, dilarutkan dengan etanol 95% sampai volume 250 ml. Larutan itu dibiarkan
semalam dalam botol tertutup. Kemudian disaring dan distandarisasi dengan HCl 0.5
N menggunakan indikator phenolftalein.
2) Standarisasi KOH alkoholis 0.5 N. Diambil 10 ml KOH alkoholis 0.5 N yang telah
dibuat menggunakan pipet ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer. Titrasi
menggunakan HCl 0.5 N menggunakan indikator pp. Titrasi dilakukan dua kali
(duplo).
3) Titrasi sampel. Timbang 1.0 gr minyak/lemak, lalu masukkan dalam labu alas bulat
volume 100 ml. Tambahkan 25 ml larutan KOH alkoholis 0.5 N yang sudah
distandarisasi. Kemudian direfluk dengan pemanas sampai larutan menjadi jernih (+
30-60 menit). Setelah refluk selesai, dinginkan dan lakukan titrasi seluruh sampel,
dengan HCl 0.5N menggunakan indikator phenolftalein.
4) Titrasi blanko. Lakukan langkah 4 untuk titrasi blanko dengan mengganti sampel
dengan air seberat massa sampel.
5) Penentuan angka penyabunan. Pada penentuan angka penyabunan dengan metode
titrimetri. Anda akan mentitrasi kelebihan KOH yang tidak digunakan untuk
menyabunkan sampel lemak.
6) Angka penyabunan untuk massa sampel yang dianalisis, ditentukan dengan
menggunakan definisi bilangan penyabunan. Bilangan penyabunan menyatakan
jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang
dihasilkan dari hidrolisis sempurna 1 gram lemak / minyak. Karena di dalam 1 ml
KOH 0.5 N terdapat 28.05 mg KOH, maka bilangan penyabunan dihitung dengan
mengalikan nilai titer dengan 28.05. Perhatikan faktor pengenceran dan jumlah
molekul asam lemak yang terdapat dalam sampel anda pada saat menghitung bilangan
penyabunan.
(Tim Praktikum Biokimia. 2021)
Sampel Kulit Ayam
Kulit unggas berfungsi melindungi permukaan tubuh secara mekanik terdapat
kemungkinan memasukan zat-zatnya, mengatur temperatur tubuh, sebagai kelenjar sekresi yaitu
keluarnya keringat, tempat berlangsungnya respirasi. Kulit mempunyai kelenjar minyak yang
terdapat pada pangkal ekor.
(Koswara, 2009).
Struktur dan komposisi kimia kulit unggas secara histologis, kulit hewan pada umumnya
dapat dibagi menjadi tiga yaitu lapisan epidermis, dermis (korium) dan hipodermis (subkutis).
Lapisan epidermis adalah lapisan luar kulit yang tersusun dari lapisan epitel. Sel-sel epitel ini
tidak hanya tumbuh menjadi epidermis, tetapi juga merupakan protein yang disebut keratin.
Lapisan dermis terdiri dari jaringan serat kolagen yang dibangun oleh tenunan pengikat. Lapisan
hipodermis berfungsi pokok sebagai batas antara tenunan kulit dan tenunan daging. Lapisan kulit
unggas umumnya bersifat longgar, terdapat banyak tenunan lemak dan pembuluh-pembuluh
darah.
(Judoamidjoyo, 1981)
Lemak pada ayam menyebar dibawah kulit, hanya sedikit yang terdapat dibawah daging.
(Wahyu 1997).
Pembentukan lemak kulit terjadi adanya kandungan energi yang digunakan dalam tubuh
berasal dari karbohidrat dan cadangan lemak.
(Meliandasari, 2013)
Kandungan Lipid dalam Kulit ayam
Kandungan lemak kulit pada berbagai jenis ayam konsumsi berpengaruh nyata dengan
hasil persentase terendah pada P3 (Ayam kampung) dengan rerata 7,67% dan hasil persentase
tertinggi pada P1 (Ayam broiler) dengan rerata 10,60%.

(Rakhmawati & Sulistyoningsih, 2019)


C. LANGKAH KERJA DAN PENGAMATAN
ANALISI KUALITATIF

No Langkah kerja Pengamatan Analisis


1. Preparasi Sample  Sampel yang - Fraksi 1 : tidak larut dalam
(Ekstrasi Kulit Ayam) digunakan : Kulit air, berwarna kuning
Sampel kulit ayam ayam - Fraksi 2 : putih keruh, tidak
- Dibersihkan dan  Massa sampel : larut dalam air
ditimbang 500,20 gr - Sampel (+) mengandung
- Dipanaskan/direbus  V air untuk merebus : lipid
sampai diperolah 300 ml

bagian yang tidak larut  Perebusan ± 20 menit

dalam air  Diperoleh fraksi-1


- Dikumpulkan dalam berwarna kuning,
wadah hingga 15 ml berbau khas, tidak
(fraksi 1) larut dalam air
- Dipanaskan kembali  Fraksi-2 dipanaskan
hingga diperoleh 15 ml kembali sampai ½
(fraksi 2) volume
Fraksi 1 & 2  Wujud fraksi-2 :
- Dikocok dengan air larutan putih keruh
- Diamati berbau khas
- Diperlakukan sama
seperti untuk sampel
uji kualitatif
- Fraksi-1 dan fraksi-2
+ air : tidak larut
dalam air (terbentuk
2 fasa)
2. Penyabunan Lemak - Wujud fraksi-1 : (+) sabun karena terbentuk busa
Ekstrak Lipida cairan berwarna saat campuuran (residu + air)
- Diamabil 15 ml ekstrak kuning, berbau khas dikocok kuat
lipida (fraksi 1) - V fraksi-1 = 15 ml
- Ditambahkan 15 ml - Wujud NaOH 15%
larutan NaOH 15% dalam etanol :
dalam etanol (5 gram larutan tidak
NaOH padat dalam 45 berwarna, berbau
mL alkohol 98%) khas
- Dipanaskan ± 30 menit - Fraksi-1 + NaOH
sampai kering dengan dalam etanol
sesekali diaduk terbentuk 2 fasa :
- Disaring fasa atas berwaran
- Disimpan filtrat untuk kuning, fasa bawah
percobaan selanjutnya berwarna putih
keruh
Filtrat & Residu
- Dipanaskan dengan

Residu hot plate selama ±


- Ditambahkan air 30 menit terbentk
sebanyak 25 ml padatan sabun
- Diaduk hingga terjadi berwarna putih dan
suspense bening (tidak berbau khas
berkabut - Wujud H2O : cairan
Hasil (Larutan 1) tidak berwaran,
*dilakukan langkah yang tidak berbau
sama untuk memperoleh - Padatan sabun + H2O
Larutan 2 dan Filtrat 2 : terbentuk bisa
berwarna putih dan
terbentuk suspensi
bening
- Wujud fraksi-2 :
larutan putih keruh,
berbau khas
- Fraksi-2 + NaOH
dalam etanol :
setelah dipanaskan
larutan kuning,
berbau khas
- Disring :
Filtrat fraksi-2
:larutan kuning,
berbau, dan diupkan
larutan kuning
terbentuk sedikit
padatan sabun
3. Salting Out Sabun - Wujud NaCl jenuh : (+) gumpalan sabun (endapan
Larutan Sabun larutan berwarna putih, larutan putih keruh)
- Ditambahkan 10 mL putih keruh berbau
larutan jenuh NaCl khas
- Dibiarkan sebentar - V NaCl : 15 ml
sampai terjadi - Suspense bening +
gumpalan sabun NaCl jenuh :
- Dipisahkan sabun terbentuk endapan
tersebut putih dna larutan
sedikit keruh
berwarna putih
- Disaring terbentuk :
Filtrat : cairan tak
berwarna, tak berbau
Residu : padatan
berwarna putih
4. Pemisahan Asam Lemak - Residu + air panas : Sampel (+) asam lemak karana
Hasil Salting Out Sabaun larutan putih keruh + terbentuk lapisan minyak / asam
- Dilarutkan dalam 15 ml endapan putih lemak
air panas - Wujud H2SO4 :
- Ditambahkan asam larutan tak berwarna,
sulfat hingga netral berabu khas (V:
- Dipanaskan sampai 2ml)
hampir mendidih - Residu + air panas +
- Dibiarkan dingin dan H2SO4 ditambahkan
terbentuk bagian atas sampai larutan
seperti minyak berwarna putih
(jernih) larutan
sudah netral, tidak
ada enapan
- dipanaskan dan
didinginkan
terbentuk 2
fasa/lapisan
- lapisan atas minyak /
asam lemak
- lapisan bawah :
larutan tak berwarna
/ air
5. Analisis Kolesterol - Filtrat fraksi-2 : Fraksi-2 (+) mengandung
Ekstrasi Kolesterol larutan kuning, kolesterol karena terbentuk
Filtrat Hasil Penyabunan berbau, diuapkan endapan kolesterol
- Diuapkan dengan menjadi larutan
penangas air kuning berbau
- Diekstark kolesterol - Wujud alcohol 98%
dengan 10 ml alkohol : larutan tak
98% berwarna, berabu
- Disaring khas
Filtrat - Wujud filtrat fraksi-2
- Dikisatkan sampai + alcohol 98% :
setengah volume larutan luning seulas
semula dan berbau
- Ditambahkan beberapa - Diuapkan: larutan
tetes air suling sampai kuning + sedikit
tidak terbentuk endapan endapan kuning
putih kolesterol berbau
- Wujd filtrat fraksi-2
+ alcohol 98% +
aquades 1 tetes :
larutan kuning +
sedikit endapan
kuning, berabu khas
6. Uji Morfologi Kolesterol - Kristal hasil
Kristal Kolesterol kolesteril berwujud :
- Diletakan pada kaca padatan kristal
preparat berwarna kuning,
- Ditetesi pelarut yang berabu khas
\
cocok - Bentuk morfologi
- Diamati bentuk kristal kristal : berbentuk
dengan mikroskop batang

7. Uji Salkowski Tidak ditemukan


Sampel Kolesterol jurnal dengan uji
- Dilarutkan dengan 2 ml salkowski
kloroform
- Ditambahkan H2SO4
pekat secara
perlahanlahan sehingga
terbentuk larutan biru di
bagian bawah tabung
8. Uji Liebermann – Tidak ditemukan
Burcharda jurnal dengan uji

Tabung Reaksi Kering lieberman


- Dimasukan 2 ml larutan
kolesterol
- Ditambahkan 15 tetes
asam asetat anhidrat
- Dikocok dan
tambahkan 2-5 tetes
asam sulfat pekat
- Dikocok dan amati
perubahan warna
ANALISI KUANTITATIF

No Langkah Kerja Pengamatan Analisa


1. Analisis Kuantitatif Preparasi sampel
Lipida untuk uji kuantitatif
Pembuatan KOH - Massa sampel 250 gr
Alkoholis 0,5N - Tidak dilakukan
KOH Murni pembuatan KOH
- Ditimbang 6 gram alkoholis
- Dilarutkan dengan - KOH alkoholis
etanol 95% hingga 250 berwujud : larutan
ml tak berwarna, berbau
- Dibiarkan semalama khas
dengan botol tertutup - HCl berwujud cairan
- Disaring tidak berwarna,
- Distandarisasi dengan berbau
HCl 0.5 N - N HCl : 0,5 N
menggunakan indikator - Wujud indicator pp :
phenolftalein (10 ml larutan tak berwarna,
KOH alkoholis) berbau
- Dilakukan titrasi Standarisasi (Titrasi)
sebanyak 2 kali (duplo) - Titran : HCl
- Titrat : KOH
alkoholis + indicator
pp (3 tetes)
- KOH alkoholis
digunakan sebanyak
25 ml
- KOH alkoholis +
indicator pp
berwujud larutan
berwarna ungu,
berbau khas
Titrasi
- V HCl awal : 12,00
ml
- V HCl akhir : 32,00
ml
- V HCl yang
digunakan : 19,00 ml
10 Penentuan Angka - Wujud sampel lipid : Didaptkan selisih volume HCl
Penyabunan cairan berwarna yang digunakan pada titrasi
kuning, berbau khas blanko (KOH alkoholis) dengan
- Massa sampel : titrasi pada sampel yang telah
1,0198 gr direfluks yaitu sebesar 5,70 ml
- Sampel + KOH
alkoholis : terbentuk
2 fasa
Fasa-1 : minyak
berwarna kuning
Fasa-2 lautan tak
berwarna (sebelum
direfluks)
- V KOH alkoholis :
25 ml
- Suhu hot plate :
200oC
- Direfluks selama ±
25 menit hingga
larutan jernih dan
homogen
- Setelah direfluks
larutan berwarna
kuning jernih,
berbau khas
Titrasi
A. Pembahasan
ANALISA KUALITATIF
Pada percobaan”Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Lipid pada Kulit ayam” yang
memiliki tujuan untuk mengidentikasi lipid dan jenis lipid pada kulit ayam serta menentukan
kadar lipid dalam kulit ayam dilakukan melalui studi literasi dari berbagai sumber mulaidari 3
– 23 maret 2021. Lipid adalah senyawa yang tidak larut dalam air, dan hanya bisa larut pada
satu atau lebih perlarut organic. Lipid mudah dijumpai baik di hewan atau tumbuhan. Pada
hewan lipid sering ditemukan di bawah jaringan kulit. Contohnya adalah kulit ayam.
Identifikasi lipid pertama dilakukan adalah mengekstrak lipid dari kulit ayam melalui
perebusan kemudian diambil lemaknya. Dari proses ekstraksi didapatkan 2 fraksi. Fraksi
pertama adalah cairan yang mengandung lemak/minyak dan fraksi kedua adalah pelarut yang
diharapkan mengandung koresterol. NaOH yang ditambahkan pada tahap ini akan
menghidrolisis lemak menjadi griserol dan sabun/garam.
Fraksi yang kedua digunakan untuk percobaan penyabunan dengan direaksikan
bersama NAOH dan dipanaskan hingga membentuk gumpalan kecil sabun. Meurut analisa
pengamatan sedikit gumpalan yang terbentuk. Hal tersebut diduga sampel fraksi kedua
mengandung koresterol. Koresterol tidak dapat disabunkan karena tidak memiliki gugus
karbonil atau karboksil. Gumpalan sabun yang terbentuk tadi dikonfirmasi melalui pelarutan
dengan air. hasil penuluran informasi bahwa gumpalan tersebut akan membentuk gelembung
putih dan membentuk suspensi bening jika positif gumpalan sabun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fraksi pertama positif mengandung lemak.

Sabun yang sudah terbentuk kemudian digaramkan melalui proses salting- out . Proses
salting-out dilakukan dengan menambahkan larutan jenuh NaCl pada larutan sabun agar
membentuk endapan putih yang merupakan endapan asam lemak. Asam lemak yang
terbentuk kemudian dipisahkan dari sabun untuk mengkonfirmasi keberadaan asam lemak
pada sampel. Endapan putih yang diperoleh kemudian dilarutkan dalam air panas dan
direaksikan dengan asam sulfat (berfungsi sebagai penentral NaOH). Jika larutan yan
didapatkan jernih dan tidak ada endapan tersisa maka sampel endapan sudah netral. Jika
sudah netral maka ketika dipanaskan akan membentuk 2 lapisan yang terpisah. Lapisan atas
merupakan minyak atau asam lemak dan lapisan bawah merupakan air. untuk menjenukan
asam lemak dan memisahkan air sebagai pelarut maka dilakukan pemanasan. Jika terbentuk
lapisan asam lemak data didinginkan maka sampel positif mengandung asam lemak.
pada fraksi kedua diduga mengandung koresterol untuk mengkonfirmasi hal tersebut
maka dilakukan uji koresterol melalui penyabunan lemak. Filtrat yang tidak tersabunkan akan
dipanaskan dan diuapkan untuk mengurangi pelarutnya. Ketika sudah jenuh, tahap
selanjutnya adalag direaksikandengan alkohol dan akan membentuk larutan koresterol.
Pengkisatan dilakukan untuk memperoleh Kristal koresterol. Selain itu juga bertujuan untuk
menjenuhkan koresterol dalam pelarut. Jika larutan telah jenuh dan ditambahkan aquades
sebagai pengurang kelarutan akan merbentuk endapan kuning yang merupakan endapan
koresterol. Selain itu dengan panambahan aquades kelarutan kresterol dalam alcohol akan
berkurang kkarena larutnya lakohol dalam air, akibatnya kelarutan koresterol terganggu dan
berkurang sehingga terebentuk endapan.
Untuk memastikan endapan tersebut adalah endapan koresterol maka dilakuka uji
morfologi Kristal. Setelah melalui pengeringan dan dilihat bentuk kristalnya melalui
mikroskop didapatkan Kristal berbentuk batang yang sesuai dengan teoriris morfologi Kristal
koresterol.
UJI KUANTITATIF LIPID
Kadar lemak dari sampel kulit ayam dapat diketahui melalui perhitungan bilangan
penyabunan. Jumlah milligram basa yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak
disebut bilangan penyabunan. Besar kecilnya bilangan penyabunan ini bergantung pada
panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya
bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut. Metode penyabunan
yang dilakukan menggunaan KOH dalam etanol dengan di refluks untuk menyempurnakan
reaksi yang terjadi ditandai dengan hasil pada labu sudah homogeny.
Jumlah KOH yang ditambahkan harus dalam keadaan berlebih agar lemak yang
terkandung dalam sampel habis bereaksi membentuk dabun dan bersisa KOH saja. Sisa KOH
yang tidak bereaksi dan habis bereaksi dapat ditentukan jumlahnya melalui titrasi dengan HCl
yang terstandarisasi, dengan indicator PP sebagai tanda titik akhir titrasi. Dari titik ekivalen
dapat diketahui banyaknya KOH yang tidak bereaksi. Untuk mengetahui berapa yang
bereaksi maka dilakukan titrasi pada blanko KOH. Dari selisih antara KOH blanko dan KOH
yang tidak bereaksi, dapat diketahui berapa banyak KOH yang digunakan untuk bereaksi.
Jumlah KOH yang menyabunkan asam lemak ekivalen dengan jumlah asam lemak yang
terdapat pada sampel. Dan berdasarkan perhitungan dari sumber didapatkan bilangan
penyabunan asam lemak sebesar 156,7807 dan bilangan penyabunan lemak sebesar 470,3421.
BPL 3 kali dari BPAL, hal tersebut dikarenakan hidrolisis lemak menghasilkan asam lemak.
Dalam melaksanakan percobaan ini ada beberapa hal yang perlu diingat : (1) preparasi
sampl harus optimal sehingga pada proses penyabunan fraksi kedua tersabunkan dengan
sepenuhnya; (2) pada proses refluks harus sempurna sehingga larutan yang dihasilkan
homogeny dan tidak mengganggu proses penyabunan lemak dan mempengaruhi BPL.
E. Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisis kulaitatif dan kuantitatif lipid dalam kulit ayam didapatkan
kulit ayam yang digunakan positif mengandung lemak, asam lemak dan koresterol dengan BPL
sebesar 470,3421.
F. Daftar Pustaka
Budha, K. (1981). Kelapa dan Hasil Pengolahan. Denpasar : Universitas Undayana

Garjito, M. (1980). Minyak: Sumber, Penanganan, Pengolahan, dan Penurunan. Yogyakarta :


Fakultas Teknologi, Pertanian UGM

Judoamijoyo, R.M. (1981). Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Departemen Teknologi Hasil
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Koswara,S. (2009). Pengolahan Unggas. (On-line).


http://tekpan.unimus.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/PENGOL AHAN-
UNGGAS.pdf, diakses 14 Maret 2021).

Matsjeh.(1996).Kimia Organik II.UGM Press, Yogyakarta.


Meliandasari, D., L. D. Mahfuds, & W. Sarengat. (2013). Pengaruh Penggunaan Tepung
Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) dalam Ransum terhadap Perlemakan Ayam Broiler
Umur 42 Hari. Animal Agriculture Journal, 2(1): 120-127.

Poedjiaji, A dan Supriyanti, T. (2009). Dasar-dasar Biokimi. UI Press : Depok.

Pramarsh. (2008). Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Rakhmawati, R & Sulistyoningsih, M. (2019). Kandungan lemak kulit pada berbagai jenis
ayam konsummsi. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 6(2), 2019, 97-100.

Sakinah, S.Q. (2011) . Laporan Praktikum Biokimia: Lipid. Makassar: Laboratorium Terpadu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Sutresna, Nana. (2009). Kimia. Bandung: Grafindo.

Tim Praktikum Biokimia. (2021). Petunjuk Praktikum Biokimia. Bandung : FPMIPA UPI

Trilaksani,W.(2003). Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap


Kesehatan. (online), (http://rdyct.tripod.com/cem2_023/wini_trilaksani.htm) diakses
tanggal 14 Maret 2021).
Wahyu, J. (1997). s. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Data dalam laporan ini diambil dari laporan hasil praktikum :

Fikri, A,M. dan Siti, R (2019). Laporan Hasil Praktikum Biokimia Analisa Kualitatif dan
Kuantitatif Lipda Pada Kulit Ayam. Bandung : FPMIPA UPI
LAMPIRAN
A. PRALAB
 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
a. Jelaskan pengertian lipid, lemak, dan minyak?
Jawab :
 Lipid, suatu kelompok yang terdiri atas lemak dan senyawa organik yang
memiliki sifat seperti lemak.
 Lemak, suatu ester asam lemak dengan gliserol atau suatu trigliserida
 Minyak, trigliserida yang pada suhu ruang berwujud cair.
b. Tuliskan pelarut yang baik untuk butir 2a tersebut?
Jawab :
Pelarut yang baik diantaranya, n-heksana, n-oktan, dietil eter dan kloroform
c. Tuliskan prinsip analisis penentuan lipid menggunakan angka penyabunan?
Jawab :
Didasari dengan jumlah mol basa yang ditambahkan pada proses
penyabunan akan bergantung pada jumlah mol asam lemak. Mol asam lemak
dipengaruhi oleh panjang rantai karbonnya. Semakin pendek rantai karbon asam
lemak maka bilangan penyabunan semakin besar, prinsip kerjanya menggunakan
prinsip titrasi.

d. Rancang analisis penentuan kualitatif lipid dengan angka penyabunan?


Jawab :
Tambahkan 15 ml larutan NaOH 15% dalam etanol kedalam 15 ml
sampel lipida fraksi 1. Panaskan dalam penangas air + 30 menit sampai kering,
sesekali diaduk. Aduk padatan sabun yang tidak dapat larut tesebut kemudian
disaring. Filtrat disimpan dan diberi label filtrat 1. Tambahkan 25 ml air pada
padatan sabun, aduk hingga terjadi suspensi bening (larutan 1). Lakukan langkah
yang sama untuk fraksi 2.
e. Tuliskan reaksi yang terjadi pada setiap pengujian dilakukan?
Jawab :
1) Reaksi penyabunan

2) Ekstraksi lipid

3) Reaksi salwoski untuk kolesterol

4) Reaksi Liberman-Burchard

f. Buat bagan alirnya


Jawab :
 Analisis Kualitatif
a. Apa peranan alkohol dalam pembuatan sabun dalam percobaan 3?
Jawab :
Sebagai pelarut NaOH dan lemak karena alkohol bersifat semipolar sedangkan
NaOH polar dan lemak non polar.
b. apa yang ditunjukan oleh kenyataan bahwa sabun juga agak melarut dalam eter?
Jawab :
Dalam sabun terdapat gugus alkil yang non polar sehingga dapat melarutkan
dalam eter.
c. Mengapa ada lemak yang tidak dapat disabunkan?
Jawab :
Karena ada gugus non polar yang tertinggal akibat gugus alkil panjang sehingga
kelarutan dalam air berkurang
d. Apa peranan asam sulfat dalam memisahkan asam lemak dari sabun?
Jawab :
Sebagai penetral basa dari sabun sehingga dapat memisahkan asam lemak dari
sabun.
e. Di dalam jenis lemak manakah kolesterol banyak terdapat, mengapa?
Jawab :

Jenis lemak tak jenuh.

 Analisis Kuantitaif

a. Apakah fungsi basa alkoholis pada percobaan yang dilakukan?

Jawab :

Sebagai zat untuk menyatukan minyak / lemak yaitu dengan cara


menghidrolisisnya sehingga menghasilkan gliserol dari garam asam lemak atau sabun.

b. Tuliskan reaksi hidrolisis lemak / minyak pada kondisi basa

Jawab :

c. Tentukan berapa jumlah volume HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko pada
percobaan yang dilakukan!

Jawab :
d. Ramalk
an perbandingan jumlah volume HCl yang diperlukan untuk titrasi sampel jika
dibandingkan dengan volume HCl yang diperlukan untuk blanko!

Jawab :

Perbandingan 0,7 : 1

B. POSTLAB

a. Buat bagan yang menggambarkan kelarutan asam lemak dalam berbagai pelarut
organik.
Jawab :

Pelarut
Sampel Alkohol
Air Kloroform Eter Alkali Asam Encer Dingin Panas
Minyak kelapa - + + - - - -
Asam oleat + + + - - + +
Mentega - + + - - - -
Gliserol + + - + - + +
Stearat - + + - - - +
Margarin - + + - - - -
Lemak Hewan - + + + - - +
Minyak Tengih - + + + - - +
b. Diskusikan hasil analisis penentuan bilangan penyabunan yang saudara peroleh.
Jawab :

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat molekul (BM) pada minyak /
lemak. Prinsip yang digunakan adalah reaksi penyabunan (hidrolisis dengan basa),
sedangkan metode yang digunakan adalah titrasi asam basa. Angka penyabunan
adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak /
usus ayam.
Sampel yang digunakan adalah usus ayam serta aquades sebagai blanko. Masing
– masing lemak ditambahkan dengan pelarut lemak (95% etanol). Etanol
prosentasenya besar bertujuan untuk mempermudah pengikatan KOH. Setelah itu,
larutan ditambahkan dengan KOH alkoholis sehingga timbul basa. Tujuan dari
penambahan KOH alkoholis adalah untuk menyabunkan minyak yaitu
menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau
sabun. Menurut Ketaren (1986), reaksi yang terjadi :

Proses hidrolisis dengan menggunakan basa kuat seperti KOH inilah yang
disebut dengan proses penyabunan. Setelah itu, dilakukan pemanasan diatas
penangas air, ketika temperatur naik maka partikel-partikel molekul yang terdapat
dalam larutan bergerak dengan cepat sehingga reaksi dalam larutan tersebut juga
cepat. Kemudian larutan didinginkan dan ditambahkan dengan PP yang berfungsi
sebagai indikator agar dapat menentukan titik akhir titrasi sehingga terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. PP merupakan asam diprotik dan tidak berwarna.
Indikator ini terurai dahulu menjadi tidak berwarna dan kemudian hilangnya proton
kedua menjadi ion dengan sistem terkonjugat menghasilkan warna merah dan
penambahan proton menghasilkan kation berwarna merah muda. Menurut Ketaren
(1986), mekanisme yang terjadi pada saat perubahan warna indikator pp yaitu:

Untuk titrasi HCl dan KOH diatas maka digunakan indikator pp disebabkan
trayek pH indikator pp adalah sekitar 8,0 – 9,6 dimana trayek pH ini adalah dekat
dengan pH titik ekuivalen titrasi HCl-KOH yaitu pada pH 7. Pemilihan indikator
yang baik adalah
setidak-tidaknya antara -1 pH titik ekuivalen sa9mpai dengan +1 pH titik
ekuivalen. Jika kita pergunakan indikator MO maka titik akhir titrasi akan terjadi
terlebih dahulu sebelum titik ekuivalen tercapai. Hal ini akan membuat perhitungan
analisis jauh dari akurat.
Reaksi antara KOH dengan HCl :

KCl akan terhidrolis menjadi HCl dan ion OH sehingga ion OH ini yang
membuat larutan menjadi basa.

Angka penyabunan pada usus ayam sebesar 0,1256 g. Berat molekul kecil maka
angka penyabunan besar dan sebaliknya bila usus ayam mempunyai berat molekul
yang besar angka penyabunan kecil. Hal ini karena usus ayam yang disusun oleh
asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang
relatif kecil mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila usus ayam
mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil.

Anda mungkin juga menyukai