yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara bertahap kelarutan lain yang
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung
sempurna. Sebelum basa ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH <7 dan
ketika basa ditambahkan sebelum titik ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah. Pada titik
ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap jumlah asam yang
ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam titrasi
adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri (Chandra, 2012).
Larutan buffer adalah semua larutan yang pH-nya dapat dikatakan tetap, walaupun
ditambahkan sedikit asam atau basa. Biasanya, larutan buffer mengandung asam lemah beserta
basa lemah konjugatnya dalam konsentrasi yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar
Buffer dapat digunakan dalam melihat rentang asam/basa, melalui diagram potensial-pH
tidak dapat mencakup seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh trayek rentang pH sistem buffer.
Walaupun demikian, rentang pH 3,22-9,03 adalah salah satu daerah pH penting dalam kajian
korosi baja karbon, karena daerah itu meliput sebagian besar daerah peralihan korosi aktif ke
kapasitas buffer yang besar, pada kondisi larutan yang lewat jenuh, partikel-partikel
produk korosi dapat terbentuk lebih seragam. Partikel-partikel tersebut mampu membentuk
lapisan pelindung yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi korosif terhadap
permukaan logam. Sebaliknya, pada kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH antara sisi
anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH tersebut menyebabkan perbedaan
potensial antara sisi anodik dan katodik semakin tinggi sehingga proses korosi berlangsung
Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan
obat mata (ophthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara
kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan (Martin, 1990).
Larutan buffer adalah larutan yang mempunyai pH yang sangat stabil bahkan bila
ditambahkan sedikit asam atau basa pH larutan tersebut tidak berubah secara signifikan.
Farmasis sering menggunakan larutan buffer untuk mengatur pH sebuah reaksi dalam pembuatan
suatu obat. Larutan penyangga secara sederhana dibuat dengan mencampurkan asam lemah
dengan basa konjugatnya atau larutan penyangga juga dapat dibuat dengan mencampurkan basa
lemah dengan asam konjugatnya. Larutan penyangga bekerja secara bereaksi dengan asam atau
mempertahankan pH-nya dan tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang ada dalam
Titrasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan. Caranya adalah dengan menetesi larutan yang akan dicari konsentrasinya (analit) dengan
sebuah larutan hasil standarisasi yang sudah diketahui konsentrasi dan volumenya (titrant).
Tetesan titrant dihentikan ketika titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen adalah titik
dimana titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan mol tertentu
telah sama dengan mol larutan analit. Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan
indikator. Indikator ini akan berubah warna jika volume larutan titrant yang menetesi analit
berlebih atau dengan kata lain saat larutan analit sudah bereaksi semua.
Metode titrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode titrasi masih digunakan
secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan
(Presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrasi kurang spesifik.
netral ke dalam larutan dapar dapat mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion.
Perubahan kekuatan ion dan pH dapar dapat pula disebabkan oleh pengenceran. Penambahan air
dalam jumlah cukup, jika tidak mengubah pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau
negatif sekalipun kecil sekali, karena air selain dapat mengubah nilai koefisien kereaktifan ia
merupakan cairan yang mengandung 96 % etil alkohol (CH3CH2OH) dan 4 % air. Kalau alkohol
100%, dia tidak akan stabil dan tidak bisa disimpan dalam botol reagen soalnya alkohol mudah
menguap. Makanya, alkohol harus dilarutkan dulu dalam air. Umumnya senyawa pekat yang
mudah menguap harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu. Etanol dapat larut dalam air dengan
segala perbandingan. Antara molekul etanol dengan molekul air akan mengalami interaksi yang
cukup kuat. Interaksi ini cenderung lebih kuat dibandingkan gaya antar molekul etanol sendiri.
Kuatnya interaksi antara etanol dengan air disebabkan adanya gugus –OH yang terdapat di
dalamnya. Gugus –OH ini yang menyebabkan etanol bersifat hidrofilik (suka air). Meskipun di
dalam molekul etanol sendiri terdapat rantai hidrokarbon (CH3CH2-) yang juga menyebabkan
interaksi antar molekul etanol sendiri, tapi interaksi itu tidaklah terlalu sekuat antara air dan
etanol. Akhirnya, etanol dan air dapat larut sempurna. Inilah yang merupakan prinsip like
dissolve like.
Reaksi antara asam salisilat yang merupakan asam lemah ditambah dengan larutan NaOH
sebagai konjugasinya akan mengalami suatu reaksi kimia, yang perubahannya terdapat pada
warna pada saat dititrasi dan berdampak juga pada kestabilan pH yang secara otomatis berubah
serta menghasilkan garam ( natrium salisilat ) ditambah dengan H2O. Jika dituliskan dalam
Penambahan larutan NaOH pada sampel memiliki suatu reaksi, yang dimana larutan
NaOH memiliki zat yang bereaksi biasanya mengalami penurunan dan kenaikan pH tergantung
pada jenis reaksi yang berlangsung. Dalam kondisi tertentu, penurunan dan kenaikan pH yang
terjadi akan dapat menyebabkan hasil reaksi yang tidak di inginkan, karena itu kestabilan pH
harus dipertahankan. Disinilah peran larutan penyangga atau larutan NaOH di perlukan. Susunan
larutan penyangga yang seperti ini memungkinkan larutan penyangga untuk menetralkan asam
titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan.Indikator
PP dengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dimana
indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda akibat dari perubahan
Percobaan buffer dan kapasitas buffer ini dilakukan proses pembuatan buffer, penetapan
pH larutan dan penentuan kapasitas dari larutan buffer. Percobaan dilakukan menggunakan
buffer salisilat yang merupakan campuran dari Asam Salisilat (C7H6O3) dan Natrium Salisilat
dititrasi dengan NaOH. Digunakan indikator Fenolftalein bertujuan untuk mengetahui lebih jelas
batas titrasi yang terjadi, ditandai dengan perubahan warna dari warna bening menjadi merah
muda. Dilakukan hal yang sama pada buffer pH=4 dan buffer pH=5. Setelah dititrasi dan
dihitung kapasitasnya diperoleh kapasitas buffer pH=3 sebesar 9,6 g. Eq/L, buffer pH=4 sebesar
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah atau biasanya
pada kasus keracunan. Dalam bidang Farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada
dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang
atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus
disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH air
mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Contoh obat
tetes mata yang beredar dipasaran yaitu Insto. Begitu juga obat suntik harus disesuaikan dengan
pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau asidosis pada darah. Perubahan pH pada larutan
obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas obat tersebut. Oleh karena itu, obat-obatan
dalam bentuk larutan sering kali bertindak sebagai sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk
utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat
asam.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Larutan buffer
adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau garam dengan basa lemahnya.
mempertahankan pH, pada larutan buffer pH=3 diperoleh kapasitas buffer sebesar 9,6 g.Eq/L,
pada larutan buffer pH=4 diperoleh kapasitas buffer sebesar 1,5 g.Eq/L, dan pada larutan buffer
DAFTAR PUSTAKA
Bundjali, B., N. M. Surdia, Oei B. L., Bambang A., 2004, Konstruksi Diagram Potensial pH untuk Baja
Karbon dalam Buffer Asetat secara Potensiodinamik Eksperimental, Jurnal Matematika dan
Chandra, A.D, Hendra, C., 2012, Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui
Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 2009, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia, Jakarta.
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Santoso, R. W., Budi A. K., ST., 2011, Pengaruh Konsentrasi CH3COOH Terhadap Karakterisasi
Kotosi Baja BS 970 Lingkungan CO2, Jurnal Teknik Material dan Metalurgi.