Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN IV

PENGAMATAN RADIX

Disusun Oleh:

Tarisa Perolin 10060321017


Vadia Amanda 10060321018
Dinah Shafira Abasi 10060321019
Najwa Fitri Rayyani 10060321020
Lidya Sri Barokah M.Y. 10060321021

Shift/Kelompok : A/3
Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 19 Oktober 2022
Asisten Penanggung Jawab : Lutfi Nur Annisa, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2022 / 1444 H
PERCOBAAN IV

PENGAMATAN RADIX

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi fragmen khas dari berbagai jenis radix secara mikroskopik.
II. TEORI DASAR
2.1 Makroskopik
1. Catharanti Radix (Akar Tapak Dara)
Akar tapak dara adalah akar dari tumbuhan Catharanthus roseus L yang
berguna untuk mengatasi gangguan haid, dengan ciri makroskopik tidak berbau dan
memiliki rasa pahit, jika dalam sediaan serbuk akar ini memiliki warna putih
kekuningan, dinding tipis, dan berbentuk bulat panjang. Tumbuhan tapak dara
(Catharanthus roseus) merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika tengah,
umumnya ditanam sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini memiliki nama yang beraneka
ragam dari berbagai daerah seperti : Tapak dara (Indonesia), Perwinkle (Inggris), Chang
Chun Hua (Cina), Keminting Cina dan Rumput Jalang (Malaysia). Tapak dara dapat
tumbuh di tempat terbuka dengan berbagai macam iklim, serta ditemukan mulai dataran
rendah hingga ketinggian 800 m dpl (Dalimartha, 2008). Klasifikasi tanaman tapak dara
(Catharanthus roseus) adalah sebagai berikut (Rachma et al., 2019):
Divisi : Plantae
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Catharanthus
Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don
2. Elephantopi Radix (Akar Tapak Liman)
Akar tapak liman adalah akar atau campuran akar, pangkal batang, dan batang
di bawah tanah dari tumbuhan Elephantopus scaber yang berguna untuk mengatasi
malaria, dan demam dengan ciri makroskopik berbau lemah, dan berasa tawar, jika
dalam sediaan serbuk akar ini memiliki warna coklat kekuningan, akar serabut, dan
memiliki warna coklat kehitaman. Tapak liman merupakan tumbuhan terna, tegak
dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm, batang kaku, bercabang,
berambut panjang dan rapat. Daun berkumpul di bawah membentuk roset, bentuk
jorong- bundar telur sungsang, panjang sampai 38 cm, lebar 1 cm sampai 6 cm,
permukaan berambut. Klasifikasi tanaman tapak liman adalah sebagai berikut (Djarot
et al., 2019):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonale
Subkelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Jenis : Elephantopus scaber L.
3. Rhei Officinalis Radix (Akar Kelembak)
Akar kelembak adalah akar dari tumbuhan Rheum officinale Baillon yang
berguna sebagai pencahar, mengatasi nyeri lambung, dan skrofura dengan ciri
makroskopik berbau khas, aromatik, dan memiliki rasa agak pahit, jika dalam sediaan
serbuk akar ini memiliki warna coklat, batang yang tebal dan berongga.
Tumbuhan kelembak merupakan tumbuhan perennial, umumnya tumbuhan kebun,
bagian di bawah tanah terdiri atas rhizoma keras yang berdaging, akar menyebar,
bagian di atas tanah terdiri atas sejumlah daun berpetiola panjang yang muncul dari
rhizoma di musim semi. Tumbuhan kelembak juga merupakan tumbuhan penghasil
bahan obat dan wangi-wangian. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya. Akar
klembak menjadi komponen dalam rokok “klembak menyan" yang populer di kalangan
masyarakat menengah ke bawah di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Klasifikasi tanaman
kelembak adalah sebagai berikut (Bahtiar et al., 2014):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
Spesies : Rheum officinale L.
4. Vetiveriae Zianioidi Radix (Akar Wangi)
Akar wangi adalah akar dari tumbuhan Vetiveria zizanioides yang berguna
untuk mencegah infeksi kandidiasis, mengobati iritasi lambung, dan meningkatkan
fungsi otak dengan ciri makroskopik berupa akar serabut berbentuk benang-benang
silindris panjang dengan permukaan bergaris membujur, jika dalam sediaan serbuk akar
ini memiliki warna coklat kekuningan atau coklat muda. Tanaman akar wangi
merupakan tanaman penghasil minyak akar wangi (vetiver oil) yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan ketingginan
antara 1000-2000 meter dari permukaan laut dengan produksi 15-30 ton per tahun.
Kadar minyak dalam akar wangi berkisar 1-1,5% sehingga jumlah prduksi minyak akar
wangi 150-300 kilogram per hektar per tahun. Perlu diketahui bahwa jika ditinjau dari
segi agronomi, sosial ekonomi dan teknis, maka pertanaman akar wangi mudah
diusahakan oleh masyarakat sekitar, dengan umur panen 9-12 bulan. Akar wangi
(Vetiveria zizanoides) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang
diperoleh dengan cara penyulingan. Tanaman ini menghasilkan minyak akar wangi
(vetiver oil) yang banyak digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik, pewangi
sabun, obat-obatan, serta pembasmi dan pencegah serangga. Minyak vetiver
mempunyai aroma yang lembut dan halus karena ester dari asam vetivenat dan adanya
senyawa vetivenol. Adapun klasifikasi ilmiah tanaman akar wangi (Vetiveria
zizanoides) adalah sebagai berikut (Halida & Fitria, 2019):
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Vetiveria
Spesies : Vetiveria zizanoides
5. Acalyphae Indicae Radix (Akar Kucing)
Akar kucing adalah akar dari tumbuhan Acalypha indica yang berguna untuk
mengatasi diare, gangguan pencernaan, dan menurunkan kadar asam urat darah dengan
ciri makroskopik berupa akar yang terdiri atas pokok akar berbentuk seperti tombak
atau silindris, serabut akar terdapat di setiap cabang, seluruh permukaan akar kasar,
warna putih kekuningan sampai coklat, tidak berbau, dan meiliki rasa agak pahit.
Acalypha indica Linn. merupakan suatu gulma yang umumnya tumbuh secara liar di
pinggir jalan, lapangan rumput maupun di lereng bukit. Akarnya disenangi kucing
sehingga Acalypha indica Linn. sering juga disebut akar kucing. Akar kucing sering
digunakan masyarakat untuk pengobatan, antara lain untuk disentri, mimisan, muntah
darah, sembelit, dan mencuci luka. Adapun klasifikasi ilmiah tanaman akar kucing
adalah sebagai berikut (Rahmawati & Suharjono, 2021):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatofita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Acalypha
Jenis : Acalypha indica Linn.
2.2 Mikroskopik

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simpisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia hewani.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau
isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni. Sedangkan simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan, atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Selain itu juga terdapat simplisia pelikan (mineral) yaitu simplisia yang berupa
bahan-bahan pelikan/mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1978).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan/kotoran hewan,
tidak menyimpan bau dan warna, tidak mengandung cendawan, tidak mengandung
bahan lain yang beracun dan berbahaya (Depkes RI, 1989).
Jika simplisia tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan
maka simplisia dianggap bermutu rendah, terutama persyaratan kadarnya. Hal yang
menyebabkan simplisia bermutu rendah yaitu tanaman asal, cara panen, dan
pengeringan yang salah, penyimpanan terlalu lama, kelembaban atau panas, atau isinya
telah disari dengan cara pelarutan dan penyulingan.
Pemberian nama suatu simplisia umumnya ditetapkan dengan menyebutkan
nama marga (genus), atau nama spesies (species) atau petunjuk jenis (specific epithet)
dari tanaman asal, diikuti dengan nama bagian tanaman yang dipergunakan. Simplisia
dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang sengaja dibudidayakan atau
dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman yang tumbuh dengan sendirinya
di hutan-hutan atau di tempat lain di luar hutan atau tanaman yang sengaja ditanam
tetapi bukan untuk tujuan memperoleh simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias,
tanaman pagar). Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang
ditanam secara sengaja untuk tujuan mendapatkan simplisia. Tanaman budidaya dapat
berupa perkebunan luas, usaha pertanian kecil-kecilan atau berupa tanaman halaman
dengan jenis tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplisia tetapi
juga berfungsi sebagai tanaman hias.
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :
1. Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan
rasa, dari simplisia tersebut.
2. Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau
dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan
untuk simplisia.
3. Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya,
maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyarata
minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh , antara lain adalah :
1. Bahan baku simplisia.
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga
faktor tersebut haus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan.
Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang
tumbuh menuju inti bumi kormus.
Sifat-sifat akar:

1. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah
tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air ), meninggalkan udara dan
cahaya

2. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau
sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya

3. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan

4. Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat
jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah

5. Bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus


tanah

Secara umum, ada lima jenis akar yaitu:

1. Akar serabut.

Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun


kadangkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil
tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut
adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.

2. Akar tunggang

Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah
untuk menyimpan makanan. Sebagai contoh wortel, ubi dan sebagainya dalam bentuk
umbi-umbian.

3. Akar gantung

Akar gantung tumbuh dari bagian atas batang dan tumbuh ke arah tanah. Oleh
karena itu, akar tersebut terlihat menggantung di udara. Akar gantung ini berfungsi
menyerap uap air dan gas dari udara. Namun, bila telah mencapai tanah, akar tersebut
masuk ke dalam tanah dan berfungsi menyerap air dan garam-garam mineral.
Tumbuhan yang memiliki akar gantung misalnya beringin.

4. Akar napas
Akar napas tumbuh keluar dari batang bagian bawah. Akar tersebut sebagian
muncul di permukaan tanah dan sebagian lagi berada di dalam tanah. Akar ini terlihat
seperti menopang tegaknya batang. Akar napas mempunyai banyak celah tempat
masuknya udara. Jadi, sesuai namanya, akar napas berfungsi untuk bernapas.
Tumbuhan yang mempunyai akar napas, misalnya bakau dan pandan.

5. Akar pelekat

Akar pelekat tumbuh di sepanjang batang. Akar pelekat terdapat pada


tumbuhan yang tumbuh memanjat. Akar ini berfungsi untuk melekatkan batang pada
tembok maupun tumbuhan lain. Tumbuhan yang mempunyai akar pelekat, misalnya
sirih.

Macam macam radix :

a. Catharanti radix

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Gentianales

Famili: Apocynaceae

Genus: Catharanthus

Spesies: C. roseus
b. Elephantopi radix

Kerajaan: Plantae

(tanpa takson): Angiosperma

(tanpa takson): Eudikotil

(tanpa takson): Asterids

Ordo: Asterales

Famili: Asteraceae

Genus: Elephantopus

Spesies: E. scaber

c. Rhei officinalis radix


Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Caryophyllales

Famili: Polygonaceae

Genus: Rheum

Spesies: R. officinale

d. Vetiveriae zizanioidi radix

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Chrysopogon

Spesies: C. zizanioides
e. Acalyphae indicae radix

Divisi Tracheophyta

Subdivisi Spermatophytina

Klad Angiospermae

Famili Euphorbiaceae

Genus Acalypha

Spesies Acalypha indica

Manfaat radix pada bidang farmasi


1. Catharanti radix
Isi : Alkaloida (yaitu ajmalisin, serpentine, tetrahidroalstonin, vindesin,
vinkristin, vinblastin)
Khasiat : Emenagoga, antidiabetes, obat kanker
2. Elepthantopi radix
Isi : Alkaloida glukosida
Khasiat : Antidemam, malaria
3. Rhei radix
Isi : Antraglukosida pada penguraian menghasilkan emodin, aloe emodin,
rhein, dan asam krisofanat. Tannin, pectin, katekin, pati, kalsium oksalat
Khasiat : Laksativa
4. Vetiveriae radix
Isi : Minyak atsiri, harsa, zat pahit
Khasiat : Bahan pewangi (dalam oleum), diaforetika

5. Acalyphae indicae radix


Isi : alkaloid, flavonoid, catachol, senyawa fenol, steroid, dan saponin
Khasiat : fektivitas antioksidan, antikanker, antiviral, antidiabetes, dan antijamur,
antiradang, antibiotik, diuretik, pencahar dan penghenti pendarahan
(hemostatis).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu mikroskop,dan lap.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Catharanti radix, Elepthantopi
radix, Rhei radix, Vetiveriae radix, dan Acalyphae indicae radix.
IV. PROSEDUR
Cara pembuatan preparat dengan reagen kloral hidrat

Ditambahkan objek, lalu ditutup


Diteteskan 2-3 tetes reagen
pada kaca objek dengan kaca penutup

Jika diamati terdapat musilago, Kaca objek dipanaskan diatas api


penambahan reagen dan kecil hingga gelembung dalam
pemanasan objek dapat diulang sediaan keluar

Ditambahkan kembali reagen


Setelah semua tahap selesai untuk mencegah mengkristalnya
maka objek dapat diamati kloral hidrat
Cara pembuatan preparat untuk identifikasi butir pati

Digunakan reagen sederhana Campuran reagen ditambahkan


dengan campuran alkohol serbuk simplisia lalu ditutu
dan air dengan kaca penutup

Dapat ditambahkan reagen I2KI,


untuk mendapatkan objek yang Pati sudah bisa diamati
jelas

Hasil uji positif pati ditunjukkan


dengan warna biru-
keunguan/hitam

Cara pembuatan preparat dengan reagen floroglusinol + HCl

Dicampurkan reagen dengan


Setelah tercampur, biarkan reagen
serbuk yang akan diamati diatas
menguap dan simplisia mengering
kaca objek

Lignin pada sediaanakan terwarna Ditambahkan HCl secukupnya, lalu


merah ditutup dengan kaca objek
V. DATA PENGAMATAN

Nama objek Hasil pengamatan

Catharanti radix

Elepanthopi radix
Rhei Officinali radix

Vetiveriae Zianioidi
radix

Acalyphae Indicae radix


Amylum maydis

VI. PEMBAHASAN
Akar (Radix) merupakan bagian yang paling utama pada tumbuhan selain
batang dan daun. Akar ini mempunyai fungsi yaitu sebagai memperkuat tumbuhan
untuk berdiri, menyerap air dan zat mineral yang berasal dari dalam tanah, mengangkut
air dan zat mineral untuk menuju ke bagian yang lain yang dibutuhkan dan tempat untuk
menyimpan cadangan makanan. Akar ini memiliki ciri-ciri, yaitu seperti akar biasanya
ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak beruas, secara umumnya memiliki warna
keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus pada bagian ujungnya dan
bentuknya biasanya meruncing (Tjitrosoepomo, 2011).

Pada percobaan kali ini yang dilakukan adalah pengamatan simplisia akar
tanaman secara makroskopik dengan cara organoleptik yaitu menggunakan indra
manusia untuk mengamati rasa, bau, bentuk, dan warna, serta pengamatan secara
mikroskopik dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran sekitar 40x-100x.
Pengamatan mikroskopik dilakukan bertujuan untuk mengamati fragmen khas pada
radix sampel uji dengan 3 reagen, yaitu I2KI atau lugol, kloral hidrat dan
phlorogucinol+HCl.

Lugol atau I2KI pada percobaan ini berfungsi untuk mendeteksi adanya
kandungan amilum dengan cara menunjukkan warna biru kehitaman hingga hitam.
Kloral hidrat berfungsi untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein
sehingga pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat lebih jelas (Djauhari, 2012).
Phloroglucinol digunakan untuk mendeteksi lignin, penambahan HCl pada preparat
berfungsi untuk mempercepat reaksi. Sampel yang mengandung lignin akan
menunjukkan warna merah.

Pengamatan ini dilakukan pada berbagai macam simplisia akar (radix), yaitu
Catharanti Radix (Akar Tapak Dara), Elephantopi Radix (Akar Tapak Liman), Rhei
Officinalis Radix (Akar Kelembak), Vetiveriae Zizanioidi Radix (Akar Wangi), dan
Acalyphae Indicae Radix (Akar Kucing).

6.1 Catharanti Radix (Akar Tapak Dara)


Tumbuhan tapak dara (Catharanthus roseus) merupakan tumbuhan yang berasal
dari Amerika tengah, umumnya ditanam sebagai tanaman hias. Tapak dara dapat
tumbuh di tempat terbuka dengan berbagai macam iklim, serta ditemukan mulai dataran
rendah hingga ketinggian 800 m dpl (Dalimartha, 2008). Habitus tapak dara berupa
tumbuhan semak, termasuk tumbuhan tahunan, tingginya sekitar 1-2 m (Badan POM
Republik Indonesia, 2008). Menurut Badan POM RI (2008), berikut merupakan
klasifikasi tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) adalah sebagai berikut:
Divisi : Plantae
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa: Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Catharanthus
Spesies: Catharanthus roseus (L.) G. Don.
a) Pengamatan Makroskopik
Berdasarkan pengamatan akar tapak dara tidak berbau dan berwarna putih
kekuningan. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu memiliki akar berupa akar tunggang
dan berwarna putih (Badan POM Republik Indonesia, 2008).
b) Pengamatan Mikroskopik
Untuk pengamatan mikroskopik akar tapak dara menggunakan reagen lugol atau
I2KI dengan perbesaran 100x fragmen yang terlihat adalah jaringan gabus, parenkim
korteks, dan jaringan gabus tangensial.
Pengamatan mikroskopik akar tapak dara menggunakan reagen kloral hidrat
dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini adalah parenkim
xilem dan jaringan gabus.
Reagen terakhir yang digunakan adalah phloroglucinol yang ditambahkan
dengan HCl dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini
adalah xilem, jaringan gabus, dan parenkim korteks.
6.2 Elephantopi Radix (Akar Tapak Liman)
Tapak liman atau Elephantopus scaber tanaman ini biasanya tumbuhnya liar dan
dapat ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak di lapangan rumput banyak. Di
Indonesia tapak liman ini memiliki berbagai macam nama, seperti di Sumatra disebut
tutup bumi, di Jawa disebut balagaduk, jukut, cangcangcangcang, di sunda disebut
tapak liman (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008). Tapak liman
digunakan untuk obat malaria, demam. Klasifikasi tanaman tapak liman:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonale
Subkelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Jenis : Elephantopus scaber L

(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

a) Pengamatan Makroskopik
Berdasarkan pengamatan akar tapak liman sedikit berbau dan berwarna coklat
kekuningan. Dalam literatur, akarnya tunggang yang besar, warnanya putih (Daniel,
2006).
b) Pengamatan Mikroskopik
Untuk pengamatan mikroskopik akar tapak liman menggunakan reagen lugol
atau I2KI dengan perbesaran 40x fragmen yang terlihat adalah sel batu, rambut, dan
serabut.
Pengamatan mikroskopik akar tapak liman menggunakan reagen kloral hidrat
dengan perbesaran 40x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini adalah rambut
penutup, hablur kalsium, dan sel batu.
Reagen terakhir yang digunakan adalah phloroglucinol yang ditambahkan
dengan HCl dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini
adalah pembuluh kayu, jaringan gabus, dan serabut.
6.3 Rhei Officinalis Radix (Akar Kelembak)
Tanaman kelembak (Rheum officinale Baill.) merupakan salah satu tanaman
dari Polygonaceae dikenal sebagai Rhubarb. Tumbuhan ini berasal dari daratan Tengah
Cina dan menyebar ke wilayah sub tropik lainnya (Kuhl dan DeBoer, 2008). Tanaman
ini telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tercantum dalam Farmakope Herbal
Indonesia sebagai tanaman obat berkhasiat, kelembak merupakan salah satu tanaman
yang sering digunakan untuk pengobatan di Indonesia (Adriyanti, 2014). Klasifikasi
tanaman akar kelembak:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Polygonaceae
Bangsa : Polygonales
Jenis : Rheum officinale Baill.
a) Pengamatan Makroskopik
Berdasarkan pengamatan akar kelembak berbau khas, berwarna coklat
kekuningan, keras, agak berat, dan berbentuk seperti silindris. Hal ini sesuai dengan
literatur. Tanaman akar kelembak bau khas aromatik dan bersifat agak pahit, agak kelat.
Warna kuning kecoklatan. Potongan padat, keras, berat, bentuk hampir silindris (Acuan
Sediaan Herbal, 2000).
b) Pengamatan Mikroskopik
Untuk pengamatan mikroskopik akar kelembak menggunakan reagen lugol atau
I2KI dengan perbesaran 40x fragmen yang terlihat adalah Kristal kalsium oksalat dan
butir pati.
Pengamatan mikroskopik akar kelembak menggunakan reagen kloral hidrat
dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini adalah butir pati
dan jaringan gabus.
Reagen terakhir yang digunakan adalah phloroglucinol yang ditambahkan
dengan HCl dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini
adalah butir pati dan parenkim dengan trakea.
6.4 Vetiveriae Zizanioidi Radix (Akar Wangi)
Tanaman akar wangi (Vetiveria zizaniodes) ditemukan tumbuh secara liar,
setengah liar, dan sengaja ditanam di berbagai negara beriklim tropis dan subtropis
(Hieronymus, 1993). Klasifikasi Akar Wangi (V. zizanioides Stapf) menurut
Tjitrosoepomo (1993) sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Family : Graminae
Genus : Vetiveria
Species : Vetiveria zizanioides Stapf
a) Pengamatan Makroskopik
Berdasarkan pengamatan akar berbau khas, serabut berbentuk benang-benang
silindris Panjang, dan berwarna coklat kekuningan. Hal ini sesuai dengan literatur.
Tanaman akar wangi termasuk keluarga Graminae, berumput lebat, akar tinggal
bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua
(Hieronymus, 1993).
b) Pengamatan Mikroskopik
Untuk pengamatan mikroskopik akar wangi menggunakan reagen lugol atau
I2KI dengan perbesaran 100x fragmen yang terlihat adalah jaringan gabus.
Pengamatan mikroskopik akar wangi menggunakan reagen kloral hidrat dengan
perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini adalah trakea.
Reagen terakhir yang digunakan adalah phloroglucinol yang ditambahkan
dengan HCl dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini
adalah parenkim, jaringan gabus, dan sklerenkim.
6.5 Acalyphae Indicae Radix (Akar Kucing)
Acalypha indica Linn. merupakan suatu gulma yang umumnya tumbuh secara
liar di pinggir jalan, lapangan rumput maupun di lereng bukit. Akarnya disenangi
kucing sehingga Acalypha indica Linn. sering juga disebut akar kucing. Akar kucing
sering digunakan masyarakat untuk pengobatan, antara lain untuk disentri, mimisan,
muntah darah, sembelit, dan mencuci luka (Dalimartha, 2001). Taksonomi akar kucing
sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Apetalae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Acalipha
Jenis : Acalypha indica L.
Sinonim : A. australis
(Backer dan Van den Brink, 1965)
a) Pengamatan Makroskopik
Berdasarkan pengamatan akar kucing tidak berbau, meruncing ke arah ujung,
seluruh permukaan kasar dan berwarna putih kekuningan sampai coklat. Hal ini sesuai
dengan literatur. Akar tunggang dan berwarna putih kotor (Dalimartha, 2003).
b) Pengamatan Mikroskopik
Untuk pengamatan mikroskopik akar kucing menggunakan reagen lugol atau
I2KI dengan perbesaran 40x fragmen yang terlihat adalah jaringan gabus.
Pengamatan mikroskopik akar kucing menggunakan reagen kloral hidrat
dengan perbesaran 40x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini adalah jaringan
gabus, rambut, dan sklerenkim.
Reagen terakhir yang digunakan adalah phloroglucinol yang ditambahkan
dengan HCl dengan perbesaran 100x. Fragmen yang terlihat pada pengamatan ini
adalah jaringan gabus.
KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
setiap fragmen biasanya ditemukan jaringan gabus, jaringan parenkim, dll. Namun ada
kekhasan khusus pada setiap fragmen yang dapat membedakannya. Contohnya pada
pengamatan mikroskopik akar kucing menggunakan reagen lugol atau I2KI dengan
perbesaran 40x fragmen yang terlihat adalah jaringan gabus.
DAFTAR PUSTAKA

Adriyanti DR. (2014). Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid III. Jakarta: Dian
Rakyat.

Bahtiar, A., Gusmira, A., & Tjandrawinata, R. (2014). Functional analysis of 70% ethanolic
extract of akar kelembak (Rheum officinale Baill.) on 3t3 L1 preadipocyte cell lines in
osteogenic medium. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
6(7).

Banker G. and Rhodes C., (2002), Modern Pharmaceutics, 4th ed., Marcel Dekker Inc, New
York.

BPOM. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Jakarta.

Dalimartha S. (2001). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Dalimartha S., (2003), Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa Swara, Jakarta.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Trubus Agriwidya, Jakarta.
Halaman 102.

Daniel, M. (2006). Medicinal Plants: Chemistry and Properties. Science Publishers Enfield,
New Hampshire.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat.


Jakarata: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Acuan Sediaan Herbal. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1978). Materia Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta
Departemen kesehatan RI. (1989). Materia medika Indonesia.jilid v.Jakarta
Djarot, P., Rahmadini, A., & Utami, N. F. (2019). UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN
SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) DAN DAUN TAPAK
LIMAN (Elephantopus scaber L.) TERHADAP Salmonella thypi. EKOLOGIA, 19(1).
https://doi.org/10.33751/ekol.v19i1.1662
Djauhari (2012). Daftar Obat Esensial Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Hal. 27.

Halida, S., & Fitria, S. E. (2019). ANALISIS ENTREPRENEURIAL MARKETING PADA


KOPERASI AKAR WANGI USAR. Jurnal Mitra Manajemen, 3(6).
https://doi.org/10.52160/ejmm.v3i6.243

Hierronymus, B, S., (1993). Akar Wangi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kuhl JC dan DeBoer VL. (2008). Genetic Diversity of Rhubarb Cultivars. Journal of the
American Society for Horticultural Science. 133(4): 587-592.

Rachma, N. A., Rachmadiarti, F., & Kuntjoro, S. (2019). Kemampuan Adaptasi Tumbuhan
Tapak Dara Air ( Jussiaea repens ) terhadap Logam Berat Kadmium ( Cd ). Lenterabio,
3.

Rahmawati, F. D., & Suharjono. (2021). Potency of endophytic and rhizospheric bacteria of
akar kucing (Acalypha indica linn.) as antibacteria against klebsiella pneumoniae. Journal
of Tropical Life Science, 11(2). https://doi.org/10.11594/jtls.11.02.06

Tjitrosoepomo, G. (2011). Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong., (1993). Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Yuniarti, T. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Cetakan Pertama


MedPress.

Anda mungkin juga menyukai