PERCOBAAN 2
Disusun Oleh:
2022M / 1443H
PERCOBAAN II
I. TUJUAN
1.1 Melakukan analisis kualitatif zat aktif dalam sediaan farmasi dengan
metode Spektrofotometri UV – Sinar tampak.
1.2 Melakukan analisis kuantitatif zat aktif dalam sediaan farmasi dengan
metode Spektrofotometri UV – Sinar tampak.
II. MSDS
SODIUM HYDROXIDE
Revisi:00 Tanggal : 05.03.2019 No. MSDS : 217
Kontak penuh
Bahan: Karet nitril
Ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit
Kontak percikan
Methanol
2.3 MSDS
Aquadest
AQUADEST
Produk ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar).
Tidak ada
2.3.5 Bahan berbahaya
Tidak ada
1. ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat, mempunyai aktivitas analgesik dua sampai tiga kali aspirin dan aktivitas
antiradang seperlima kali fenilbutazon. Asam mefenamat banyak digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri setelah operasi. Asam mefenamat menimbulkan toksisitas
hematopoitik dan efek samping iritasi lambung. Batas kemampuannya menurun bila
diberikan ddam dosis yang besar dan jangka waktu yang lama sehingga untuk pengobatan
tidak lebih dari satu minggu (Siwandono, 1998).
2. SPEKTROFOTOMETRI
2) analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen dan
3) analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen)
(Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Jenis-jenis Spektrofotometer
a. Spektrofotometer Visible
b. Spektrofotometer UV
c. Spektrofometer IR
a) Single-beam instrument
b) Double-beam instrument
Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750
nm.Double-beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan
cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan
blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan foto detektor
yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan
ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).
5. Komponen Spektrofotometer
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber radiasi UV digunakan lampu Hidrogen (H) atau lampu Deutirium
(D). Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga menghasilkan sinar Infra Merah
(IR) dekat menggunakan lampu filament tungsten yang dapat menghasilkan
tenaga radiasi 350-3500 nm.
b. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar polikromatis
(banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi untuk mengurai sinar
tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan. Monokromator terbuat
dari bahan optic yang berbentuk prisma.
c. Tempat Sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal dengan istilah
kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada juga yang berbentuk
kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak menyerap sinar yang
dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi dengan sampel dan pelarut.
d. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik atau
peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat (printer). Tenaga
cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik akan mencatat secara kuantitatif tenaga
cahaya tersebut. (Sitorus, 2009)
f) Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8
atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan
anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5%
(kesalahan fotometrik). (Gandjar & Rohman, 2007).
a) Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Batang pengaduk, Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, kuvet, labu ukur, mortar dan stamper, pipet volume,
spektrofotometer shimadzu UV, tabung reaksi, dan timbangan analitik.
b) Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah air destilasi, bahan baku
asam mefenamat, larutan methanol; NaOH 1 M, dan tablet asam mefenamat .
V. PROSEDUR KERJA
6.1 Perhitungan
160 mg
Jadi, 0,1 L
= 1,600 mg/ L
= 1600 ppm
b. Pengenceran
V1 x N1 = V2 x N2
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑁2 = 16,00 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑁2 = 32,00 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
0,3 𝑚𝑙 × 1600 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑚𝑙 × 𝑁2
𝑁2 = 48,00 𝑝𝑝𝑚
d) Pengenceran larutan seri 0,4 ml
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑁2 = 64,00 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 × 𝑁1= 𝑉2 × 𝑁2
𝑁2 = 80,00 𝑝𝑝𝑚
Keterangan:
a = - 0,016
b = 0,047
r = 0,99
c. Diketahui:
626,67 mg
x 160 mg
500 mg
= 200,534 𝑚𝑔
Faktor pengenceran
10 10
0,3
x 1
x 40,766 = 1358,867 ppm
135,887
100
= 13,589 mg/ 10 mL
Penentuan Kadar
Larutan Uji
% Kadar = Klaim
x 100%
141,549mg
= 500 mg
100%
= 28,310 %
Faktor pengenceran
10
0,3
x 36,538 ppm = 1217,93 ppm
121,793
100
= 12,179 mg/ 10 mL
Penentuan Kadar
Bobot Rata−Rata per tablet
Kadar per tablet = x Larutan Uji
massa asmef
208,89
= 200,534 x 121,793 mg/ 10 mL
Larutan Uji
% Kadar = Klaim
x 100%
126,870 mg
= 500 mg
x 100%
= 25,374 %
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kalii ini dilakukan pengukuran kadar asam salisilat didalam tablet aspirin secara
kuantitatif. Penetapan kadar ini menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis, dimana prinsip
kerjanya yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut akan
diserap sebagian, dipantulkan, dan akan ada yang dipancarkan. Detektor menerima cahaya dari sampel
secara bergantian dan berulang, sinyal listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai
absorbansi. Instrumen spektrofotometri UV-Vis ini dapat digunakan baik untuk sampel yang berwarna
ataupun yang tidak berwarna. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman,
2007).
Dalam penggunaan intrumen spektrofotometri UV-Vis ini diperlukan suatu senyawa yang memiliki
gugus kromofor atau auksokrom. Karena gugus kromofor yang dapat menyerap atau mengabsorbsi
radiasi ultraviolet dan daerah sinar tampak yang dipancarkan oleh intrumen spektrofotometri UV-Vis.
Senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor dapat melakukan transisi elektronik karena hampir
semua senyawa yang memiliki gugus kromofor dalam strukturnya memiliki ikatan yang tidak jenuh.
Sedangkan gugus auksokrom merupakan gugus yang tidak memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi
atau menyerap cahaya, akan tetapi berpengaruh dalam peningkatan intensitas cahaya. Jika gugus
ausokrom terikat dengan gugus kromofor, maka panjang gelombangnya akan bergeser ke panjang
gelombang yang lebih panjang sehingga terjadi efek hiperkromik.
Pada percobaan ini menggunakan tablet Asam mefenamat sebagai sampel untuk mengukur kadar
asam mefenamat yang terkandung didalamnya. Asam mefenamat merupakan asam organik lemah yang
mengandung gugus kromofor yaitu karboksil (asam karboksilat) dan benzene. Gugus kromofor pada
Asam mefenamat merupakan gugus yang dapat menghasilkan warna. Karena Asam mefenamat
mengandung gugus kromofor maka dapat menyerap cahaya radiasi yang diberikan oleh
spektrofotometri UV-Vis dan dapat diukur nilai absorbansinya.
Setelah itu sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis masih
terdapat proses persiapan larutan standar yaitu pengenceran dengan menggunakan larutan methanol.
Dilakukan beberapa pengenceran sehingga didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda dengan
menggunakan larutan methanol. Pengenceran diambil dari larutan methanol dan asmef yang telah
dilarutkan didalam NaoH dan aquadest. Fungsi methanol sendiri adalah untuk meningkatkan kelarutan.
Kemudian dilakukan pengenceran sebanyak lima kali dengan menggunakan methanol. Ketika
semua larutan baku standar telah diencerkan dilakukan analisa absorbansi dengan menggunakan
instrument spektrofotometri UV-Vis. Pada percobaan ini digunakan instrument spektrofotometer UV-
Vis double beam, dimana pada instrument ini dapat secara sekaligus menggunakan dua kuvet yaitu
sebagai larutan uji dan sebagai larutan blanko. Larutan blanko yang digunakan pada analisa ini adalah
pelarut yang sama dengan pelarut yang digunakan untuk melarutkan larutan baku Asam mefenamat,
yaitu metanol. Pemilihan pelarut ini didasarkan karena metanol diketahui memiliki nilai serapan pada
panjang gelombang dibawah 289 nm, sehingga metanol akan meneruskan atau tidak akan menyerap
sinar dengan panjang gelombang diatas 289 nm. Akibatnya metanol tidak akan mengganggu spectrum
serapan dari Asam mefenamat yang akan diuji, karena methanol tidak memberikan serapan pada
panjang gelombang diatas 289 nm.
Dilakukan pengujian pertama pada larutan baku pengenceran ke-tiga. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah pada konsentrasi tersebut panjang gelombang maksimumnya telah terlihat atau belum.
Larutan baku nomor 3 ini dimasukkan kedalam kuvet, pada bagian bening kuvet tidak boleh tersentuh
oleh tangan praktikan. Hal ini bertujuan agar sumber radiasi yang akan dipancarkan oleh instrument
tidak terganggu serapannya dan dikhawatirkan akan mempengaruhi nilai absorbansi yang didapatkan.
Panjang gelombang yang digunakan dalam analisa larutan uji kali ini digunakan 400-200 nm. Sinar
radiasi akan diserap oleh sarutan baku Asam mefenamat pada kuvet karena memiliki gugus kromofor
pada strukturnya yang daapt menyerap sinar UV dan sinar tampak. Saat terjadi penyerapan atau
absorbansi elektron yang terdapat didalam larutan baku Asam mefenamat akan tereksitasi ke tingkat
yang lebih tinggi.
Selanjutnya dilakukan kembali pengujian dengan menggunakan larutan baku Asam mefenamat
lainnya. Dengan menggunakan metode dan prinsip yang sama yaitu dengan spektrofotometri UV-Vis
untuk mendapatkan nilai absorbansinya masing-msing. Didapatkan pada larutan baku Asam mefenamat
yang telah diencerkan sebanyak lima kali masing-masing memiliki nilai absorbansi, yaitu 0,638; 1,664;
2,282; 2,940; 3,802. Nilai absorbansi yang didapatkan selanjutnya menjadi data yang digunakan untuk
perhitungan menghitung konsentrasi Asam mefenamat didalam larutan baku standar yang telah
diencerkan tersebut. Konsentrasi dari masing-masing hasil pengenceran, yaitu 16,00 ppm, 32,00 ppm,
48,00 ppm, 64,00 ppm, dan 80,00 ppm. Dari nilai absorbansi dan nilai konsentrasi ini dapat membantu
perhitungan untuk pengujian analisa kuantitatif kadar Asam mefenamat yang terkandung pada tablet
Asam mefenamat (larutan uji Asam mefenamat) pada tahap selanjutnya.
Selanjutnya yaitu melakukan pengujian terhadap larutan uji. Larutan uji yang digunakan yaitu
Asam mefenamat, 5 tablet Asam mefenamat yang sudah digerus kemudian ditimbang dan didapat bobot
kelimanya yaitu 1880 mg. Pada kemasan tercantum tiap 1 tablet mengandung 500 mg Asam
mefenamat, sedangkan pada pengujian dibutuhkan Asam mefenamat yang setara dengan 160 mg.
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan bobot Asam mefenamat yang ditimbang yaitu
200,534 mg. Pada pembuatan larutan uji Asam mefenamat digunakan pelarut yang sama dengan larutan
baku, selain itu cara dan prinsip yang digunakan pun sama dengan pembuatan larutan baku. Perbedaam
hanya pada proses pengencerannya saja, dimana pada pengenceran larutan uji Asam mefenamat
dilakukan 2 kali pengenceran. Pengenceran ini bertujuan agar larutan yang di uji berada pada rentang
nilai absorbansi 0,2-0,8 dan sesuai dengan hukum Lambert Beer yang merupakan prinsip dari alat yang
akan digunakan.
Tujuan dari pengujian ini sendiri yaitu untuk menghitung kadar Asam mefenamat yang terdapat
dalam tablet Asam mefenamat yang diuji. Selanjutnya yaitu perhitungan nilai absorbansi dengan
menggunaan alat spektrofotometer UV-Vis pada larutan standard dan larutan uji. Prinsip kerja dari
spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya oleh molekul-molekul. Semua molekul dapat
menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible (tampak) karena mereka mengandung elektron, baik
berpasangan maupun sendiri yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang
gelombang bila mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada kekuatan elektron itu terikat dalam molekul.
Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu larutan denganintensitas radiasi semula,
maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan, dipantulkan dan diabsorpsi.
Dari penggunaan alat spektrofotometer UV-Vis dapat dilakukan pengujian kualitatif dan
kuantitatif. Adapun 2 metode yang biasa digunakan dalam menganalisa kuantitatif suatu senyawa
termasuk untuk menghitung kadar Asam mefenamat dari suatu sediaan diantaranya yaitu metode kurva
kalibrasi dan one point method. Metode kurva kalibrasi ini dilakukan dengan cara mengukur nilai
Absorban (A) pada sampel dengan beberapa nilai konsnetrasi (C). selanjutnya yaitu dibuat kurva
kalibrasi standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu x) terhadap
absorbansi larutan (sumbu y). Spektrum absorpsi yang akan diperoleh dari hasil analisis dengan alat
spektrofotometer ini akan memberikan informasi berupa nilai panjang gelombang dengan nilai
absorbansi maksimum dari suatu senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorbansi ini kemudian
digunakan untuk membuat suatu kurva standar, dimana konsentrasi dari suatu senyawa uji dapat
dihitung dari kurva standar yang telah diukur pada panjang gelombang dengan absorbansi maksimum.
Dari kurva standar ini dihasilkan suatu persamaan garis y=ax+b , dimana y itu sendiri merupakan nilai
absorbansi dan x merupakan konsentrasi suatu senyawa. Dari kurva kalibrasi tersebut kemudian
didapatkan nilai a sebesar -0,016, sementara untuk nilai b sebesar 0,047 , dan nilai r sebesar 0,99. Dari
persamaan garis ini kemudian dapat ditentukan konsentrasi dari sampel uji, sehingga didapatkan hasil
konsentrasi kadar uji yaitu 40,766 ppm.
Setelah didapatkan nilai konsentrasi kadar uji selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan
nilai kadar uji sebenarnya, dari perhitungan tersebut kemudian didapatkan nilai kadar uji sebenarnya
sebesar 13,589 mg/10 mL. Dari nilai ini maka dapat dihitung kadar Asam mefenamat per tabletnya dan
dipatkan kadar Asam mefenamat sebesar 141,549 mg/tablet. Sedangkan kadar Asam mefenamat yang
tertulis di kemasan sejumlah 500 mg, dari data ini selanjutnya dapat dihitung % kadar Asam mefenamat
yang terkandung pada tablet dan didapat % kadar Asam mefenamat yaitu 28,310%.
Selain menggunakan metode kurva kalibrasi, perhitungan kadar dapat dihitung dengan one point
method. Pada metode ini larutan uji dibandingkan terhadapt larutan standar yang telah diketahui kadar
dan kemurniannya. Pada metode one point konsentrasi larutan standar yang digunakan hanyalah satu
tingkat. Maka dari itu perhitungan hanya menggunakan salah satu nilai absorbansi yang mendekati nilai
absorbansi uji dengan menggunakan rumus Cu = (Au/As).Cs. Nilai absorbansi uji yang didapatkan
yaitu 1,90 maka nilai yang absorbansi standar yang mendekati nilai tersebut yaitu 1,664 yang
merupakan absorbansi dari konsentrasi 32,00 ppm. Dari data tersebut kemudian didapatkan angka
konsentrasi uji yaitu sebesar 36,538 ppm. Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai kadar uji
sebenarnya dan diperoleh angka kadar uji sebesar 12,179 mg/10 mL. Setelah menghitung kadar uji
sebenarnya maka dilakukan perhitungan kadar Asam mefenamat pertablet. Dari perhitungan ini
didapatkan angka kadar Asam mefenamat yaitu sebesar 126,870 mg/tablet dengan hasil perhitungan
persen kadar yaitu 25,374%. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan kedua metode ini
didapatkan perbedaan kadar Asam mefenamat pertablet dengan nilai kadar Asam mefenamat yang
diklaim dalam kemasan, dimana hasil kadar Asam mefenamat pertablet yang didapatkan lebih kecil
baik yang menggunakan analisis kuantitatif metode kurva kalibrasi maupun metode one point. Menurut
literature kadar Asam mefenamat adalah tidak kurang dari 95% dan tidak leboh dari 105 %. Maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengujian Asam mefenamat tidak sesuai dengan literature, hal ini dapat terjadi
karena kesalahan pada saat pengujian, bisa diakibatkan karena adanya kesalahan matrix atau adanya
zat pengotor yang terkandung pada sampel sehingga hasil yang di peroleh tidak murni. Yang mana
mempengaruhi hasil akhir kadar.
VIII. KESIMPULAN
1. Analisis kuantitatif tablet Asam mefenamat dinyatakan tidak memenuhi syarat atau kurang
dari yang seharusnya. Karena hasil yang didapatkan menggunakan metode kurva kalibrasi
sebesar 28,310 % dan metode one point sebesar 25,374 % seharusnya Asam mefenamat tidak
kurang dari 95% dan tidak lebihdari 105 %
2. Mutu sediaan tablet Asam mefenamat pada percobaan ini dikatakan kurang baik karena hasil
yang didapatkan kadar yang kurang dari yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baysinger, Grace.Et all. (2004). CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Budavari, S., O'neil, M.J., Smith, A., Heckelman, P.E., Kinneary, J.F., (2001). The Merck Index.
Dannhardt, G., dan Laufer, S. (2000). Structural approach to explain the selectivity of COX-2 inhibitors:
Departemen Kesehatan Rl, 1995. Farmakope lndonesia. Edisi lV, Jakarta, hal. 43.
Ebel, S,. (1992). Obat sintetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal.74.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
R. S. Murthy., Kumar, Maram Ravi., Mallu, Useni Reddy., dan Bapatu, Hanimi Reddy. (2012). A
Sastrohamidjojo H, (1992), Spektroskopi Infra Merah, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Sitorus, Marham. (2009). Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha Ilmu,Yogyakarta.
Skoog, D.A., D.M. West, dan F.J. Holler. (1996). Fundamental of Analytical chemistry. 7th ed. Sauders
College Publish.
Sweetman, S. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th ed. London: Pharmaceutical Press.