Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS FISIKOKIMIA

PERCOBAAN 2

ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET ASAM MEFENAMAT DENGAN


METODE SPEKTROFOTOMETER UV-SINAR TAMPAK

Disusun Oleh:

Tarisa Perolin (10060321017)

Shift / Kelompok :A/2


Tanggal Praktikum : Rabu, 23 November 2022

Tanggal Laporan : Rabu, 30 November 2022


Asisten : Rani Rahmawati, S. Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2022M / 1443H
PERCOBAAN II

ANALISIS KUANTITATIF SEDIAAN TABLET ASPIRIN DENGAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI UV – SINAR TAMPAK

I. TUJUAN

1.1 Melakukan analisis kualitatif zat aktif dalam sediaan farmasi dengan
metode Spektrofotometri UV – Sinar tampak.

1.2 Melakukan analisis kuantitatif zat aktif dalam sediaan farmasi dengan
metode Spektrofotometri UV – Sinar tampak.

1.3 Menyimpulkan mutu sediaan farmasi dengan data Spektruk UV – sinar


tampak dan hasil penetapan kadar zat aktif.

II. MSDS

2.1 MSDS NaOH

No: F/QCL/008 Rev.01

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

Menurut peraturan ( UE ) no.1907/2006

SODIUM HYDROXIDE
Revisi:00 Tanggal : 05.03.2019 No. MSDS : 217

2.1.2 Perlindungan kulit

Menangani dengan sarung tangan. Sarung tangan harus diperiksa


sebelum digunakan. Gunakan teknik penghapusan sarung tangan yang tepat
(Tanpa menyentuh permukaan luar sarung tangan) untuk menghindari kontak
kulit dengan produk ini. Buang sarung tangan yang terkontaminasi setelah
digunakan sesuai dengan hukum yang berlaku dan praktek laboratorium yang
baik. Cuci dan keringkan tangan. Sarung tangan pelindung yang dipilih harus
memenuhi spesifikasi dari EU Directive 89/686 / EEC dan standar EN 374
berasal dari itu.

Kontak penuh
Bahan: Karet nitril
Ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit

Kontak percikan

Bahan: Karet nitril


Ketebalan lapisan minimal: 0,11 mm
Menembus waktu: >480 menit

2.1.3 Peralatan pelindung lainnya

Pakaian pelindung tahan asam.

2.1.4 Perlindungan pernapasan

Diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan:


Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair bahan berbahaya
Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian
perangkat perlindungan pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari
pabriknya. Tindakan ini harus didokumentasikan dengan benar.

2.1.5 Kontrol eksposur lingkungan

Jangan membuang ke saluran pembuangan.

2.1.6 Informasi tentang sifat fisika dan kimia


Bentuk padat
Warna putih
Bau Tak berbau
Ambang Bau Tidak berlaku
pH kira-kira > 14 pada 100 g/l
20 °C

Titik lebur 319 - 322 °C


Titik didih/rentang didih 1.390 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala Tidak berlaku
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Produk ini tidak
mudahmenyala.

Terendah batas ledakan Tidak berlaku


Tertinggi batas ledakan Tidak berlaku.
Tekanan uap pada 20 °C Tidak berlaku
Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak tersedia informasi
Densitas 2,13 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif Tidak tersedia informasi
Kelarutan Tidak tersedia informasi.l
Kelarutan dalam air 1.090 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) Tidak tersedia informasi
2.2 MSDS

Methanol
2.3 MSDS

Aquadest

No.: F/QCL/008 Rev.01

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

Menurut peraturan ( UE ) No.1907/2006

AQUADEST

Revisi : 02 Revisi tanggal : 03.11.2021 No. MSDS : 031


Titik nyala Tidak berlaku
Laju penguapan Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas) Tidak tersedia informasi.

Terendah batas ledakan Tidak berlaku


Tertinggi batas ledakan Tidak berlaku
Tekanan uap 23 hP pada 20°C

Kerapatan (densitas) uap relatif Tidak tersedia informasi.

Densitas 1,00 g/cm3 pada 20 °C

Kerapatan (den-sitas) relatif Tidak tersedia informasi.

Kelarutan dalam air larut sepenuhnya


Koefisien partisi (noktanol/air) Tidak berlaku

Suhu dapat membakar Tidak berlaku


sendiri ( auto-ignition
temperature)
Suhu penguraian Dapat didistilasi dalam kondisi tidak terurai
( undecomposed) pada tekanan normal.
Viskositas, dinamis 0,952 mPa.s
pada 20 °C
Sifat peledak Tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak.
Sifat oksidator tidak ada

2.3.1 Data lain

Suhu menyala Tidak berlaku


Energi penyalaan api Tidak berlaku
minimum

Bagian 10 – Reaktifitas dan Stabilitas.

2.3.2 Stabilitas Kimia

Produk ini stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar).

2.3.3 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik

Reaksi yang hebat dapat terjadi dengan :

Umumnya diketahui pasangan reaksi terhadap air.

2.3.4 Kondisi berbahaya

Tidak ada
2.3.5 Bahan berbahaya

Tidak ada informasi

2.3.6 Produk berbahaya hasil penguraian

Tidak ada

2.4 MSDS ASAM MEFENAMAT

Pemerian: serbuk mikrokristalin, berwarna hampir putih hingga putih, memiliki


kelarutan praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, kloroform, dan
diklorometana, larut dalam larutan hidroksi alkali (sweetman, 2009)

III. TEORI DASAR

1. ASAM MEFENAMAT

Struktur Kimia Asam Mefenamat (Depkes RI 1995)

Asam mefenamat merupakan senyawa turunan asam antranilat yang digunakan


sebagai analgetikum (Ebel, 1992). Asam antranilat adalah analog nitrogen dari asam
salisilat. Turunan N-arilanthranilat terutama digunakan sebagai antiinflamasi untuk
pengobatan rheumatic dan sebagai analgesic untuk mengurangi rasa nyeri yang ringan dan
berat (Siswandono, 1998). Jika gugus asam antranilat diganti dengan piridinkarbonat yang
tersubstitusi pada tempat yang cocok, maka akan didapat senyawa yang dapat di tolerir
dengan lebih baik oleh asam lambung, sedangkan aktifitasnya kurang lebih sama (Ebel,
1992). Asam mefenamat mempunyai nama kimia 2-(2,3-Dimethylphenyla amino benzoic
acid ; N-(2,3-xylyl) anthralinic acid, dengan berat molekul 241,29. Dengan pemerian yaitu
serbuk hablur putih atau hampir putih, melebur pada suhu lebih kurang 230°C disertai
penguraian, pKa=4,2 (Budavari,2001). λ maksimum (dalam 0,1 NaOH) adalah 285 nm dan
340 nm, dalam larutan metanol suasana asam adalah 279 nm dan 350 nm (Jackson. 1986).
Larut dalam alkali hıdroksida, agak sukar larut dalam kloroform. sukar larut dalam etanol
dan dalam metanol, praktis tidak larut dalam air (Departemen Kesehatan Rl, 1995).
Meklofenamat dan asam mefenamat menghambat kedua enzim COX (siklooksigenose) dan
phospholipase A2. Derivat-derivat asam fenamat ini mencapai kadar puncak plasma dalam
30-60 menit dan mempunyai waktu paruh serum yang pendek yaitu 1-3 jam. Penyerapan
obat dalam saluran cema secara cepat dan hampir sempurna, 90% obat terikat oleh protein
plasma. Kadar plasma tinggi dicapai dalam dua jam setelah pemberian oral dengan waktu
paruh plasma 3-4 jam (Katsung, 2002).

Asam mefenamat, mempunyai aktivitas analgesik dua sampai tiga kali aspirin dan aktivitas
antiradang seperlima kali fenilbutazon. Asam mefenamat banyak digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri setelah operasi. Asam mefenamat menimbulkan toksisitas
hematopoitik dan efek samping iritasi lambung. Batas kemampuannya menurun bila
diberikan ddam dosis yang besar dan jangka waktu yang lama sehingga untuk pengobatan
tidak lebih dari satu minggu (Siwandono, 1998).

2. SPEKTROFOTOMETRI

Spektrofotometri absorpsi merupakan metode pengukuran suatu interakis antara


radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering
digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri absorpsi ultraviolet, cahaya
tampak, inframerah, dan absorpsi atom (Departemen Kesehatan RI, 1995). Sumber cahaya
yang dipakai pada spektrofotometri UV adalah sinar ultravilet (UV) yang merupakan
radiasi elektromagnetik (Mulya,1989). Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah
alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek pada panjang
gelombang tertentu (Gandjar,2007).

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik


dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel).
Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh
detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992).

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang


tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jikaenergi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 2010).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan


zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu sinar yang digunakan dianggap
monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas
yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut, dan tidak terjadi fluororesensi atau fosforisensi, serta indeks
bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

1) analisis zat tunggal atau analisis satu komponen

2) analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen dan

3) analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen)
(Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Jenis-jenis Spektrofotometer

a. Spektrofotometer Visible

Pada spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah


cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 – 750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut
termasuk kedalam sinar tampak (visible).

b. Spektrofotometer UV

Spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV


memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu
deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen yang merupakan isotop hidrogen
yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan di daratan. Inti atom deuterium
mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hydrogen hanya memiliki satu
proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani,
deuteros, yang berarti “dua”, mengacu pada intinya yang menjadi dua partikel. Karena
sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap
sinar ini merupakan senyawa yang tidak memiliki warna bening dan transparan.

c. Spektrofometer IR

Spektrofotometer ini berdasarkan kepada penyerapan panjang gelombang


Inframerah. Cahaya inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh.
Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahanya yang
mempunyai panjang gelombang 2,5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa
signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk
identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard. Pada spektro Infra
Red (IR) meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih
kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang
gelombang menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.
d. Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible


yang menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber
cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu
sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Spektrum absorpsi dalam daerah-daerah ultraviolet dan sinar tampak
terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis
paling banyak tersedia dan paling popular digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna seperti
senyawa organik yang berdasarkan transisi atau dan karena itu memerlukan kromofor di
dalam molekulnya. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum kira – kira 200-700 nm
(Ratih, Utari. 2013).

4. Tipe Instrumen Spektrofotometer

Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-


beam dan double-beam, gambar Single-beam instrument dan Double-beam instrument.

a) Single-beam instrument

Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur


absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai
beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada
merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam
instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang
paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm
(Skoog, DA, 1996).

b) Double-beam instrument

Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750
nm.Double-beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan
cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan
blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan foto detektor
yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan
ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).
5. Komponen Spektrofotometer

Komponen-komponen peralatan spektrofotometer UV-Vis dijelaskan secara garis


besar sebagai berikut:

a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber radiasi UV digunakan lampu Hidrogen (H) atau lampu Deutirium
(D). Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga menghasilkan sinar Infra Merah
(IR) dekat menggunakan lampu filament tungsten yang dapat menghasilkan
tenaga radiasi 350-3500 nm.
b. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar polikromatis
(banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi untuk mengurai sinar
tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan. Monokromator terbuat
dari bahan optic yang berbentuk prisma.
c. Tempat Sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal dengan istilah
kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada juga yang berbentuk
kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak menyerap sinar yang
dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi dengan sampel dan pelarut.
d. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik atau
peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat (printer). Tenaga
cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik akan mencatat secara kuantitatif tenaga
cahaya tersebut. (Sitorus, 2009)

Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan:

a) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis


Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah
tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau
direaksikan dengan pereaksi tertentu.

b) Waktu operasional (operating time)


Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna.
Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
c) Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.

d) Pembuatan kurva baku


Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y)
dengan konsentrasi (X).

e) Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

f) Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8
atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan
anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5%
(kesalahan fotometrik). (Gandjar & Rohman, 2007).

IV. ALAT DAN BAHAN

a) Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Batang pengaduk, Erlenmeyer,
gelas ukur, hot plate, kuvet, labu ukur, mortar dan stamper, pipet volume,
spektrofotometer shimadzu UV, tabung reaksi, dan timbangan analitik.

b) Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah air destilasi, bahan baku
asam mefenamat, larutan methanol; NaOH 1 M, dan tablet asam mefenamat .
V. PROSEDUR KERJA

5.1 Larutan Standar

Semua Bahan ditimbang seksama 160 mg baku pembanding asam mefenamat


kedalam Labu erlenmeyer 50 ml ,lalu dicatat jumlah asam mefenamat yang
ditimbang. Ditambahkan 5 ml NaOH 1,0 N dengan pipet yang seukuran. kemudian
larutan yang diperoleh dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml lalu di encerkan
dengan Aquadest hingga tanda batas. Larutan yang diperoleh adalah larutan stok
Baku pembanding, labu takar ditandai dengan kode “SA”. kemudian masing- masing
dipipet Sebanyak 0,5;0,4;0,3;0,2 dan 0,1 ml larutan stok baku pembanding ke dalam
labu takar 10 ml,diencerkan dengan larutan methanol sebagai larutan blanko.

5.2 Larutan Uji

Diserbukkan 3 tablet asam mefenamat yang dijual di pasaran,lalu ditimbang serbuk


tablet asam mefenamat Setara dengan 160 asam mefenamat,dibuat dengan
pengenceran larutan stok standar ASA, yaitu dengan dipipet 0,3 ml larutan stok ASA
ke dalam labu takar 10 ml , lalu diencerkan dengan methanol hingga tanda batas.
Kemudian diukur dan dicatat absorbansi dari larutan tersebut pada Panjang gelombang
530 nm, ditentukan kadar asam mefenamat dalam tablet asam mefenamat dengan
digunakan Regresi linier yang didapat dari kurva kalibrasi dihitung beserta hitungan
pengencerannya.
VI. HASIL PENGAMATAN

6.1 Perhitungan

6.1.1 Larutan Standar


a. Diketahui:
Yang ditimbang

Asam salisilat = 160 mg untuk 100 mL

Volume = 100 mL ~ 0,1 L

160 mg
Jadi, 0,1 L
= 1,600 mg/ L

= 1600 ppm

b. Pengenceran

V1 x N1 = V2 x N2

a) Pengenceran larutan seri 0,1 ml

𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2

0,1 𝑚𝑙 × 1600 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑚𝑙 × 𝑁

𝑁2 = 16,00 𝑝𝑝𝑚

b) Pengenceran larutan seri 0,2 ml

𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2

0,2 𝑚𝑙 × 1600 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑚𝑙 × 𝑁

𝑁2 = 32,00 𝑝𝑝𝑚

c) Pengenceran larutan seri 0,3 ml

𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
0,3 𝑚𝑙 × 1600 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑚𝑙 × 𝑁2

𝑁2 = 48,00 𝑝𝑝𝑚
d) Pengenceran larutan seri 0,4 ml

𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2

0,4 𝑚𝑙 × 1600 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑚𝑙 × 𝑁

𝑁2 = 64,00 𝑝𝑝𝑚

e) Pengenceran larutan seri 0,5 ml

𝑉1 × 𝑁1= 𝑉2 × 𝑁2

0,5 𝑚𝑙 × 1600 𝑝𝑝𝑚 = 10 𝑚𝑙 × 𝑁

𝑁2 = 80,00 𝑝𝑝𝑚

c. Persamaan Garis Regresi Linier

Tabel 1.3. Persamaan Garis Regresi Linier


Konsentrasi (ppm) Absorbansi
16,00 0,638
32,00 1,664
48,00 2,282
64,00 2,940
80,00 3,802

Keterangan:

a = - 0,016
b = 0,047
r = 0,99

Diketahui untuk kurva kalibrasi:


jadi,
y = 1,90 y = bx + a
b = 0,047 1,90 = 0,047x – 0,016
x = 40,766 ppm
6.1.2 Larutan Uji

c. Diketahui:

- Kekuatan sediaan 1 tablet = 500 mg

- Massa teoritis = 500 x 3 tablet = 1500 mg

- Bobot tablet sebenarnya = 1880 mg

- Bobot Asam mefenamat /tablet/bobot rata-rata = 208,89 mg

- Massa Asam mefenamat =

626,67 mg
x 160 mg
500 mg

= 200,534 𝑚𝑔

a. Konsentrasi yang sudah diencerkan 2 kali

Faktor pengenceran

10 10
0,3
x 1
x 40,766 = 1358,867 ppm

Dibuat uji menjadi 10 mL dari 100 mL

135,887
100
= 13,589 mg/ 10 mL

Penentuan Kadar

Bobot Rata−Rata per tablet


Kadar per tablet = x Larutan Uji
massa asmef
208,89 mg
= 200,534 mg x 135,887 mg/ 100 mL

= 141,549 mg/ tab

Larutan Uji
% Kadar = Klaim
x 100%

141,549mg
= 500 mg
100%

= 28,310 %

b. One point method


Au
Cu = x Cs
As
1,9
Cu = 1,664
x 32 ppm = 36,538 ppm

Faktor pengenceran

10
0,3
x 36,538 ppm = 1217,93 ppm

Dibuat uji menjadi 10 mL dari 100 mL

121,793
100
= 12,179 mg/ 10 mL

Penentuan Kadar
Bobot Rata−Rata per tablet
Kadar per tablet = x Larutan Uji
massa asmef
208,89
= 200,534 x 121,793 mg/ 10 mL

= 126,870 mg/ tab

Larutan Uji
% Kadar = Klaim
x 100%
126,870 mg
= 500 mg
x 100%

= 25,374 %
VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kalii ini dilakukan pengukuran kadar asam salisilat didalam tablet aspirin secara
kuantitatif. Penetapan kadar ini menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis, dimana prinsip
kerjanya yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut akan
diserap sebagian, dipantulkan, dan akan ada yang dipancarkan. Detektor menerima cahaya dari sampel
secara bergantian dan berulang, sinyal listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai
absorbansi. Instrumen spektrofotometri UV-Vis ini dapat digunakan baik untuk sampel yang berwarna
ataupun yang tidak berwarna. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman,
2007).

Dalam penggunaan intrumen spektrofotometri UV-Vis ini diperlukan suatu senyawa yang memiliki
gugus kromofor atau auksokrom. Karena gugus kromofor yang dapat menyerap atau mengabsorbsi
radiasi ultraviolet dan daerah sinar tampak yang dipancarkan oleh intrumen spektrofotometri UV-Vis.
Senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor dapat melakukan transisi elektronik karena hampir
semua senyawa yang memiliki gugus kromofor dalam strukturnya memiliki ikatan yang tidak jenuh.
Sedangkan gugus auksokrom merupakan gugus yang tidak memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi
atau menyerap cahaya, akan tetapi berpengaruh dalam peningkatan intensitas cahaya. Jika gugus
ausokrom terikat dengan gugus kromofor, maka panjang gelombangnya akan bergeser ke panjang
gelombang yang lebih panjang sehingga terjadi efek hiperkromik.

Pada percobaan ini menggunakan tablet Asam mefenamat sebagai sampel untuk mengukur kadar
asam mefenamat yang terkandung didalamnya. Asam mefenamat merupakan asam organik lemah yang
mengandung gugus kromofor yaitu karboksil (asam karboksilat) dan benzene. Gugus kromofor pada
Asam mefenamat merupakan gugus yang dapat menghasilkan warna. Karena Asam mefenamat
mengandung gugus kromofor maka dapat menyerap cahaya radiasi yang diberikan oleh
spektrofotometri UV-Vis dan dapat diukur nilai absorbansinya.

Sebelum diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, mula-mula dibuat


terlebih dahulu larutan standar methanol . methanol standar yang telah ditimbang dilarutkan dengan
menggunakan NAOH 1N. Penggunaan NaOH pada pembuatan larutan standar yaitu sebagai pelarut
untuk Asam mefenamat dimana sesuai dengan data kelarutannya yang sukar larut dalam air yang
sedikit, namun karena sudah bereaksi terlebih dahulu dengan NaOH maka saat dicairkan dengan
aquadest hingga 100 ml Asam mefenamat dapat terlarut seluruhnya. NAOH merupakan senyawa yang
bersifat basa dan Asam mefenamat bersifat asam sehingga bila direaksikan akan menjadi garam
(netral).

Setelah itu sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis masih
terdapat proses persiapan larutan standar yaitu pengenceran dengan menggunakan larutan methanol.
Dilakukan beberapa pengenceran sehingga didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda dengan
menggunakan larutan methanol. Pengenceran diambil dari larutan methanol dan asmef yang telah
dilarutkan didalam NaoH dan aquadest. Fungsi methanol sendiri adalah untuk meningkatkan kelarutan.

Kemudian dilakukan pengenceran sebanyak lima kali dengan menggunakan methanol. Ketika
semua larutan baku standar telah diencerkan dilakukan analisa absorbansi dengan menggunakan
instrument spektrofotometri UV-Vis. Pada percobaan ini digunakan instrument spektrofotometer UV-
Vis double beam, dimana pada instrument ini dapat secara sekaligus menggunakan dua kuvet yaitu
sebagai larutan uji dan sebagai larutan blanko. Larutan blanko yang digunakan pada analisa ini adalah
pelarut yang sama dengan pelarut yang digunakan untuk melarutkan larutan baku Asam mefenamat,
yaitu metanol. Pemilihan pelarut ini didasarkan karena metanol diketahui memiliki nilai serapan pada
panjang gelombang dibawah 289 nm, sehingga metanol akan meneruskan atau tidak akan menyerap
sinar dengan panjang gelombang diatas 289 nm. Akibatnya metanol tidak akan mengganggu spectrum
serapan dari Asam mefenamat yang akan diuji, karena methanol tidak memberikan serapan pada
panjang gelombang diatas 289 nm.

Dilakukan pengujian pertama pada larutan baku pengenceran ke-tiga. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah pada konsentrasi tersebut panjang gelombang maksimumnya telah terlihat atau belum.
Larutan baku nomor 3 ini dimasukkan kedalam kuvet, pada bagian bening kuvet tidak boleh tersentuh
oleh tangan praktikan. Hal ini bertujuan agar sumber radiasi yang akan dipancarkan oleh instrument
tidak terganggu serapannya dan dikhawatirkan akan mempengaruhi nilai absorbansi yang didapatkan.

Panjang gelombang yang digunakan dalam analisa larutan uji kali ini digunakan 400-200 nm. Sinar
radiasi akan diserap oleh sarutan baku Asam mefenamat pada kuvet karena memiliki gugus kromofor
pada strukturnya yang daapt menyerap sinar UV dan sinar tampak. Saat terjadi penyerapan atau
absorbansi elektron yang terdapat didalam larutan baku Asam mefenamat akan tereksitasi ke tingkat
yang lebih tinggi.

Selanjutnya dilakukan kembali pengujian dengan menggunakan larutan baku Asam mefenamat
lainnya. Dengan menggunakan metode dan prinsip yang sama yaitu dengan spektrofotometri UV-Vis
untuk mendapatkan nilai absorbansinya masing-msing. Didapatkan pada larutan baku Asam mefenamat
yang telah diencerkan sebanyak lima kali masing-masing memiliki nilai absorbansi, yaitu 0,638; 1,664;
2,282; 2,940; 3,802. Nilai absorbansi yang didapatkan selanjutnya menjadi data yang digunakan untuk
perhitungan menghitung konsentrasi Asam mefenamat didalam larutan baku standar yang telah
diencerkan tersebut. Konsentrasi dari masing-masing hasil pengenceran, yaitu 16,00 ppm, 32,00 ppm,
48,00 ppm, 64,00 ppm, dan 80,00 ppm. Dari nilai absorbansi dan nilai konsentrasi ini dapat membantu
perhitungan untuk pengujian analisa kuantitatif kadar Asam mefenamat yang terkandung pada tablet
Asam mefenamat (larutan uji Asam mefenamat) pada tahap selanjutnya.

Selanjutnya yaitu melakukan pengujian terhadap larutan uji. Larutan uji yang digunakan yaitu
Asam mefenamat, 5 tablet Asam mefenamat yang sudah digerus kemudian ditimbang dan didapat bobot
kelimanya yaitu 1880 mg. Pada kemasan tercantum tiap 1 tablet mengandung 500 mg Asam
mefenamat, sedangkan pada pengujian dibutuhkan Asam mefenamat yang setara dengan 160 mg.
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan bobot Asam mefenamat yang ditimbang yaitu
200,534 mg. Pada pembuatan larutan uji Asam mefenamat digunakan pelarut yang sama dengan larutan
baku, selain itu cara dan prinsip yang digunakan pun sama dengan pembuatan larutan baku. Perbedaam
hanya pada proses pengencerannya saja, dimana pada pengenceran larutan uji Asam mefenamat
dilakukan 2 kali pengenceran. Pengenceran ini bertujuan agar larutan yang di uji berada pada rentang
nilai absorbansi 0,2-0,8 dan sesuai dengan hukum Lambert Beer yang merupakan prinsip dari alat yang
akan digunakan.

Tujuan dari pengujian ini sendiri yaitu untuk menghitung kadar Asam mefenamat yang terdapat
dalam tablet Asam mefenamat yang diuji. Selanjutnya yaitu perhitungan nilai absorbansi dengan
menggunaan alat spektrofotometer UV-Vis pada larutan standard dan larutan uji. Prinsip kerja dari
spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya oleh molekul-molekul. Semua molekul dapat
menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible (tampak) karena mereka mengandung elektron, baik
berpasangan maupun sendiri yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang
gelombang bila mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada kekuatan elektron itu terikat dalam molekul.
Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu larutan denganintensitas radiasi semula,
maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan, dipantulkan dan diabsorpsi.

Dari penggunaan alat spektrofotometer UV-Vis dapat dilakukan pengujian kualitatif dan
kuantitatif. Adapun 2 metode yang biasa digunakan dalam menganalisa kuantitatif suatu senyawa
termasuk untuk menghitung kadar Asam mefenamat dari suatu sediaan diantaranya yaitu metode kurva
kalibrasi dan one point method. Metode kurva kalibrasi ini dilakukan dengan cara mengukur nilai
Absorban (A) pada sampel dengan beberapa nilai konsnetrasi (C). selanjutnya yaitu dibuat kurva
kalibrasi standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu x) terhadap
absorbansi larutan (sumbu y). Spektrum absorpsi yang akan diperoleh dari hasil analisis dengan alat
spektrofotometer ini akan memberikan informasi berupa nilai panjang gelombang dengan nilai
absorbansi maksimum dari suatu senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorbansi ini kemudian
digunakan untuk membuat suatu kurva standar, dimana konsentrasi dari suatu senyawa uji dapat
dihitung dari kurva standar yang telah diukur pada panjang gelombang dengan absorbansi maksimum.
Dari kurva standar ini dihasilkan suatu persamaan garis y=ax+b , dimana y itu sendiri merupakan nilai
absorbansi dan x merupakan konsentrasi suatu senyawa. Dari kurva kalibrasi tersebut kemudian
didapatkan nilai a sebesar -0,016, sementara untuk nilai b sebesar 0,047 , dan nilai r sebesar 0,99. Dari
persamaan garis ini kemudian dapat ditentukan konsentrasi dari sampel uji, sehingga didapatkan hasil
konsentrasi kadar uji yaitu 40,766 ppm.

Setelah didapatkan nilai konsentrasi kadar uji selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan
nilai kadar uji sebenarnya, dari perhitungan tersebut kemudian didapatkan nilai kadar uji sebenarnya
sebesar 13,589 mg/10 mL. Dari nilai ini maka dapat dihitung kadar Asam mefenamat per tabletnya dan
dipatkan kadar Asam mefenamat sebesar 141,549 mg/tablet. Sedangkan kadar Asam mefenamat yang
tertulis di kemasan sejumlah 500 mg, dari data ini selanjutnya dapat dihitung % kadar Asam mefenamat
yang terkandung pada tablet dan didapat % kadar Asam mefenamat yaitu 28,310%.

Selain menggunakan metode kurva kalibrasi, perhitungan kadar dapat dihitung dengan one point
method. Pada metode ini larutan uji dibandingkan terhadapt larutan standar yang telah diketahui kadar
dan kemurniannya. Pada metode one point konsentrasi larutan standar yang digunakan hanyalah satu
tingkat. Maka dari itu perhitungan hanya menggunakan salah satu nilai absorbansi yang mendekati nilai
absorbansi uji dengan menggunakan rumus Cu = (Au/As).Cs. Nilai absorbansi uji yang didapatkan
yaitu 1,90 maka nilai yang absorbansi standar yang mendekati nilai tersebut yaitu 1,664 yang
merupakan absorbansi dari konsentrasi 32,00 ppm. Dari data tersebut kemudian didapatkan angka
konsentrasi uji yaitu sebesar 36,538 ppm. Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai kadar uji
sebenarnya dan diperoleh angka kadar uji sebesar 12,179 mg/10 mL. Setelah menghitung kadar uji
sebenarnya maka dilakukan perhitungan kadar Asam mefenamat pertablet. Dari perhitungan ini
didapatkan angka kadar Asam mefenamat yaitu sebesar 126,870 mg/tablet dengan hasil perhitungan
persen kadar yaitu 25,374%. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan kedua metode ini
didapatkan perbedaan kadar Asam mefenamat pertablet dengan nilai kadar Asam mefenamat yang
diklaim dalam kemasan, dimana hasil kadar Asam mefenamat pertablet yang didapatkan lebih kecil
baik yang menggunakan analisis kuantitatif metode kurva kalibrasi maupun metode one point. Menurut
literature kadar Asam mefenamat adalah tidak kurang dari 95% dan tidak leboh dari 105 %. Maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengujian Asam mefenamat tidak sesuai dengan literature, hal ini dapat terjadi
karena kesalahan pada saat pengujian, bisa diakibatkan karena adanya kesalahan matrix atau adanya
zat pengotor yang terkandung pada sampel sehingga hasil yang di peroleh tidak murni. Yang mana
mempengaruhi hasil akhir kadar.

VIII. KESIMPULAN

1. Analisis kuantitatif tablet Asam mefenamat dinyatakan tidak memenuhi syarat atau kurang
dari yang seharusnya. Karena hasil yang didapatkan menggunakan metode kurva kalibrasi
sebesar 28,310 % dan metode one point sebesar 25,374 % seharusnya Asam mefenamat tidak
kurang dari 95% dan tidak lebihdari 105 %

2. Mutu sediaan tablet Asam mefenamat pada percobaan ini dikatakan kurang baik karena hasil
yang didapatkan kadar yang kurang dari yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baysinger, Grace.Et all. (2004). CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.

Budavari, S., O'neil, M.J., Smith, A., Heckelman, P.E., Kinneary, J.F., (2001). The Merck Index.

New Jersey: Merck Research Laboratories Division Of Merck&CO., Inc.

Dannhardt, G., dan Laufer, S. (2000). Structural approach to explain the selectivity of COX-2 inhibitors:

Is there a common pharmacophore?. Curr. Med. Chem 7: 1101–1112.

Departemen Kesehatan Rl, 1995. Farmakope lndonesia. Edisi lV, Jakarta, hal. 43.

Ebel, S,. (1992). Obat sintetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal.74.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Khopkar.S.M. (2010). Konsep dasar Kimia Analitik. UIP: Jakarta.

R. S. Murthy., Kumar, Maram Ravi., Mallu, Useni Reddy., dan Bapatu, Hanimi Reddy. (2012). A

Simple RP- HPLC Method Simultaneous Analysis of Aspirin, Atenolol, Hydrochlorothiazide,

Ramipriland, and Simvastatin in Pharmaceutical Solid Dosage Form. International Journal of

ScienceInnovations and Discoveries ,Vol. 2, No.1

Ratih Utari, (2013). Pengendapan. written by Chemical Analyst. Jakarta.

Sastrohamidjojo H, (1992), Spektroskopi Infra Merah, Edisi I, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Siswandono & Soekardjo. B , (1905). Prinsip-prinsip rancangan obat. Cetakan Pertama.Surabaya:

Airlangga University Press.

Sitorus, Marham. (2009). Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha Ilmu,Yogyakarta.

Skoog, D.A., D.M. West, dan F.J. Holler. (1996). Fundamental of Analytical chemistry. 7th ed. Sauders

College Publish.

Sweetman, S. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th ed. London: Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai