PERCOBAAN VI
Disusun Oleh:
Shift/Kelompok : A/3
Tanggal Praktikum : 31 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 7 November 2022
Asisten Penanggung Jawab : Muhammad Adliansyah PH., S.Farm.
2022 M/ 1444 H
PERCOBAAN VI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein secara
kuantitatif dengan metode spektrofotometri.
IV. PROSEDUR
Dibuat larutan sampel albumin dengan cara menimbang putih telur sebanyak 2 g,
lalu ditambahkan sedikit akuades agar agak cair, dan ditambahkan 3-5 tetes larutan
NaOH 3%. Kemudian ditambahkan sedikit akuades. Campuran dimasukan ke dalam
labu ukur 50 mL kemudian digenapkan dengan akuades hingga tanda batas dan diaduk
hingga larutan homogen. Kemudian, disiapkan 7 tabung reaksi lalu diberi label:
blangko, larutan sampel,dan larutan standar 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL dan 1,0
mL. Dibuat seri sebagai berikut:
V. DATA PENGAMATAN
Data pengamatan yang diperoleh dari percobaan adalah sebagai berikut:
Konsentrasi
No. Absorbansi
Tabung (x) (y)
mg/L
ppm
2 2000 0,2 0,098
3 4000 0,4 0,197
4 6000 0,6 0,291
5 8000 0,8 0,388
6 10000 1,0 0,481
y = 0,0039 + 0,4785 𝑥
0,352 = 0,4785 𝑥 + 0,0039
x = 0,727 ppm
0,727 ppm
% kadar protein = x 100%
40 ppm
= 1,8175 %
Grafik Larutan Standar Albumin
0,6
0,5 y = 0,4785x + 0,0039
R² = 0,9999
Absorbansi
0,4
0,3
Absorbansi
0,2
Linear (Absorbansi)
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi (ppm)
VI. PEMBAHASAN
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan berbagai panjang
dari dua asam amino (dipeptida), 4-10 peptida (oligopeptida), dan lebih dari 10 asam
amino (polipeptida) (Gandy, J.W., 2014). Berdasarkan strukturnya, protein terdiri atas
atom C, H, O, N, dan S. Kandungan atom karbon (C), 50 – 55% 20 – 23% atom
oksigen (O) 20 – 23%, atom nitrogen (N) 12 – 19%, atom hidrogen (H) 6 – 7%, dan
atom sulfur (S) 0,2 – 0,3% (Estiasih, T., 2016). Protein adalah zat pembangun yang
penting dalam siklus kehidupan manusia. Protein digunakan sebagai zat pembangun
tubuh untuk mengganti dan memelihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna
makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan kadar protein secara
spektrofotometri. Pemerikasan kadar protein bertujuan untuk mengetahui adanya
kelainan pada hati. Hati merupakan organ tempat terjadinya metabolisme protein yang
mengubah gugus amino dan NH2 (Guyton dan Hall, 2008). Adapun untuk prinsip dari
percobaan ini yaitu pemeriksaan total protein dengan metode Ion kupri dalam suasana
alkaslis akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu dan intensitas
warnanya diukur denga spektrofotometer menggunakan panjang grlombang 540 nm.
Penentuan kadar protein ini dilakukan dengan metode Biuret. Biuret merupakan
reagen berisi Na K Tartrat, ion cupri dan larutan alkali. (Sumardjo, 2008). Reagen
biuret terdiri dari larutan NaOH dan CuSO4 (Burtis, Aswood. 2008). Metode Biuret
termauk ke dalam metode kolometri. Metode kolorimetri yaitu mengukur warna suatu
zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan sebagai sumber cahaya
untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap suatu zat. (Mendham, J. et.al.,
1991) sehingga dengan metode ini dapat teramati perbandingan angtara larutan standar
dan larutan sampel.
Spektrofotometri berkaitan dengan hukum Lambert-Beer, dimana ketika cahaya
masuk melalui monokromator akan mengubah cahaya yang mulanya polikromatis
menjadi cahaya polikromatis kemudian cahaya ini sebagian disersp dan sebagian yang
lain akan menyebabkan refleksi permukaan sehigga intensitasnya menjadi bekurang.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu pembuatan larutan
sampel albumin dengan ditimbang putih telur sebanyak 2 gram menggunakan neraca
analitik kemudian ditambahkan sedikit akuades agar putih telur menjadi agak cair.
Penimbangan dilakukan untuk memperoleh massa atau berat dari sampel yang
diinginkan. Kemudian ditambahkan 5 NaOH 3% yang berfungsi menjadi katalisator
dengan cara mengubah suasana larutan menjadi basa sehinngga ikatan-ikatan ionik
terputus dan reaksi berlangsung menjadi lebih cepat (Poedjiadi, 2008). Ditambahkann
sedikit aquades ke dalam larutan kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur dan
ditambahkan aquades hingga tanda batas. Penambahan aquades dilakukan secara hati-
hati agar tidak melewati tanda batas yang nantinya akan mempengaruhi konsentrasi.
Selajutnya dilakukan homogenisasi secara manual dengan membolak-balikkan
labu ukur yang berisi larutan. Tujuan dari homogenisasi ini adalah untuk membuat
seluruh campuran dalam larutan menjadi seragam (Fellows, 2000). Kemudian disiapkan
7 tabung yang berbeda untuk dijadikan sebagai larutan blanko, larutan sampel dan
larutan standar. Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit atau larutan tanpa
sampel. Blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding
(Parhan, 2018). Larutan blanko pada percobaan ini yang digunakan adalah aquadest
yang ditambahkan 8 mL larutan Biuret. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui (Syukri, 1999). Dalam percobaan ini larutan standar
yang digunakan adalah larutan albumin dengan volume berbeda di setiap tabungnya
dan ditambahkan dengan 4 mL larutan Biuret. Sedangkan larutan sampel adalah larutan
yang diteliti. Larutan sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan yang
mengandung putih telur, NaOH, dan aquades yang telah dibuat pada tahap pembuatan
larutan sampel albumin. Pada tahapan ini seluruh larutan mengalami perubahan warna
yang mulanya tidak berwarna menjadi warna biru hingga ungu dengan kepekatan yang
berbeda setiap tabungnya. Kepekatan warna yang dihasilkan menentukan tingkat
konsentrasi protein, semakin pekat warna atau semakin ungu warna yang dihasilkan
maka konsentrasi protein dalam larutan semaki tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan ion
Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa bereaksi dengan gugus N pada ikatan
peptida yang menyusun protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
atau violet (Bintang, 2010).
Seluruh larutan yang telah dibuat diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar
dengan tujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah diinkubasi dilakukan pembacaan
absorbansi pada panjang gelombang 540 nm yang merupakan panjang gelombang
maksimum yang dapat diserap oleh protein. Protein dapat menghasilkan dua spektrum
cahaya maksimum yaitu pada panjang gelombang 540 nm dan 270 nm tetapi 540 nm
lebih disarankan karena banyaknya senyawa lain yang dapat terserap pada panjang
gelombang 270 nm (Praira, 2008).
Hasil absorbansi yang didapatkan pada percobaan kali ini yaitu untuk larutan
standar 0,2 adalah 0,098; larutan standar 0,4 adalah 0,197; larutan standar 0,6 adalah
0,291; larutan standar 0,8 adalah 0,388; larutan standar 1,0 adalah 0,481; dan larutan
sampel adalah 0,352. Setelah itu, dibuat kurva standar dan persamaan regresi linear,
kurva standar merupakan kurva kalibrasi dari sederet larutan standart larutan yang
sebaiknya mempunyai komposisi cuplikan (Harjito, 2019). Pada persamaan regresi
linear didapatkan persamaan y = 0,4785 𝑥 + 0,0039. Persamaan garis ini akan
digunakan untuk menghitung kadar protein dalam larutan blanko dan larutan sampel,
dengan hasil nilai x yaitu 0,727 ppm. Kemudian dihitung kadar persentase protein
dengan rumus kadar = konsentrasi sampel/massa zat yang dikalikan dengan 100%,
maka hasil yang didapatkan adalah sebesar 1,8175%.
Pada literatur dinyatakan bahwa nilai absorbansi yang baik adalah berada pada
rentang 0,2-0,8 (Hetty Nur Handayani et al., 2021). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai absorbansi pada percobaan kali ini sudah berada pada rentang
yang baik. Apabila larutan yang digunakan terlalu encer maka akan mempengaruhi
nilai absorbansinya yaitu dibawah 0,2, maka untuk mengatasinya dapat dilakukan
pemekatan pada sampel uji, dan untuk faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
perbedaan hasil adalah suhu, pH, dan adanya zat pengotor (Kurniawati & Alfanah,
2019). Pada hasil kurva yang didapat konsentrasi protein berbanding lurus dengan
absorbansi panjang gelombang maksimum, dimana kurva menandakan bahwa hasil
percobaan sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi konsentrasi maka warna yang
dihasilkan semakin pekat, sehingga cahaya yang diserap akan semakin banyak dan
menyebabkan nilai absorbansinya semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan hukum
Lambert-Beer yang menyatakan bahwa semakin besar absorbansi larutan, semakin
besar konsentrasi zat terlarut (Mukti W, 2020).
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa pembentukan kompleks berwarna
dapat teridentifikasi dengan menggunakan spektrofotometri UV Sinar-Tampak dengan
absorbansi 0,727 ppm pada panjang gelombang 540 nm dan % kadar protein sebanyak
1,8175 %.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R A, dan Underwood, A L., (2002), Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,
Erlangga, Jakarta
Estiasih, T., dkk. (2016). Kimia dan Fisik Pangan. Bumi Aksara. Jakarta.
Fellows, PJ. (2000). Food Processing Technology Technology- Principles and Practice.
Woodhead Publishing, Limited.England.
Gandy, J.W., et al. (2014). Gizi dan Dietetika. Diterjemahkan oleh : Hutagalung,
M.S.B., dkk. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton dan Hall. (2008). Buku ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11. Jakarta: EGC,.
Harjito. (2019). Perbandingan Metode Kurva Kalibrasi / Standar Dan Metode Adisi
Standar Pada Pengujian Chrom Total Dalam Bahan Makanan Menggunakan
Spektromteri Serapan Atom ( SSA ). Jurnal Inovasi Dan Pengelolaan
Laboratorium, 1(1).
Hetty Nur Handayani, Kaliawan, & Nanang Setio Pambudi. (2021). PERBANDINGAN
PENENTUAN ANTOSIANIN PADA BUNGA ROSELLA DENGAN
MENGGUNAKAN UV-VIS SPEKTROMETRI DAN PENCITRAAN WARNA.
Jurnal Teknik Ilmu Dan Aplikasi, 9(1). https://doi.org/10.33795/jtia.v9i1.5
Kurniawan, M (2014). Persepsi Tubuh dan Gangguan Makan pada Remaja, Jurnal Gizi
Klinik Indonesia: Vol 11 No. 3.
Nurlaela Abd. Kadir, Nurhayati Bialangi dan Netty Ischak, “Analisis Protein Ikan Nike
Asal Gorontalo” (Laporan Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas
Matematika dan Ipa UNG, Gorontalo, 2000).