PRAKTIKUM
”PENGUKURAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BRADFORD DAN
LOWRY”
Disusun Oleh :
Kelompok 3
- reagen Bradford
- diukur pada 595 nm
- diplotkan hasil
Absroban sampel
Hasil
2.4.3 Pembuatan Kurva Standar BSA dengan Metode Lowry
Absroban sampel
Hasil
BAB III.
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil Data
Pada percobaan ini analisa kadar protein di uji dengan metoda Bradford dan metoda
Lowry. Metoda yang digunakan berdasarkan prinsip pengukuran kadar protein
dalam larutan menggunakan spektrofotometer untuk mengukur absorban dengan
panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang digunakan yaitu 595 nm
untuk metoda Bradford dan 750 nm untuk metode Lowry. Pengukuran panjang
gelombang pada metoda Bradford sama halnya dengan yang dilakukan oleh (Anam,
2010) yaitu karena campuran menghasilkan warna, sehingga secara kolorimetri
dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri (Lambert‐Beer)
pada panjang gelombang 465‐595 nm (cahaya tampak). Pengukuran dengan
spektrofotometer didasarkan pada perbandingan nilai absorban dari larutan sampel
dengan larutan standar. Prinsip dari spektrofotometer yaitu pengukuran serapan
pada suatu larutan yang berwarna.
Gambar 1. Larutan standar dan sampel yang telah diberi reagen spesifik
(a) metode Bradford (b) metode Lowry
0.45
y = 0.0459x + 0.4169
0.44
R² = 0.8514
0.43
0.42
0.41
0.4
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Sample Susu 100x Pengenceran
1.2
1
y = 1.3402x + 0.1778
0.8
R² = 0.9661
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Sampel susu 125x pengenceran
4.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka disarankan :
1. Penambahan reagen Lowry C dilakukan pada ruang gelap.
2. Pastikan reagen Bradford dan lowry yang digunakan masih baru dan tidak
terkontaminan.
3. Usahakan agar BSA dan reagen lowry C berada pada suhu optimumnya
sebelum dan saat penambahan.
4. Teliti dalam melakukan pengenceran dan membuat variansi konsentrasi standar
DAFTAR PUSTAKA
Anam, K. (2010) Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Bradford,
Bioteknologi. Bioteknologi, IPB.
Astuti Nafsiati. 2009. Konsep Dasar Kimia. Malang: UIN Malang Press.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar (Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Copriady, J., Azmi, J. and Maharani, M. (2012) ‘Isolasi Karakterisasi dan
Penentuan Kadar Laktalbumin Susu Sapi Fries Holdstein dengan Metode
Lowry’, Jurnal Natur Indonesia, 13(2). doi: 10.31258/jnat.13.2.134-137.
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
H.M. Hawab. 2003. Pengantar Biokimia. Bogor: Bayu Media.
Harjanto, S. (2017) ‘Perbandingan Pembacaan Absorbansi Menggunakan
Spectronic 20 D+ dan Spectrophotometer UV-Vis T 60U Dalam Penentuan
Kadar Protein dengan Larutan Standar BSA’, Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi, 20(3). doi: 10.14710/jksa.20.3.114-116.
Lehninger, A.L., Nelson,D.L. and Cox,M.M.(1993). Principles of Biochemistry,
New York: Worth Publishers, hal. 993-998.
Pacheco MTB, Costa Antunes AE, & Sgarbieri VC. 2008. New Technological and
physiological functional properties of milk proteins. In: Boscoe AB, Listow
CR, editors, Protein Research Progress. New York: Nova Science
Publishers Inc. pp. 117-168.
Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. (2009) Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi Jakarta :
UI-Press.
Rizky, Ha, B. (2022) ‘). Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Fibrinolitik Bakteri
Bacillus cereus yang Diisolasi dari Air Hutan Mangrove Maroon Edupark
Semarang secara In Vitro’, Farmasi Indonesia, 19.
Rosmawati, T. 2013. Lama Perebusan terhadap Kandungan Protein pada Kerang
Darah (Anadara granosa). Jurnal Biology Science & Education. 2(2): 103-
109
Sarita, R. N., Fitriana, A. S. and Prabandari, R. (2021) ‘Perbandingan Kadar Protein
pada Kacang Hijau dan Sari Kacang Hijau yang Diperjualbelikan dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis’, in Seminar Nasional Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat.
Scopes, S. (1982) Protein purification. New York: Spring Verlag.
Susanti R., E Hidayat. Profil protein susu dan produk olahannya. 2016. Jurnal
MIPA 39(2)(2016): 98-106.
Tazkiah, N. P., Rosahdi, T. D. and Supriadin, A. (2019) ‘Isolasi dan Karakterisasi
Enzim Amilase dari Biji Nangka (Artocarpus heterophillus)’, al-Kimiya,
4(1). doi:10.15575/ak.v4i1.5079.
Underwood, A. . and Day, R. . (1993) Di Analisa Ilmu Kuantitatif. keempat.
Erlangga.
Wilbraham, C. Antony dan Matta, S. Michael. 1992. Pengantar Kimia Organik dan
Hayati. Bandung. ITB.
Lampiran 1. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan apa itu protein?
Jawab:
Protein merupakan sumber asam amino yang terdiri dari unsur C, H, O, dan N.
Protein berfungsi sebagai zat pembangun jaringan-jaringan baru, pengatur
proses metabolisme tubuh dan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi
tubuh tidak terpenuhi oleh lemak dan karbohidrat. Protein tersusun dari
berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida.
Peptida adalah jenis ikatan kovalen yang menghubungkan suatu gugus
karboksil satu asam amino dengan gugus amino asam amino lainnya sehingga
terbentuk suatu polimer asam amino.
2. Jelaskan jenis protein berdasarkan tingkatan strukturnya!
Jawab:
b. Struktur Primer
Struktur primer merupakan struktur utama yang ada pada protein. Struktur
primer terbentuk atas asam amino penyusun protein yang terhubung melalui
ikatan amida atau pun peptida. Panjang dan urutan struktur primer protein
merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap
fungsi protein.
c. Struktur Sekunder
Struktur sekunder merupakan struktur protein tiga dimensi lokal yang
terbentuk dari serangkaian struktur asam animo yang ada pada protein yang
kestabilannya diatur oleh ikatan hidrogen yang ada pada struktur primer
protein. Beberapa bentuk struktur sekunder yang ada pada protein yaitu
alpha helix, beta – turn, beta – sheet, dan gamma – turn.
d. Struktur Tersier
Struktur tersier merupakan tingkatan ketiga yang ada pada struktur
penyusun protein. Struktur tersier tersusun atas gabungan berbagai macam
molekul yang ada dalam struktur sekunder. Bentuk struktur tersier yang ada
pada protein biasanya berupa gumpalan – gumpalan terentu. Beberapa
model struktur tersier protein ini biasanya dapat berinteraksi secara fisik
tanpa membentuk ikatan kovalen tertentu dan membentuk oligomer yang
stabil atau pun membentuk struktur kuartener.
e. Struktur Kuartener
Struktur kuartener merupakan tingkatan struktur terakhir yang ada pada
protein. Beberapa contoh struktur kuartener yang dapat ditemui dengan
mudah di beberapa bahan makanan yaitu insulin dan juga enzim Rubisco.
3. Jelaskan lima fungsi biologi protein beserta contoh nama proteinnya!
Jawab:
a. Protein enzim
Protein yang mempunyai kekhususan tinggi dan paling bervariasi adalah
protein yang mempunyai aktivitas katalisa yakni enzim. Hampir semua
reaksi biomolekul organik didalam sel dikatalisa oleh enzim. Ada sekitar
2.000 jenis enzim yang mempunyai reaksi katalisa berbeda ditemukan
dalam berbagai bentuk. COntohnya enzim papain digunakan untuk
melunakkan daging dan enzim renin untuk proses fermentasi pembuatan
keju.
b. Protein Hormon
Salah satu jenis protein adalah yang berfungsi sebagai bahan kimia dasar
pembentuk hormon. Hormon ini bertindak sebagai pembawa pesan kimia
yang mengantarkan pesan melalui aliran darah. Setiap hormon ini akan
memengaruhi satu sel tertentu di dalam tubuh yang dikenal sebagai sel
target
c. Protein Transport
Protein di dalam tubuh juga berfungsi ibaratnya sebagai pengantar molekul
dan zat-zat gizi di dalam tubuh keluar dan masuk ke dalam sel. Contohnya
adalah hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pembentuk sel darah
merah. Hemoglobin akan mengikat oksigen dan mengantarkannya ke
jaringan yang membutuhkan oksigen dari paru-paru
d. Protein Struktural
Jenis protein paling besar adalah protein struktural. Protein struktural
berfungsi sebagai komponen penting yang membangun konstruksi tubuh
dari tingkat sel. Contoh protein struktural yang paling umum adalah kolagen
dan keratin. Protein jenis keratin adalah protein yang kuat dan berserat
sehingga dapat membentuk struktur kulit, kuku, rambut, dan juga gigi.
Sementara, protein struktural berbentuk kolagen berfungsi sebagai
pembentuk tendon, tulang, otot, tulang rawan, dan juga kulit.
e. Protein Pengikat
Protein pengikat memiliki fungsi untuk mengikat zat gizi dan molekul untuk
digunakan nantinya. Contohnya adalah pengikat besi. Tubuh menyimpan
besi dalam tubuh dengan feritin. Feritin ini adalah protein yang bertugas
pengikat besi. Ketika nantinya besi dibutuhkan lagi untuk membentuk sel
darah merah maka besi dalam feritin akan dilepaskan.
4. Jelaskan perbedaan prinsip pengukuran kadar protein dengan metoda Bradford
dan metoda Lowry!
Jawab:
a. Prinsip pengukuran metoda Bradford pengikatan zat warna Coomasie
Brilliant Blue G250 (CBBG) dengan protein yang memberikan warna biru
pada =595 nm
b. Prinsip pengukuran metoda Lowry berdasarkan reduksi Cu(II) menjadi
Cu(I) dalam suasana alkalis kemudian ion Cu(I) mereduksi reagen folin-
ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphothungstat menghasilkan
hetero-polymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai
samping asam amino) yang memberikan warna biru dan diukur pada =750
nm
5. Cari dan jelaskan dua metoda lain untuk pengukuran kadar protein!
Jawab:
a. Metoda Kjehdahl, merupakan analisa protein dengan prinsip digesti suatu
sampel dengan asam kuat sehingga ikatan peptida akan terurai melepas
atom nitrogen, yang kadarnya dianalisis dengan teknik titrasi.
b. Metoda Dumas Termodifikasi. Metode ini berdasarkan kemampuan protein
menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah UV-visible. Atau secara
kimiawi atau fisik memodifikasi protein untuk membuatnya menyerap (atau
membaurkan) cahaya di daerah UV-visible.
6. Jelaskan dalam bentuk tabel perbandingan, kelebihan dan kekurangan keempat
metoda pengukuran kadar protein tersebut!
Jawab:
Metoda Prinsip Kelebihan Kekurangan
Protein yang berbeda
memerlukan faktor
Digestion
Presisi yang koreksi yang berbeda
Kjehdahl Netralisasi
tinggi karena susunan residu
Titrasi
asam amino yang
berbeda
Pemanasan
protein pada suhu
Tidak Ukuran sampel yang
tinggi kemudian
Dumas menggunakan kecil menyulitkan
nitrogen
Termodifikasi senyawa kimia mendapatkan sampel
dipisahkan dan
toksik yang representatif
dideteksi dengan
konduktor termal
Pengompleksan
Memiliki
dengan zat warna
tingkat Mudah terkontaminasi
Bradford Coomasie
sensitifitas dengan deterjen
Brilliant Blue
yang tinggi
G250 (CBBG)
Redoks dan Dapat Sensitifitas mudah
pengompleksan mengukur dipengaruhi oleh
Lowry dengan protein dalam senyawa senyawa
phosphomolibdat- konsentrasi seperti EDTA dan
phosphothungstat yang rendah karbohidrat
Lampiran 2. Skema Kerja
1. Pembuatan Kurva Standar BSA dengan Metode Bradford
Sampel Protein
Absorban Sampel
Hasil
3. Pembuatan Kurva Standar BSA dengan Metode Lowry
Absorban Sampel
Hasil
Lampiran 3. Data dan Perhitungan
1. DATA
1.1. Pembuatan Kurva Standar BSA untuk Metode Bradford
Tabel 1. Metoda Bradford
Panjang Gelombang Konsentrasi(mg/mL) Absorban Metoda Bradford
595 nm 0 0,406
595 nm 0,2 0,436
595 nm 0,4 0,439
595 nm 0,6 0,446
595 nm 0,8 0,454
595 nm 1 0,458
6. konsentrasi 1 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 1 ppm = 10 mL × 1 ppm
V1 = 10 mL
Pengenceran 100 kali Sampel Susu Sapi Murni dalam Labu Ukur 10 mL
𝑉𝑙𝑎𝑏𝑢
Faktor Pengenceran =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
10 𝑚𝐿
=
100
= 0,1 mL
𝑛 Ʃxy − Ʃx . Ʃy
𝐵 =
𝑛 Ʃ𝑥 2 − (Ʃ〖x)〗2
(6)(1,3516) − (3) . (2,639 )
𝐵 =
(6) (2,2) − 32
B = 0,0458
𝐴 = 𝑦̅ − 𝐵𝑥̅
= (0,439833) – 0,0458 × (0,5)
= 0,416933
y = A + Bx
= 0,416933+ 0,0458 (X)
Pengukuran kadar sampel protein pada metoda Bradford
Y (λ Sampel Bradford) = 0,408
Y = 0,416933 + 0,0458(x)
0,408 = 0,416933 + 0,0458(x)
X = 0,1939
B) Pengukuran Kadar Protein Metoda Lowry
NO Konsentrasi (ppm) (X) Absorban (λ) (Y) XY X2
1 0 0,077 0 0
2 0,2 0,442 0,0884 0,04
3 0,4 0,887 0,3548 0,16
4 0,6 0,9922 0,59532 0,36
5 0,8 1,229 0,9832 0,64
6 1 1,46 1,46 1
Ʃ 3 5,0872 3,48172 2,2
𝑥̅ = 0,5 𝑦̅ = 0,847867 0,580287 0,366667
𝑛 Ʃxy − Ʃx . Ʃy
𝐵 =
𝑛 Ʃ𝑥 2 − (Ʃ〖x)〗2
(6)(3,48172) − (3) . (5,0872 )
𝐵 =
(6) (2,2) − 32
B = 1,34017
𝐴 = 𝑦̅ − 𝐵𝑥̅
= (0,847867) – 1,34017× (0,5)
= 0,177782
y = A + Bx
0.45
0.44 y = 0.0459x + 0.4169
0.43 R² = 0.8514
0.42
0.41
0.4
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Sample Susu 100x Pengenceran
1.2
1
y = 1.3402x + 0.1778
0.8
R² = 0.9661
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Sampel susu 125x pengenceran