Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kurva Standar
Sampel
Absorban sampel
Gambar 2.
Kemudian dibuat larutan glukosa dengan variasi konsentrasi 20, 40, 60, 80
dan 100 ppm dengan mengencerkan larutan Standar Glukosa 1000 ppm. Diperoleh
variasi konsentrasi dari larutan standar glukosa, dengan larutan bening. Tujuan dari
pembuatan larutan sampel standar berbagai variasi yaitu untuk menunjukkan
perbandingan konsentrasi dengan absorbannya.
Gambar 3.
Lalu disiapkan 6 tabung reaksi, 5 tabung diisi dengan masing- masing 1 mL
variasi larutan standar, dan satu tabung tersisa untuk larutan blanko. Tabung reaksi
berisi larutan standar dengan variasi konsentrasi, serta blanko, dengan warna
larutan bening. Penempatan larutan-larutan sampel pada tabung reaksi
dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan reaksi dan pengamatan pada
larutan.
Setelah itu ditambahkan masing-masing 1mL reagen Nelson . Reagen nelson
yang digunakan merupakan gabungan dari reagen nelson A dan reagen nelson B
dengan perbandingan volume 25 : 1 (mL). Warna dari reagen nelson ini adalah biru
(Nelson, 1944).
C6H12O6 + 2CuSO4 +Cu2O → C5H11O5COOH.
Larutan berubah warna dari bening menjadi biru dan ada endapan. Semakin
besar konsentrasi larutan warna larutan semakin pekat karena semakin banyak
glukosa yang mengalami oksidasi. Reagen Nelson A memberi suasana alkali karena
reaksi oksidator hanya dapat terjadi pada suasana alkali sedangkan Reagen Nelson B
sebagai oksidator yang mengandung CuSO4 dimana ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+.
Perubahan warna larutan menjadi biru setelah penambahan Reagen Nelson disebabkan
oleh terjadinya proses oksidasi dan reduksi didalam larutan glukosa. Endapan merah
bata disebabkan karena adanya peristiwa reduksi ion tembaga (II) oleh gugus karbonil
glukosa menjadi ion tembaga (I) (Hermanto et al., 2020).
Gambar 4.
Dipanaskan semua tabung dalam penangas air mendidih selama 20 menit.
Pemanasan dilakukan untuk meningkatkan energi kinetik antar partikel dalam
larutan glukosa, sehingga Reaksi yang terjadi akan semakin cepat. Kemudian
diambil dan didinginkan tabung hingga suhu ruangan (25°C) agar sampel tak
terbakar dan menurunkan energi kinetiknya agar sampel tidak rusak serta mencegah
terjadinya gelembung didalam larutan ketika ditambahkan dengan reagen
fosfomolibdat (Suroso, 2002).
Gambar 5.
Ditambahkan 1 mL reagen fosfomolibdat, dan di kocok hingga larut,
ditambahkan aquades sebanyak 7 mL dan di kocok sampai homogen. Larutan
berwarna biru pekat, setelah ditambahkan aquades warna biru nya menjadi
memudar. Penambahan fosfomolibdat sebagai pengompleks untuk memperjelas
intensitas warna dan melarutkan endapan, digunakan Reagen Fosfomolibdat.
Endapan merah bata (Cu2O) akan larut jika ditambahkan dengan
reagenfofomolibdat karena Cu+ diubah kembali menjadi Cu2+. Pelarutan endapan
dilakukan karena, metode yang digunakan adalah sepktrofotometri, dimana
endapan dapat mengganggu nilai absorban yang akan diukur. Penambahan akuades
dilakukan agar larutan tidak terlalu pekat untuk mempermudah pengukuran dengan
spektrofotometer (Razak et al., 2012).
Gambar 6.
Pengukuran absorban dilakukan pada panjang gelombang 540 nm yang
merupakan panjang gelombang maksimum dari glukosa dan kompleks berwarna
antara kuprooksida gula dan arsenomolybdate, selain itu juga untuk meminimalkan
adanya peningkatan absorban yang terukur . Ketika pengukuran menggunakan alat
spektrofotometer, larutan yang dimasukkan kedalam kuvet tidak boleh ada
gelembung. Adanya gelembung akan menghalangi penyerapan sinar monokromatis
yang dilewatkan pada larutan, sehingga hasil pengukuran tidak masksimal (Pratiwi
et al., 2018).
Tabel 1. Pengukuran absorban larutan standar glukosa dan larutan sampel
Absorban (λ)
NO Konsentrasi (ppm) (X)
(Y)
1 0 0,063
2 20 0,085
3 40 0,111
4 60 0,131
5 80 0,159
6 100 0,193
7 Sampel (25) 0,084
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin besar
konsentrasi larutan, maka absorbannya akan semakin besar dan intensitas warna
larutannya semakin pekat serta semkain banyak gula reduksi yang mengalami
oksidasi. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar glukosa dalam sampel
sebanyak 17,5 ppm, dimana absorban sampel mendekati absorban larutan standar
konsentrasi 20 ppm, dengan persen kesalahan yang diperoleh sebesar 30% yang
dapat dilihat pada lampiran 3. Besarnya persen kesalahan menendakan terdapat
pengerjaan prosedur kerja yang kurang baik dan tidak sesuai, sehingga
mempengaruhi hasil percobaan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip percobaan adalah spektrofotometri yaitu pengukuran berdasarkan
serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang gelombang
tertentu.
2. Pembuatan kurva standar dari gula pereduksi dengan metode somogyi nelson
dapat dilakukan dengan penentuan nilai absorban dari variasi sampel larutan gula.
Nilai absorbansi yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 3.
3. Penentuan kadar gula pereduksi dalam sampel dilakukan dengan perhitungan
menggunakan persamaan regresi dari data yang telah diperoleh. Dapat dilihat pada
lampiran 3.
4.2 Saran
Agar percobaan selanjutnya lebih baik, maka disarankan :
1. Teliti dalam melakukan pengenceran dan pengocokan.
2. Perhatikan alat yang digunakan, jangan sampai terkontaminasi zat lain.
3. Teliti dalam memipet larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, R., & Nilda, I. (2019). Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan
Metode Lane Eynon Dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Temapela, 2(2), 90–96.
https://doi.org/10.25077/temapela.2.2.90-96.2019
Al-kayyis, H. K., & Susanti, H. (2016). Perbandingan Metode Somogyi-Nelson
Dan Anthrone-Sulfat Pada Penetapan Kadar Gula Pereduksi Dalam Umbi
Cilembu (Ipomea batatas L.). Journal of Pharmaceutical Sciences and
Community, 13(02), 81–89. https://doi.org/10.24071/jpsc.2016.130206
Gusnedi, R. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid
untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of Physics, 2, 76–83.
Hermanto, D., Sanjaya, R. K., & Ismillayli, N. (2020). A Simple and Sensitive
Optode Sensor Glucose Based on Immobilization Benedict Into Nata Cellulose
Membranes. Jurnal Pijar Mipa, 15(4), 404–407.
https://doi.org/10.29303/jpm.v15i4.1352
Nelson, N. (1944). A photometric adaptation of the Somogyi method for the
determination of glucose. Journal Biol, 153(2), 375–379.
Nurcahyani, E., Aniqotun Mutmainah, N., Farisi, S., & Agustrina, R. (2019).
Analisis Kandungan Karbohidrat Terlarut Total Planlet Buncis (Phaseolus
Vulgaris L.) Menggunakan Metode Fenol-Sulfur Secara in Vitro. Analit:
Analytical and Environmental Chemistry, 4(01), 73–80.
https://doi.org/10.23960/aec.v4.i1.2019.p73-80
Pratiwi, Y. H., Ratnayani, O., & Wirajana, I. N. (2018). Perbandingan Metode Uji
Gula Pereduksi Dalam Penentuan Aktivitas ?-L-Arabinofuranosidase Dengan
Substrat Janur Kelapa (Cocos Nucifera). Jurnal Kimia, 134.
Razak, A. R., Sumarni, N. K., & Rahmat, B. (2012). Optimalisasi Hidrolisis
Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural
Science, 1(1), 119–131.
Suarsa, W. (2017). Hidrolisis Zat Pati Beras Merah Menggunakan Katalis Asam
Klorida. i–40.
Suroso, A. Y. (2002). Ensiklopedia Sains dan Kehidupan. Tarity Samudra Berlian:
Jakarta.
Wahjuni, S. (2013). Metabolisme Biokimia. In Journal of Chemical Information
and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Lampiran 1. Tugas Sebelum Praktikum
1. Berdasarkan gugus fungsi yang dipunyai, sebutkan pembagian karbohidrat!
Jawab:
a. Aldosa merupakan karbhidrat yang memiliki gugus aldehid (-CHO)
b. Ketosa merupakan karbohidrat yang memiliki gugus keton (-CO).
2. Sebutkan kelompok karbohidrat berdasarkan penguraiannya!
Jawab:
a. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana (tidak dapat
diuraikan).
b. Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua molekul monosakarida.
c. Oligosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari 3-10 molekul
monosakarida.
d. Polisakarida adalah karbohidrat terbesar yang terdiri dari banyak monomer
dari monosakarida.
3. Mengapa sukrosa termasuk gula non pereduksi?
Jawab:
Hal ini terjadi karena sukrosa tidak memiliki atom karbon anomer bebas (gugus
aldehid) yang telah digunakan untuk membentuk ikatan antara satu
monosakarida penyusunnya dengan yang lain dari karbon anomer kedua
komponen monosakarida tersebut.
4. Sebutkan contoh-contoh gula pereduksi!
Jawab:
Glukosa, fruktosa, galaktsa, maltosa, dan selulosa.
5. Apa fungsi dari reagen fosfomolibdat?
Jawab:
Reagen atau pereaksi fosfomolibdat berfungsi sebagai pengompleks untuk
memberikan warna yang lebih kuat sehingga larutan uji tersebut dapat diukur
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
6. Tuliskan prinsip kerja spektrofotmeter!
Jawab:
Prinsip kerja spektrofotometer didasari oleh serapan sinar mnokromatis dari
suatu larutan berwarna pada panjang gelombang tertentu.
7. Jelaskan perbedaan antara metode DNS dengan metode Samogi Nelson dan
Lowry.
Jawab:
Metode DNS digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik
kalorimetri, sedangkan metode Samogi Nelson dan Lowry digunakan untuk
menentukan kadar glukosa di dalam darah.
Lampiran 2. Skema Kerja
Kurva Standar
B. Penentuan Gula Reduksi dari Sampel
Sampel
Endapan Merah
Absorban Sampel
𝑛 Ʃxy − Ʃx . Ʃy
𝐵 =
𝑛 Ʃ𝑥 2 − (Ʃ〖x)〗2
6 . (46,02) – (300) . (0,742)
= 6 . (22000)− (300) 2
= 30%
3. Grafik
0.15
0.1
0.05
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)