Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENENTUAN GULA REDUKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Disusun oleh :
Kelompok IV (Empat)
Humaira Faradilla (1510411007)
Rafiqa Meifrila (1510411019)
Rahmi Utami Putri (1510411038)
Marrisa Heris Tofa (1510412009)
Selvi Anasha (1510412040)

Hari / Tanggal Praktikum : Senin / 4 September 2017

Asisten: Etriyanto Arman

LABORATORIUM PENDIDIKAN III


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori


Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida, keton atau senyawa yang
mengasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Nama karbohidrat berasal dari
kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus
empiris yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon hidrat dan
memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap oksigen sebagai 1:2:1.
Sebagai contoh, rumus empiris D-glukosa adalah C6H12O6 yang juga dapat ditulis
sebagai (CH2O)6 atau C6(H2O)6. Walaupun banyak karboidrat yang umum sesuai
dengan rumus empiris (CH2O)n yang lain tidak memperlihatkan nisbah ini dan
beberapa yang lain lagi juga mengandung nitrogen, fosfor atau sulfur.Karbohidrat
adalah sumber energi utama tubuh. Sumber-sumber karbohidrat sangat banyak
seperti beras, jagung, gandum[1].
Karbohidrat merupakan suatu polimer yang tersusun atas monomer-
monomer (satuan gula) yang disatukan dengan ikatan glikosidik. Berdasarkan
jumlah gulanya, karbohidrat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu monosakarida,
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida[1].
a. Monosakarida
Merupakan karbohidrat yang tersusun atas satu monomer (satu molekul
gula). Monosakarida mudah larut dalam air, memiliki rasa manis, dan
merupakan gula yang umum ditemukan pada buah dan madu. Jenis-jenis
monosakarida yang penting adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa[1].

Gambar 1. Monosakarida
b. Disakarida
Merupakan karbohidrat yang tersusun atas 2 monomer (2 molekul gula yang
berikatan). Disakarida mudah larut dalam air, berasa manis, dan merupakan
gula yang paling banyak diproduksi dalam industri.
Sukrosa (gula meja) merupakan disakarida yang digunakan dalam
minuman, dan hampir ada di setiap rumah di Indonesia. Sukrosa tersusun
atas molekul fruktosa dan glukosa yang berikatan dengan ikatan
glikosidik.
Maltosa merupakan disakarida yang umum terdapat pada umbi, tersusun
atas 2 molekul glukosa yang saling berikatan.
Laktosa merupakan gula yang terdapat pada susu, tersusun atas molekul
glukosa dan galaktosa[1].

Gambar 2. Disakarida
c. Oligosakarida
Oligosakarida adalah karbohidrat yang tersusun atas sedikit molekul gula
(umumnya 3 hingga 10 molekul). Gula penyusun oligosakarida dapat
berupa glukosa, fruktosa, maupun galaktosa. Oligosakarida dapat ditemukan
dalam umbi-umbian seperti ubi rambat. Karena sifatnya yang sulit dicerna,
oligosakarida akan menjadi medium pertumbuhan bakteri sehingga banyak
menghasilkan gas-gas yang keluar dalam bentuk kentut. Contoh
oligosakarida adalah rafinosa (3 molekul gula) yang tersusun atas molekul
galaktosa, glukosa, dan fruktosa[1].

Gambar 3. Rafinosa
d. Polisakarida
Merupakan kerbohidrat yang tersusun atas banyak monomer (banyak
molekul gula), dan umumnya tidak berasa manis. Amilum, selulosa, dan
glikogen adalah polisakarida yang umum dalam kehidupan sehari-hari[1].

Gambar 4. Selulosa
Gula reduksi adalah semua gula yang memiliki kemampuan untuk
mereduksi dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Adehid dapat
teroksidasi langsung melalui reaksi redoks. Namun, gugus keton tidak dapat
teroksidasi secara langsung, gugus keton tetapi harus dibah menjadi aldehid
dengan pemindahan tautomerik yang memindahkan gugus karbonil ke bagian
akhir rantai. Monosakarida yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, fruktosa,
gliseraldehid dan galaktosa. Untuk disakarida contohnya adalah laktosa dan
maltosa. Sedangkan yang termasuk gula non reduksi adalah sukrosa. Gula non
reduksi dicirikan dengan tidak adanya struktural rantai terbuka, sehingga tidak
rentan terhadap proses oksidasi reduksi. Pada polimer glukosa seperti amilum dan
turunan amilum (maltodextrin dan dextrin), makromolekulnya dimulai dengan
gula reduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan
aktivitas enzim, dimana semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula
gula reduksi yang dihasilkan. Presentasi gula reduksi di dalam turunan
amilum/pati disebut dengan dextrosa equivalent (DE)[2].
Cara yang digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu
bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi cara fisik, cara ensimatik atau
biokimiawi, dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk
polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu
hidrolisa lebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Bahan dihidrolisa
dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu. Penentuan
monosakarida yang dihasilkan dapat dengan metode oksidasi dengan kupri[3].
Metode Nelson-Somogyi ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula
reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga arseno molibdat. Kupri mula-
mula direduksi menjadi bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro
yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arseno molibdat menjadi
molibdenum berwarna biru yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula dan
membandingkannya dengan larutan standar sehingga konsentrasi gula dalam
sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan
konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya. Metode
Dinitrosalisilat (DNS) digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik
kolorimetri. Teknik ini hanya dapat mendeteksi satu gula pereduksi, misalnya
glukosa[4].
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri
menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis. Sehingga spektrofotometer UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum
UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari
analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer[2].

1.2 Tujuan
1. Menentukan gula reduksi dari sampel.
2. Memahami prinsip spektrofotometri dalam biokimia.
1.3 Manfaat
1. Dapat menentukan gula reduksi dari sampel.
2. Dapat memakai alat spektrofotometri.
3. Dapat memanfaatkan penggunaan spektrofotometri dalam biokimia.
BAB II
METODA PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini ialah tabung reaksi sebagai wadah
untuk mereaksikan zat beserta rak tabung reaksi untuk meltakkan tabung reaksi.
Kemudian juga digunakan labu ukur 10 mL dan 100 mL sebagai wadah untuk
pengenceran larutan, pipet takar 1 mL dan 10 mL untuk memipet larutan,
termometer untuk mengukur suhu, dan gelas piala 250 mL sebagai wadah untuk
memanaskan air. Selain itu, juga ada kuvet yang digunakan sebagai tempat larutan
yang akan diukur serapannya dan Spektrofotometer UV-Vis sebagai alat yang
digunakan untuk mengukur serapan dari masing-masing larutan.

2.1.2 Bahan
Bahan praktikum yang digunakan ialah larutan standar glukosa 1000 ppm sebagai
larutan induk, reagen Nelson sebagai oksidator, akuades sebagai pelarut, reagen
fosfomolibdat sebagi penstabil kompleks dan untuk melarutkan endapan Cu2O,
serta larutan sampel yang merupakan larutan glukosa.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Pembuatan Kurva Standar
1. Dari larutan induk 1000 ppm dibuat larutan glukosa dengan konsentrasi 100
ppm. Kemudian dibuat variasi larutan standar 0, 20, 40, 60, 80, 100 ppm
dari larutan glukosa 100 ppm.
2. Disiapkan 6 tabung reaksi bersih. Ke dalam lima tabung reaksi dimasukkan
masing-masingnya 1 mL standar glukosa dan tabung satunya lagi diisi
aquades blanko.
3. Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 1 mL Reagen Nelson
(Nelson A 25 : Nelson B 1) dan semua tabung dipanaskan dalam penangas
air mendidih selama 20 menit.
4. Diambil semua tabung dan segera didinginkan dalam gelas piala berisi air
dingin sehingga suhu tabung mencapai 25 C.
5. Setelah semua tabung cukup dingin, ditambahkan 1 mL reagen
fosfomolibdat dan dikocok hingga endapan yang terbentuk larut kembali.
6. Setelah endapan larut sempurna, ditambahkan 7 mL aquades dan dikocok
sampai homogen.
7. Sertapan masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm.
8. Dibuat kurva standar yang menunjukkan hubungan konsentrasi glukosa
dengan absorban.

2.2.2 Penentuan Gula Reduksi pada Sampel


1. Diminta larutan sampel pada asisten.
2. Diambil 1 mL larutan sampel tersebut dan ditambahkan 1 mL reagen Nelson
dan selajutnya diperlakukan seperti larutan di atas.
3. Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan serapan larutan sampel
dan kurva standar.
2.3 Skema Kerja
3.2.1 Pembuatan Kurva Standar
Larutan induk glukosa
- dibuat larutan glukosa 100 ppm
- Dibuat larutan standar variasi 0, 20, 40, 60, 80, 100 ppm

Larutan standar glukosa variasi konsentrasi


- dimasukkan 1 mL ke dalam 6 tabung reaksi
- ditambahkan 1 mL reagen Nelson (Nelson A 25 : Nelson B 1)
- dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 20 menit
- didinginkan sampai suhu tabung 25 C
- ditambahkan 1 mL reagen fosfomolibdat dan kocok hingga
endapan yang terbentuk larut kembali
- ditambahkan 7 mL akuades dan dikocok sampai homogen
- diukur absorban pada panjang gelombang 540 nm
- dibuat kurva standar yang menunjukkan hubungan konsentrasi
glukosa dengan absorban
- ditentukan persamaan regresi

Hasil

3.2.2 Penentuan Gula Reduksi Pada Sampel


Larutan sampel

- diambil 1 mL
- ditambahkan 1 mL reagen Nelson
- diperlakukan seperti standar
- ditentukan absorban dan gula reduksi

Hasil
BAB III
HASIL

3.1 Perhitungan
3.1.1 Pembuatan Kurva Standar
Pengenceran Larutan Induk
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1= 100 ppm x 10 mL
V1 = 10 mL
Pembuatan larutan standar 80 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 80 ppm x 10 mL
V1 = 8 mL
Pembuatan larutan standar 60 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 60 ppm x 10 mL
V1 = 6 mL
Pembuatan larutan standar 40 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 40 ppm x 10 mL
V1 = 4 mL
Pembuatan larutan standar 20 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 20 ppm x 10 mL
V1 = 2 mL

Tabel 1. Konsentrasi larutan standar dengan absorban


Konsentrasi (ppm) Absorban
0 0
20 0,099
40 0,151
60 0,230
80 0,306
100 0,367

Menentukan persamaan regresi


X = konsentrasi (ppm)
Y = absorban
Tabel 2. Penentuan regresi
X Y XY X2
0 0,036 0 0
20 0,099 1,98 400
40 0,151 6,04 1600
60 0,230 13,8 3600
80 0,306 24,48 6400
100 0,367 36,7 10000
X = 300 Y = 1,189 XY = 83 X2 = 22000
= 50 = 0,198

n XY - X Y
a=
n X2 - (X)2
(6 x 83)-(300 x 1,189)
a=
(6 x 22000)-(300)2
498-356,7
a=
132000-90000
141,3
a=
42000
a = 0,0034

b= a
b = 0,198 (0,0034 x 50)
b = 0,198 0,17
b = 0,028

Persamaan regresi
y = ax + b y = 0,0034x + 0,028
3.1.2 Penentuan Gula Reduksi pada Sampel

Tabel 3. Sampel dan Absorban


Sampel Absorban
1 0,061
2 0,128

Konsentrasi Sampel 1 Berdasarkan Praktikum


y = 0,0034 x + 0,028 y = 0,061
0,061 = 0,0034 x + 0,028
0,0034 x = 0,061 - 0,028
0,0034 x = 0,061 - 0,028
0,0034 x = 0,033
x = 9,706 ppm

Volume Sampel 1 Berdasarkan Praktikum


M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 9,706 ppm x 10 mL
V1 = 0,9706 mL volume sebenarnya = 1 mL

volume praktikum
Rendemen = x 100%
volume sebenarnya
0,9706 mL
= x 100%
1 mL
= 97,06 %

Konsentrasi Sampel 2 Berdasarkan Praktikum


y = 0,0034 x + 0,028 y = 0,128
0,128 = 0,0034 x + 0,028
0,0034 x = 0,128 - 0,028
0,0034 x = 0,128 - 0,028
0,0034 x = 0,100
x = 29,41 ppm
Volume Sampel 2 Berdasarkan Praktikum
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 29,41 ppm x 10 mL
V1 = 2,941 mL volume sebenarnya = 3 mL

volume praktikum
Rendemen = x 100%
volume sebenarnya
2,941 mL
= x 100%
3 mL
= 98,03 %
3.2 Grafik

Grafik Hubungan Absorban dengan


Konsentrasi Larutan Standar
0.40
0.35
0.30
y = 0,0034x + 0,03
absorban

0.25 R = 0,9966
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 20 40 60 80 100 120
konsentrasi (ppm)
.BAB IV
DISKUSI
4.1 Pengamatan Langkah Kerja
Gambar
No. Langkah Kerja Pengamatan Analisa Pengamatan
Pengamatan
1. Larutan induk glukosa 1000 Terdapat berbagai variasi Pengenceran dilakukan untuk
ppm diambil 10 mL dan volume dari glukosa dengan memperkecil konsentrasi karena alat
diencerkan dalam labu 100 jumlahnya 6 macam. spektrofotometer dapat menganalisis
mL. Dari larutan 100 ppm larutan dengan konsentrasi rendah. Selain
dibuat larutan standar glukosa itu, pengenceran juga berfungsi untuk
dengan variasi 0, 20, 40, 60, variasi pada larutan standar.
80, 100 ppm dalam labu 10
mL.
2. Disiapkan 6 tabung reaksi, 5 Tabung reaksi berisi larutan Pemasukkan larutan ke tabung reaksi
tabung reaksi dengan konsentrasi berbeda berfungsi untuk mereaksikan larutan
dimasukkanmasing-masing 1 glukosa dengan zat lainnya. 6 tabung
mL standar glukosa. Tabung reaksi yang berisi larutan berbeda
yang lain diisi dengan akuades. menunjukkan variasi larutan standar yang
akan digunakan.
3. Dipipet nelson A sebanyak Nelson A tidak berwarna, Fungsi penambahan reagen nelson A yaitu
12,5 mL dan Nelson B Nelson B berwarna biru. sebagai oksidator dan Nelson B sebagai
sebanyak 0,5 mL, lalu Campuran Nelson a dan pengompleks. Nelson A tidak bisa bekerja
dicampurkan dalam gelas piala Nelson B ialah larutan sendiri, untuk itu dicampur dengan Nelson
dan diaduk. Kemudian berwarna biru. Saat reagen B. Endapan merah bata yang terbentuk
campuran nelson A dan nelson Nelson ditambahkan ke merupakan Cu2O. Pada langkah ini terjadi
B ditambahkan ke dalam larutan glukosa, larutan proses reduksi oleh reagen Nelson yang
masing-masing tabung reaksi menjadi biru dan terdapat menyebabkan warna larutan berubah
sebanyak 1 mL. adanya endapan merah bata. menjadi biru.
4. Tabung tersebut dipanaskan Larutan tersebut di panaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk
dalam penangas air mendidih mempercepat reaksi proses reduksi kupri
selama 20 menit. Setelah itu oksida menjadi kupro oksida. Lalu larutan
didinginkan dalam ice batch didinginkan sampai 25C supaya reaksi
sehingga suhu tabung 25 C. berjalan stabil, karena apabila terlalu
panas kemungkinan akan ada komponen
senyawa yang rusak atau habis menguap.
5. Masing-masing tabung reaksi Larutan berubah warna Penambahan fosfomolibdat ini adalah
di tambahkan 1 mL reagen menjadi lebih pekat dan untuk menstabilkan kompleks dan
fosfomolibdat dan dikocok endapan hilang memberi warna larutan tersebut agar bisa
hingga larut. dianalisis dengan cara spektrofotometri.
Selain itu, fosfomolibdat juga berfungsi
sebagai pelarut dari endapan Cu2O yang
telah terbentuk.

6. Setelah endapan larut Larutan berwarna agak Tujuan penambahan akuades adalah untuk
sempurna di tambahkan 7 mL terang mempermudah dalam pengukuran oleh
akuades dan dikocok juga spektrofotometer.

7. Diukur serapan masing-masing Didapatkan absorban masing- Panjang gelombang 540 nm merupakan
larutan dengan panjang masing larutan. panjang gelombang maksimum. Nilai
gelombang 540 nm dengan 0 ppm = 0,036 absorban berbanding lurus dengan
menggunakan 20 ppm = 0,099 konsentrasi karena semakin tinggi
spektrofotometer. 40 ppm = 0,151 konsentrasi maka sinar yang diserap
60 ppm = 0,230 larutan semakiin banyak. Nilai Absorabn
80 ppm = 0,306 juga menunjukkan ukuran banyaknya gula
100 ppm =0,367 reduksi dalam larutan.
4.1 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar gula reduksi secara
spektrofotometri. Gula reduksi yang digunakan pada percobaan ini yaitu glukosa.
Pengenceran larutan gula reduksi bertujuan untuk menurunkan konsentrasi larutan
karena alat spektrofotometer melakukan pengukuran serapan sinar pada
konsentrasi rendah, konsentrasi yang terlalu tinggi menyebabkan terjadinya
gangguan pada sinar yang digunakan pada saat pengukuran dengan
spektrofotometer.
Reagen Nelson A berfungsi sebagai oksidator sedangkan Nelson B
berfungsi sebagai pengompleks. Nelson A dan Nelson B dicampur terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam larutan glukosa agar reaksi yang terbentuk lebih
sempurna.Campuran Nelson A dan Nelson B menghasilkan larutan berwarna biru
karena Nelson B mengandung Cu2+ (berwarna biru). Berdasarkan hasil percobaan,
pada saat penambahan reagen nelson, terlihat adanya endapan pada dasar tabung
reaksi. Endapan tersebut berwarna ialah Cu2O yang berwarna merah bata. Adanya
endapan merah tersebut membuktikan bahwa gula yang digunakan merupakan
gula reduksi. Karena gula reduksi dapat mereduksi senyawa pengoksidasi
(CuSO4) menjadi endapan berwarna merah bata (Cu2O).
C6H12O6 + 2CuSO4 Cu2O + C5H11O5COOH
Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui, logam Cu mengalami reduksi dimana
bilangan biloksnya berubah dari +2 menjadi +1 dan Glukosa mengalami oksidasi
menjadi asam karboksilat.
Reagen fosfomolibdat berfungsi sebagai penstabil kompleks dan pemberian
warna larutan sehingga larutan yang dihasilkan dapat digunakan untuk analisis
spektrofotometri. Selain itu, reagen fosfomolibdat juga berfungsi sebagai pelarut
endapan Cu2O yang telah terbentuk dan endapan berubah menjadi larutan biru tua
disebabkan adanya oksidasi Mo. Absorban larutan diukur dengan
spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 540 nm karena panjang
gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum. Endapan merah
bata pada larutan standar glukosa dan larutan sampel hilang setelah penambahan
reagen fosfomolibdat. Hal ini disebabkan, larutan tersebut tereduksi kembali
menjadi glukosa.
Berdasarkan hasil percobaan, intensitas warna larutan menjadi lebih pekat
dengan bertambahnya konsentrasi larutan. Serta nilai absorban yang didapatkan
untuk larutan standar glukosa juga bertambah dengan naiknya konsentrasi larutan.
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak
cahaya yang diserap daripada yang diteruskan oleh larutan (Hukum Lambert-
beer). Intensitas warna larutan menunjukan ukuran banyaknya gula yang ada di
dalam filtrat. Hal ini sesuai dengan kepekatan warna biru, karena semakin
pekatnya warna akan meningkatkan daya serap. Sehingga, semakin tinggi kadar
gula reduksi maka semakin pekat intensitas warna biru larutan.
Persamaan regresi untuk larutan standar glukosa yang didapatkan adalah y =
0,0034 x + 0,028 dan koefisien determinasi (R2) pada grafik 1 sebesar 0,9966.
Dari persamaan regresi tersebut, konsentrasi sampel glukosa 1 dan 2 yang
didapatkan adalah 9,706 ppm dan 29,41 ppm. Berdasarkan hal tersebut, rendemen
pada percobaan ini adalah 97,06% untuk sampel 1 dan 98,03% untuk sampel 2.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1. Glukosa merupakan gula reduksi karena glukosa mempunyai atom C anomer
bebas yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi, dalam hal ini logam Cu.
2. Semakin besar konsentrasi glukosa, warna larutan akan semakin biru akibat
ditambahkannya fosfomolibdat.
3. Nilai absorban meningkat seiring dengan besarnya konsentrasi glukosa.
4. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi redoks.
5. Persamaan regresi yang diperoleh ialah y = 0,0034 x + 0,028

5.2 Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan disarankan kepada praktikkan agar :
1. Sebaiknya, teliti dalam melihat tanda batas saat pengenceran
2. Teliti saat pengukuran serapan dengan spektrofotometer
3. Sebaiknya, diusahakan agar pipet selalu bersih saat masuk ke alat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak,


dan Protein. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

[2] Team Laboratorium Kimia UMM. 2008. Penuntun Praktikum Biokimia


Biologi.Malang: Laboratorium Kimia UMM.

[3] Winarno, F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

[4] Fachriyah, Enny dan Ismiyarto. 2012. Stereokimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lampiran 1. Tugas

1. Berdasarkan gugus yang dipunyai,sebutkan pembagian karbohidrat!


Jawab:
Aldosa : Karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid
Ketosa : Karbohidrat yang mempunyai gugus keton

2. Sebutkan kelompok karbohidrat berdasarkan penguraiannya!


Jawab:
Monosakarida atau gula sederhana adalah karbohidrat yang tidak dapat
diuraikan lagi.
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang dapat diuraikan menjadi dua
monosakarida.
Polisakarida merupakan karbohidrat rantai panjang yang mempunyai ratusan
atau ribuan unit monosakarida.

3. Mengapa sukrosa termasuk gula nonpereduksi?


Jawab:
Karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon anomer bebas (gugus aldehid),
disebabkan karbon anomer kedua komponen unit monosakarida pada sukrosa
berikatan satu sama lainnya.

4. Sebutkan contoh-contoh gula pereduksi!


Jawab:
Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, selulosa, gliseraldehid.

5. Apa fungsi reagen fosfomolibdat?


Jawab:
Reagen fosfomolibdat berfungsi sebagai reagen pengompleks atau pewarna
yang dapat memberikan warna pada larutan sehingga dapat diukur dengan
spektrofometer.

6. Tuliskan prinsip kerja spektrofotometri!


Jawab:
Prinsip kerja metode spektrofotometri adalah pengukuran berdasarkan serapan
sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang gelombang
tertentu.
7. Jelaskan perbedaan metoda DNS dengan Somogi Nelson dan Lowry!
Jawab:
a. Metoda DNS
Metode ini digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik
kolorimetri. Teknik ini hanya dapat mendeteksi satu gula pereduksi,
misalnya glukosa. Glukosa memiliki gugus aldehida, sehingga dapat
dioksidasi menjadi gugus karboksil. Gugus aldehida yang dimiliki oleh
glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus
karboksil dan menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa
dengan suhu 90-100oC. Senyawa ini dapat dideteksi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.

b. Metoda Somogi Nelson dan Lowry


Metode ini digunakan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah.
Protein diendapkan dengan ZnSO4 dan Ba(OH)2. Kupri oksida dioksidasi
oleh larutan tembaga alkali dengan membentuk kupro oksida (CuO),
kemudian kupro oksida ini dioksidasi kembali dengan asam arsen molibdat
yang akan membentuk warna biru arsenomolibdat.

Anda mungkin juga menyukai