Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

PENENTUAN KADAR PROTEIN

NAMA

: BAHRUN

NIM

: H311 14 305

KELOMPOK

: III (TIGA)

HARI/ TGL. PERCOBAAN : SELASA/ 19 APRIL 2016


ASISTEN

: RESKY DWI CAHYATI

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan pusat dari reaksi-reaksi biologis. Protein berfungsi sebagai
enzim yang mengkatalis berbagai reaksi kimia secara kolektif. Protein juga berfungsi
sebagai regulator, baik secara langsung sebagai enzim dan bertindak secara tidak
langsung yang dikenal sebagai hormon serta reseptor untuk hormon tersebut. Selain
itu, protein juga bertindak sebagai pengangkut dan penyimpan komponen biologis
seperti ion logam, O2, glukosa, lipid, dan molekul lain (Voet dan Voet, 2011).
Protein merupakan polimer dari asam-asam amino yang terhubung melalui
ikatan peptida, oleh karenanya dapat juga disebut polipeptida. Protein mempunyai
peranan biologis yang sangat penting karena protein merupakan instrumen molekuler
yang menyampaikan informasi genetik. Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki lemak atau karbohidrat
(Hart, dkk., 2003).
Salah satu analisis kuantitatif yang cukup penting adalah penentuan kadar
protein. Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung
pada jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode yang paling
umum digunakan adalah metode Kjeldahl, Lowry, dan Biuret. Berdasarkan fakta
mengenai pentingnya peranan protein dan pengetahuan tentang analisis kadar
protein, maka perlu dilakukan percobaan ini untuk mengetahui penentuan kadar
protein melalui salah satu metode yaitu metode Lowry.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kadar protein dalam suatu sampel dengan menggunakan metode Lowry.

1.2.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar protein dalam
suatu sampel melalui metode Lowry dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis.

1.3 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan ini adalah penentuan kadar protein melalui reaksi antara
Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat
oleh tirosin dan triptofan (merupakan residu protein) dan akan menghasilkan warna
biru. Intensitas warna diukur pada panjang gelombang maksimum dengan
spektrofotometer UV-Vis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Protein
Protein adalah polimer biologi yang tersusun dari molekul-molekul kecil yang
dinamakan asam amino. Rentang massa molekulnya 6000 sampai puluhan ribu,
sehingga protein merupakan molekul yang sangat besar. Selain tersusun dari asam
amino, protein juga banyak mengandung komponen lain seperti ion logam, misalnya
Fe2+, Zn2+, Cu2+, Mg2+, atau mengandung molekul organik kompleks, biasanya
turunan dari vitamin (Sunarya, 2012). Protein merupakan salah satu senyawa
pendukung utama dalam kehidupan biologis suatu organisme. Oleh karena itu,
protein harus tersedia dalam pangan. Kualitas protein pangan tergantung pada
kandungan asam amino esensial (Sumarno, dkk., 2002).
Protein adalah suatu peptida yang tersusun dari sedikitnya 50 residu asam
amino. Lebih dari satu rantai peptida dapat ditemukan dalam suatu struktur protein.
Atas dasar ini, protein diklasifikasikan sebagai protein monomer dan protein
multimerik. Protein monomer adalah protein yang hanya memiliki satu rantai
peptida. Sedangkan protein multimerik adalah protein yang memiliki lebih dari satu
rantai peptida. Berdasarkan komposisi kimianya, protein diklasifikasikan sebagai
protein sederhana dan protein kompleks (Stoker, 2007). Beberapa protein terdiri dari
rantai polipeptida tunggal, namun adapula yang memiliki dua atau lebih polipeptida
terkait yang disebut protein multisubunit. Rantai tunggal polipeptida dalam protein
multisubunit mungkin sama atau berbeda. Jika setidaknya dua adalah identik protein
dikatakan oligomer dan jika unit identik (yang terdiri dari satu atau lebih polipeptida
rantai) disebut sebagai protomers (Nelson dan Cox, 2008).

Molekul protein dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tingkatan struktur.


Struktur protein primer adalah rangkaian urutan asam amino yang tersusun secara
linear dalam rantai ikatan peptida. Struktur protein sekunder menggambarkan
konformasi biasa yang diasumsikan oleh segmen tulang belakang protein. Dengan
kata lain, protein sekunder menjelaskan bagaimana daerah lokal tulang belakang
protein tersebut terlipat. Struktur protein tersier menggambarkan struktur tiga
dimensi dari seluruh polipeptida. Jika suatu protein memiliki lebih dari satu rantai
polipeptida, maka protein itu disebut protein kuartener (Bruice, 2006). Menurut
Nelson dan Cox (2008), contoh struktur primer protein adalah sebagai berikut:
R2

R3

H3N C C N
H O H

C
H

C
O

Gambar 1. Struktur primer protein (Nelson dan Cox, 2008).

Protein yang ditemukan kadang-kadang berkonjungasi dengan makromolekul


atau mikromolekul seperti lipid, polisakarida, dan fosfat. Protein terkonjugasi yang
dikenal

antara lain

flavoprotein,

dan

nukleoprotein,

glikoprotein.

fosfoprotein,

Protein

yang

metaloprotein,

diperlukan

lipoprotein,

organisme

dapat

diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, yakni protein sederhana, yaitu protein
yang apabila terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino dan kedua protein
terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis tidak hanya menghasilkan asam
amino, tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun komponen anorganik,
yang disebut gugus prosthetic (Sumarno, dkk., 2002).
Pengujian kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode Lowry.
Metode Lowry merupakan uji protein secara kuantitatif modern, yaitu dengan
spektrofotometer visible. Metode ini digunakan untuk menguji kadar protein terlarut

atau protein yang dapat diserap oleh tubuh. Dalam metode Lowry dikenal dua reagen
yaitu reagen Lowry A dan reagen Lowry B. Sebelum dilakukan analisis, terlebih
dahulu dilakukan pengenceran terhadap sampel supaya masuk dalam rangen standard
protein yang telah dibuat sebelumnya (Lestari, 2015).
Metode Lowry-Folin dapat juga menentukan protein rantai pendek
(oligopeptida) dan asam amino. Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+ dari
CuSO4 (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein yang
terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfomolibdat dan fosfotungstat
yang terkandung dalam reagen Folin membentuk warna biru yang dapat dianalisis
oleh spektrofotometer (Septiani, dkk., 2004). Keuntungan metode Lowry adalah
lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein
lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0,01 mg/mL. Namun
metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Purwanto, 2014).

2.2 Spektrofotometer UV-Vis


Penentuan kadar protein yang banyak digunakan dalam beberapa bidang,
seperti analisis klinis, makanan ilmu pengetahuan, teknologi pangan, biokimia,
fisiologi, penelitian medis, ekologi serta dibanyak bidang lain. Meskipun beberapa
metode menggunakan alat analisis yang berbeda (spektrofotometri, kromatografi,
dan polarografi) yang dikembangkan untuk penentuan kadar protein, namun metode
spektrofotometri UVVis adalah metode yang banyak digunakan (Zaia, dkk., 2005).
Spektroskopi adalah teknik yang mengukur interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik. Cahaya pada daerah ultraviolet dan visibel memiliki jangkauan
energi spektrum elektromagnetik sekitar 150-400 kJ mol-1. Energi cahaya yang
digunakan untuk mempromosikan elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi.

Sebuah spektrum diperoleh ketika penyerapan cahaya diukur sebagai fungsi dari
frekuensi atau panjang gelombang. Molekul dengan elektron dalam sistem aromatik
terdelokalisasi sering menyerap cahaya pada daerah UV (150-400 nm) atau daerah
visibel (400-800 nm) (Schmid, 2001). Spektrofotometri adalah teknik analisis
sederhana, cepat, spesifik, dan berlaku untuk senyawa dalam jumlah kecil. Hukum
dasar

yang

mengatur

analisis

kuantitatif

spektrofotometri

adalah

hukum

Lambert-Beer (Behera, dkk., 2012).


Spektrofotometer adalah peralatan laboratorium standar. Bergantung pada
daerah spektum yang akan dieksplorasi, spektrofotometer ada yang dirancang hanya
memiliki sumber cahaya tampak saja dan ada yang dirancang memiliki sumber
cahaya tampak dan ultraviolet. Untuk spektrometer Vis, sumber cahaya yang
digunakan biasnya adalah lampu tungsten halogen. Spektrometer UV-Vis
menggunakan kombinasi lampu tungsten halogen dan lampu deuterium. Pada
beberapa model spektrofotomer digunakan lampu Xenon. Meski spektrofotomer
dengan lampu Xenon hanya bisa mengkonversi sebagian daerah UV ( > 300 nm),
tetapi spektrofotometer ini menawarkan nilai ekonomis yang lebih baik karena lampu
Xenon relatif lebih awet dan lebih murah

(Wahab dan Nafie, 2014). Setelah

melewati monokromator (atau melalui filter optik) lampu difokuskan ke dalam kuvet
dan jumlah cahaya yang melewati melalui sampel terdeteksi oleh photomultiplier
atau fotodioda (Schmid, 2001).
Di dalam analisis UV dengan menggunakan spektrometer yang bekerja atas
prinsip double beam, adanya penyerapan yang disebabkan oleh pelarut akan terhapus
pada detektor. Meskipun pelarut tidak mengandung kromofor, pelarut akan menyerap
100 % seefektif dengan contoh pada panjang gelombang tertentu dan umumnya pada
daerah ujung bawah UV (Firdaus, 2011).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan sampel,
larutan standar (0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10; 0,12) M, larutan Follin Clocalteus,
larutan induk BSA 1 mg/mL, blanko, larutan CuSO4.5H2O 1 %, Na2CO3 2 % dalam
NaOH 0,1 N, larutan Na-K-Tartrat 2 %, tissue roll, kertas label, dan akuades.

3.2 Alat Percobaan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: rak tabung reaksi,
tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL, pipet skala 0,2 mL, pipet
tetes, pipet skala 2 mL, pipet skala 1 mL, pipet skala 5 mL, pipet skala 25 mL, bulb,
labu semprot, vortex, dan spektrofotometer 20D+.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Larutan Induk
Pada percobaan ini tidak dilakukan pembuatan larutan induk, karena larutan
induk BSA telah tersedia di laboratorium.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar


Larutan standar dibuat dengan cara melakukan pengenceran terhadap larutan
induk BSA. Terlebih dahulu dihitung banyaknya volume akuades yang ingin
ditambahkan dan volume yang ingin dipipet yang telah diketahui konsentrasinyaserta
volume totalnya. Setelah diketahui, disediakan 6 buah tabung reaksi yang bersih dan
kering. Kemudian dengan menggunakan pipet skala 0,2 mL larutan induk dipipet

sesuai dengan volume yang telah dihitung masing-masing dengan konsentrasinya.


Setelah itu, ditambahkan akuades sesuai dengan volume yang telah dihitung seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Pembuatan Larutan Standar
Konsentrasi
Volume Larutan

Volume Akuades

Volume Total

(mg/mL)

Induk (mL)

(mL)

(mL)

0,02

0,04

1,96

2,00

0,04

0,08

1,92

2,00

0,06

0,12

1,88

2,00

0,08

0,16

1,84

2,00

0,10

0,20

1,80

2,00

0,12

0,24

1,76

2,00

3.3.3 Pembuatan Pereaksi


3.3.3.1 Pereaksi Lowry A
Pada pembuatan pereaksi Lowry A yakni dengan pencampuran antara
follin-clocalteus dengan akuades dengan perbandingan 1:1, dimana diambil larutan
follin-clocalteus sebanyak 2 mL dan akuades sebanyak 2 mL kemudian larutan
tersebut dihomogenkan.

3.3.3.2 Pereaksi Lowry B


Pada pembuatan pereaksi Lowry B yakni dengan pencampuran antara
Na2CO3 2 % dalam NaOH 0,1 N, CuSO4.5H2O 1 %, dan Na-K-tartrat 2 % dengan
perbandingan 100:1:1, yaitu diambil larutan Na2CO3 dalam NaOH 0,1 N sebanyak
25 mL, CuSO4.5H2O 1 % sebanyak 0,25 mL dan Na-K-tartrat 2 % sebanyak
0,25 mL kemudian dihomogenkan.

3.3.4 Preparasi Sampel


Larutan sampel dilakukkan dengan pengenceran 100 kali, yaitu dengan
memipet sampel sebanyak 0,02 mL, lalu diencerkan dengan akuades sebanyak
1,98 mL sehingga volume total larutan adalah 2 mL. Kemudian dihomogenkan.

3.3.5 Penentuan Kadar Protein


Disiapkan 8 buah tabung reaksi kemudian dipipet masing-masing 2 mL
larutan sampel, larutan standar 0,02 mg/mL; 0,04 mg/mL; 0,06 mg/mL;
0,08 mg/mL; 0,1 mg/mL, 0,12 mg/mL, dan blanko. Kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Pada Tiap tabung reaksi, ditambahkan 2,75 mL pereaksi Lowry B,
lalu dikocok

dan didiamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Kemudian

ditambahkan pereaksi Lowry A sebanyak 0,25 mL, lalu dikocok dan didiamkan
selama 30 menit pada suhu kamar, lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektronik 20D+ pada panjang gelombang maksimum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Pada percobaan ini digunakan spektrofotometer untuk menentukan kadar
protein yaitu dengan cara mengukur absorbansinya. Sebelum mengukur absorban
dari masing-masing larutan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang
gelombang maksimum. Konsentrasi yang digunakan untuk menentukan panjang
gelombang maksimum adalah 0,06 mg/mL. Data panjang gelombang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Data Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
(nm)
Absorban
640

0,249

645

0,251

650

0,249

Grafik 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


0.2515
0.251

Absorban

0.2505
0.25
0.2495
0.249
0.2485
638

640

642

644

646

648

650

652

Panjang gelombang (nm)


Selanjutnya dengan menggunakan nilai panjang gelombang maksimum ini,

dapat dilakukan pengukuran absorban masing-masing larutan. Berikut ini adalah


hasil pengukuran absorban pada larutan:
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein
Konsentrasi (mg/mL)
Absorban
0,02

0,135

0,04

0,191

0,06

0,256

0,08

0,376

0,10

0,436

0,12

0,470

Sampel

0,321

Blanko

Grafik 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein


0.6

y = 3,6143x + 0,0577
R = 0,9777

Absorban

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Konsentrasi
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh persamaan y = 3,6143x + 0,0577.
Data absorbansi yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan standar
y = 3,6143x + 0,0577. Nilai y menyatakan absorbansi sampel dan x menyatakan
konsentrasi protein.

Diketahui : y = 0,321
0,321

= 3,6143x + 0,0577

3,6143x = 0,2633
0,2633
3,6143

= 0,0728 mg/mL

Selanjutnya dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga didapatkan:


Kadar protein = 0,0728 mg/mL x 100
= 7,280 mg/mL

4.2 Reaksi
O

O
2NH2

CH

NH

CH

CH

H
N

CH

O
2NH2

NH

CH

CH

H
N

CH

OH

CuSO4

O
H
N

CH

OH

R
Cu2+

O
C

OH

2NaOH

O
NH

OH

Na2SO4 + H2O

O
CH
R

N
H

CH
R

NH

O
NH

CH

H
N

CH

R
Cu2+

+ Na2SO4 + H2O +

O
OH

CH

N
H

CH

R
O
H2N CH C OH
CH2

Fosfomolibdat

Fosfotungstat

OH

8
O
CH

O
O

HN

CH

OH

R
Cu2+

+ Na2SO4 + 4[WO2)2(WO4)] +

O
OH

NH

[P(W3O10)4]3- + [P(Mo3O10)4]3- + 2H+ +

NH

OH

CH

NH

Tungsten
CH

NH

R
O

4[MoO2)2(MoO4)] + 2HPO42-+ 9H2O +

H2N CH C OH
CH2

Molibdenum
8

4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar protein dengan metode
Lowry.

Pada

metode

Lowry,

konsentrasi

protein

yang

diukur

dengan

spektrofotometer 20D+. Dalam Penentuan kadar protein ini didasarkan pada reaksi

protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan


memberikan warna biru yang mana intensitas dari warnanya bergantung pada
konsentrasi dari protein tersebut. Berdasarkan hal inilah sehingga kita dapat
mengukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer. Pada percobaan ini
dilakukan tiga persiapan yang penting sebelum diukur, yaitu mempersiapkan larutan
induk, larutan standar, dan larutan sampel.
Larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,02 mg/mL;
0,04 mg/mL, 0,06 mg/mL, 0,08 mg/mL, 0,10 mg/mL, dan 0,12 mg/mL. Dalam
pembuatan larutan sampel, dilakukan pengenceran dengan faktor pengenceran
sebesar 100 kali agar tidak terlalu pekat sehingga dapat terbaca absorbansinya
menggunakan spektrofotometer 20D+.
Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan
reduksi asam fosfomolibdat asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan (merupakan
residu protein) akan menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk terutama dari
hasil fosfomolibdat dan fosfotungstat. Oleh karena itu, warna yang terbentuk
tergantung dari tirosin dan triptofan yang terdapat dalam protein.
Larutan Lowry yang digunakan pada percobaan ini ada dua macam yaitu
Lowry A dan Lowry B. Pada pembuatan pereaksi Lowry A digunakan larutan
follin-clocalteus

yang

diencerkan

dengan

menggunakan

akuades

dengan

perbandingan 1:1. Asam fosfotungstat-fosfomolibdat berfungsi dalam pemberian


warna biru pada larutan yang intensitas warnanya bergantung pada konsentrasi dari
proteinnya. Sedangkan pada permbuatan pereaksi Lowry B yaitu dengan
pencampuran antara Na2CO3 2 % dalam NaOH 0,1 N, CuSO4.5H2O 1 %, dan
Na-K-tartrat 2 % dengan perbandingan 100:1:1. Bahan-bahan dalam pereaksi
Lowry B memiliki fungsi yang berbeda-beda, yaitu CuSO4 berfungsi mereduksi

fosfomolibdat dan fosfotungstat, Na-K-Tartrat berfungsi mencegah terjadinya


pengendapan kupro oksida dalam reagen lowry B, sedangkan Na2CO3 digunakan
sebagai garam yang mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa bersama dengan
NaOH.
Setelah
ditambahkan

mempersiapkan

pada

bahan-bahan,

masing-masing

larutan

kemudian

sebanyak

reagen

2,75

mL,

Lowry

kemudian

dihomogenkan agar bercampur dengan baik dan didiamkan selama 15 menit agar
reaksinya berjalan dengan sempurna. Setelah itu, ditambahkan reagen Lowry A pada
masing-masing larutan sebanyak 0,25 mL, dihomogenkan dan didiamkan selama
30 menit pada suhu kamar. Hal ini dilakukan agar reaksi berjalan dengan sempurna.
Larutan Lowry B terlebih dahulu dimasukkan agar larutan CuSO4 siap untuk
mereduksi asam fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat pada Lowry A. Asam
fosfotungstat-fosfomolibdat inilah yang memberikan warna biru pada larutan ini.
Setelah itu diukur dengan menggunakan spektrometer 20D+ dengan panjang
gelombang maksimum (645 nm) yang ditujukan untuk mengetahui absorban dengan
menggunakan spektrometer 20D+.

Pada penentuan kadar protein digunakan

perbandingan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansi, sehingga


didapatkan konsentrasi sampel yaitu 7,280 mg/mL dengan nilai panjang gelombang
maksimum yaitu 645 nm.
Dari hasil percobaan yang diperoleh berdasarkan metode Lowry dengan
menggunakan alat spektrometer 20D+, dapat diketahui bahwa semakin tinggi
konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbannya, hal ini dikarenakan
konsentrasi dan nilai absorbansi berbanding lurus.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
protein yang terkandung dalam larutan sampel menggunakan merode Lowry adalah
7,280 mg/mL.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Praktikum
Disarankan untuk menggunakan metode selain metode Lowry. Dalam
penentuan kadar protein untuk menambah wawasan mahasiswa.

5.2.2 Saran untuk Laboratorium


Disarankan untuk melengkapi alat percobaan sehingga praktikum dapat
berjalan lancar.

5.2.3 Saran untuk Asisten


Asisten telah baik menjelaskan dan menuntun jalannya praktikum,
diharapkan kinerja asisten bertahan.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 22 April 2016


Asisten

RESKY DWI CAHYATI

Praktikan

BAHRUN

DAFTAR PUSTAKA

Behera, S., Ghanty, S., Ahmad, F., Santra, S., dan Banerjee, S., 2012, UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of,
Paracetamol Tablet Formulation, Analytical & Bioanalytical Techniques,
3(6): 1-6.
Bruice, P. Y., 2002, Organic Chemistry Fourth Edition, Pearson Prentice Hall,
United States of America.
Firdaus, 2011, Teknik dalam Laboratorium Kimia Organik, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Lesrati, M., 2015, Uji Kadar Protein dan Asam Total Dadih Susu Kambing
Etawa dengan Variasi Penutup dan Lama Fermentasi yang Berbeda, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Nelson, D. L., dan Cox, M. M., 2008, Principlesof Biochemistry Fifth Edition, W H
Freeman and Company, New York.
Purwanto, M. G. M., 2014, Perbandingan Analisa Kadar Protein Terlarut dengan
Berbagai Metode Spektroskopi UV-Visible, Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi,
7(2): 1-71.
Schmid, F. X., 2001, Biological Macromolecules: UV-Visible Spectrophotometry,
Encyclopedia Of Life Sciences, Macmillan Publishers Ltd, Germany.
Septiani, Y., Purwoko, T., dan Pangastuti, A., 2004, Kadar Karbohidrat, Lemak, dan
Protein pada Kecap dari Tempe, Bioteknologi, 1(2): 48-53.
Stoker, H. S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry Fourth Edition,
Houghton Mifflin Company, Boston.
Sumarno, Noegrohati, S., Narsito, dan Falah, I. I., 2002, Estimasi Kadar Protein
dalam Bahan Pangan Melalui Analisis Nitrogen Total dan Analisis Asam
Amino, Majalah Farmasi Indonesia, 13(1): 3443.
Sunarya, Y., 2012, Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini,
Yrama Widya, Bandung.
Voet, D., dan Voet, J. G., 2004, Biochemistry 4th Edition, J. Wiley and Sons,
Canada.
Wahab, A. W., dan Nafie, N. L., 2014 Metode Pemisahan dan Pengukuran 2
(Elektrometri dan Spektrofotometri), LKPP Unhas, Makassar.

Zaia, D. A. M., Marques, F. R., dan Zaia, C. T. B. V., 2005, Spectrophotometric


Determination of Total Proteins in Blood Plasma: A Comparative Study
Among Dye-Binding Methods, Brazilian Archives of Biology and
Technology, 48(3): 385-388.

Lampiran 1. Bagan Kerja


A. Pembuatan Larutan Induk 1 mg/mL
BSA
- Ditimbang BSA sebanyak 0,01 mg.
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
- Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur sampai batas tanda
- Dihomogenkan
Hasil

B. Pembuatan Larutan Standar


1.

Konsentrasi 0,02 mg/mL


Larutan Induk
-

Dipipet sebanyak 0,04 mL

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,96 mL

Dihomogenkan

Hasil

2.

Konsentrsi 0,04 mg/mL


Larutan Induk
- Dipipet sebanyak 0,08 mL
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan akuades sebanyak 1,92 mL
- Dihomogenkan
Hasil

3.

Konsentrasi 0,06 mg/mL


Larutan Induk
- Dipipet sebanyak 0,12 mL
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan akuades sebanyak 1,88 mL
- Dihomogenkan
Hasil

4.

Konsentrasi 0,08 mg/mL


Larutan Induk
-

Dipipet sebanyak 0,16 mL

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,84 mL

Dihomogenkan

Hasil

5.

Konsentrasi 0,10 mg/mL


Larutan Induk

Hasil

Dipipet sebanyak 0,2 mL

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,80 mL

Dihomogenkan

6.

Konsentrasi 0,12 mg/mL


Larutan Induk
- Dipipet sebanyak 0,24 mL
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan akuades sebanyak 1,76 mL
- Dihomogenkan
Hasil

C. Preparasi Sampel
Larutan sampel
-

Dipipet sebanyak 0,04 mL

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan aquades sebanyak 1,98 mL

Dihomogenkan

Hasil

D. Pembuatan Pereaksi
1. Pereaksi Lowry A
Larutan Follin Clocalteus

Akuades

- Dipipet sebanyak 2 mL

Hasil

- Dipipet sebanyak 2 mL

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan

2.

Pereaksi Lowry B

Na2CO3 dalam
NaOH 0,1 N

Dipipet

CuSO4.5H2O 1 %

sebanyak

Na-K-Tartrat 2 %
- Dipipet

Dipipet sebanyak

0,25 mL

0,25 mL

0,25 mL
-

Dimasukkan

sebanyak

ke

dalam

gelas

kimia

25 mL
-

Dihomogenkan

Hasil

E. Penentuan Kadar Protein Sampel


2 mL Larutan standar

2 mL Sampel

Ditambahkan 2,75 mL larutan Lowry B, dikocok

Didiamkan selama 15 menit

Ditambahkan 0,25 mL reagen Lowry A, dikocok

Didiamkan selama 30 menit

Diukur dengan menggunakan spektrometer 20D+


pada maks

Data

2 mL Blanko

Lampiran 2. Perhitungan
1. Perhitungan Larutan Standar
Pembutan larutan standar ini didasarkan pada rumus:
V1 M1 = V2 M2

a. Untuk Konsentrasi 0,02 mg/mL


V1 x 1 mg/mL = 2 mL x 0,02 mg/mL
V1 =

2 mL x 0,02 mg/mL
1 mg/mL

= 0,04 mL

b. Untuk Konsentrasi 0,04 mg/mL


V1 x 1 mg/mL = 2 mL x 0,04 mg/mL
V1 =

2 mL x 0,04 mg/mL
1 mg/mL

= 0,08 mL

c. Untuk Konsentrasi 0,06 mg/mL


V1 x 1 mg/mL = 2 mL x 0,06 mg/mL
V1 =

2 mL x 0,06 mg/mL
1 mg/mL

= 0,12 mL

d. Untuk Konsentrasi 0,08 mg/mL


V1 x 1 mg/mL = 2 mL x 0,08 mg/mL
V1 =

2 mL x 0,08 mg/mL
1 mg/mL

= 0,16 mL

e. Untuk Konsentrasi 0,10 mg/mL


V1 x 1 mg/mL = 2 mL x 0,10 mg/mL
V1 =

2 mL x 0,10 mg/mL
1 mg/mL

= 0,20 mL

f. Untuk Konsentrasi 0,12 mg/mL


V1 x 1 mg/mL = 2 mL x 0,12 mg/mL
V1 =

2 mL x 0,12 mg/mL
1 mg/mL

= 0,24 mL

2. Perhitungan Kadar Protein dalam Sampel


Berdasarkan grafik diperoleh persamaan y = 3,6143x + 0,0577
Slope (a)

= 3,6143

Intercept (b)

= 0,0577

= 0,321

y = ax + b
0,321

= 3,6143x + 0,0577

3,6143x = 0,2633
0,2633
3,6143

= 0,0728 mg/mL

Selanjutnya dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga didapatkan:


Kadar protein = 0,0728 mg/mL x 100
= 7,280 mg/mL

Lampiran 3. Gambar Hasil Percobaan

Gambar 1. Larutan Penentuan Protein

Anda mungkin juga menyukai