BIOKIMIA
NAMA
: BAHRUN
NIM
: H311 14 305
KELOMPOK
: III (TIGA)
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protein
Protein adalah polimer biologi yang tersusun dari molekul-molekul kecil yang
dinamakan asam amino. Rentang massa molekulnya 6000 sampai puluhan ribu,
sehingga protein merupakan molekul yang sangat besar. Selain tersusun dari asam
amino, protein juga banyak mengandung komponen lain seperti ion logam, misalnya
Fe2+, Zn2+, Cu2+, Mg2+, atau mengandung molekul organik kompleks, biasanya
turunan dari vitamin (Sunarya, 2012). Protein merupakan salah satu senyawa
pendukung utama dalam kehidupan biologis suatu organisme. Oleh karena itu,
protein harus tersedia dalam pangan. Kualitas protein pangan tergantung pada
kandungan asam amino esensial (Sumarno, dkk., 2002).
Protein adalah suatu peptida yang tersusun dari sedikitnya 50 residu asam
amino. Lebih dari satu rantai peptida dapat ditemukan dalam suatu struktur protein.
Atas dasar ini, protein diklasifikasikan sebagai protein monomer dan protein
multimerik. Protein monomer adalah protein yang hanya memiliki satu rantai
peptida. Sedangkan protein multimerik adalah protein yang memiliki lebih dari satu
rantai peptida. Berdasarkan komposisi kimianya, protein diklasifikasikan sebagai
protein sederhana dan protein kompleks (Stoker, 2007). Beberapa protein terdiri dari
rantai polipeptida tunggal, namun adapula yang memiliki dua atau lebih polipeptida
terkait yang disebut protein multisubunit. Rantai tunggal polipeptida dalam protein
multisubunit mungkin sama atau berbeda. Jika setidaknya dua adalah identik protein
dikatakan oligomer dan jika unit identik (yang terdiri dari satu atau lebih polipeptida
rantai) disebut sebagai protomers (Nelson dan Cox, 2008).
R3
H3N C C N
H O H
C
H
C
O
antara lain
flavoprotein,
dan
nukleoprotein,
glikoprotein.
fosfoprotein,
Protein
yang
metaloprotein,
diperlukan
lipoprotein,
organisme
dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, yakni protein sederhana, yaitu protein
yang apabila terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino dan kedua protein
terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis tidak hanya menghasilkan asam
amino, tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun komponen anorganik,
yang disebut gugus prosthetic (Sumarno, dkk., 2002).
Pengujian kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode Lowry.
Metode Lowry merupakan uji protein secara kuantitatif modern, yaitu dengan
spektrofotometer visible. Metode ini digunakan untuk menguji kadar protein terlarut
atau protein yang dapat diserap oleh tubuh. Dalam metode Lowry dikenal dua reagen
yaitu reagen Lowry A dan reagen Lowry B. Sebelum dilakukan analisis, terlebih
dahulu dilakukan pengenceran terhadap sampel supaya masuk dalam rangen standard
protein yang telah dibuat sebelumnya (Lestari, 2015).
Metode Lowry-Folin dapat juga menentukan protein rantai pendek
(oligopeptida) dan asam amino. Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+ dari
CuSO4 (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein yang
terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfomolibdat dan fosfotungstat
yang terkandung dalam reagen Folin membentuk warna biru yang dapat dianalisis
oleh spektrofotometer (Septiani, dkk., 2004). Keuntungan metode Lowry adalah
lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein
lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0,01 mg/mL. Namun
metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Purwanto, 2014).
Sebuah spektrum diperoleh ketika penyerapan cahaya diukur sebagai fungsi dari
frekuensi atau panjang gelombang. Molekul dengan elektron dalam sistem aromatik
terdelokalisasi sering menyerap cahaya pada daerah UV (150-400 nm) atau daerah
visibel (400-800 nm) (Schmid, 2001). Spektrofotometri adalah teknik analisis
sederhana, cepat, spesifik, dan berlaku untuk senyawa dalam jumlah kecil. Hukum
dasar
yang
mengatur
analisis
kuantitatif
spektrofotometri
adalah
hukum
melewati monokromator (atau melalui filter optik) lampu difokuskan ke dalam kuvet
dan jumlah cahaya yang melewati melalui sampel terdeteksi oleh photomultiplier
atau fotodioda (Schmid, 2001).
Di dalam analisis UV dengan menggunakan spektrometer yang bekerja atas
prinsip double beam, adanya penyerapan yang disebabkan oleh pelarut akan terhapus
pada detektor. Meskipun pelarut tidak mengandung kromofor, pelarut akan menyerap
100 % seefektif dengan contoh pada panjang gelombang tertentu dan umumnya pada
daerah ujung bawah UV (Firdaus, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Volume Akuades
Volume Total
(mg/mL)
Induk (mL)
(mL)
(mL)
0,02
0,04
1,96
2,00
0,04
0,08
1,92
2,00
0,06
0,12
1,88
2,00
0,08
0,16
1,84
2,00
0,10
0,20
1,80
2,00
0,12
0,24
1,76
2,00
ditambahkan pereaksi Lowry A sebanyak 0,25 mL, lalu dikocok dan didiamkan
selama 30 menit pada suhu kamar, lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektronik 20D+ pada panjang gelombang maksimum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,249
645
0,251
650
0,249
Absorban
0.2505
0.25
0.2495
0.249
0.2485
638
640
642
644
646
648
650
652
0,135
0,04
0,191
0,06
0,256
0,08
0,376
0,10
0,436
0,12
0,470
Sampel
0,321
Blanko
y = 3,6143x + 0,0577
R = 0,9777
Absorban
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Konsentrasi
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh persamaan y = 3,6143x + 0,0577.
Data absorbansi yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan standar
y = 3,6143x + 0,0577. Nilai y menyatakan absorbansi sampel dan x menyatakan
konsentrasi protein.
Diketahui : y = 0,321
0,321
= 3,6143x + 0,0577
3,6143x = 0,2633
0,2633
3,6143
= 0,0728 mg/mL
4.2 Reaksi
O
O
2NH2
CH
NH
CH
CH
H
N
CH
O
2NH2
NH
CH
CH
H
N
CH
OH
CuSO4
O
H
N
CH
OH
R
Cu2+
O
C
OH
2NaOH
O
NH
OH
Na2SO4 + H2O
O
CH
R
N
H
CH
R
NH
O
NH
CH
H
N
CH
R
Cu2+
+ Na2SO4 + H2O +
O
OH
CH
N
H
CH
R
O
H2N CH C OH
CH2
Fosfomolibdat
Fosfotungstat
OH
8
O
CH
O
O
HN
CH
OH
R
Cu2+
+ Na2SO4 + 4[WO2)2(WO4)] +
O
OH
NH
NH
OH
CH
NH
Tungsten
CH
NH
R
O
H2N CH C OH
CH2
Molibdenum
8
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar protein dengan metode
Lowry.
Pada
metode
Lowry,
konsentrasi
protein
yang
diukur
dengan
spektrofotometer 20D+. Dalam Penentuan kadar protein ini didasarkan pada reaksi
yang
diencerkan
dengan
menggunakan
akuades
dengan
mempersiapkan
pada
bahan-bahan,
masing-masing
larutan
kemudian
sebanyak
reagen
2,75
mL,
Lowry
kemudian
dihomogenkan agar bercampur dengan baik dan didiamkan selama 15 menit agar
reaksinya berjalan dengan sempurna. Setelah itu, ditambahkan reagen Lowry A pada
masing-masing larutan sebanyak 0,25 mL, dihomogenkan dan didiamkan selama
30 menit pada suhu kamar. Hal ini dilakukan agar reaksi berjalan dengan sempurna.
Larutan Lowry B terlebih dahulu dimasukkan agar larutan CuSO4 siap untuk
mereduksi asam fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat pada Lowry A. Asam
fosfotungstat-fosfomolibdat inilah yang memberikan warna biru pada larutan ini.
Setelah itu diukur dengan menggunakan spektrometer 20D+ dengan panjang
gelombang maksimum (645 nm) yang ditujukan untuk mengetahui absorban dengan
menggunakan spektrometer 20D+.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
protein yang terkandung dalam larutan sampel menggunakan merode Lowry adalah
7,280 mg/mL.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Praktikum
Disarankan untuk menggunakan metode selain metode Lowry. Dalam
penentuan kadar protein untuk menambah wawasan mahasiswa.
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan
BAHRUN
DAFTAR PUSTAKA
Behera, S., Ghanty, S., Ahmad, F., Santra, S., dan Banerjee, S., 2012, UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of,
Paracetamol Tablet Formulation, Analytical & Bioanalytical Techniques,
3(6): 1-6.
Bruice, P. Y., 2002, Organic Chemistry Fourth Edition, Pearson Prentice Hall,
United States of America.
Firdaus, 2011, Teknik dalam Laboratorium Kimia Organik, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Lesrati, M., 2015, Uji Kadar Protein dan Asam Total Dadih Susu Kambing
Etawa dengan Variasi Penutup dan Lama Fermentasi yang Berbeda, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Nelson, D. L., dan Cox, M. M., 2008, Principlesof Biochemistry Fifth Edition, W H
Freeman and Company, New York.
Purwanto, M. G. M., 2014, Perbandingan Analisa Kadar Protein Terlarut dengan
Berbagai Metode Spektroskopi UV-Visible, Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi,
7(2): 1-71.
Schmid, F. X., 2001, Biological Macromolecules: UV-Visible Spectrophotometry,
Encyclopedia Of Life Sciences, Macmillan Publishers Ltd, Germany.
Septiani, Y., Purwoko, T., dan Pangastuti, A., 2004, Kadar Karbohidrat, Lemak, dan
Protein pada Kecap dari Tempe, Bioteknologi, 1(2): 48-53.
Stoker, H. S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry Fourth Edition,
Houghton Mifflin Company, Boston.
Sumarno, Noegrohati, S., Narsito, dan Falah, I. I., 2002, Estimasi Kadar Protein
dalam Bahan Pangan Melalui Analisis Nitrogen Total dan Analisis Asam
Amino, Majalah Farmasi Indonesia, 13(1): 3443.
Sunarya, Y., 2012, Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini,
Yrama Widya, Bandung.
Voet, D., dan Voet, J. G., 2004, Biochemistry 4th Edition, J. Wiley and Sons,
Canada.
Wahab, A. W., dan Nafie, N. L., 2014 Metode Pemisahan dan Pengukuran 2
(Elektrometri dan Spektrofotometri), LKPP Unhas, Makassar.
Dihomogenkan
Hasil
2.
3.
4.
Dihomogenkan
Hasil
5.
Hasil
Dihomogenkan
6.
C. Preparasi Sampel
Larutan sampel
-
Dihomogenkan
Hasil
D. Pembuatan Pereaksi
1. Pereaksi Lowry A
Larutan Follin Clocalteus
Akuades
- Dipipet sebanyak 2 mL
Hasil
- Dipipet sebanyak 2 mL
Dihomogenkan
2.
Pereaksi Lowry B
Na2CO3 dalam
NaOH 0,1 N
Dipipet
CuSO4.5H2O 1 %
sebanyak
Na-K-Tartrat 2 %
- Dipipet
Dipipet sebanyak
0,25 mL
0,25 mL
0,25 mL
-
Dimasukkan
sebanyak
ke
dalam
gelas
kimia
25 mL
-
Dihomogenkan
Hasil
2 mL Sampel
Data
2 mL Blanko
Lampiran 2. Perhitungan
1. Perhitungan Larutan Standar
Pembutan larutan standar ini didasarkan pada rumus:
V1 M1 = V2 M2
2 mL x 0,02 mg/mL
1 mg/mL
= 0,04 mL
2 mL x 0,04 mg/mL
1 mg/mL
= 0,08 mL
2 mL x 0,06 mg/mL
1 mg/mL
= 0,12 mL
2 mL x 0,08 mg/mL
1 mg/mL
= 0,16 mL
2 mL x 0,10 mg/mL
1 mg/mL
= 0,20 mL
2 mL x 0,12 mg/mL
1 mg/mL
= 0,24 mL
= 3,6143
Intercept (b)
= 0,0577
= 0,321
y = ax + b
0,321
= 3,6143x + 0,0577
3,6143x = 0,2633
0,2633
3,6143
= 0,0728 mg/mL