Kelompok 3
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah laut
sangat luas, Indonesia memiliki sumber daya alam laut yang besar khususnya di
provinsi Sulawesi Selatan. Pemanfaatan sumber daya alam laut tidak hanya
dilakukan melalui penangkapan, tetapi juga perlu dikembangkan dengan usaha
budidaya. Saat ini pengembangan budidaya laut lebih banyak mengarah pada ikan-
ikan yang bernilai tinggi dan tiram mutiara, sementara di perairan Indonesia masih
banyak sumber daya alam laut yang masih bisa dikembangkan dan mempunyai nilai
ekonomis tinggi, salah satu sumber daya alam laut tersebut adalah ekosistem terumbu
karang.
Spons merupakan biota laut yang hidup menetap di dasar perairan, yang
memiliki peran yang cukup penting di dalam ekosistem terumbu karang. Selain itu
spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang
mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini
mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar dibandingkan
dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat.
Spons merupakan biota yang tidak memiliki alat gerak sebagai
perlindungan diri, sebagai bentuk perlindungannya spons melakukan metabolit
sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan
dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk
pertahanan diri dari lingkungan maupun dari serangan organisme lai. Hingga saat ini,
spons dikenal sebagai biota yang paling banyak menghasilkan senyawa bioaktif,
seringkali dengan aktivitas bioaktif yang tinggi jika dibandingkan dengan biota laut
lainnya, salah satu famili spons yang memiliki senyawa dengan bioaktivitas tinggi
berasal dari famili Callyspongiidae.
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
2.1 Spons
berpori-pori atau saluran. Spons sebagai invertebrata laut multi sel yang fungsi
jaringan dan organnya sangat sederhana. Biota laut ini dikenal dengan filter feeders,
yaitu mencari makanan dengan mengisap dan menyaring air melalui sel cambuk dan
memompakan air keluar melalui oskulum. Makanan spons berupa zooplankton atau
hewan kecil dan bakteri yang terbawa oleh arus serta masuk ke dalam tubuhnya.
Morfologi luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi dan biologis
Sebaliknya spesimen dan jenis yang sama pada lingkungan yang terlindung atau pada
perairan yang lebih dalam dan berarus tenang, pertumbuhannya cenderung tegak dan
tinggi. Pada perairan yang lebih dalam, spons cenderung memiliki bentuk tubuh yang
lebih simetris dan lebih besar sebagai akibat dari lingkungan yang lebih stabil apabila
dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan yang dangkal. Spons
pada jenis yang sama pertumbuhannya cenderung semakin besar dan semakin tinggi
seperti tabung dengan dinding tipis tidak teratur serta tubuhnya berpori (ostium).
Spons membuat kerak pada batu, cangkang, tongkat atau tumbuh-tumbuhan. Tubuh
spons asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial, berbentuk seperti
tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan, memiliki warna yang bervariasi. Dahuri
(2003) melaporkan beberapa jenis spons ada yang bercabang seperti pohon,
berbentuk seperti sarung tinju dan cawan sedangkan yang lainnya berbentuk kubah.
Spons banyak dijumpai di laut dengan bentuk dan warna yang sangat beraneka dan
sangat menarik, hal ini disebabkan oleh zooxanthellae yang hidup dalam jaringan
tubuhnya. Spons yang hidup di lingkungan yang gelap akan berbeda warnanya
bentuk tubuh yang mirip denan tabung-tabung kecil. Spons ini memliki dinding
tubuh yang tipis dan mengelilingi sutu ruangan sentral spogocel dengan sebuah
ini dimasukkan kedalam flium porifera. Kebayakan dari spesies spons hidup di air
laut, dan tidak mempunyai organ yang sejati. Bentuk dan ukuran sangat bervariasi.
Pola pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh keadaan subtract. Hal ini didukung oleh
filum porifera.
Kingdom : Animalia
Phylum/Division : Porifera
Class : Demospongiae
Order : Haplosclerida
Family : Callyspongiiae
Genus : Callyspongia
Callyspongia sp. yang merupakan salah satu genus spons yang banyak diteliti
(1995) spons Callyspongia sp. merupakan salah satu jenis bunga karang yang paling
inhibitor dari fosfatidilinositol, meroterpenoid sulfat dan masih banyak lagi jenis
senyawa bioaktif yang dapat ditemukan dalam spesies ini. Spons ini memiliki
porifera. Kebanyakan dari spesies spons hidup di air laut, dan tidak mempunyai
jaringan atau organ yang sejati. Bentuk dan ukurannya sangat bervariasi. Pola
Penyelidikan Kimia dari spons Callyspongia sp. dari Laut Cina Selatan
Pro-R-Ala) (6), peredaran (R-Tyr-R-Phe) (7), dan tiga dikenal tryptophan yang
ditentukan atas dasar analisis NMR dan MS, dan konfigurasi mutlak ditentukan oleh
perbandingan rotasi optik dengan senyawa yang dikenal. Ini adalah laporan pertama
dari senyawa 1, 2, 8-10 dari spons Callyspongia. Peredaran (S-Pro-R-Leu) (5), dan
dari teritip dengan nilai-nilai LC50 dari 3,5 ug /cm2 dan 6,0 ug /cm2, masing-masing.
Diperoleh sebagai serbuk berwarna putih dengan titik leleh 176 – 177 oC. UV
(MeOH) lmax: 237 nm dan 366 nm; penambahan pereaksi NaOH menunjukkan lmax
: 237 nm dan 366 nm; spektrum IR (Kbr) Vmax cm :>3000 cm-1 (OH), 2918, 2962,
2850 cm-1 (C-H alifatik) 1705 cm-1 (C=O), 1261, cm-1 (O-CH3), 1097 cm-1 (C-O),
1465 cm-1 dan 1407 cm-1 (CH2 dan CH3) serta tekukan keluar bidang C-H pada
serapan 865, 801 dan 720 cm-1 Senyawa (2) dperoleh sebagai kristal berwarna putih
dengan titik leleh 187 – 189 oC. UV (MeOH) lmax : 229 nm dan 274 nm;
penambahan pereaksi geser NaOH menunjukkan lmax : 229 nm dan 274 nm;
spektrum IR (Kbr) Vmax cm-1 : 3433 cm-1 (OH), 2924 dan 2851 cm-1 (C-H alifatik)
1107 (C-O), 1710 cm-1 (C=O), 1464 dan 1374 cm-1 (CH2 dan CH3) serta serapan
tekukan keluar bidang C-H pada serapan 959, 879 dan 793 cm-1.
Senyawa 1
Diperoleh berbentuk serbuk berwarna putih dengan titik leleh 176–177 oC.
Hasil uji kualitatif dengan pereaksi Liebermann Burchard menunjukkan positif warna
panjang gelombang maks 237 nm (9230) dan serapan pada panjang gelombang maks
gugus hidroksil. Dari data spektrum IR tersebut di atas, nampak adanya serapan pada
nmaks >3000 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan pada 2918, 2962, 2850
cm-1 yang sangat kuat dan tajam menunjukkan adanya gugus C-H alifatik diikuti
dengan serapan pada nmaks 1463 cm-1 yang merupakan tekukan C-H alifatik dari
CH2 dan serapan pada nmaks 1385 cm-1 yang merupakan tekukan C-H alifatik dari
CH3 yang khas untuk golongan triterpenoid. Serapan pada 1705 cm-1 yang
menunjukkan regangan ulur ikatan C=O sebagai keton siklik, serapan terlihat pada
1261 cm-1 menunjukkan adanya gugus metoksi dan serapan pada 1097 cm-1
merupakan regangan ulur dari C-O alkohol sekunder serta tekukan keluar bidang
gugus CH pada serapan 865, 801 dan 720 cm-1. Berdasarkan data-data di atas dan
Senyawa 2
Senyawa 2 diperoleh berbentuk kristal berwarna putih dengan titik leleh 187–
o
189 C. Karakter senyawa ini tidak berpendar dibawah UV, namun dengan
berwarna biru kemudian memudar dan larut dalam kloroform. Hasil uji kualitatif
mengindikasikan senyawa golongan steroid hal ini juga didukung dengan adanya
maksimum pada lmax 229 nm (6543) dan 274 nm (2592). Penambahan pereaksi
serapan lmax 229 dan 274 nm yang mengindikasikan tidak ada pergeseran gugus
diperoleh dari spektrum infra merah nampak adanya bilangan gelombang maksimum
pada daerah nmaks 3433 cm-1 yang merupakan serapan untuk gugus OH (hidroksil),
indikasi terhadap adanya gugus hidroksil didukung oleh serapan pada daerah nmaks
1107 cm-1 merupakan regangan ulur dari C-O alkohol sekunder yang khas untuk
golongan steroid. Pada bilangan gelombang nmaks 2924, 2851 cm-1 terdapat serapan
yang sangat kuat dan tajam menunjukkan adanya gugus C-H alifatik diikuti dengan
serapan pada nmaks 1464 cm-1 yang merupakan tekukan C-H alifatik dari CH2 dan
serapan pada nmaks 1374 cm-1 yang merupakan tekukan C-H alifatik dari CH3.
Bilangan gelombang pada nmaks 1710 cm-1 menunjukkan adanya serapan gugus
karbonil (C=O) sebagai keton siklik dan bilangan gelombang pada gelombang nmaks
1259 cm-1 yang kuat menunjukkan adanya gugus metoksi serta tekukan keluar bidang
C-H pada serapan 959,879 dan 793 cm-1. Berdasarkan data-data di atas dan hasil studi
literatur senyawa-senyawa steroid maka dapat disimpulkan bahwa senyawa 2 adalah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk., Spons Callyspongia sp.
merupakan salah satu biota laut yang banyak tersebar diperairan Indonesia. Spons ini
menarik untuk diteliti bioaktivitas dari fraksi proteinnya. Protein tersebut diisolasi
difraksinasi dengan penambahan amonium sulfat pada tingkat kejenuhan 0-20%, 20-
40%, 40-60%, dan 60-80%. Pemurnian protein dilakukan dengan cara dialisis
Jumlah protein tertinggi terdapat pada fraksi 60-80% sebesar 290,4 mg. Pengujian
Vis diamati absorbansinya pada λ = 500 nm. Aktivitas antioksidan yang kuat terdapat
pada fraksi protein 0-20% kejenuhan dengan nilai IC50 sebesar 61,62µg/mL.
Sedangkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat ditunjukkan oleh fraksi protein 20-
40%, 40-60%, dan 60-80% kejenuhan dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 28,76
µg/mL, 13,90 µg/mL, dan 35,66 µg/mL. Hasil dari penelitian menunjukkan masing-
masing fraksi protein tersebut terdapat perbedaan aktivitas antioksidan yang mampu
perbedaan kelarutan protein dalam air. Protein yang kelarutannya kurang dalam air
tinggi dalam air. Konsentrasi protein tertinggi pada spons Callyspongia sp. ditemukan
pada fraksi 60-80% (F4) dengan total protein 290,4 mg. Dari data tersebut dapat
diduga bahwa protein pada spons Callyspongia sp.merupakan jenis protein yang
diukur absorbansi pada panjang gelombang 500 nm dan absorbansi kontrol sebesar
radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan uji. Persen inhibisi
ini didapatkan dari perbedaan serapan antara absorban DPPH dengan absorban
sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Parameter yang dipakai untuk
konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan
karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen
penghambatan 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin
tinggi.
Hasil dari penelitian ini, terdapat satu fraksi yang memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat karena nilai IC50-nya lebih dari 50 ìg/mL yaitu fraks 0-20%
(F1), sedangkan tiga fraksi yaitu Fraksi 20-40% (F2), fraksi 40-60% (F3) dan fraksi
60-80% (F4) memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena nilai IC50-nya
kurang dari 50 ìg/mL. Hal ini jauh berbeda dengan aktivitas antioksidan asam
askorbat, yang aktivitas antioksidannya lebih kuat dari senyawa bioaktif antioksidan
yang terdapat pada keempat fraksi spons callyspongia sp. ini ditunjukkan dengan nilai
IC50 asam askorbat yang jauh lebih kecil dari IC50 fraksi protein spons Callyspongia
sp.
Hal tersebut dapat terjadi karena fraksi protein spons Callyspongia sp. yang
digunakan dalam penelitian ini masih tergolong sebagai fraksi protein kasar. Fraksi
protein ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa
antioksidan. Senyawa lain tersebut ikut terekstrak dalam pelarut selama proses
sedangkan untuk asam askorbat merupakan senyawa murni. Pada penelitian ini,
terlihat ada sedikit perbedaan yang signifikan antara fraksi 0-20% (F1), Fraksi 20-
40% (F2), fraksi 40-60% (F3) dan fraksi 60-80% (F4), masing-masing fraksi protein
memiliki kekuatan penghambat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
Spons basah (10 kg) diekstraksi tiga kali dengan EtOH / H2O (90:10, 20 L).
antara EtOAc dan H2O. The EtOAc bagian yang dapat larut (28 g) dipartisi antara
petroleum eter dan EtOH / H2O (7: 3, 500 mL). The EtOH / H2O sebagian larut (8,0
g) dikromatografi pada kolom silika gel (80 g) dielusi dengan petroleum eter (500
mL, fraksi A), petroleum eter / EtOAc (8: 2, 500 mL, fraksi B), petroleum eter /
EtOAc (1: 1, 500 mL, fraksi C), petroleum eter / EtOAc (3: 7, 500 mL, fraksi D),
petroleum eter / EtOAc (1: 9, 500 mL, fraksi E), EtOAc (500 mL, fraksi F), EtOAc /
aseton (1: 1, 500 mL, fraksi G), dan MeOH (500 mL, fraksi H), untuk memberikan
delapan fraksi. Fraksi D (1,06 g) dengan kromatografi kolom (CC) dengan gradien
EtOAc / aseton (10: 0, 250 mL; 8: 2, 250 mL; 7: 3, 250 mL; 5: 5, 250 mL) untuk
Sephadex LH-20 (CHCl3 / MeOH, 2: 8, 250 mL) untuk membeli 3 (13,3 mg). Fraksi
D4 (90,1 mg) adalah dimurnikan dengan Sephadex LH-20 (CHCl3 / MeOH, 2: 8, 250
mL) untuk menghasilkan 2 (23,4 mg). fraksi G3-2 (112,3 mg) dimurnikan dengan
Sephadex LH-20 (CHCl3 / MeOH, 2: 8, 250 mL) untuk menghasilkan fraksi G3-2-1
(80,2 mg). Fraksi G3-2-1 selanjutnya mengalami CC dengan CHCl3 / MeOH (98: 2,
150 mL) untuk memberikan 4 (4.3 mg). Fraksi G6 (300,1 mg) menjadi sasaran CC
dengan CHCl3 / MeOH (9: 1, 250 mL) untuk memberikan dua subfraksi (G6-1, G6-
2). Fraksi G6-1 (122,6 mg) selanjutnya dimurnikan dengan Sephadex LH-20
(CHCl3 /MeOH, 2: 8, 150 mL) untuk mengambil sebagian kecil G6-2-1 (68,1 mg).
Fraksi G6-2-1 itu selanjutnya dimurnikan dengan fase-balik HPLC (ODS, MeOH /
H2O, 5: 5, 180 mL;) untuk menghasilkan 5 (7,2 mg). N-butanol (80 g) dikromatografi
pada kolom ODS dielusi dengan MeOH /H2O (0:100, 2000 mL; 10:90, 2.000 mL;
20:80, 2.000 mL; 40:60, 2.000 mL; 60:40, 2.000 mL; 100: 0, 2000 mL) untuk
gradien CHCl3/MeOH (100: 0,500 mL; 90:10, 500 mL; 80:20, 500 mL; 60:40, 500
mL; 40:60, 500 mL; 0: 100, 500 mL) untuk memberikan enam fraksi (J1-J6). Fraksi
J1 selanjutnya dimurnikan dengan fase-balik HPLC (ODS, MeOH / H2O, 5:95, 150
mL) untuk menghasilkan 1 (6,9 mg, 2,8 × 10-3 % Dari total Extractum 250,0 g.
Peredaran (S-Pro-R-Tyr) (5). minyak kental; [Α] 20D = -9,3 (c = 0,91, MeOH).
data NMR (CD3OD), lihat Tabel 1; ESI-MS (m / z): 237 [M + Na] + , 213 [M-H] - ;
C9H14N2O2S rumus molekul, seperti disimpulkan dari spektrum massa HREI (m/z
C9H14N2O2S, 214,0776) dan data NMR (Tabel 1), yang terakhir yang jelas ditugaskan
pergeseran kimia dari dua proton α-methine di δH 4,36 dan 4,11, dan 13C-NMR
(Tabel 1) pergeseran kimia dari dua karbon karbonil pada δC 170,2 dan 165,4,
didukung kehadiran peptida pecahan. Fakta bahwa senyawa 1 adalah negatif untuk
H-NMR dari 1 menunjukkan adanya satu metil sinyal pada δH 1,34 (d, J = 6,5 Hz,
3H), salah satu thiol proton pada δH 1,89 (m, 1H), tiga metilen berturut-turut sinyal
(δH = 2,0-3,7), dan tiga sinyal methine di δH 3,97 (br d, J = 3,0 Hz, 1H), 4.11 (t, J =
7,5 Hz, 1H), dan 4,36 (dt, J = 6,5, 3,0 Hz, 1H), dan satu asam amida proton pada δH
6,73 (s, 1H). 13C-NMR spektrum 1 menunjukkan adanya dua karbon karbonil (δC
170,2 dan 165,4), dua N methine karbon (δC 65,6 dan 59,0), satu karbon N-metilen
(δC 45,3), satu karbon S-methine (δC 59,4), dan satu metil karbon (δC 18,9). Karbon
yang tersisa ditugaskan untuk dua karbon metilen (δC 28.1 dan 22,6). The NYAMAN
karakteristik residu prolin [16] dan menunjukkan korelasi dari H-9 dengan H-10 dan
H-11. tugas dari C3H6S fragmen yang tersisa, dan salah satu situs ketidakjenuhan
dilakukan oleh 2D NMR HMBC korelasi H-9 / C-7, H-3a / C-1, H-3a / C-6, H-3b /
C-1, H-3b / C-6, H-11 / C-9 dan H-11 / C-10, serta konektivitas NYAMAN (Gambar
2), adalah indikasi dari pyrrolidine menyatu tujuh beranggota diazepine cincin.
Penempatan kelompok metil pada C-9, dan kelompok tiol pada C-10, yang
disimpulkan dari korelasi NYAMAN H-11 / H-9, dan SH-12 / H-10, masing-masing
Tabel 1. Data NMR H- (500 MHz) dan 13C-NMR (125 MHz) data senyawa 1 (d
dan analisis konstanta kopling (J), bersama dengan pemeriksaan model molekul. Di
spektrum NOESY (Gambar 3), korelasi kunci NOE dari H-9 / H-10 dan H-6 / H-11
menunjukkan bahwa H-9 dan H-10, H-6 dan H-11 berada di wajah yang sama,
sehingga stereokimia relatif ditentukan. Pola kopling dari H-9 (dt, J = 3,0 dan 6,5 Hz)
dan H-10 (d, J = 3,0 Hz) menyebabkan konfirmasi dari cis-orientasi H-9 / H-10 dan
memiliki β-orientasi [17], dan dengan demikian konfigurasi C-9 dan C-10 ditentukan
mengandung adalah baik negatif atau positif, tergantung hanya pada konfigurasi
mutlak Pro [12]. Atas dasar tanda [α] 20 D (-52,6) dan oleh perbandingan data NMR
dari residu prolin dengan orang-orang dari prolin yang mengandung DKPs [12-14],
Konfigurasi, dan data di atas disetujui konfigurasi mutlak senyawa 1 sebagai baru
(6S, 9R, 10S) -1,4-diazepine. Struktur senyawa yang dikenal 2-5 dikonfirmasi oleh
rinci dibandingkan data yang NMR dengan mereka dalam literatur [12-14].
aktivitas marjinal terhadap panel kecil tiga tumor manusia HepG2 (sel karsinoma
hepatoma), A549 (paru-paru karsinoma sel), (Sel kanker serviks) baris sel, rasio
penghambatan mereka lebih rendah dari 10% pada konsentrasi 100 mg/mL dengan
nilai-nilai IC50 senyawa kontrol positif 5-Fu 13,70, 2,13, dan 3,83 mg/mL, masing-
masing.
KESIMPULAN
Romimohtarto. K dan Juwana. S., 2007, Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut, Djambatan, Jakarta.
Sari N. I., Ahmad A, dan Dali S, Isolasi Dan Karakterisasi Protein Bioaktifi Dari
Spons Callyspongia Sp. Sebgai Zat Antioksidan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Suriani, Usman H., dan Ahmad A., 2012, Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktifitas
Metabolit Sekunder dari Spons Callyspongia sp, Marina Chimica Acta,
1(12); 2-7