Pada praktikum kali ini membahas tentang kecepatan
disolusi yang bertujuan untuk menentukan kecepatan disolusi suatu zat, dengan menerapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat yaitu kecepatan pengadukan dan suhu. Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut pada pelarut tertentu dengan setiap satuan waktu. Tujuan dari percobaan ini sendiri yaitu untuk Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, menentukan kecepatan disolusi suatu zat , dan agar dapat menggunakan alat penentu kecepatan disolusi. Pada prosedur pengaruh suhu dan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi. Percobaan dengan suhu beragam yaitu 30˚C, 37˚C dan 45˚C serta kecepatan pengadukan yang digunakan tetap yaitu 50 rpm. Sedangkan pada prosedur pengaruh kecepatan pengadukan dilakukan percobaan dengan kecepatan yang beragam yaitu 50 rpm, 100 rpm dan150 rpm serta suhu yang digunakan tetap yaitu 30 ˚C. Alat yang digunakan adalah alat uji tipe dayung, dimana dayung diletakan ditengah tengah media agar tidak terjadi turbulensi aliran. Alat yang digunakan untuk menguji kecepatan disolusinya disebut dengan Dissolution Tester yang menggunakan alat uji kecepatan disolusi tipe 2 yaitu tipe paddle (dayung). Karena menggunakan alat uji tipe paddle, maka pengujian ini tidak memperhatikan luas permukaan zat padat karena luas permukaan zat padat yang kontak dengan pelarut tidak dipertahankan konstan seperti pada alat uji tipe. Senyawa yang digunakan dalam percobaan kali ini adal ah asam salisilat. Asam salisilat memiliki rumus molekul C7H6O3. Asam salisilat memiliki gugus polar dan nonpolar. Gugus polar dari asam salisilat adalah OH - dan gugus nonpolar adalah gugus cincin benzene. Struktur tersebut menyebabkan asam salisilat larut pada sebagian pelarut polar dan sebagian pada pelarut nonpolar. Namun karena asam salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar dalam satu gugus menyebabkan asam salisilat sukar larut pada pelarut polar saja atau nonpolar saja. Metode yang digunakan yaitu metode suspensi, dimana serbuk Asam salisilat yang akan ditentukan kecepatan disolusinya dimasukkan kedalam pelarut. Dengan metode ini luas permukaan zat padat tidak ditentukan secara pasti. (Dirjen POM, 2014) 6.1 Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pegaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat. Pertama, labu disolusi atau bejana diisi dengan 900 mL air suling, air digunakan sebagai media disolusi karena air merupakan cairan penyusun utama dalam tubuh manusia, jadi diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Adapun volume yang digunakan yaitu 900 mL, hal tersebut dilakukan karena disolusi terjadi dalam organ lambung dan 900 mL menunjukan volume cairan di lambung. Setelah itu jika suhu air didalam bejana sudah mencapai 30℃ kemudian dimasukkan 2 gram asam salisilat. Dipasang thermostat pada suhu 30℃ bertujuan untuk menyesuaikan dengan suhu fisiologis tubuh manusia. Asam salisilat digunakan karena memiliki suasana asam yang dimana menggambarkan keadaan didalam lambung. Kemudian, air didalam bejana diambil sebanyak 20 ml pada selang waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit. Pengambilan dalam waktu yang berbeda-beda ditujukan untuk mengetahui pada menit ke berapakah asam salisilat dapat telarut secara maksimal. Setiap pengambilan 20 ml air digantikan kembali 20 ml air yang baru ke bejana. Hal ini di lakukan agar volume awal tetap terjaga atau konstan. Pengambilan air dari bejana dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi asam salisilat pada setiap waktu pengambilan dengan metode titrasi. Setelah itu dilakukan percobaan yang sama pada suhu 37ºC dan 45ºC. Suhu 37ºC diibaratkan sebagai suhu tubuh, sedangkan suhu 45ºC diibaratkan sebagai suhu dimana tubuh sedang demam (sakit). Selanjutnya dilakukan penentuan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan metode titrasi asam basa k arena senyawa yang diuji memiliki sifat asam yaitu asam salisilat dan titrannya adalah NaOH 0,05 N. Indikator fenolftalein ditambahkan untuk menentukan titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda, hal ini terjadi karena titrasi telah mencapai titik ekivalen, titik ekivalen terjadi karena saat basa NaOH dan Asam salisilat berada pada jumlah yang sama larutan jernih lalu kelebihan basa NaOH berubah warna, ketika titrasi telah dicapai dan titik akhir terjadi karena indikator berubah warna. Titrasi ini dilakukan untuk mengetahui kadar asam salisilat yang terlarut dalam aquadest. Kemudian dihitung faktor koreksi konsentrasi asam salisilat yang diperoleh setiap selang waktu pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan sampel dengan air suling. Perhitungan faktor koreksi dilakukan untuk meminimalisir kesalahan, dimana seharusnya hasil perhitungan antara faktor koreksi dengan perhitungan konsentrasi tidak jauh berbeda. Pada hasil perhitungan konsentrasi Asam salisilat pada suhu 30 ºC dengan 50 rpm hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada menit ke 1 sampai menit ke 20 terjadi kenaikan konsentrasi Asam Salisilat urutannya, yaitu 0,010 %, 0,021%, 0,041%, 0,080%, dan 0,087% . Pada hasil perhitungan konsentrasi Asam salisilat pada suhu 37 ºC dengan rpm 50 hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada menit ke 1 sampai menit ke 20 terjadi kenaikan konsentrasi Asam Salisilat urutannya, yaitu 0,031%, 0,048%, 0,055%, 0, 083%, dan 0,111%. Pada hasil perhitungan konsentrasi Asam salisilat pada suhu 45 ºC dengan rpm 50 hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada menit ke 1 sampai menit ke 20 terjadi kenaikan konsentrasi Asam Salisilat urutannya, ya itu 0,048%, 0,066%, 0,090%, 0,123%, dan 0,176%. Dapat di lihat pada suhu 30 ºC persen konsentrasinya lebih kecil dari pada suhu 37 ºC dan persen konsetrasi pada suhu 37 ºC lebih kecil daripada suhu 45ºC. Hal ini sesuai literatur karena suhu yang tinggi atau semakin meningkatnya suhu dapat menurunkan viskositas suatu larutan dan menambah kecepatan disolusi suatu zat. Ini disebabkan karena suhu akan memperbesar kelarutan zat yanag bersifat endotermik dan memperbesar koefisien suatu zat. 6.2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat. Dilakukan percobaan yang sama pada peningkatan kecepatan 100 rpm dan 150 rpm. Tujuan dilakukan peningkatan kecepatan pengadukan yaitu untuk melihat faktor kecepatan pengadukan yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi. Pertama, labu disolusi atau beja na diisi dengan 900 mL air suling, air digunakan sebagai media dis olusi karena air merupakan cairan penyusun utama dalam tubuh ma nusia, jadi diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Adapun volume yang digunakan yaitu 900 mL, hal tersebut dilakukan karen a disolusi terjadi dalam organ lambung dan 900 mL menunjukan v olume cairan di lambung. Volume yang dapat ditampung oleh lambung sebanyak 900 mL, kemudian dipasang thermostat pada suhu 30℃ karena masih sebagai perumpamaan pada suasana lambung dengan suhu 30℃ . Jika sudah mencapai suhu 30℃ , dimasukkan Asam salisilat sebanyak 2 gram dan dihidupkan motor penggerak pada kecepatan 100 rpm.
Selanjutnya diambil 20 mL air dari bejana setiap selang
waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit setelah pengadukan, dan pemipetan dilakukan dengan waktu yang berbeda. Pengambilan dal am waktu yang berbeda-beda ditujukan untuk mengetahui pada me nit ke berapakah asam salisilat dapat telarut secara maksimal. Lalu setelah pemipetan 20 mL dimasukkan kembali 20 mL air suling yang baru, setiap dilakukan pemipetan dari alat uji disolusi, maka larutan yang diambil dalam alat uji disolusi harus diganti dengan air suling sesuai dengan volume yang diambil. Hal ini dilakukan ag ar volume awal tetap terjaga atau konstan. Pengambilan air dari bej ana dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi asam salisilat pada setiap waktu pengambilan dengan metode titrasi.
Selanjutnya dilakukan penentuan kadar asam salisilat terlar
ut dari setiap sampel dengan metode titrasi asam basa karena senya wa yang diuji memiliki sifat asam yaitu asam salisilat dan titrannya adalah NaOH 0,05 N. Indikator fenolftalein ditambahkan untuk me nentukan titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna dari tid ak berwarna menjadi merah muda. Hal ini terjadi karena titrasi tela h mencapai titik ekivalen, titik ekivalen terjadi karena saat basa Na OH dan asam salisilat berada pada jumlah yang sama larutan jernih lalu kelebihan basa NaOH berubah warna, ketika titrasi telah dicap ai dan titik akhir terjadi karena indikator berubah warna. Titrasi ini dilakukan untuk mengetahui kadar asam salisilat yang terlarut dala m aquadest. Kemudian dihitung faktor koreksi konsentrasi asam sa lisilat yang diperoleh setiap selang waktu pengenceran yang dilaku kan karena penggantian larutan sampel dengan air suling. Perhitun gan faktor koreksi dilakukan untuk meminimalisir kesalahan, dima na seharusnya hasil perhitungan antara faktor koreksi dengan perhit ungan konsentrasi tidak jauh berbeda.
Pada hasil perhitungan konsentrasi Asam salisilat pada suh
u 30 ºC dengan 50 rpm hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada menit ke 1 sampai menit ke 20 terjadi kenaikan konsentrasi Asam Salisilat. Urutannya yaitu 0,010%, 0,021%, 0,041%, 0,080%, dan 0, 087% . Pada hasil perhitungan konsentrasi Asam salisilat pada suh u 37 ºC dengan rpm 50 hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada menit ke 1 sampai menit ke 20 terjadi kenaikan konsentrasi Asam Salisilat urutannya, yaitu 0,031%, 0,090%, 0,111%, 0,128%, dan 0, 135%. Pada hasil perhitungan konsentrasi Asam salisilat pada suhu 45 ºC dengan rpm 50 hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada me nit ke 1 sampai menit ke 20 terjadi kenaikan konsentrasi Asam Sali silat urutannya, yaitu 0,06%, 0,135%, 0,145%, 0,160%, dan 0,190 %. Dapat dilihat pada suhu 30 ºC persen konsentrasinya lebih kecil daripada suhu 37 ºC dan persen konsetrasi pada suhu 37 ºC lebih k ecil daripada suhu 45ºC. Hal ini sesuai literatur karena suhu yang ti nggi atau semakin meningkatnya suhu dapat menurunkan viskosita s suatu larutan dan menambah kecepatan disolusi suatu zat. Ini dise babkan karena suhu akan memperbesar kelarutan zat yanag bersifat endotermik dan memperbesar koefisien suatu zat.
Titrasi Adalah Suatu Metode Yang Digunakan Untuk Mengetahui Konsentrasisuatu Larutan Dengan Mereaksikan Secara Bertahap Antara Suatu Larutan Denganlarutan Yang Telah Di Standarisasi