Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
LIPID
DPP/DPJ

: Ir. Apul Sitohang, Msi

ASISTEN

: GEMI NASTITI GULO


ARNIS WATI LAURA SIMANJUNTAK

OLEH :
HARRY PRANATA PURBA
120410005
I

LABORATORIUM BIOKIMIA
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan minyak ditemui dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak umumnya berasal dari

tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak
berbentuk padat dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak dan
minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida.
Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air yang terdapat di
alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Sifat inilah yang
membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya.
Lipid adalah senyawa biomolekul yang digunakan sebagai sumber energi dan merupakan komponen
struktural penyusun membran serta sebagai pelindung vitamin atau hormon. Lipid dapat dibedakan
menjadi trigliserida, fosfolipid, dan steroid. Trigliserida sering disebut lemak atau minyak. Disebut
lemak jika pada suhu kamar berwujud padat. Sebaliknya, disebut minyak jika pada suhu kamar
berwujud cair.
Perannya pada kehidupan sehari hari yang cukup banyak maka kita harus mengetahui lemak atau
lipid ini lebih mendalam, Karena ini dianggap penting dalam bahan pangan, maka pada praktikum ini
akan menguji berbagai bahan yang mengandung lipid pada beberapa pelarut.
1.2.

Tujuan

1. Untuk Mengetahui Uji Kelarutan


2. Untuk Mengetahui Reaksi Penyabunan
1.3. Waktu / Tempat Praktikum
WAktu
: 15.00 WIB
Tempat Praktikum : Laboratorium BIOKIMIA Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo
Thomas Sumatera Utara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam
air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lipid adalah
senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung
gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform,
dan benzene.
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang
berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan,
yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid.
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari)
gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak
berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,
sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982)
Lemak

digolongkan

berdasarkan

kejenuhan

ikatan

pada

asam

lemaknya. Adapun

penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh Lemak yang mengandung asam-asam lemak
jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak
babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi
adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et
al,2007).
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis kualitatif
maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai berikut:
UJI KELARUTAN LIPID
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap berbagai macam
pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan
ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki
sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. (Garjito,M.1980)
UJI ACROLEIN
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam
bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech
Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak
dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian
gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein
(CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih. ( Ketaren,
1986 )

UJI KEJENUHAN PADA LIPID


Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam
lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai
indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok
sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil
dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat
dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh
memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai
dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening.
Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh
golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang
hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble.
( Budha,K.1981 )
UJI KETENGIKAN
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang
sudah tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji
dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam
erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera
ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur
lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini
bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida (Syamsu 2007).
UJI SALKOWSKI UNTUK KOLESTEROL
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama
ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam
sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan
asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008).
UJI LIEBERMAN BUCHARD
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah
mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10
tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski).
Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit.

Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang
berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang
menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif
Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink
kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.(WikiAnswers 2013).
UJI BILANGAN IOD
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,sedangkan lemak yang
barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam
lemak jenuh,sedangkan lemak cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak
jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan
iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium
mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan
rangkap,makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan minyak ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak umumnya berasal dari
tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak
berbentuk padat dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak dan
minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. (Hart, 1987)

BAB III METODE


3.1.

Bahan dan Alat

3.1.1 Bahan

Minyak Kelapa

Minyak kelapa sawit

Mentega

Margarin

Vitamin E ( tokoferol )

2.

Pelarut :

Eter

Kloroform

Alkohol panas

Alkohol dingin

Basa encer

Asam encer

Aquadest

3.1.2 Alat

Gelas piala
Erlenmeyer
Buret
Batang pengaduk
Pipet tetes
Aluminium foil
Timbangan

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Uji kelarutan
1.
Dimasukkan 5 ml pelarut atau pereaksi ke dalam tabung reaksi yang sudah di bersihkan.
2.
Dimasukkan bahan percobaan sebanyak 0,5 gram ke dalam tabung yang sudah berisi bahan pelarut.
3.
Kemudian dikocok isi tabung dengan kuat-kuat dan diamati apa yang terjadi.
4.
Kemudian untuk dapat melihat apakah terlarut, maka pelarut diuapkan.
3.2.2. Reaksi Penyabunan
1.
Dimasukkan 10 ml minyak kedalam beaker gelas dan ditambahkan 15 ml 0,1 N NaOH.
2.
Kemudian dipanaskan sampai mencapai suhu 80 C sambil diaduk dan di amati apa yang terjadi.
3.
Lalu didiamkan selama 24 jam dan di amati keesokan hari nya.
3.2.3. Terjadinya Emulsi

1.
2.

Dimasukkan 3 ml air kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes NaCO 0,5N.
Dimasukkan 1 ml minyakke dalam, kemudian dikocok dan dicatat waktu yang dibutuhkan sampai
terjadi emulsi. Percobaan ini diulangi untuk minyak tengik.lalu dilihat lah dan sekaligus buat
pembahasan dari dua contoh ini.
3.
Disediakan 2 buah tabung reaksi, lalu masing-masing diisi dengan 2 ml minyak dan tambahkan 3 ml
air. Diamati apa yang terjadi
4.
Kemudian dimasukkam 1 ml putih telur pada tabung pertama dan pada tabung kedua dimasukkan 1 ml
kuning telur. Selanjutnya kocok dan diamati apa yang terjadi.
3.2.4. Uji ketidakjenuhan
1.
Dimasukkan 1 ml masing-masing bahan percobaan kedalam tabung reaksi yang bersih,kemudian
tambahkan 1 ml benzena.
2.
Dikocok tabung raksi hingga semua bahan larut.
3.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan yodium 0,1 N sambil dikocok.
4.
Lalu dilihat perubahan dan perbedaan yang terjadi antara bahan yang satu dengan yang lain.
3.2.5. Ekstraksi dan Uji kholestrol
1.
Diambil otak sapi dengan cara menggores dengan menggunakan kaca halus. Lalu dimasukkan
kedalam erlenmeyer dan ditambahkan eter secukupnya dan ditutup dengan kertas aluminium foil.
2.
Kemudian dikocok dengan menggunakan magnetik stirrer selama 1 jam dan selanjutnya disaring.
3.
Selanjutnya filtratnya diuapkan pada kaca arloji pada ruang asam. Keristal yang diperoleh merupakan
kholestrol.
4.
Untuk menguji kholestrol, kristal tadi yang diperoleh tambahkan 2-3 ml kloroform. Melalui dinding
tabung ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat perlahan-lahan serta ditambahkan 3 tetes asam sulfat
oekat. Kemudian diamati dan dicatat apa yang terjadi.

BAB IV PEMBAHASAN
4.1.

Data ( Terlampir )

4.2.

Pembahasan
Dari hasil percobaan pada uji kelarutan, uji penyabunan, uji noda, dan asam basa terlihat jumlah
dan perbedaan lipid/lemak memilki sifat-sifat tersendiri pada bahan yang diujikan, yaitu minnyak
kelapa sawit, minyak kelapa, margarin dan mentega akan berubah warnanya setelah ditetesi oleh zat-zat
yang telah dilakukan pada percobaab diatas. Komponen bahan yang pertama minyak kelapa

,di

tambahkan eter 5 ml kemudian di kocok kuat-kuat setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu
80 C dan menghasilkan warna kuning, Aroma berbau eter, dan teksturnya terlarut. Kemudian minyak
kelapa di tambahkan klorofrom 5 ml lalu di kocok kuat-kuat setelah itu di masukkan kedalam oven
dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna bening, aroma berbau kloroform,dan teksturnya terlarut.
Lalu minyak kelapa di campurkan dengan alkohol dingin sebanyak 5 ml kemudian dikocok kuat-kuat
seielah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna putih susu,aroma
tidak berbau,dan teksturnya mengendap.dan yang terakhir alkohol panas ditambahkan alkohol panas
sebanyak 5 ml lalu dikocok kuat-kuat setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan
menghasilkan warna putih susu, aroma berbau alkohol, dan teksturnya mengendap. Kemudian bahan
kedua minyak kelapa sawit, di tambahkan eter 5 ml kemudian di kocok kuat-kuat setelah itu
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna kunning, Aroma berbau eter,
dan teksturnya terlarut. Kemudian minyak kelapa sawit di tambahkan klorofrom 5 ml lalu di kocok
kuat-kuat setelah itu di masukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna bening,
aroma berbau kloroform,dan teksturnya terlarut. Lalu minyak kelapa sawit di campurkan dengan
alkohol dingin sebanyak 5 ml kemudian dikocok kuat-kuat seielah itu dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna pitih kekuningan,aroma tidak berbau,dan teksturnya
mengendap.dan yang terakhir alkohol panas ditambahkan alkohol panas sebanyak 5 ml lalu dikocok
kuat-kuat setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna putih ,
aroma tidak berbau, dan teksturnya terlarut. Bahan ketiga margarin, di tambahkan eter 5 ml kemudian
di kocok kuat-kuat setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna
kuning, Aroma berbau eter, dan teksturnya terlarut. Kemudian margarin di tambahkan klorofrom 5 ml
lalu di kocok kuat-kuat setelah itu di masukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan
warna kuning, aroma berbau kloroform,dan teksturnya terlarut. Lalu margarin di campurkan dengan
alkohol dingin sebanyak 5 ml kemudian dikocok kuat-kuat seielah itu dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna bening kekuningan,aroma berbau margarin,dan teksturnya
mengendap.dan yang terakhir alkohol panas ditambahkan alkohol panas sebanyak 5 ml lalu dikocok
kuat-kuat setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 80 C dan menghasilkan warna bening
kekuningan , aroma berbau margarin, dan teksturnya mengendap.dan pada percobaan yang kedua yaitu
menentukan reaksi penyabunan dengan bahan percobaan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa.

Percobaan pertama dimasukkan 10 ml minyak kelapa sawit kedalam beaker glas dengan penambahan
bahan larutan 15 ml 0,1 N NaOH kemudian dipanaskan sampai suhu 80 C sambil diaduk dan diamati
apa yang terjadi. Apabila belum terjadi apa-apa terhadap bahan tersebut maka dibiarkan dulu hingga
dingin lalu beaker glas yang berisi minyak kelapa sawit yang diuapkan tadi di tutup dengan kertas
aluminium foil dan disimpan hingga besok dan hasilnya kelihatan. Percobaan ke dua dimasukkan 10
ml minyak kelapa kedalam beaker glas dengan penambahan bahan larutan 15 ml 0,1 N NaOH
kemudian dipanaskan sampai suhu 80 C sambil diaduk dan diamati apa yang terjadi. Apabila belum
terjadi apa-apa terhadap bahan tersebut maka dibiarkan dulu hingga dingin lalu beaker glas yang berisi
minyak kelapa sawit yang diuapkan tadi di tutup dengan kertas aluminium foil dan disimpan hingga
besok dan hasilnya kelihatan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
5.2.

Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari golongan yang berbeda.
Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform.
lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter.
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang
mengandung gugus lain.
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya
adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Saran
Sedikit saran dari saya kepada asisten lab agar dapat memperhatikan para praktikal yang belum
mengerti dalam menjalankan praktikum tersebut. Kepada asisten lab agar tidak bosan mengajari kami,
dan selalu mengingatkan kami para praktikal. Harapan saya semoga praktikum Biokimia ini dapat
berjalan dengan baik sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA
Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya.Fakultas teknologi dan pertanian
Universitas Udayana:
Denpasar
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian.
Fakultas Teknologi
pertanian UGM: Yogyakarta
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta : Erlangga.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.
UniversitasIndonesia press: Jakarta
Pramarsh. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo
Syamsu,2007. Kimia Organik. Edisi I. Binarupa Aksara : Jakarta.
Trilaksani,W.2013.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan. Laporan
penelitian.Bogor:IPB

Laporan Pengujian Lemak Praktikum Biokimia Umum


ACARA IV
PENGUJIAN LEMAK

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lipid merupakan senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam
air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform,
benzene atau eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun kloroform, benzene
atau eter. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom
karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor
hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut
dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu
sama lain berdasarkan komponen dasarnya, sumber penghasilnya, kandungan asam
lemaknya, maupun sifat-sifat kimianya (Poedjadi, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum ini untuk mengetahuai pengaruh jenis pelarut terhadap sifat kelarutan lemak,
mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak, dan mengetahui sifat
penyabunan dua jenis garam asam lemak (sabun).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahuai pengaruh jenis pelarut
terhadap sifat kelarutan lemak, mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak,
dan mengetahui sifat penyabunan dua jenis garam asam lemak (sabun).

TINJAUAN PUSTAKA
Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga terikat pada
plasma sebagai mekanisme transport dalam serum. Lipid dapat diekstraksi dengan
pelarut organik seperti eter, benzene dan kloroform dan tetraklormetana. Lipid penting
karena memilki nilai energi yang tinggi, bahan isolasi dan pelindung yang terdapat pada
jaringan-jaringan dibawah kulit dan mengelilingi organ-organ tertentu misalnya jaringan
syaraf (Riawan, 2009).
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting
pada kehidupan. Selain memilki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap
kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian dari
membrane sel, mediator aktivitas aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga
keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E
dan K. Penambhan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur
makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak
yang dikonsumsi (Sartika, 2008).
Minyak dan lemak termasuk lipid netral. Minyak dan lemak berperan sangat
penting dalam gizi kita yaitu sebagai sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin A, D,
E dan K. Setiap gram lemak mengandung 2,25 kali dari jumlah kalori yang dihasilkan oleh
satu gram protein atau karbohidrat. Satu gram minyak atau lipid dapat menghasilkan 9
kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak
atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti
asam linoleat, asam linolenat dan asam arkidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol (Winarno dalam Oktaviani, 2009).
Asam lemak adalah bagian penting dari seluruh jaringan tubuh dan merupakan
bagian utama senyawa fodpolipid membran sel. Dalam tubuh, asam lemak tidak hanya
diperkukan untuk sintesa membran, modifikasi protein dan kabohidrat, pembangunan
beberapa elemen struktur dalam sel dan jaringan, menghasilkan senyawa penanda dan

bahan bakar, tetapi juga untuk melarutkan berbagai macam bagian seluler serta
ekstraseluler yang sulit larut dan nonpolar (Tuminah, 2010).
Secara kimia, lemak dibagi menjadi tiga yaitu lemak sederhana, lemak majemuk
dan turunan lemak. Lemak sederhana yaitu apabila dihidrolisis akan menghasilkan
alkohol, biasanya berupa gliserol serta menghasilkan asam lemak. Lemak majemuk yaitu
apabila dihidrolisis akan mengahasilkan alkohol, asam lemak dan senyawa lainnya seperti
fosfat, asam amino,
mengandung

listrik

basa
atau

organik,
paling

seperti

tidak

kolin

mempunyai

atau

betain.

pengkutuban

Lemak

majemuk

muatan

dalam

molekulnya, sehingga lebih mudah berinteraksi dengan air. Turunan lemak yaitu berbagai
senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu,
yang termasuk dalam kelompok ini adalah gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut
menyusun lemak, asam lemak dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak
tanpa ikatan rangkap (jenuh) (Sistiawan, 2011).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet
ukur, pipet tetes, gelas piala, filler, rak tabung reaksi, kertas label, tissue dan erlenmeyer.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kloroform,
aquades, etanol, minyak baru, minyak bekas, sabun 1 %, deterjen 1 %, CaCl2 0,5 %,
MgCl2 0,5 %, FeCl2 0,5 %, asam asetat kloroform dan I2.
Prosedur Kerja

HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Jenis Pelarut Terhadap Kelarutan Lemak


Jenis Pelarut

Minyak Goreng

Aquades

Atas kuning keruh, bawah putih bening (tidak terlarut)

Kloroform

Kuning bening (terlarut)

Etanol

Atas putih keruh, bawah kuning bawah (tidak menyatu)

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Sifat Penyabunan dari Dua Jenis Garam Asam Lemak
Larutan Uji

Sabun

Deterjen

CaCl2 0,5 %

+3

+2

MgCl2 0,5 %

+2

+2

FeCL2 0,5 %

+1

+1

Aquades

+3

+3

Minyak

+2

+1

Keterangan : +1

: Sedikit Busa

+2

: Banyak Busa

+3

: Sangat banyak Busa

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Uji Ketidakjenuhan Dua Jenis Minyak


Sampel

Warna Iodin

Setelah 5 Menit dalam Suhu Kamar

Aquades

++

Sebagai control

Minyak Baru

Kejenuhan turun, intensitas

Minyak Bekas

+++

Iodium tidak terikat, ikatan rangkap

Keterangan :
+
++

= Merah Muda Bening


= Merah Muda

+++ = Merah Muda Keras

PEMBAHASAN

Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C 2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzene
dan hidrokarbon lainnya. Lemak sederhana merupakan eter dari asam lemak. Hidrolisis
dari suatu lemak akan dihasilkan suatu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak.
Lemak dan minyak keduanya adalah lemak sederhana, perbedaannya terletak pada
banyaknya ikatan rangkap (ketidakjenuhan). Lemak air dalam tempratur kamar disebut
minyak (oil), sedangkan yang berbentuk padat disebut lemak (fat) (Andriyanto, 2013).
Uji kelarutan lemak terhadap tiga pelarut yang digunakan yaitu kloroform,
aquades, dan etanol. Setelah masing-masing pelarut tersebut ditambahkan 2 ml minyak
terjadi penyatuan atau terlarut hanya pada kloroform, sedangkan pada aquades dan
etanol tidak terjadi. Penyatuan yang terjadi dikarenakan kloroform merupakan larutan
non-polar sehingga adanya momen dipole pada zat terlarut maupun pelarutnya sehingga
mampu berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Ketidaklarutan yang terjadi pada
aquades dan etanol disebabkan karena kedua larutan tersebut merupakan larutan polar
sedangkan minyak tidak larut dalam larutan polar sehingga sukar terjadinya penyatuan
antara kedua larutan tersebut dengan minyak. Pada aquades, minyak berada pada
bagian atas larutan karena massa jenis minyak lebih kecil daripada massa jenis air.
Sedangkan pada etanol, minyak berada pada bagian bawah karena massa jenis etanol
lebih kecil daripada massa jenis minyak.
Uji penyabunan lemak digunakan 5 jenis larutan yaitu CaCl 2 0,5 %pada gelas piala
1 dan 5, MgCl2 0,5 % pada gelas piala 2 dan 6, FeCl 2 0,5 % pada gelas piala 3 dan 7,
aquades pada gelas piala 4 dan 8, minyak pada gelas piala 5 dan 10. Gelas piala 1-5
diberi sabun sedangkan gelas piala 6-10 diberi deterjen. Larutan CaCl 2 yang diberikan
sabun

menghasilkan

sangat

banyak

sabun

sedangkan

yang

diberikan

deterjen

menghasilkan banayak sabun. Larutan MgCl 2 pada kedua gelas piala yang masing-masing
diisi sabun dan deterjen menghasilkan banyak busa. Larutan FeCl 3 menghasilkan sedikit

busa pada kedua gelas pila. Larutan aquades pada kedua gelas piala menghasilkan
sangat banyak busa dikarenakan air merupakan senyawa polar dan sabun alkalinya
bersifat non-polar sehingga ada gaya tarik menarik yang mengakibatkan gumpalangumpalan berbentuk koloid yaitu busa, aquades merupakan jenis air yang tidak atau
bukan sadah sehingga menghasilkan sedikit busa. Larutan minyak yang diberikan sabun
menghasilkan banyak busa dan pada deterjen menghasilkan sedikit busa. Dari hasil yang
didapat diketahui bahwa hamper pada semua larutan, yang diberikan sabun menhasilkan
busa yang lebih banyak dibandingkan larutan yang diberikan deterjen. Ini disebabkan
karena adanya kesadahan air pada larutan tersebut. Air sadah merupakan air yang
mengandung logam-logam seperti Cu 2+, Mg2+, Fe2+ dan lain sebagainya. Kesadahan air
dapat menurunkan efesiensi dari sabun dan deterjen. Ini dibuktikan dengan adanya
perbedaan jumlah busa yang dihasilkan antara sabun dan deterjen ini dikarenakan sabun
dan deterjen memilki sufaktor yaitu senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Jadi sabun memilki efisiensi yang lebih besar disbanding dengan efisiensi
deterjen karena sabun menghasilkan lebih banyak busa dibandingkan dengan deterjen
pada air sadah. Semakin banyak busa yang dihasilkan setiap larutan menandakan tingkat
penyabunan yang terjadi semakin tinggi.
Uji ketidakjenuhan lemak, percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya
ikatan tidak jenuh. Pada percobaan ini digunakan 3 jenis sampel yaitu aquades, minyak
baru dan minyak bekas setiap larutan kemudian ditambahkan asam asetat kloroform dan
larutan iodium dan digoyangkan agar tercampur. Pada larutan aquades setelah ditetesi
larutan iodium menghasilkan warna merah muda, warna ini merupakan warna netral
karena aquades hanya sebagai control. Pada larutan minyak baru menghasilkan warna
merah muda bening, warna iodium pada larutan apling pudar daripada yang lain
disebabkan karena minyak baru mempunyai ikatan rangkap paling banyak daripada yang
lain. Iodium tersebut mereduksi

ikatan rangkap pada minyak baru menjadi ikatan

tunggal, karena banyaknya ikatan rangkap yang diputus, maka warna iodium semakin
pudar. Pada larutan minyak bekas menhasilkan warna merah muda keras karena tidak
terjadi pemutusan rantai rangkap oleh iodium. Iodium tidak mampu lagi memutuskan
rantai rangkap pada minyak bekas, karena minyak bekas sudah mengalami proses

pemanasan yang terus menerus sehingga terhidrolisis dan rantai rangkapnya menjadi
ikatan rantai rangkap tidak jenuh. Ketidakjenuhan pada lemak ditunjukkan dengan
kepudaran warna iodium. Semakin pudar warna iodium, maka sampel semakin tidak
jenuh yaitu pada minyak baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :
1. Lemak adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air, tetapi larut pada larutan
nonplar seperti kloroform, eter, atau benzene.
2. Kelarutan lemak terjadi pada larutan nonpolar yaitu, kloroform, sedangkan pada aquades
dan etanol tidak terjadi penyatuan karena merupakan larutan nonpolar.
3. Kesadahan air dapat menurunkan efisiensi dari sabun dan deterjen, ini dibuktikan dengan
adanya perbedaan jumlah busa yang dihasilkan dari sabun lebih banyak dibandingkan
deterjen.
4. Ketidakjenuhan suatu sampel yang ditandai dengan kepudaran warna dari iodium
disebabkan karena larutan iodium memutuskan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
5. Sabun menghasilkan busa yang banyak dibandingkan dengan deterjen, semakin banyak
busa yang dihasilkan menandakan tingkat penyabunan yang terjadi semakin tinggi.

Nb : Daftar Pustaka ada Di halaman yang berbeda ^_^ Klik Disini


Diposkan oleh putri syawal di 19.06

Laporan Pengujian Lemak Praktikum Biokimia Umum


ACARA IV
PENGUJIAN LEMAK

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lipid merupakan senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam
air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform,
benzene atau eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun kloroform, benzene
atau eter. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom
karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor
hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut
dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu
sama lain berdasarkan komponen dasarnya, sumber penghasilnya, kandungan asam
lemaknya, maupun sifat-sifat kimianya (Poedjadi, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum ini untuk mengetahuai pengaruh jenis pelarut terhadap sifat kelarutan lemak,
mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak, dan mengetahui sifat
penyabunan dua jenis garam asam lemak (sabun).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahuai pengaruh jenis pelarut
terhadap sifat kelarutan lemak, mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak,
dan mengetahui sifat penyabunan dua jenis garam asam lemak (sabun).

TINJAUAN PUSTAKA
Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga terikat pada
plasma sebagai mekanisme transport dalam serum. Lipid dapat diekstraksi dengan
pelarut organik seperti eter, benzene dan kloroform dan tetraklormetana. Lipid penting
karena memilki nilai energi yang tinggi, bahan isolasi dan pelindung yang terdapat pada
jaringan-jaringan dibawah kulit dan mengelilingi organ-organ tertentu misalnya jaringan
syaraf (Riawan, 2009).
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting
pada kehidupan. Selain memilki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap
kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian dari
membrane sel, mediator aktivitas aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga
keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E
dan K. Penambhan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur
makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak
yang dikonsumsi (Sartika, 2008).
Minyak dan lemak termasuk lipid netral. Minyak dan lemak berperan sangat
penting dalam gizi kita yaitu sebagai sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin A, D,
E dan K. Setiap gram lemak mengandung 2,25 kali dari jumlah kalori yang dihasilkan oleh
satu gram protein atau karbohidrat. Satu gram minyak atau lipid dapat menghasilkan 9
kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak
atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti
asam linoleat, asam linolenat dan asam arkidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol (Winarno dalam Oktaviani, 2009).
Asam lemak adalah bagian penting dari seluruh jaringan tubuh dan merupakan
bagian utama senyawa fodpolipid membran sel. Dalam tubuh, asam lemak tidak hanya
diperkukan untuk sintesa membran, modifikasi protein dan kabohidrat, pembangunan
beberapa elemen struktur dalam sel dan jaringan, menghasilkan senyawa penanda dan

bahan bakar, tetapi juga untuk melarutkan berbagai macam bagian seluler serta
ekstraseluler yang sulit larut dan nonpolar (Tuminah, 2010).
Secara kimia, lemak dibagi menjadi tiga yaitu lemak sederhana, lemak majemuk
dan turunan lemak. Lemak sederhana yaitu apabila dihidrolisis akan menghasilkan
alkohol, biasanya berupa gliserol serta menghasilkan asam lemak. Lemak majemuk yaitu
apabila dihidrolisis akan mengahasilkan alkohol, asam lemak dan senyawa lainnya seperti
fosfat, asam amino,
mengandung

listrik

basa
atau

organik,
paling

seperti

tidak

kolin

mempunyai

atau

betain.

pengkutuban

Lemak

majemuk

muatan

dalam

molekulnya, sehingga lebih mudah berinteraksi dengan air. Turunan lemak yaitu berbagai
senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu,
yang termasuk dalam kelompok ini adalah gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut
menyusun lemak, asam lemak dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak
tanpa ikatan rangkap (jenuh) (Sistiawan, 2011).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet
ukur, pipet tetes, gelas piala, filler, rak tabung reaksi, kertas label, tissue dan erlenmeyer.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kloroform,
aquades, etanol, minyak baru, minyak bekas, sabun 1 %, deterjen 1 %, CaCl2 0,5 %,
MgCl2 0,5 %, FeCl2 0,5 %, asam asetat kloroform dan I2.
Prosedur Kerja

HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Jenis Pelarut Terhadap Kelarutan Lemak


Jenis Pelarut

Minyak Goreng

Aquades

Atas kuning keruh, bawah putih bening (tidak terlarut)

Kloroform

Kuning bening (terlarut)

Etanol

Atas putih keruh, bawah kuning bawah (tidak menyatu)

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Sifat Penyabunan dari Dua Jenis Garam Asam Lemak
Larutan Uji

Sabun

Deterjen

CaCl2 0,5 %

+3

+2

MgCl2 0,5 %

+2

+2

FeCL2 0,5 %

+1

+1

Aquades

+3

+3

Minyak

+2

+1

Keterangan : +1

: Sedikit Busa

+2

: Banyak Busa

+3

: Sangat banyak Busa

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Uji Ketidakjenuhan Dua Jenis Minyak


Sampel

Warna Iodin

Setelah 5 Menit dalam Suhu Kamar

Aquades

++

Sebagai control

Minyak Baru

Kejenuhan turun, intensitas

Minyak Bekas

+++

Iodium tidak terikat, ikatan rangkap

Keterangan :
+
++

= Merah Muda Bening


= Merah Muda

+++ = Merah Muda Keras

PEMBAHASAN

Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C 2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzene
dan hidrokarbon lainnya. Lemak sederhana merupakan eter dari asam lemak. Hidrolisis
dari suatu lemak akan dihasilkan suatu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak.
Lemak dan minyak keduanya adalah lemak sederhana, perbedaannya terletak pada
banyaknya ikatan rangkap (ketidakjenuhan). Lemak air dalam tempratur kamar disebut
minyak (oil), sedangkan yang berbentuk padat disebut lemak (fat) (Andriyanto, 2013).
Uji kelarutan lemak terhadap tiga pelarut yang digunakan yaitu kloroform,
aquades, dan etanol. Setelah masing-masing pelarut tersebut ditambahkan 2 ml minyak
terjadi penyatuan atau terlarut hanya pada kloroform, sedangkan pada aquades dan
etanol tidak terjadi. Penyatuan yang terjadi dikarenakan kloroform merupakan larutan
non-polar sehingga adanya momen dipole pada zat terlarut maupun pelarutnya sehingga
mampu berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Ketidaklarutan yang terjadi pada
aquades dan etanol disebabkan karena kedua larutan tersebut merupakan larutan polar
sedangkan minyak tidak larut dalam larutan polar sehingga sukar terjadinya penyatuan
antara kedua larutan tersebut dengan minyak. Pada aquades, minyak berada pada
bagian atas larutan karena massa jenis minyak lebih kecil daripada massa jenis air.
Sedangkan pada etanol, minyak berada pada bagian bawah karena massa jenis etanol
lebih kecil daripada massa jenis minyak.
Uji penyabunan lemak digunakan 5 jenis larutan yaitu CaCl 2 0,5 %pada gelas piala
1 dan 5, MgCl2 0,5 % pada gelas piala 2 dan 6, FeCl 2 0,5 % pada gelas piala 3 dan 7,
aquades pada gelas piala 4 dan 8, minyak pada gelas piala 5 dan 10. Gelas piala 1-5
diberi sabun sedangkan gelas piala 6-10 diberi deterjen. Larutan CaCl 2 yang diberikan
sabun

menghasilkan

sangat

banyak

sabun

sedangkan

yang

diberikan

deterjen

menghasilkan banayak sabun. Larutan MgCl 2 pada kedua gelas piala yang masing-masing
diisi sabun dan deterjen menghasilkan banyak busa. Larutan FeCl 3 menghasilkan sedikit

busa pada kedua gelas pila. Larutan aquades pada kedua gelas piala menghasilkan
sangat banyak busa dikarenakan air merupakan senyawa polar dan sabun alkalinya
bersifat non-polar sehingga ada gaya tarik menarik yang mengakibatkan gumpalangumpalan berbentuk koloid yaitu busa, aquades merupakan jenis air yang tidak atau
bukan sadah sehingga menghasilkan sedikit busa. Larutan minyak yang diberikan sabun
menghasilkan banyak busa dan pada deterjen menghasilkan sedikit busa. Dari hasil yang
didapat diketahui bahwa hamper pada semua larutan, yang diberikan sabun menhasilkan
busa yang lebih banyak dibandingkan larutan yang diberikan deterjen. Ini disebabkan
karena adanya kesadahan air pada larutan tersebut. Air sadah merupakan air yang
mengandung logam-logam seperti Cu 2+, Mg2+, Fe2+ dan lain sebagainya. Kesadahan air
dapat menurunkan efesiensi dari sabun dan deterjen. Ini dibuktikan dengan adanya
perbedaan jumlah busa yang dihasilkan antara sabun dan deterjen ini dikarenakan sabun
dan deterjen memilki sufaktor yaitu senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Jadi sabun memilki efisiensi yang lebih besar disbanding dengan efisiensi
deterjen karena sabun menghasilkan lebih banyak busa dibandingkan dengan deterjen
pada air sadah. Semakin banyak busa yang dihasilkan setiap larutan menandakan tingkat
penyabunan yang terjadi semakin tinggi.
Uji ketidakjenuhan lemak, percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya
ikatan tidak jenuh. Pada percobaan ini digunakan 3 jenis sampel yaitu aquades, minyak
baru dan minyak bekas setiap larutan kemudian ditambahkan asam asetat kloroform dan
larutan iodium dan digoyangkan agar tercampur. Pada larutan aquades setelah ditetesi
larutan iodium menghasilkan warna merah muda, warna ini merupakan warna netral
karena aquades hanya sebagai control. Pada larutan minyak baru menghasilkan warna
merah muda bening, warna iodium pada larutan apling pudar daripada yang lain
disebabkan karena minyak baru mempunyai ikatan rangkap paling banyak daripada yang
lain. Iodium tersebut mereduksi

ikatan rangkap pada minyak baru menjadi ikatan

tunggal, karena banyaknya ikatan rangkap yang diputus, maka warna iodium semakin
pudar. Pada larutan minyak bekas menhasilkan warna merah muda keras karena tidak
terjadi pemutusan rantai rangkap oleh iodium. Iodium tidak mampu lagi memutuskan
rantai rangkap pada minyak bekas, karena minyak bekas sudah mengalami proses

pemanasan yang terus menerus sehingga terhidrolisis dan rantai rangkapnya menjadi
ikatan rantai rangkap tidak jenuh. Ketidakjenuhan pada lemak ditunjukkan dengan
kepudaran warna iodium. Semakin pudar warna iodium, maka sampel semakin tidak
jenuh yaitu pada minyak baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :
1. Lemak adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air, tetapi larut pada larutan
nonplar seperti kloroform, eter, atau benzene.
2. Kelarutan lemak terjadi pada larutan nonpolar yaitu, kloroform, sedangkan pada aquades
dan etanol tidak terjadi penyatuan karena merupakan larutan nonpolar.
3. Kesadahan air dapat menurunkan efisiensi dari sabun dan deterjen, ini dibuktikan dengan
adanya perbedaan jumlah busa yang dihasilkan dari sabun lebih banyak dibandingkan
deterjen.
4. Ketidakjenuhan suatu sampel yang ditandai dengan kepudaran warna dari iodium
disebabkan karena larutan iodium memutuskan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
5. Sabun menghasilkan busa yang banyak dibandingkan dengan deterjen, semakin banyak
busa yang dihasilkan menandakan tingkat penyabunan yang terjadi semakin tinggi.

Daftar Pustaka Laporan Biokimia Umum


Ini adalah daftar pustaka dari semua laporan Biokimia, silahkan cari sendiri ya... ^_^

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2013. MSDS Asam Sulfat H2SO4. http://mbingboo29.blogspot.com/20 13/01/msdsasam-sulfat,h2so4.html. (Diakses tanggal 15 Oktober 2014).
Anonim2, 2012. MSDS Garam. http://kimorg7.blogspot.com/2012/09/msds-garam. html. (Diakses
tanggal 15 Oktober 2014).
Arofah, C, 2010. Identifikasi Kesalahan Konsep Buffer pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5
Malang. Jurnal Penelitian. Vol. 2 (34): 1-14.
Azam K., 2012. MSDS Natrium Karbonat.http://khoirulazam89.blogspot.com/2012 /03/msdsnatrium-karbonat.html. (Diakses tanggal 15 Oktober 2014).
Budiman, A.K, 2009. Protein dan Asam Amino. Universitas Sumatra Utara. Sumatra.
Djakani, H, dkk, 2013. Gambaran kadar Gula Darah Puasa pada laki-laki Usia 40-59 Tahun. Jurnal
e-Biomedik. Vol. 1 (1): 71-75.
Fessenden, R.J., 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta.

Fitria,

2013. Larutan Penyagga. http://fitriadewi80. blogspot.com


penyagga.html. (Diakses tanggal 04 Desember 2014).

/2013/05

/larutan-

Imam, K, 2010. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta.


Kalsum, 2009. Penuntun Praktikum Biokimia. Gramedia. Jakarta.
Manruw, 2010. Pengantar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Martoharsono, S., 2008. Biokimia 2. UGM-Press. Yogyakarta.
Milady, 2009. Larutan Penyagga. Universitas Indonesia. Jakarta.
Oktavia, F.I., 2014, Hidrolisis Enzimatik Ampas Tebu (Bagasse) Memanfaatkan Enzim Selulosa dari
Mikrofungsi Trichoderma Reseei dan Aspergillus Niges Sebagai Katalisator dengan
Petreatment Microwave. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 2 (3):
256-262.
Oktaviana, N. D., 2009. Hubungan Lamanya Pemanasan dengan Kerusakan Minyak Goreng
Ditinjau dari Bilangan Polisakarida. Jurnal Biokimia. Vol. 1 (1): 31-35.
Padmono, D., 2007. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyangga (Buffer Capasity) Dalam Sistem
Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 8 (2): 119-127.
Poedjadi, M., 2008. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Poedjadi, M., 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Poedjiadi, M., 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta
Prabowo E., 2009. Laporan Praktikum Kimia Dasar. Universitas Lambung Mangkurat. Banjar baru.
Pranata, C.F, 2004. Kimia dasar 2 : commoa Textbook. UM Press. Malang.
Primacitra, D.Y.,2014,Pengaruh Penambahan Probiotik (lactoba cillus.sp) dalam Pakan Terhadap
Energi Metabolisme, Kecernaan Proton dan Aktivitas Enzim Burung Puyu. Jurnal Ternak
Tropika. Vol. 15 (1): 74-79.
Pujiyanti, 2008. Menjelajah Dunia Biologi Platinum. Jakarta.
Purwo, A., 2010. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. ITB Press. Bandung.
Riawan, M., 2010. Minyak Sumber penanganan, pengolahan, dan Pemurnian. ITB. Bandung.
Rohman, T., 2011. Penanganan Bahan Kimia dengan Alat Gelas Kimia Serta Penanganan Karbon
Akibat Kontak dengan Bahan Kimia. Makalah Seminar Pada Pelatihan Dosen Biokimia.
Banjarbaru.
Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak
Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 2 (4) : 154 160.

Trans

Setiawati, 2009. Biokimia I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


Sirajuddin, S., dan Najamuddin U., 2011. Biokimia. UNHAS-Press. Makassar.
Sistiawan, W. 2011. Modul Praktikum Biokimia. Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.

Sukabumi.

Soenardi, 2008. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Universitas Ilmu Pangan dan Gizi. Jakarta.

Sumardjo, D., 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Strata 1 Fakultas Bioeksakta. EGC. Jakarta.
Tuminah, S., 2010. Efek Perbedaan Sumber dan Struktur Kimia Asam Lemak Jenuh Terhadap
Kesehatan. Jurnal Penelitian Kesehatan. Vol. 38 (1): 43-51
Umar, S., 2008. Analisis Karbohidrat. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wahyudi, 2005. Kimia Organik II. UM Press. Malang.
Waltor M., 2010. Penuntun Dasar-Dasar Kimia. Media Cipta. Jakarta.
Wirahadikusuma, M., 2008. Biokimia Protein Enzim dan Asam Nukleat. ITB- Press. Bandung.
Wiratmaja, I. G., dkk., 2011. Pembuatan Etanol Generasi Kedua dengan Memanfaatkan Limbah
Rumput Laut Eucheuma cattonii sebagai Bahan Baku. Jurnal ilmiah teknik mesin. Vol. 5
(1): 75-84.
Yuniarti, H., dkk., 2012. Komponen Bioaktif Protein dan Lemak Dalam Susu Kuda Liar. Jurnal
Peneletian Kesehatan. Vol. 40 (2): 66-74.

Zulfiky, 2009. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


BIOKIMIA
(Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

Disusun oleh:
NAMA

LASINRANG ADITIA

NIM

60300112034

KELAS

BIOLOGI A

KELOMPOK

IV (Empat)

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul Uji Pembentukan Emulsi
Lipid yang disusun oleh:
Nama
Nim
Kelas

: Lasinrang Aditia
: 60300112034
: Biologi A

Kelmpok

: IV (empat)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.


Samata-Gowa, 30 Desember 2013
Kordinator Asisten

Asisten

(Ika Dian Rostika)


60300111021

(Fifi Dismayanti)
60300111011

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Eka Sukmawati S.Si, M.Si)

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui terjadinya
pembentukan emulsi dari minyak.
B. Dasar Teori
Lipid didenifisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang diekstraksi dari
mahluk hidup dengan menggunakan pelarut yang kurang polar atau pelarut nonpolar.
Istilah lipid mencakup golongan senyawa-senyawa yang memiliki keanekaragaman
struktur, dan tidak ada skema penggolongan lipid yang bisa diterima di seluruh dunia.
Ciri khas yang umum dijumpai di semua lipid adalah kandungan hidrokarbonnya
diturunkan dari polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi

rantai segera setelah

rantai itu terbentuk contohnya, polimerisasi asetat menghasilkan rantai hidrokarbon


linear yang panjang. Asam lemak yang terjadi pada proses hidrolisasi lemak, mengalami
proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A
(Poedjiadi, 2004).
Lipid dibagi atas 3 golongan yaitu: Lipid sederhana yang terdiri atas ester dari
asam-asam lemak gliserol. Ada 3 jenis lemak sederhana yaitu, lemak yang strukturalnnya
pada dalam suhu kamar, minyak yang strukturnya cair dalam suhu kamar dan lilin atau
malam yang merupakan ester asam lemak dengan alkohol. Lipid campuran fosfolifid
ester yang mengandung asam lemak dan yang mengandung gugus lain yang terikat
pada alkohol misalnya fosfolipida dan glikopida. Derivat lipid adalah zat yang berasal dari
hasil hidrolisis zat-zat tersebut antara lain lemak jenuh dan tidak jenuh, alkohol, gliserol,
sterol, dan lemak aldehid (Taufik, 2010).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan sumber
energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang disimpan pada
jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai

pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa memiliki


beberapa fungsi misalnya kolestrol berperan dalam proses pengangkutan lemak dalam
tubuh. Estrogen dan testoleron berfungsi sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol
dan ergastrol berperan sebagai provitamin D (Sutresna, 2009).
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi)
dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua
bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain, seperti
air dan minyak. Dikarenakan setiap bahan pangan memilki karakteristik masing-masing
maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang
berbeda-beda. Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: pertama, fase
terdispersi (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase
internal). Kedua, fase pendispersi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal). Terakhir emulgator (zat yang
digunakan dalam kestabilan emulsi) (Fessenden, 1990).
Minyak bersifat tidak larut dalam pelarut polar & larut dalam pelarut non polar.
Pengemulsian adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Sabun
adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai asam lemak yang terdapat di alam
bebas. Digunakan natrium karbonat atau natrium hidroksida untuk proses pembuatan
sabun. Secara umum reaksi hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan asam lemak + NaOH
menghasilkan air & garam. Natrium stear dengan 18 karbon adalah sabun yang sangat
keras dan tidak larut (Taufik, 2010).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Selasa/24 Desember 2013
Waktu
:
13.00-15.00 WITA
Tempat

: Laboraturium Mikrobiologi Lantai II


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

2. Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, rak tabung,
penjepit, pembakan Bunsen, korek api, dan pipet tetes.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, albumin dari
telur, alkohol, minyak kelapa, minyak zaitun, larutan sabun, larutan Na 2CO3, empedu
encer, bensin, dan mentega.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu:
a. Uji kelarutan lemak dengan minyak kelapa

1. Menyiapkan 9 buah tabung reaksi dan mengisinya masing-masing dengan air, bensin,
empedu encer, albumin, Na2CO3, alkohol panas, alkohol dingin, air + minyak kelapa +
minyak zaitun + Na2CO3, serta mentega.
2. Menambahkan 1 ml minyak kelapa pada tiap tabung reaksi.
3. Mengamati kelarutan lemak dengan minyak kelapa.
4. Mencatat hasil yang didapatkan.
b. Uji pembentukan emulsi
1. Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2. Mengisi masing-masing tabung reaksi, mengisi dengan aquadest pada tabung 1 dan
minyak zaitun, mengisi dengan aquadest, minyak zaitun dan Na2CO3 pada tabung 2 dan
mengisi dengan aquadest, minyak zaitun, Na2CO3, dan larutan sabun pada tabung 3.
3. Mengocok tabung reaksi.
4. Mengamati kelarutan yang terjadi.
5. Mencatat hasil yang didapatkan.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu:
a. Uji kelarutan lemak dengan menggunakan minyak kelapa
Reaksi
No

Bahan

Larut

Tidak
larut

Air
Bensin

Minyak diatas air


dibawah
Menyatu, Larutan

Keterangan

berwarna bening

Empedu

Albumin

Empedu dibawah
minyak diatas
Minyak diatas

albumin dibawah
5

Alkohol

Na2CO3 dibawah
Minyak ada dibawah

panas
Alkohol

Minyak diatas

Na2CO3

alkohol diatas
Minyak ada dibawah

dingin

alkohol diatas
Larutan berwarna
putih susu, minyak

Air + minyak

+ Na2CO3

kelapa paling di
atas, Na2CO3, dan
minyak zaitun
Minyak di bawah,

Mentega

Larutan berwarna
kuning

b. Uji pembentukan emulsi


Tabung

Bahan

Aquadest + minyak zaitun

II

III

Hasil kelarutan
Tidak larut
(Stabil)

Aquadest + minyak zaitun +

Larut (Tidak

Na2CO3

stabil)

Aquadest + minyak zaitun +

Larut (Tidak

Na2CO3 + larutan sabun

stabil)

2. Pembahasan
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol.
Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti ester, aseton,
kloroform, dan benzena. Larutan polar merupakan larutan yang dapat menghantarkan
arus

listrik

sedangkan

larutan

nonpolar

merupakan

larutan

yang

tidak

dapat

menghantarkan arus listrik.


Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau
tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan
emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau
suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya
terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut

emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara


kedua fase cairan.
Adapun pembahasan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu:
1. Uji kelarutan lemak dengan minyak kelapa
Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi
dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami
oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Minyak mempunyai
sifat tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut nonpolar.
Pada pengamatan yang dilakukan pada uji kelarutan minyak kelapa , larutan
minyak kelapa hanya dapat larut dalam larutan bensin, mentega, dan larutan air +
Na2CO3 + minyak. Hal ini dikarenakan bensin dapat memecah ikatan polipeptida pada
rantai hidrokarbonnya yang terdapat dalam minyak kelapa dan Na2CO3. Sedangkan pada
mentega tidak dapat larut dengan sempurna karena minyak dan mentega mempunyai
ikatan lemak tidak jenuh yang disebabkan rantai karbonnya dapat menyatu ketika
dihomogenkan. Pada larutan empedu yang tidak larut dalam minyak kelapa terlihat
menghasilkan warna hijau dan ketika dicampurkan dengan minyak kelapa empedu
berada dibagian bawah dan minyak di atas meskipun tidak larut. Hal ini disebabkan
larutan empedu mampu membantu penyerapan lemak namun pada hasil percobaan tidak
terjadi adanya endapan. Pada larutan air, albumin, Na2CO3, alkohol panas, alkohol dingin
tidak larut dalam minyak kelapa karena tidak mempunyai sifat pelarut khusus untuk
minyak kelapa. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui
bahwa kelarutan suatu zat ditentukan oleh banyak hal, diantaranya yaitu sifat kepolaran
zat dan pelarutnya.
2. Uji pembentukan emulsi
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau
tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan
emulsi yang biasanya berupa protein. emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau
suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya
terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut
emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara
kedua fase cairan.
Pada pengamatan yang dilakukan pada tabung I yang diisi dengan air atau
aquadest lalu ditambahkan minyak zaitun. Terbentuk emulsi tetapi emulsinya stabil atau
dengan kata lain bahwa kedua cairan ini tidak larut (tidak menyatu), larutan mengalami
emulsi stabil dikarenakan adanya emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya stabil.
Pada tabung II yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak
zaitun, serta Na2CO3 mengalami emulsi tapi tidak stabil karena ketiga cairan ini dapat
menyatu (larut). Larutan mengalami emulsi tidak stabil dikarenakan tidak adanya
emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya stabil.
Pada tabung III yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak
zaitun, Na2CO3, serta larutan sabun mengalami emulsi tapi tidak stabil karena ketiga
cairan ini dapat menyatu (larut), karena sabun merupakan larutan yang bersifat basa

sehingga dapat saling berikatan dengan ikatan minyak zaitun. Larutan mengalami emulsi
tidak stabil dikarenakan tidak adanya emulsigator pada reagen uji sehingga kondisinya
stabil.
E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukannya percobaan ini yatitu
kelarutan suatu zat ditentukan oleh banyak hal, diantaranya yaitu sifat kepolaran zat dan
pelarutnya. Pembentukan emulsi dari minyak kelapa disebabkan karena adanya bantuan
emulgator pada semua bahan yaitu air suling, Na 2CO3, larutan sabun, alkohol, bensin,
empedu, dan alkohol panas. Dan pada pembentukan emulsi dari mentega terbentuk
emulsi pada air suling, alkohol, dan alkohol panas. Sedangkan untuk bahan yang
mengalami kelarutan dan ditandai dengan adanya busa yang terjadi pada bahan air
suling, serta larutan Na2CO3, dan larutan sabun.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1990.
Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.
Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo, 2009.
Taufik. 2010. Metabolisme Lipid. Blog Taufik Chemistry. http://Taufikchemistry.
blogspot.com. (25 Desember 2013).

Anda mungkin juga menyukai