Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

NAMA

: YULIANTI

NIM

: H311 12 014

KELOMPOK

: II (DUA)

HARI / TGL. PERC.

: KAMIS / 13 MARET 2014

ASISTEN

: AGUSTIANI

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lipid (dari kata Yunani, lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau
hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik nonpolar. Lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan dengan
pelarut organik. Sifat kelarutan ini membedakan lipid dengan tiga golongan utama
lainnya, yaitu karbohidrat, protein dan asam nukleat yang pada umumnya tidak larut
dalam pelarut organik.
Trigliserida merupakan kelompok lipida yang terdapat paling banyak dalam
jaringan hewan dan tanaman. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya
tergantung dari tingkat kegemukan (obesitas) seseorang dan dapat mencapai
beberapa kilogram. Jaringan tanaman umumnya mengandung trigliserida sedikit,
kecuali bagian-bagian tanaman tertentu yang menjadi tempat cadangan makanan
misalnya buah dan biji yang dapat mengandung trigliserida cukup tinggi sampai
mencapai puluhan persen. Biji jarak misalnya mengandung minyak sampai 50 - 60 %
dari berat kering biji
Trigliserida mudah dihidrolisis dengan bantuan asam atau basa, menjadi asam
lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak atau sabun.
Identifikasi adanya gliserol dalam suatu sample dapat diketahui dengan
menggunakan tes acrolein dan tes kolorimetri. Tes akrolein ditandai dengan adanya
bau khas dari gliserol, sedangkan pada tes kolorimetri adanya gliserol ditandai
dengan timbulnya warna hijau zamrud.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah percobaan reaksi-reaksi


trigliserida ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari adanya
gliserol dalam sampel dengan menggunakan metode tertentu.
1.2.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya gliserol dalam beberapa sampel dengan menggunakan tes


akrolein.
2. Mengetahui adanya gliserol dalam beberapa sampel dengan menggunakan tes
kalorimetri.
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Tes Akrolein
Identifikasi dan penentuan adanya senyawa gliserol dalam suatu lemak dengan
mereaksikan sampel dengan KHSO4 serta melalui pemanasan sehingga timbul bau
yang khas (tengik).
1.3.2

Tes Kolorimetri
Mengidentifikasi keberadaan gliserol dalam beberapa sampel melalui

penambahan pereaksi seperti NaOCl, HCl, -naftol dan H2SO4, hingga terbentuk
warna hijau zamrud.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa


golngan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan
berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes), (2) lipid
gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya
fosfolipid, serebrosida, (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh hasil
hidrolisis

lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol. Di samping itu

berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang
besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa
contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan (poedjiadi, 1994).
Lemak dan minyak merupakan gliserol lipid yang paling umum. Senyawa ini
merupakan triester dari asam karboksilat berantai panjang. Karena mereka dapat
terbentuk dari kelebihan karbohidrat dalam jasad hidup, maka lemak dan minyak
berfungsi sebagai gudang energi. Asam lemak yang merupakan senyawa penyusun
lemak dan minyak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14
sampai 22 atom karbon. Yang menarik adalah senyawa itu hampir selalu mempunyai
jumlah atom yang genap, suatu kenyataan yang berkaitan dengan
asalnya yang bersifat biosintesis. Baik asam lemak jenuh maupun tak jenuh biasanya
diperoleh kembali dari hidrolisis bahan lipid (Pine dkk., 1980).
Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, kedua istilah ini
berarti triester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat
sebarang: pada temperatur kamar, lemak berbentuk padat dan minyak bersifat

cair.

Sebagian

besar

gliserida

dalam

tumbuhan

cendrung

berupa

minyak,

karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani dan minyak nabati
(Fessenden dan Fessenden, 1994).
Salah satu jenis lipid lainnya adalah trigliserida yang merupakan triester dari
asam lemak dan gliserol. Sifat fisik maupun kimia dari trigliserda sangat ditentukan
oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dan ketidak jenuhan dari
asam lemak menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Secara umum
asam lemak jenuh rantainya memanjang dan lebih teratur. Semakin banyak terdapat
ikatan ganda dua dalam rantai asam lemak, semakin tidak teratur strukturnya dan
semakin rendah titik lelehnya (Tim Dosen Kimia, 2012).
Sebagian besar lemak berupa trigliserida. Dari sudut ilmu kimia, trigliserida
terdiri dari tiga asam lemak yang tergabung menjadi molekul gliserol. Substansi ini
sama

sekali berbeda dengan kolesterol. Seperti halnya kolesterol, trigliserida

merupakan komponen yang normal dari darah. Sebagian besar lemak yang dimakan
berbentuk trigliserida. Makan makanan yang mengandung lemak meningkatkan
trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Lemak
berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian, dan alpukat tidak mengandung
kolesterol, tetapi kadar trigliseridanya tinggi (Soeharto, 2000).
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah karboksilat
yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum (Poedjiadi, 1994) :
[[

O
R

OH

Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh terdiri atas 4

sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh adalah rantai karbon yang
tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap
disebut rantai karbon yang tidak jenuh. Pada umunya asam lemak mempunyai
jumlah atom karbon genap (Poedjiadi, 1994).
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang
disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak
bercabang. Misalnya, tristearat dari gliaserol diberi troistearin, dan tripalmitat dari
gliserol, disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberi nama dengan cara
yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi
tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu,
dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida,
digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul
asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. R 1-COOH, R2-COOH
dan R3-COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul
asam lemak itu boleh sama, boleh berbeda (Poedjiadi, 1994).
Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan minyak atau lemak adalah suatu
zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut
baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Apabila gliserol dicampur dengan KHSO 4
dan dipanaskan hati-hati, akan timbul bau yang khas seperti bau lemak yang terbakar
yang disebabkan oleh terbentuknya akrilaldehid atau akrolein. Oleh karena timbulnya
bau tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah dijadikan reaksi untuk
menentukan adanya gliserol atau senyawa yang mengandung gliserol
seperti lemak dan minyak (Poedjiadi, 1994).

Lilin atau wax adalah sebagian dari kelompok lipid. secara kimiawi, lilin
merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Panjang rantai hidrokarbon asam
maupun alkohol pada lilin biasanya berkisar dari 10 sampai 30 karbon. Bedanya
dengan tigliserida adalah alkohol pada lilin adalah alkohol monohidrat. Lilin adalah
padatan mantap bertitik leleh rendah, dapat ditemui pada tumbuhan atau hewan. Lilin
berguna untuk melindungi permukaan daun dari penguapan air dan serangan
mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut dan bulu unggas sehingga teta lentur dan
kedap air (Tim Dosen Kimia, 2012).
Lilin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak. Oleh karena itu,
lilin yang terdapat pada tumbuhan berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap air,
dan penting sebagai penahan air pada binatang, misalnya domba, burung dan
serangga. Lilin tidak mudah terhidrolisis seperti lemak dan tidak dapat diuraikan oleh
enzim yang menguraikan lemak. Oleh karenanya lilin tidak berfungsi sebagai bahan
makanan (Poedjiadi, 1994).
Trigliserida dapat menjadi tengik dan menimbulkan bau dan cita rasa yang
tidak enak bila dibiarkan pada udara lembab. Lepasnya asam lemak yang mudah
menguap akan menyebabkan bau tengik. Asam-asam ini terbentuk melalui hidrolisis
ikatan ester atau oksidasi ikatan rangkap dua. Hidrolisis lemak atau minyak sering
dikatalisis oleh enzim lipase yang ada di udara. Bau keringat timbul apabila lipase
bakteri mengatalisis hidrolisis lemak dan minyak pada kulit. Ketengikan hidrolitik
dapat dicegah atau ditunda dengan menyimpan bahan pangan dalam lemari
pendingin (Tim Dosen Kimia, 2012).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lilin (wax), mentega,
minyak

kelapa kopra, minyak sawit, minyak wijen, minyak VCO, larutan

gliserol 12 %, larutan KHSO4, larutan -naftol 0,1 %, larutan H2SO4 pekat, larutan
NaOCl 2 %, aquades, tissue roll, larutan HCl pekat.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah tabung reaksi,
rak tabung, pipet tetes, lampu spiritus, pingset, dan gegep kayu, dan sendok tanduk.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Tes Akrolein
Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah,
masing-masing tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan contoh (lilin, mentega,
minyak sawit, minyak wijen, minyak kelapa, minyak VCO dan gliserol). KHSO4
ditambahkan sebanyak setengah sendok tanduk ke dalam masing-masing tabung,
kemudian tiap-tiap tabung reaksi tersebut dipanaskan dengan api kecil. Timbulnya
bau tengik pada tabung menandakan adanya gliserol pada larutan contoh.
3.3.2 Tes Kolorimetri
Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 8 buah, 6 tabung
reaksi masing-masing diisi dengan 1 mL larutan contoh (lilin, mentega, minyak

sawit, minyak wijen, minyak kelapa, minyak kemiri dan gliserol), dan 1 tabung
reaksi lainnya diisi dengan blanko (akuades). Larutan NaOCl 2 % ditambahkan
ke dalam tiap-tiap tabung reaksi sebanyak 1 mL, setelah 2 - 3 menit ditambahkan
3 - 4 tetes HCl pekat, kemudian dididihkan selama 1 menit untuk membuang
kelebihan asam. Larutan -naftol 0,1 % sebanyak 0,2 mL ditambahkan ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan 4 mL H2SO4 pekat, kemudian semua tabung reaksi
dikocok dengan hati-hati dan diamati perubahan warnanya. Terbentuknya warna
hijau zamrud menandakan adanya gliserol dalam larutan contoh.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tes Akrolein
Tes akrolein adalah metode untuk uji kualitatif lipid. Pada tes ini terjadi
dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein. Tes akrolein digunakan untuk menguji keberadaan
gliserin atau lemak. Pada metode akrolein ini, sampel (minyak VCO, minyak wijen,
minyak kelapa, minyak sawit, mentega, gliserol dan lilin) ditambahkan dengan
KHSO4 kemudian dipanaskan. Penambahan KHSO4 berfungsi sebagai katalis dalam
reaksi hidrolisis lipid menjadi gliserol dan asam lemak, sedangkan pemanasan yang
dilakukan agar terjadi proses hidrasi mengakibatkan H2O hilang (menguap) dan akan
terbentuk akrolein atau akrildehida atau yang memiliki bau khas yaitu bau tengik.
Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Tes Akrolein
Contoh
Wax (lilin)
Minyak Sawit

0,5 gram KHSO4


Tidak Ada Perubahan
Tidak Ada Perubahan

Panaskan (Bau)
+++

Minyak Kelapa kopra

Tidak Ada Perubahan

+++

Tidak Ada Perubahan


Tidak Ada Perubahan
Tidak Ada Perubahan
Tidak Ada Perubahan

+++
++++

Mentega
VCO
Minyak Wijen
Gliserol
Keterangan :
++++
: berbau
+++

: cukup berbau

: tak berbau

4.1.2 Tes Kolorimeter


Tes kolorimeter merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi kandungan gliserol pada suatu larutan sampel yang ditandai dengan
terbentuknya warna hijau zamrud pada larutan sampel tersebut. Pada tes ini
dilakukan penambahan NaOCl 2 % yang berfungsi untuk membentuk gliseril.
Kemudian ditambahkan HCl sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi lalu
dipanaskan untuk membuang kelebihan asam. Setelah pemanasan, ditambahkan
-naftol yang berfungsi untuk megidentifikasi gliserol dengan membentuk larutan
hijau zamrud lalu ditambahkan H2SO4 yang juga berfungsi sebagai katalisator.
Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Tes Kolorimeter
Contoh
Wax (Lilin)
Minyak Sawit
Minyak Kelapa kopra
Mentega
VCO
Minyak Wijen
Gliserol
Blanko (akuades)

Warna yang terbentuk


2 fasa : atas (putih), bawah (hijau zamrud)
2 fasa : atas (kuning), bawah (hijau zamrud)
2 fasa : atas (kuning), bawah (hijau zamrud)
2 fasa : atas (kuning), bawah (putih keruh)
2 fasa : atas (kuning), bawah (hijau zamrud)
2 fasa : atas (kuning), bawah (putih keruh)
Hijau zamrud
Hijau zamrud lebih terang

4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Akrolein
a. Lilin
O
CH3

(CH2)14

b. Gliserol

OCH2

(CH2)14

CH3 + KHSO4

H2C

HC

OH

H2C

OH

KHSO4

+ 2H2O

CH
CH2

akrolein

c. Mentega
O
H2C O C

HC

R1
O

KHSO4

C
R2
O

H2C

H2C

HC

OH

H2C

OH

R1

C
O

OH

+ R2

C
O

OH

R3

OH

C
R3
O
C

CH

+ 2H2O

CH2
akrolein

d. Minyak kelapa kopra


O
H2C

HC

C
R1
O

C
R2
O

H2C

KHSO4

H2C

HC

OH

H2C

OH

R1

C
O

OH

+ R2

C
O

OH

R3

OH

C
R3
O
C

CH
CH2
akrolein

+ 2H2O

e. Minyak Wijen
O
H2 C

(CH 2)16CH 3

O
HC

C
O

(CH 2)16CH 3

H 2C

(CH 2)16CH 3

H 2C

OH

KHSO 4

O
HC

OH

H 2C

OH

3C9H18

C8H15 C

O
H 2C

OH

CH

2H2O

2H2O

Akrolein

f. Minyak VCO
O
C

(CH 2)16CH 3

H2 C

HC

C
O

(CH 2)16CH 3

H 2C

(CH 2)16CH 3

H 2C

OH

KHSO 4

O
HC

OH

H 2C

OH

3C9H18

g. Minyak Sawit

C8H15

O
OH

H 2C

CH

Akrolein

O
H2 C

(CH 2)16CH 3

O
HC

C
O

(CH 2)16CH 3

H 2C

(CH 2)16CH 3

H 2C

OH

KHSO 4

O
HC

OH

H 2C

OH

3C9H18

C8H15

O
H 2C

OH

CH

Akrolein

4.2.2 Tes Kolorimetri


a. Lilin
ONa

CH3

(CH2)14 C

OCH2

(CH2)14CH3 + NaOCl

Lilin
(CH2)14 C

OCH2

(CH2)14CH3

OCl

H2SO4

OCl

CH3

(CH2)14 C

(CH2)14C

OH

ONa

CH3

H3C

OCH2

OCl

b. Minyak wijen

(CH2)14CH3

NaOH

H2
C

(CH2)14CH3

2H2O

O
H 2C

H 2C

(CH 2)16CH 3

ONa
O

O
HC

C
O

(CH 2)16CH 3

H2 C

(CH 2) 16CH 3

H2 C

OH

HC

OH

H 2C

OH

HCl p

3NaOCl

H2SO4

3NaCl

O H

HC

ONa

H2C

ONa

H2 C

HC

H2 C

+ 3C9H18

C8H15 C

OCl

3H2O

c. Gliserol
H 2C

OH

HC

OH

H2 C

OH

3NaOCl

H 2C

OH

HC

OH

H 2C

OH

HCl p

H 2C

ONa

HC

ONa

H 2C

ONa

H2SO 4

3NaCl

O H

3HOCl

H 2C

HC

H2 C

3H2O

d. Minyak sawit
O
H 2C

H 2C

(CH 2)16CH 3

ONa
O

O
HC

C
O

(CH 2)16CH 3

H2 C

(CH 2) 16CH 3

H2 C

OH

HC

OH

H 2C

OH

HCl p

3NaOCl

H2SO4

3NaCl

O H

HC

ONa

H2C

ONa

H2 C

HC

H2 C

+ 3C9H18

3H2O

C8H15 C

OCl

e. Minyak kelapa kopra


O
H2C

(CH2)16CH3
O

HC

(CH2)16CH3
O

H2C

(CH2)16CH3

HCl p

H2C

H2C

+ NaOCl

H2C

OH

H2SO4
HC
H2C

OH + 3NaCl
OH

HC

OH

H2C

HC

H2C

ONa

ONa + 3C9H18 C8H15 C

OCl

ONa

+ 3H2O

f. Minyak VCO

H2C

HC

H2C

HCl p

H2C
HC
H2C

g. Mentega

O
(CH2)16CH3
O
(CH2)16CH3
O
(CH2)16CH3

H2C

+ NaOCl

H2C

OH

H2SO4
OH + 3NaCl
OH

OH

HC

H2C

HC

H2C

ONa

ONa + 3C9H18 C8H15 C


ONa

+ 3H2O

OCl

O
H2C

H 2C

(CH 2)16CH 3

ONa
O

O
HC

C
O

(CH 2)16CH 3

H2C

(CH 2)16CH 3

H2C

OH

HC

OH

H2C

OH

HCl p

3NaOCl

H 2SO 4

3NaCl

O H

HC

ONa

H2C

ONa

H2C

HC

H 2C

3C9H18

C8H15 C

OCl

3H 2O

h. Blanko (akuades)
H2O +

NaOCl

4.3 Pembahasan
4.3.1 Tes Akrolein
Percobaan tes akrolein yang dilakukan pada larutan sampel, yakni gliserol,
minyak sawit, minyak kelapa kopra, minyak wijen, mentega, minyak VCO dan lilin
menimbulkan bau karakteristik yakni berupa ketengikan setelah diberikan perlakuan
seperti penambahan KHSO4 dan pemanasan. Penambahan KHSO4 bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya gliserol pada sampel tersebut dan berfungsi sebagai katalis
dalam hidrolisis lipid menjadi asam lemak dan gliserol, sedangkan pemanasan akan
mempercepat terbentuknya akrolein atau agar terjadi proses hidrasi pada sampel
sehingga H2O hilang akan terbentuk akrolein atau akrildehida yang ditandai dengan
timbulnya bau yang khas (tengik).

Menurut teori yang ada, trigliserida cepat menjadi tengik dikarenakan asam
lemak yang mudah menguap (terutama asam butirat) menyebabkan bau tengik
tersebut. Akan tetapi, proses oksidasi (bukan hidrolisis) adalah penyebab utama
ketengikan bahan pangan. Udara hangat dan membiarkan pangan di udara terbuka
merangsang ketengikan oksidatif. Pada ketengikan oksidatif, ikatan ganda dua dalam
[[

ikatan komponen asam lemak tak jenuh dari trigliserida terputus, membentuk
aldehida berbobot molekul rendah dengan bau tak sedap. Aldehida kemudian
dioksidasi menjadi asam lemak berbobot molekul rendah yang juga berbau tidak
enak.
Sampel yang berbentuk padat seperti lilin dan mentega, dipanaskan terlebih
dahulu supaya mencair, hal ini dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Dari
percobaan yang dilakukan VCO, minyak kelapa dan minyak sawit hampir
menyerupai bau gliserol yang digunakan sebagai pembanding. Sedangkan mentega,
minyak wijen dan lilin tidak menyerupai bau gliserol. Tetapi pada hasil yang kami
peroleh ini terdapat kesalahan, dimana yang seharusnya minyak wijen dan mentega
berbau tengik tetapi dari hasil yang kami peroleh tidak berbau. hal ini mungkin
disebabkan karena kesalahan penciuman.
4.3.2 Tes Kolorimeter
Berdasarkan data pengamatan, diperoleh semua sampel memberikan respon
positif terhadap tes kolorimetri kecuali minyak wijen dan mentega. Hal ini
berlawanan dengan teori yaitu seharusnya lilin dan blanko (air) tidak memberikan
respon positif. Garam NaOCl mudah terionisasi membentuk Na+ dan anion ClO-.
Anion tersebut akan menyerang karbon ester dari sampel minyak wijen, minyak

kelapa dan mentega sehingga akan diuraikan untuk membentuk garam-garam dari
asam lemak dan gliserol. Selanjutnya penambahan HCl pekat akan membentuk
naftol. Hal ini disebabkan karena pasangan elektron bebas dari atom oksigen pada
-naftol dapat terdelokalisasi pada cincin naftalena.
Pada sampel lilin dan air (blanko) warna hijau zamrud yang terbentuk mungkin
karena penambahan -naftol secara berlebihan. Warna hijau zamrud muncul akibat
pengaruh konfigurasi elektron pada cincin aromatik.
Pada tes kolorimetri yang dilakukan pada larutan sampel yakni, gliserol,
minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, minyak VCO, mentega, lilin dan air,
Pada minyak sawit, mentega, VCO, minyak kelapa kopra, minyak wijen dan lilin
terbentuk dua fasa larutan. Pada minyak sawit lapisan atas berwarna kuning dan
lapisan bawah terbentuk warna hijau zamrud, dan pada mentega lapisan atas
berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna putih keruh. Pada sampel minyak
kelapa kopra juga membentuk 2 fasa, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan
bawah berwarna hijau zamrud. Pada minyak wijen lapisan atas berwarna kuning dan
lapisan bawah berwarna putih keruh, hal ini sama dengan warna yang terbentuk pada
mentega. Kemudian minyak VCO, pada minyak VCO warna yang terbentuk juga ada
2, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna hijau zamrud. Pada lilin
lapisan atas berwarna putih, ini merupakan lilin yang sudah mengeras, dan lapisan
atas berwarna hijau zamrud. Gliserol berwarna hijau zamrud. Sedangkan blanko (air)
disini digunakan sebagai pembanding, warna yang terbentuk pada air yaitu hijau
zamrud yang lebih terang dibandingkan gliserol.

Penambahan NaOCl 2% dilakukan untuk mereduksi asam lemak dan


penambahan HCl pekat berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi,
sehingga setelah penambahan HCl larutan harus dipanaskan untuk membuang
kelebihan asam akibat HCl. Kemudian ditambahkan -naftol dimana penambahan ini
berfungsi untuk memberikan warna yang menunjukkan adanya gliserol. Setelah
penambahan -naftol ditambahkan pula H2SO4 pekat, penambahan ini berfungsi
untuk memisahkan gugus yang terikat dengan OH sehingga gugus benzena yang
terikat pada -naftol bisa berikatan dengan gugus OH pada gliserol sehingga
memberikan warna hijau bening.
Menurut teori, air dan lilin tidak mengandung gliserol dan tidak akan
menunjukkan warna hijau zamrud. Namun dalam percobaan yang dilakukan, lilin
[

dan air menunjukkan perubahan warna menjadi hijau zamrud. Penyimpangan yang
terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti alat yang kurang bersih atau
reagen yang kurang baik. Pipet tetes yang digunakan kurang bersih, mungkin telah
digunakan pada sampel yang lain kemudian digunakan lagi pada lilin dan akuades
sehingga terkontaminasi yang menyebabkan terbentuknya larutan yang berwarna
hijau pada lilin dan akuades.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Pada tes akrolein, larutan sampel gliserol, minyak kelapa kopra, minyak VCO
dan minyak sawit mengandung gliserol yang ditandai dengan adanya bau yang
khas (bau tengik). Sedangkan mentega, lilin dan minyak wijen tidak
mengandung gliserol karena tidak berbau. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa hanya lilin yang tidak mengandung gliserol.
2. Pada tes kolorimetri, larutan sampel gliserol, minyak kelapa kopra, minyak
VCO, minyak sawit dan blanko (akuades) mengandung gliserol yang ditandai
dengan terbentuknya larutan berwarna hijau zamrud. Sedangkan minyak wijen,
dan mentega tidak mengandung gliserol karena tidak terbentuk warna hijau
zamrud. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa blanko
(akuades) dan lilin tidak mengandung gliserol, sedangkan mentega dan minyak
wijen mengandung gliserol.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Ada baiknya jika disediakan alat yang dapat membandingkan bau tengik pada
tes akrolein, sehingga perbandingan bau yang didapatkan betul-betul akurat.
5.2.1 Saran Untuk Percobaan
Ada baiknya larutan contoh yang diidentifikasi diperbanyak agar dapat
diketahui kandungan gliserol dari beberapa senyawa selain yang diujikan.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Pine, S. H., Hendrickson, J. B., Cram, D. J. dan Hammond, G. S., 1988, Kimia
Organik, ITB, Bandung.
Poedjadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Soeharto, I., 2000, Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung Edisi Kedua,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tim Dosen Kimia, 2012, Kimia Dasar II, Universitas Hasanuddin, Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN

MAKASSAR, 19 MARET 2014


ASISTEN

PRAKTIKAN

AGUSTIANI
Lampiran 1

YULIANTI

Bagan Kerja
A. Tes Akrolein
Mentega

VCO

Minyak
wijen

Minyak
kelapa

Minyak
sawit

Lilin

Gliserol

Dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 1 mL


Ditambahkan KHSO4 sebanyak setengah sendok tanduk
Dimasukkan ke dalam air mendidih di atas hotplate
Diamati baunya

Data
B. Tes Kolorimetri
Mentega

VCO

Minyak
wijen

Minyak
kelapa

Minyak
sawit

Lilin

Gliserol

Air

Dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 1 mL


Ditambahkan 1 mL larutan NaOCl 2 %
Didiamkan selama 2-3 menit
Ditambahkan 3-4 tetes HCl pekat
Dididihkan selama 1 menit untuk membuang kelebihan asam
Ditambahkan 0,2 mL -naftol
Ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat
Dikocok dengan hati-hati


Data

Diamati perubahan warna yang terbentuk

Anda mungkin juga menyukai