BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padatan membentuk suatu susunan satuan (atom atau molekul) yang
tersusun sangat teratur, dan satuan ini diikat oleh gaya yang berbeda-beda. Gaya-
gaya yang mengikat atom-atom itu membentuk padatan adalah ikatan kavalen,
ikatan ionik, ikatan hidrogen, gaya van der Waals dan ikatan logam.
Kekuatan ikatan-ikatan tersebut untuk menyatukan atom-atom menjadi
sebuah padatan yang memiliki bentuk-bentuk yang beragam adalah berbeda-
beda. Bentuk dan jenis ikatan dari berbagai zat padat tersebut akan
mempengaruhi sifat-sifat fisik dari zat tersebut.
Selain itu bentuk dan sifat ikatan atom-atom akan mempengaruhi
besarnya titik lebur suatu zat padat, dan besarnya juga spesifik untuk setiap zat
padat sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk mengetahui kemurnian
suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh bahan pengotor, maka tentu
saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur zat murni.
Dalam bidang farmasi, suatu senyawa obat murni dapat ditentukan
kemurniannya salah satunya dengan jalan penentuan titik leburnya. Selain itu
penentuan titik lebur dari suatu bahan obat juga digunakan dalam pembuatan
sediaan obat (terutama untuk obat yang diberikan melalui rektal), dan diperlukan
pada penentuan cara penyimpanan suatu sediaan obat agar tidak mudah rusak
pada suhu kamar/tertentu.
Melihat kegunaan dari penentuan titik lebur suatu zat padat ini, maka
diadakan praktikum ini dengan maksud agar mahasiswa memahami cara
penentuan titik lebur suatu senyawa obat. Dalam praktikum ini akan ditentukan
titik lebur dari aspirin dan iodoform, yang dalam kesehariannya aspirin
digunakan sebagai analgetik-antipiretik dan iodoform digunakan sebagai
antiseptikum.
1.2. Maksud Praktikum
1. Padatan kovalen
Dalam padatan kovalen atom-atom dihubungkan satu sama lainnya
oleh ikatan kovalen yang membentuk struktur tiga dimensi. Pada intan,
setiap atom karbon dihubungkan dengan keempat atom karbon lainnya
melalui ikatan kovalen. Grafit, walaupun terdiri dari karbon murni,
mempunyai susunan atom karbon yang berbeda, setiap atom karbon
dihubungkan dengan tiga atom karbon lainnya oleh ikatan Van Der Walls.
2. Padatan ionis
Dalam padatan ionis, konstituennya adalah ion positif dan negatif.
Ion-ion ini disatukan oleh gaya elektrostatis yang memberikan kenetralan
listrik secara keseluruhan. Padatan ionis mempunyai titik leleh dan titik
didih yang tinggi karena ikatan yang sangat kuat antara ion-ion diseluruh
kristal.
3. Padatan molekuler
4. Padatan logam
Kristal logam terdiri dari satuan sel kubik tersusun rapat maupun
satuan heksagonal tersusun rapat. Kristal logam memiliki titik lebur yang
tinggi dan merupakan penghantar panas dan listrik yang baik.
Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir peleburan
zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada
dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase padat. (FI III).
Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur seluruhnya yang
ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang. (FI III).
terhadap penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikan titik didih.
Dengan memakai air sebagai pelarut, 1mol suatu nonelektrolit bila dilarutkan
dalam 1000 g air, misalnya menurunkan titik beku air sebesar 1,86C dan
menaikkan titik didihnya dengan 0,52C. Atas dasar demikian, adalah mungkin
untuk menentukan massa molekul relatif zat-zat non-elektrolit yang dapat larut,
secara eksperimen. Kalausuatu turunan elektrolit dilarutkan dalam air, molekul-
molekulnya akan berada sebagai partikel-partikel yang sendiri-sendiri dalam
larutan. Maka, kita dapat katakan, bahwa jumlah partikel-partikel yang sama,
yang terdapat dalam larutan yang sama jumlahnya akan menunjukkan tekanan
osmosis, penurunan tekanan-uap, penurunan titik beku, atau kenaikan titik didih
yang identik. Jadi, dengan mengukur besar-besaran diatas, banyaknya partikel-
partikel yang berada dalam larutan dapat ditentukan (G.Svehla,1979).
Beberapa zat seperti karbon, sulfur dapat berada dalam lebih dari satu
bentuk kristal dan disebut polimorf. Polimorf umumnya mempunyai titik leleh
yang berbeda-beda, gambaran difraksi sinar-X yang berbeda dan kelarutan
yang berbeda, walaupun secara kimiawi mereka adalah sama. (Martin,1990).
dibawah 100oC) atau 0,8 - 1,2 mm (untuk zat yang melebur di atas 100oC)
diisi dengan serbuk setinggi 2 - 4 mm.
3. Lekatkan pipa kapiler tersebut pada termometer, dimana isinya diusahakan
sedekat mungkin pada tengah-tengah pencadang raksa.
4. Letakkan pencadang raksa di tengah tabung yang vertikal di tile.
5. Panasi pipa samping tile dengan api kecil (mula-mula nyala berasap)
sampai kurang lebih 15oC dibawah titik lebur diduga, kemudian dipanasi
pelan-pelan dan teratur dengan kecepatan kurang lebih 2oC per menit.
6. Bagian-bagian yang melekat pada dinding kapiler meleleh terlebih dahulu,
temperatur dimana bahan di tengah pipa kapiler itu melebur semuanya
dicatat sebagai temperatur titik leburnya. Jadi pembacaan termometer sekali
saja, yaitu pada saat melebur.
7. Ulangi pekerjaan tersebut sekali lagi. Pakailah selalu pipa kapiler yang
diisi baru untuk setiap kali percobaan.
Praktikum 142oC
Teori 141-144 oC
Perhitungan
Suhu praktikum
Rendamen= X 100
SuhuTeori
142
Rendamen= X 100
144
= 98, 6 %
4.2 Pembahasan
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi oleh
bentuk zat padat tersebut dan kekuatan/jenis ikatan yang ada pada padatan
tersebut. Pada suatu padatan dengan bentuk kristal dan ikatan kovalen maka akan
memiliki suhu lebur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan padatan lain
dengan ikatan van der Waals, walaupun terdiri dari unsur yang sama, Contohnya
adalah grafit dan intan.
Suhu lebur suatu padatan murni adalah spesifik, hal ini berarti dapat
digunakan untuk penentuan kemurnian suatu zat padat. Apabila terdapat zat
pengotor yang larut maka akan menyebabkan turunnya suhu lebur dari padatan
murni tersebut, sedangkan apabila terdapat zat pengotor yang tidak larut maka
akan menyebabkan suhu lebur semu atau suhu leburnya tidak tajam/tegas.
Dalam percobaan ini akan diukur suhu lebur aspirin secara mikro
dengan menggunakan labu tile yang diisi dengan parafin cair sebagai medium
penghantar panas.
Dari hasil pengukuran didapatkan titik lebur dari asam alisilat yang
ditentukan adalah suhu leburnya diperoleh 141C. dan diperoleh % rendamen 98,
6%
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapatkan titik lebur dari aspirin 142oC sedangkan
menurut teori titik lebur dari aspirin 141-144 oC dan diperoleh % rendamen
adalah 98,6%
5.2 Saran
Sebaiknya asisten dapat mendampingi praktikan dari awal sampai akhir
percobaan agar meminimalisisr terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra & Dogra, 2006, Kimia Fisik dan soal-soal, Universitas Indonesia Press, Jakarta