OLEH :
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi Ilmu Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skrining fitokimia merupakan suatu tahap awal untuk
mengidentifikasi kandungan suatu senyawa dalam simplisia atau tanaman
yang akan diuji. Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara ilmiah
serta fungsi biologinya.
Tumbuhan yang ada di Indonesia sangatlah beranekaragam, banyak
dijadikan sebagai tanaman hiasada pula yang berpotensi dijadikan
sebagai obat. Karena banyaknya tumbuhan di Indonesia bayak para
peneliti untuk mencari tahu kandungan-kandungan kimia yang terdapat
dalam tumbuhan, dengan langkah awalnya yaitu metode skrining pada
tumbuhan.
Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme
sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan
dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu saponin, steroid,
tanin, flavonoid dan alkaloid.
Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat,
dimulai dai mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung
didalamnya serta bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut yang
memberikan cirri khas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, yaitu mengindentifikasi senyawa kimia
yang terkandung pada tumbuhan atau sampel Hibiscus tiliaceus L yaitu
senyawa alkaloid, dioksiantrakuinon, tanin, saponin, steroid dan flavanoid.
C. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini, adalah untuk melakukan uji
skrining fitokimia terhadap sampel daun waru(Hibiscus tiliaceus L)
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Praktikum
Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan cara skrining
fitokimia pada daun waru (Hibiscus tiliaceus L) dengan baik dan benar.
2. Tujuan Khusus Praktikum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa golongan alkaloid,
dioksiantrakuinon, tanin, saponin, dan flavanoid dari daun waru
(Hibiscus tiliaceus L).
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoristis
Hasil praktikum ini diharapkan mampu membantu kita lebih
memahami tentang uji skrining pada daun waru (Hibiscus tiliaceus L)
2. Manfaat Praktis
Dari praktikum ini, praktikum diharapkan dapat mengetahui
kandungan golongan senyawa pada daun waru (Hibiscus tiliaceus L)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. UraianTanaman
a. Klasifikasi Tanaman
Tanaman waru diklasifikasikan sebagai berikut (Integrated
Taxonomic Information System, 2017) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Sub Divisio : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus tiliaceus L
b. Morfologi Tanaman
Merupakan tumbuhan tropis berbatang sedang, terutama tumbuh di
pantai yang tidak berawa atau di dekat pesisir. Waru tumbuh liar di
hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di
tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada tanah yang subur,
batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya
tumbuh membengkok, percabangan dan daun-daunnya lebih lebar.
Pohon, tinggi 5-15 meter. Batang berkayu, bulat, bercabang, warnanya
cokelat. Daun bertangkai, tunggal, berbentuk jantung atau bundar
telur, diameter sekitar 19 cm. Pertulangan menjari, warnanya hijau,
bagian bawah berambut abu-abu rapat. Bunga berdiri sendiri atau 2-5
dalam tandan, bertaju 8-11 buah, berwarna kuning dengan noda ungu
pada pangkal bagian dalam, berubah menjadi kuning merah, dan
akhirnya menjadi kemerah-merahan. Buah bulat telur, berambut lebat,
beruang lima, panjang sekitar 3 cm, berwarna cokelat. Biji kecil,
berwarna cokelat muda. Daun mudanya bisa dimakan sebagai
sayuran. Kulit kayu berserat, biasa digunakan untuk membuat tali.
Waru dapat diperbanyak dengan biji. (setiawan, 2000).
c. Nama Lain
Sumatera: kioko, siron, baru, buluh, bou, tobe, baru, beruk,
melanding. Jawa: waru, waru laut, waru lot, waru lenga, waru lengis,
waru lisah, waru rangkang, wande, baru. Nusa Tenggara: baru,
waru, wau, kabaru, bau, fau. Sulawesi: balebirang, bahu, molowahu,
lamogu, molowagu, baru, waru. Maluku: war, papatale, haru, palu,
faru, haaro, fanu, halu, balo, kalo, pa. Irian jaya: kasyanaf, iwal,
wakati. Nama simplisia : Hibisci tiliaceus Folium (daun waru), Hibisci
tiliaceus Flos (bunga waru) (setiawan, 2000).
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin dan
flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung
lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tannin (setiawan,
2000).
e. KhasiatTanaman
Daun berkhasiat antiradang, antitoksik, peluruh dahak dan peluruh
kencing. Akar berkhasiat sebagai penurun panas dan peluruh haid
(setiawan, 2000).
B. Uraian Senyawa
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada
tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dn aglikon flavonoid.
Dalam menganalisis flavonoid yang diperiksa adalah aglikon dalam
ekstrak tumbuhan yang sudah terhidrolisis. Proses ekstraksi senyawa
ini dilakukan dengan etanol mendidih untuk menghindari oksidasi
enzim (Harbone, 1987).
Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa, mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya berwarna, kebanyakan berbentuk kristal
tapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu
kamar. Sebagai basa alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan
dengan pelarut alcohol atau etanol yang bersifat asam lemah.
Kemudian diendapkan dengan ammonia pekat (Simbala, 2009).
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh. Secara kimia
terdapat dua jenis tannin, yaitu tannin terkondensasi hamper semua
terdapat didalam pakupakuan, tersebar luas dalam angiospermae
terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis, penyebarannya
terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Salah satu fungsi tanin dalam
tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Harbone,
1987).
Saponin adalah glikosida triterpenoid dan sterol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun serta dapat
dideteksi berdasarkan kemampuannya dalam membentuk busa dan
menghomolisis darah (Harbone, 1987).
Steroid adalah senyawa yang kerangka karbonilnya berasal dari
enam satuan isoprene. Senyawa berstruktur siklik, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid, atau asam karboksilat. Umumnya berupa senyawa
tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optic aktif. Uji
yang banyak dilakukan adalah reaksi LiebermanBuchard, steroid
merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam bentuk glikosida
(Harbone, 1987).
C. Uraian Skirining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang
sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat
reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah
pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri
atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam
aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasikan
dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari
setiap golongan dari metabolit sekunder (Harbone, 1987).
Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara
kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam
suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit
sekunde yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid,
flavonoid, terpenoid, tannin, dan saponin (Harborne, 1987).
Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia
dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga,
buah dan biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif
yaitu alkaloida, antrakuinon, flavonoida, glikosida jantung, saponin
(steroid dan hiterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid),
iridoid, dan sebagainya. Dengan tujuan pendekatan skrining fitokimia
adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendaoatkan kandungan
bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Robinson,
1995).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aluminium
foil,batang pengaduk, cawan porselin, kertas saring,pipet tetes, rak
tabung,sendok tanduk,tabung reaksi dan penangas air.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Asam
Klorida 2 N, etanol KOH 10%, FeCl3, HCl pekat, HCl 0,5 N, Metanol,
pereaksi Bauchardat, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer, dan
pereaksi Lieberman burchard.
3. ProsedurKerja
A. Kesimpulan
Dari praktikum skrining fitokimia pada sampel daun waru
(Hibiscus tiliaceus L ).maka dapat disimpulkan bahwa daun jamblang
positif (+) mengandung senyawa Tanin (Katekol), Dioksianrakinon,
Flavonoid,dan Saponin sedangkan untuk senyawa-senyawa yang
lainnya seperti Tanin (Pirogalotanin), Akaloid, dan Steroid hasilnya
negatif (-)
B. Saran
Semoga bahan - bahan yang lain kedepanya sudah ada agar dapat
mengindetifikasi senyawa kimia tumbuhan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. SKEMA KERJA
1. Tanin
KatekolPirogalotanin
Sampel Sampel
FeCI3 1 N FeCI3 1 N
+ +
Hijau Biru
2. Alkaloid
3. Flavonoid
Sampel
FeCI3 + HCI P HCl P + Serbuk Mg
4. Steroid
5. Saponin
Serbuk
Dinginkan
1. Tannin
2. Dioksiantrakinon
5. Saponin