Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid
merupakan penyusun hewan yang dicirikan sifat kelarutannya. Lipid merupakan
senyawa heterogen dan termasuk salah satu bahan makanan yang sangat penting. Lipid
berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, sumber asam lemak esensial, dan sebagai
pelarut vitamin A, D, E, dan K.

Lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti
ester, kloroform, aseton, benzena dan karbon tetraklorida. Sifat kelarutan ini
membedakan lipid dari tiga golongan utama lain dari produk alam lainnya, yaitu
karbohidrat, protein, dan asam nukleat, yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut
organik. Lipid merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber
makanan dan kira-kira 40% dari yang kita makan setiap hari. Lipid dapat diekstrak dari
sel dan jaringan oleh pelarut non polar yang mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor. Apabila
lipid dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak.

Lemak dan minyak yang acapkali disebut trigliserida adalah anggota dari
keluarga lipid. Sebagai bahan makanan, golongan ini merupakan sumber masalah
kegemukan dan bersama-sama dengan lipid lainnya, yaitu kolesterol dicurigai sebagai
zat pengeras pembuluh nadi. Namun, trigliserida tidak selamanya buruk. Senyawa ini
berfungsi sebagai pembawa vitamin larut minyak, yaitu vitamin A, D, E, dan K.
Mengurangi lemak dalam makanan juga berarti mengurangi pengambilan zat gizi
tersebut. Trigliserida tertentu berfungsi sebagai sumber utama asam linoleat yakni asal
lemak tak jenuh. Karena senyawa ini tak dapat disintesis oleh tubuh, asam linoleat
dianggap sebagai asam lemak esensial. Akhirnya, trigliserida menunda rasa lapar
sesudah makan karena senyawa ini meninggalkan lambung secara perlahan-lahan.
Lipid mudah dibedakan dari karbohidrat, protein dan asam nukleat karena
kelarutannya dalam pelarut organik nonpolar.
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan
gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik dari
tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kacang-kacangan, biji-bijian, dan lain-lain
maupun dari hewan. Kandungan lemak dan minyak beragam bergantung pada
sumbernya.
Lemak dapat diisolasi melalui cara mekanis, perebusan dan ekstraksi kimia.
Dalam ekstraksi lemak dari kacang-kacangan dan biji-bijian, pelarut yang sering
digunakan ialah benzene, CCl4, CHCl3, heksana atau petroleum eter. Pengerjaannya
menjadi lebih singkat jika keeping biji diubah menjadi partikel halus. Lemak yang
diperoleh dengan cara ini lebih jernih, dan proteinnya tertinggal dalam ampas. Lemak
yang dihasilkan dengan ekstraksi perlu dimurnikan dari pengotor, zat warna, asam
lemak bebas, dan senyawa keton dan aldehida.
Karena sumber lemak beraneka macamnya, maka setiap jenis lemak berbeda
sifat fisik dan kimianya. Dengan menganalisis sifat fisika dan kimianya dapat
ditentukan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap lemak dan minyak tersebut
sebelum digunakan untuk keperluan manusia, misalnya untuk pembuatan sabun dan
margarin.

B. Tujuan

1. Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.


2. Mengetahui sifat asam basa minyak kelapa.
3. Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid.
Untuk memberikan defenisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang
termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Para ahli
biokimia sepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika
seperti lemak, dimasukkan kedalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat
fisika yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih
dari satu pelarut organik misalnya ester, aseton, kloroform, benzena yang sering
disebut “pelarut organik”; (2) ada hubungan dengan asam lemak atau esternya; (3)
mempunyai kemungkinan digunakan oleh mahluk hidup. Jadi berdasarkan sifat fisika
tersebut, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut lemak tersebut. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan
sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak kira-kira sebesar 90%, dalam
jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30%
(Poedjiadi, 2006).

Salah satu Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi kita terutama
karena merupakan sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin A, D, E, dan K.
Manusia dapat digolongkan mahluk omnivore. Artinya makanannya terdiri dari bahan
hewani maupun nabati, karena itu dapat menerima minyak dan lemak dari berbagai
sumber maupun tanaman. Minyak merupakan jenis makanan yang paling padat energi,
yaitu mengandung 9 kkal per gram atau 37 kilojoul per gram (Winarno, 1992).

Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan.
Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga
golongan besar, yakni: 1. lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai
alkohol, contohnya: lemak atau gliserida dan lilin(waxes); 2. lipid gabungan yaitu ester
asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya: fosfolipid ; 3. derivate lipid
yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya: asam lemak,
gliserol, dan sterol. Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat
dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni: 1. lipid yang dapat disabunkan yaitu
dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak; 2. lipid yang tidak dapat disabunkan,
contohnya steroid. Dan beberapa golongan lipid berdasarkan kemiripan struktur
kimianya, yaitu: (1) asam lemak, (2) lemak (3) lilin, (4) fosfolipid, (5) stingolipid, (6)
terpen, (7) steroid, (8) lipid kompleks (Poedjiadi, 2006)

Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu
trihidroksi alkohol yang terdiri dari tiga atom karbon. Jadi setiap kabon mempunyai
gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam
lemak dalam bentuk ester yang disebut monogliserida atau trigliserida. Pada lemak,
satu molekul gliserol dapat mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak
adalah suatu trigliserida.

R1 –COOH, R2 –COOH, dan R3 –COOH ialah molekul asam lemak yang terikat pada
gliserol. Asam lemak yang terdapat dialam ialah asam palmitat, stearat, oleat dan
linoleat (Poedjiadi, 2006).

Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan
lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik lebur
tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan
mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Seperti halnya lipid pada
umumnya, lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut dalam air, sedangkan
gliserida asam lemak panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam ester kloroform
atau benzena. Alkohol panas adalah pelarut lemak yang baik.

Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama diudara akan menimbulkan rasa
bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam
lemak bebas. Disamping itu dapat Pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak
tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam
lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk
aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik.
Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan. Gliserol yang diperoleh dari hasil
penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan
mempunyai rasa yang manis (Poedjiadi, 2006).

Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya.


Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh Lemak yang
mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam
lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi
adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh
(Salirawati, 2007).

Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi
analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai
berikut:
UJI KELARUTAN LIPID
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran
pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut
tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan
larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. (Garjito, 1980).

UJI ACROLEIN
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat
atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji
keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen
pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi
ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO)
yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih. (Ketaren,
1986).

UJI KEJENUHAN PADA LIPID


Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah
termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl.
Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah
kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi
tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan
warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan
dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh
memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam
lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi
ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa
terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan
mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi
berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa
asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble. (Budha, 1981).

UJI KETENGIKAN
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi
lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi
lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas
saring dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai
penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi
minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera
ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat
memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal
bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi
akan dihasilkan peroksida (Syamsu, 2007).

UJI SALKOWSKI UNTUK KOLESTEROL


Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan
volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus
ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan
kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah
menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh, 2008).

UJI LIEBERMAN BUCHARD


Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji
ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke
dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol
dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan.
Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi
dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi
kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian
teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan
hasil yang positif
Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari
terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
(Trilaksani, 2013).

UJI BILANGAN IOD


Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,sedangkan
lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik
lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh,sedangkan lemak cair atau yang basa
disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan
mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajat
ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan
iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul
iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin
banyak ikatan rangkap,makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan minyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak
umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak zaitun, minyak
kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat dan minyak adalah cairan,
keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak dan minyak adalah triester dari
gliserol, yang dinamakan trigliserida. (Hart, 1987).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi,
penjepit tabung, pipet ukur, pipet tetes, dan porselin tetes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah minyak
kelapa, minyak kelapa sawit tengik, VCO, alkohol 96%, kloroform, aquades,
dan larutan Na2CO3 0,5%.

B. Prosedur Kerja
1. Uji Kelarutan Lipid

Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut diisi


dengan: aquades, alkohol 96%, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5%
sebanyak 1 ml.

Ditambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa, minyak kelapa


sawit tengik, dan VCO.

Dikocok sampai homogen, kemudian dibiarkan beberapa saat.

Diamati sifat kelarutannya.


2. Uji Keasaman Minyak

Diteteskan sedikit minyak kelapa pada porselen tetes.

Diuji dengan kertas lakmus.

Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan


1. Uji Kelarutan Lipid

Bahan VCO Minyak Kelapa Minyak Kelapa


Sawit Tengik
Aquades Tidak larut, Larut, bening Tidak larut, agak
tidak keruh keruh
Alkohol 96% Larut, bening Larut, bening Larut, bening
Kloroform Larut, bening Larut, bening Larut, bening
Na2CO3 0,5% Larut, keruh, Larut, keruh, Larut, keruh,
berbuih berbuih sedikit berbuih

2. Uji Keasaman Minyak

No Kelompok Zat Uji PH Sifat asam/basa

1 1 VCO 5 Asam
2 2 VCO 5 Asam
3 3 Minyak Kelapa 5 Asam
4 4 Minyak Kelapa 5 Asam
5 5 Minyak Kelapa 4 Asam
Sawit Tengik
6 6 Minyak Kelapa 4 Asam
Sawit Tengik

B. Pembahasan
1. Uji Kelarutan Lipid

Pada uji kelarutan lipid, kita ingin mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
Pada percobaan ini, minyak yang digunakan ada tiga jenis yakni minyak kelapa,
minyak kelapa sawit tengik, dan VCO. Ketiga jenis minyak tersebut dilarutkan dalam
empat jenis pelarut yakni aquades, alkohol 96%, kloroform, serta larutan Na 2CO3
0,5%.
Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah pada pelarut alcohol dan
kloroform, ketiga jenis minyak tersebut larut dalam pelarut tersebut dan menghasilkan
warna bening. Pada pelarut aquades, minyak kelapa larut dan berwarna bening, serta
minyak kelapa sawit tengik dan VCO tidak larut dalam aquades dan menghasilkan
warna keruh. Sedangkan pada pelarut Na2CO3 0,5%, ketiga jenis minyak larut dalam
pelarut tersebut, serta menghasilkan warna keruh dan terdapat buih pada
permukaannya.

Hasil percobaan tersebut sesuai dengan Poedjiadi dan Supriyanti (2009), yang
menyatakan bahwa lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam
alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organic seperti eter, kloroform, aseton,
benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi
yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua
lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan membemtuk emulsi yang
stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda
membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes
minyak tersebar seluruhnya.
Kelarutan dapat dilihat dari fase larutan yang terbentuk;satu fase menunjukkan
bahwa lipid larut, dan dua fase menunjukkanbahwa lipid tidak larut, di mana fase yang
di atas memiliki massa jenislebih kecil dari pada fase yang di bawah. Minyak dalam
airmembentukemulsi tidak stabil setelah pengocokan, ditandai dengan kedua
jeniscairan yang segera memisah setelah dikocok kuat. Demikian pula halnyapada
alkohol yang ditambahkan minyak, yakni terbentuk emulsi tidakstabil.Adapun
penyebab sehingga air tidak larut dalam minyak danterbentuk emulsi tidak stabil ialah
karena air merupakan senyawa yangbersifat polar, berbeda dengan minyak yang
sifatnya nonpolar. Alkoholjuga tidak larut dalam minyak dan membentuk emulsi stabil
karenaalkohol bersifat semipolar. Sedangkan minyak dapat larut pada larutankloroform
dan eter karena sifat kelarutan kedua larutan tersebut samadengan sifat kelarutan
minyak, yakni nonpolar.
2. Uji Keasaman Minyak
Pada uji keasaman minyak, kita ingin mengetahui sifat asam basa minyak kelapa,
minyak kelapa sawit tengik, dan VCO. Berdasarkan percobaan yang telah kami
lakukan yaitu uji keasaman lemak dengan membandingkan sifat asam atau basa pada
minyak kelapa dengan minyak kelapa sawait tengik dan VCO. Pertama minyak kelapa,
minyak kelapa sawit tengik, dan VCO masing-masing diteteskan pada porselen tetes,
kemudian di uji dengan menggunakan kertas indikator pH. Hasil yang kami dapatkan
pada kertas indicator pH menunjukkan bahwa pH antara minyak kelapa dan VCO sama
yaitu 5, sedangkan minyak kelapa sawit tengik 4. Hal ini disebabkan karena minyak
tengik bersifat lebih asam karena telah mengalami hidrolisis dan oksidasi yang
mengahasilkan aldehid, keton dan asam lemak bebas.
Hasil percobaan uji keasaman minyak tersebut sesuai dengan Poedjiadi dan
Supriyanti (2009), yang menyatakan bahwa Minyak murni umumnya bersifat netral,
sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan minyak
mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan, aldehida, keton dan asam-asam
lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya
cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu, seperti Fe,
Ni, atau Mn. Sebaliknya, zat-zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan
disebut antioksidan, misalnya: tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C),
polifenol, hidroquinon, dan flavonoid.
Tanda awal minyak goreng mengalami kerusakan adalah terbentuknya akrolein
yang menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan
yang digoreng dengan minyak jelantah. Minyak jelantah sangat disukai jamur
aflatoksin yaitu jenis jamur penghasil racun aflatoksin yang dapat menyebabkan
kerusakan hati.

Faktor yang kualitas minyak adalah oksigen, semakin sering minyak terpapar
oksigen minyak akan sering teroksidasi. Suhu, semakintinggi suhu minyak pada saat
digunakan proses oksidasi minyak akan semakin cepat terjadi. Cahaya merupakan
katalis terjadinya oksidasi.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia.
2. Lipid tidak larut dalam air (pelarut polar) sedangakan larut dalam pelarut
nonpolar.
3. Minyak tengik bersifat lebih asam dibandingkan minyak murni.

B. Saran
1. Pada praktikum kali ini seharusnya dilakukan juga uji pembentukan emulsi
dan uji ketidakjenuhan asam lemak pada lipid.
2. Selama praktikum berlangsung, asisten seharusnya lebih berani menegur
praktilan yang membuat keributan atau mengganggu jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Budha, K. 1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas Teknologi dan
Pertanian Universitas Udayana.

Garjito, M. 1980. Minyak: Sumber, penanganan, pengelolahan, dan pemurnian.


Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM.

Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta: Universitas
Indonesia press.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Pramarsh. 2008. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Salirawati. 2007. Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.

Syamsu, 2007. Kimia Organik Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara.

Trilaksani, W. 2013. Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran


terhadap kesehatan. Laporan Penelitian. Bogor: IPB.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai