Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN II

IDENTIFIKASI LIPID

I. Tujuan
Dapat memahami metode identifikasi lipid
mengidentifikasi senyawa-senyawa lipid dan lemak secara
kualitatif dan kuantitatif.

II. Teori dasar


Lipid didenifisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang
diekstraksi dari mahluk hidup dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar atau pelarut nonpolar. Ciri khas yang umum dijumpai di
semua lipid adalah kandungan hidrokarbonnya diturunkan dari
polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi rantai segera setelah
rantai itu terbentuk contohnya, polimerisasi asetat menghasilkan rantai
hidrokarbon linear yang panjang. Asam lemak yang terjadi pada proses
hidrolisasi lemak, mengalami proses hidrolisis lemak, mengalami
proses oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A (Poedjiadi, 2004).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam
lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak
jenuh. Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam
lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani
misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya
lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi
dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga
terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga
merupakan sumber energi utama yang digunakan sebagai energi
cadangan makanan yang disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh,
dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai pengangkut
zat-zat yang melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa
memiliki beberapa fungsi misalnya kolestrol berperan dalam proses
pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan testoleron berfungsi
sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan
sebagai provitamin D (Sutresna, 2009).
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang
meliputi analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Uji kelarutan lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat
lipid terdahadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan
lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak
akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar
(Garjito,M.1980).
2. Uji acrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini
terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam
lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut
Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji
keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah
ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air,
maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid
tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang
memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap
putih ( Ketaren, 1986 ).
3. Uji kejenuhan pada lipid
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam
lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak
jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini
digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji
ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai
bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl
dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna
yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat
dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat
strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada
gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak
ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna
kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang
kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap
pada rantai hidrokarbon asam lemak. Trigliserida yang
mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat
diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi
iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah
muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak
tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble.
4. Uji ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji
ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum
tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji
dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring
dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi
sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di
dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang
ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang
dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal
bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat
sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan
peroksida (Syamsu 2007)
5. Uji salkowski untuk kolesterol
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan
untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol
dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang
sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai
pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat
kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi
berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning
dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008).
6. Uji lieberman buchard
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk
kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol
dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10
tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan
kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat
pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan
beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah
ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi
kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol,
kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena.
Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung
kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini
menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai
dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink
kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
7. Uji bilangan iod
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu
ruangan,sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat
cair. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam
lemak jenuh,sedangkan lemak cair atau yang basa disebut minyak
mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan
mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung
didalamnya diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi
dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium
mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh
karenanya makin banyak ikatan rangkap,makin banyak pula
iodium yang dapat bereaksi. Dikehidupan sehari hari kita mengenal
lemak atau lipid, Lemak dan minyak ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak
umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung,
minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak
berbentuk padat dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai
struktur dasar yang sama. Lemak dan minyak adalah triester dari
gliserol, yang dinamakan trigliserida (Hart, 1987).

III. Alat dan bahan

Alat Bahan
- Tabung reaksi - Air
- Pipet tetes - Alcohol dingin
- Kertas saring - Alkoholpanas
- Cawan penguap - Kloroform
- Batang pengaduk - Minyak
- Olive oil
- Gliserol
- Asam palmitat
- KHSO4
- Kolesterol (gliserol & olive oil)
- Asam asetat anhidrid
- Asam sulfat pekat
-

IV. Prosedur
a. Uji kelarutan
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 4 buah. Air sebanyak 2
ml ditambahkan ke dalam tabung 1. Alcohol dingin sebanyak 2 ml
ditambahkan ke dalam tabung 2. Alcohol panas sebanyak 2 ml
ditambahkan ke dalam tabung 3. Kloroform sebanyak 2 ml
ditambahkan ke dalam tabung 4. Minyak sebanyak 0,2 ml
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung tersebut kemudian
dikocok hati-hati. Dari masing-masing tabung tersebut diambil 2-3
tetes dan diteteskan di atas kertas saring. Kertas saring yang
terdapat bercak noda tertinggal ditunjukkan oleh lemak yang
terlarut dalam pelarut tersebut.
b. Uji akrolein
Tabung reaksi yang bersih dan kering disediakan sebanyak
3 buah, lalu ke dalam masing-masing tabung tersebut dimasukkan
10 tetes olive oil, gliserol dan sedikit asam palmitat. Ke dalam
masing-masing tabung tersebut di tambahkan sejumlah sama
volume KHSO4, kemudian pelan pelan dipanaskan di atas api. Bau
akrolein yang menusuk hidung diperhatikan, dibedakan dengan bau
SO4.
c. Uji liberman-burchard untuk kolesterol
Dalam kloroform dilarutkan kolesterol ( olive oil &
gliserol) hingga larut seluruhnya. Asam asetat anhidrid sebanyak
10 tetes dan asam sulfat pekat sebanyak 2 tetes ditambahnakan
kedalamnya. Dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit.
Perubahan warna yang terjadi diperhatikan,

V. Data pengamatan

Hasil Pengamatan

NO Pengujian Tabung Keterangan


1 Uji kelarutan Tabung 1 : 2 ml air
ditambahkan 0,2 ml
minyak

Tidak ada noda yang tertinggal


Tabung 2 : 2 ml
alkohol dingin
ditambahkan 0,2 ml
minyak

Terdapat noda yang tertinggal


(kuning)
Tabung 3 : 2 ml
alkohol panas
ditambahkan 0,2 ml
minyak

Terdapat noda yang tertinggal tapi


sangat lah sedikit,sehingga kurang
terlihat
Tabung 4 : 2 ml
kloroform ditambah
0,2 ml minyak

Ada noda yang tertinggal

2 Uji Akrolein Tabung 1 : 10 tetes Menghasilkan sedikit bau yang


olive oil ditambahkan tidak sedap (+)
KHSO4 Terdapat sedikit gelembung
Tabung 2 : 10 tetes Menghasilkan bau yang
gliserol ditambahkan menyengat (+++)
KHSO4
Tabung 3 : 10 tetes Menghasilkan bau yang
asam palmitate menyengat dan pudar (+)
ditambahkan KHSO4
3 Uji Lieberman- Tabung 1 : gliserol
Burchard untuk dilarutkan dengan
kolesterol kloroform ditambah
asam asetat anhidrat
ditambah asam sulfat
pekat

Campuran berwarna jernih (tidak


mengalami perubahan)

Tabung 2 : olive oil


dilarutkan dengan
kloroform ditambah
asam asetat anhidrat
ditambah asam sulfat
pekat

Campuran berwarna kuning jernih

VI. Pembahasan
Lipid pada umumnya tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam
alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti
eter,kloroform,aseton ataupun pelarut non polar lainya. Dalam
praktikum uji identifikasi lemak ini pertama yang dilakukan adalah uji
kelarutan yaitu minyak yang kemudian dilarutkan dengan air, alkohol
panas, alkohol dingin dan kloroform dan melihat ada atau tidaknya
noda ketika di teteskan pada kertas saring. Pada percobaan ini yang
tidak terdapat noda adalah minyak yang dilarutkan dengan air, alkohol
dingin dan alkohol panas, Sedangkan yang terdapat noda adalah
minyak yang dilarutkan dengan kloroform. Minyak sendiri merupakan
senyawa ester yang diperbolehkan dari gabungan asam lemak dan
gliserol. Dia dapat melarut dengan non polar. Air sendiri merupakan
pelarut yang polar, molekul polar mempunyai dipol yang dihasilkan
dari muatan parsial positif dan negatf membentuk susunan asimetris,
air sendiri mempunyai muatan posit dan negatif. Dari sifat tersebut
maka dia tidak akan dapat melarut dengan minyak dalam percobaan ini
ditandai dengan tidak adanya noda pada kertas saring, sedangkan pada
minyak yang dilarutkan dengan kloroform terdapat noda pada kertas
saring. Kloroform sendiri termasuk kedalam pelarut yang bersifat non
polar maka minyak yang dilarutkan dalam kloroform akan melarut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sifat
kepolaranya yang memiliki sifat polar akan melarut dalam pelarut
yang bersifat polar juga, dan yang memiliki sifat non polar akan
melarut dalam pelarut yang bersifat non polar.
Maka dari itu minyak yang dilarutkan dengan kloroform akan
melarut karena minyak yang bersifat non polar akan melarut dengan
kloroform yang bersifat non polar juga. Selain sifat kepolaran faktor
yang mempengaruhi kelarutan adalah suhu. Ini dapat dilihat dari
percobaan uji kelarutan minyak dengan alkohol dingin dan alkohol
panas.
Sebenarnya alkohol bersifat semipolar, sifat polarnya dari gugus
OH dan nonpolar dari gugus alkil. Tetapi semakin tinggi suhu
membuat alcohol menjadi lebih nonpolar dan semakin rendah suhu
membuat alcohol menjadi lebih polar. Inilah yang menyebabkan
adanya perbedaan kelarutan minyak pada alkohol panas dan alkohol
dingin. Jadi pada suhu tinggi alhokol bersifat nonpolar sehingga dapat
melarutkan minyak yang bersifat nonpolar juga dan pada suhu rendah
alcohol bersifat polar sehingga tidak dapat melarutkan minyak.
Uji Akrolein termasuk uji kualitatif lipid. Dalam uji ini terjadi
dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak yang
menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Uji ini digunakan untuk
menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan
setelah ditambahkan KHSO4 yang akan menarik air maka bagian
gliserol akan terdehidrasi kedalam bentuk aldehid tidak jenuh atau
dikenal sebagai akrolein yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan
ditandai dengan asap putih( Scy Tech Encyclopedia, 2008). Pada uji ini
penambahan KHSO4 sendiri berfungsi sebagai katalisator
pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol tetapi
KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena hanya sebagai katalisator. Pada
uji akrolein ini didapatkan bahwa bau yang lebih menyengat yaitu
gliserol lalu olive oil dan yang terakhir asam palmitat. Olive oil sendiri
menimbulkan bau yang lebih sedikit dikarenakan olive oil sendiri
mengandung senyawa yang lebih kompleks dibandingkan dengan yang
lainya seperti gliserol, gliserol sendiri merupakan suatu kolesterol
sederhana sehingga jika dibandingkan dengan olive oil pada uji
akrolein ini bau olive oil lebih pudar dibanding gliserol. Sedangkan
asam palmitat sendiri tidak menimbulkan bau karena tidak
mengandung flatogliserol dan tidak terbentuk trigliserida sehingga
akrolein tidak terbentuk.
Uji Liberman-burchard merupakan uji untuk kolesterol terdapat
dua bahan yang berbeda yang pertama yaitu gliserol,kloroform,asam
asetat dan H2SO4 dan yang kedua yaitu olive oil,kloroform,asam
asetat dan H2SO4. Penambahan kloroform pada uji ini untuk
melarutkan kolesterol yang terkandung didalamnya. Dan penambahan
asam asetat untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan
membentuk larutan warna. Untuk yang pertama tidak terjadi
perubahan apapun sedangkan yang kedua terjadi perubahan warna
menjadi kuning kecoklatan. Perubahan yang terjadi dikarenakan olive
oil didalamnya terdapat senyawa lain yang lebih kompleks
dibandingkan dengan gliserol, gliserol hanya kolesterol sederhana.
Sehingga warna yang terbentuk disebabkan karena adanya gugus
hidroksi dari kolesterol yang bereaksi dengan pereaksi.

VII. Kesimpulan
Pada uji kelarutan minyak dapat larut pada kloroform dan alkohol
panas walau hanya sedikit dan tidak dapat larut pada air dan alkohol
dingin. Kelarutan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
pada percobaan ini adalah dari sifat kepolaranya dan suhu.
Uji akrolein yang lebih mengeluarkan bau yang menyengat adalah
gliserol (++), kemudian olive oil (+) dan yang terakhir asam palmitat
(+).
Uji lieberman burchard yang mengalami perubahan warna adalah
olive oil dikarenakan olive oil memiliki senyawa yang lebih kompleks
dibandingkan gliserol yang hanya kolesterol sederhana.

VIII. Daftar Pustaka


Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan
pemurnian. Fakultas Teknologi pertanian UGM: Yogyakarta

Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.


UniversitasIndonesia press: Jakarta

Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.

Pramarsh. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Salirawati et al. 2007. Belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo

Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo, 2009.

Syamsu, 2007. Kimia Organik. Edisi I. Binarupa Aksara : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai