1
- Dewasa = 325-650mg setiap 4-6 jam atau 100 mg 3-4 kali /hari
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Mekanisme farmakologi : Menghambat sintesis prostaglandin pada
cox 1 dan cox 2, selain itu memblok implus perifer.
Kontraindikasi : Terhadap Fenilketonuria, hipersensitif pada
pasien gangguan fungsi hati.
Aturan penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup rapat.
Efek samping : reaksi hipersensitive dan kelainan darah
pada gangguan kronis 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati pada
dosis 6 gram.
Kategori obat : Obat Bebas.
2
Kegunaan : glidan , pengisi tablet dan kapsul , penghancur tablet dan
kapsul, pengikat
Aplikasi dalam teknologi atau formula farmasetika : Sebagai bahan
tambahan untuk sediaan oval padat dengan kegunaannya sebagai
pengikat, pegisi dan penghancur. Pada preformulasi tablet , pasta
amilum segar dengan konsentrasi 50-25% b/b digunakan pada granulasi
tablet sebagai pengikat, penghancur, digunakan amilum dengan
konsentrasi 3-15%.
3
V.3 Laktosa (Rowe et, al edisi VI, hal: 366)
4
Aplikasi dalam teknologi : digunakan untuk kosmetik, makanan dan
formulasi obat, biasanya digunakan sebagai lubrikan pada pembuatan
kapsul atau tablet dengan jumlah antara 0,25 5,0%.
5
VI. ANALISIS PERTIMBANGAN FORMULA
VI.1 Parasetamol
Sebagai zat aktif di lakukan dengan metode granulasi kering karena
memiliki sifat alir yangkurang baik dan dosis yang di gunakan besar.
VI.2 Amprotab
Sebagai penghancur karena termasuk zat yang inert, kompatibel
dengan komponen tablet lainnya dan memiliki sifat alir yang baik. Sifat
amprotab mampu menyerap air dan akan membentuk pori- pori dalam
tablet. Sehingga tablet akan mengembang dan dapat hancur dalam
perut.
VI.3 PVP
Sebagai bahan pengikat, agar tablet mudah pecah atau retak karena
meningkatkan ke kompakan tablet.
VI.4 Talk
Sebagai glidan karena mempunyai sifat hidrofob dan
mempengaruhi sifat-sifat tablet seperti keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan, dan waktu hancur. Konsentrasi yang di gunakan 1% untuk
memenuhi uji sifat fisik tablet atau utnuk meningkatkan mengalirnya
serbuk.
6
VI.5 Mg Stearat
Sebagai pelicin, yang biasanya di kombinasi dengan talk karena
talk memiliki sifat hidrofobik sehingga dapat mengurangi gesekan antar
patikel dan memudahkan partikel untuk mengalir. Selain itu dapat
menyelubungi permukaan granul sehingga mengurangi gaya gesekan
dan memudahkan mengalir sehingga meningkatkan waktu hancur.
Selain itu Mg stearat untuk dapat mempermudah tablet untuk keluar dari
mesin cetak. Konsentrasi 1% merupakan konsentrasi maksimal jika
lebih dapat menyebabkan laminating.
VI.6 Laktosa
Sebagai bahan pengisi, untuk mencapai bobot atau massa
tabletyang diinginkan. Laktosa digunakan karena non-toksik, tidak
kontraindikasi dnegan bahan lain, serta kompresibel dan lebih murah.
Tapi karena sifta alirnya kurang baik maka dilakukan granulasi laktosa
terlebih dahulu.
VI.7 Etanol
Etanol digunakan sebagai pembasah dan pelarut dalam pembuatan
granulasi laktosa. Karena PVP mudah larut dalam etanol.
7
VII. FORMULA
Tablet Paracetamol
Kandungan Paracetamol/tablet = 100 mg
Bobot/tablet = 250 mg
Jumlah sediaan yang dibuat = 300 tablet
Formula 1
Fasa Dalam (92% + 1,5% Fasa luar)
8
92
Total Fasa Dalam = 100 x 250 mg = 230 mg
Paracetamol = 100 mg
10
Amprotab = 100 x 250 mg = 25 mg
5
PVP = 100 x 250 mg = 12,5 mg
1
Talk = 100 x 250 mg = 2,5 mg
Fasa Luar
Total Fasa Luar 6,5%
0,5
Mg. Stearat = 93,5 x 68,49 gram = 0,366 gram
1
Talk = 93,5 x 68,49 gram = 0,732 gram
5
Amprotab = 93,5 x 68,49 gram = 3,66 gram
9
Formula 2
Fasa Dalam (92% + 1,5% FL)
92
Total Fasa Dalam = 100 x 250 mg = 230 mg
Paracetamol = 100 mg
10
Amprotab = 100 x 250 mg = 25 mg
3
PVP = 100 x 250 mg = 7,5 mg
1
Talk = 100 x 250 mg = 2,5 mg
tablet
Fasa Luar
Total Fasa Luar 6,5%
0,5
Mg. Stearat = 93,5 x 66,39 gram = 0,355 gram
10
1
Talk = 93,5 x 66,39 gram = 0,71 gram
5
Amprotab = 93,5 x 66,39 gram = 3,55 gram
8.1.2 Evaluasi
a. Uji sifat alir
Kecepatan alir
Bobot
Kecepatan Alir = Waktu alir
30 g
Formula 1 4,56 s = 6,58 g/s
30 g
Formula 2 5,38 s = 5,38 g/s
Sudut baring
h
Sudut baring = arc tan r
2,9 cm
Formula 1 Arc tan 4,7 cm = 15,10090
2,3 cm
Formula 2 Arc tan 4,325 cm = 280
5,2% 2,65%
5,16 2,68
Mesh 20 : 30 x 100% = Mesh 20 : 30 x 100% =
17,2% 8,93%
1,60 0,679
Mesh 40 : 30 x 100% = Mesh 40 : 30 x 100% =
5,3% 2,26%
2,22 1,643
Mesh 60 : 30 x 100% = Mesh 60 : 30 x 100% =
7,4% 5,47%
3,42 2,219
Mesh 80 : 30 x 100% = Mesh 80 : 30 x 100% =
11,4% 7,39%
2,79 3,4
Mesh 100 : 30 x 100% = Mesh 100 : 30 x 100% =
9,3% 11,3%
15,60 16,29
Mesh 120 : 30 x 100% = Mesh 120 : 30 x 100% =
52% 54,3%
c. Uji density / BJ
BJ nyata
W
P=
Vo
12
30 g
Formula 1 63 ml = 0,476 g/ml
30 g
Formula 2 59 ml = 0,508 g/ml
BJ Mampat
Bobot
BJ Mampat =
Vol.750 ketukan
30 g
Formula 1 33 ml = 0,909 g/ml
30 g
Formula 2 50 ml = 0,6 g/ml
BJ Sejati
( ba ) BJ Cairan
BJ Sejati=
( b+ d )( a+ c )
Formula Hasil
1,045 0,87 0,909
BJ Sejati= = =1,492
1 50,21849,609 0,609
0,96 0,87 0,8352
BJ Sejati= = =1,001
2 42,64242,608 0,918
Kadar Mampat
%Kp =
V 0V 750 ketukan
x 100
V0
63 ml33 ml
x 100 = 47,62
63 ml
Formula 1
%
13
59 ml50 ml
x 100 =
59 ml
Formula 2
15,25%
Angka Haussner
BJ setelah pemampatan
Angka Haussner=
BJ sebelum pemampatan
Formul Hasil
a
1 0,909
=1,909
0,476
2 0,6
=1,181
0,508
% Kompretibilitas
BJ mampatBJ nyata
kompresibilita= 100
BJ mampat
Formul Hasil
a
1 6333
100 =47 , 619 %
63
2 5950
100 =15,52 %
59
VIII.2 Penimbangan
14
Formula 1
300 tabl
Fasa Dalam 1 tablet
et
Paracetamol
Amprotab 100mg 30 gram
25 mg 7,5 gram
PVP 12,5 mg 3,75 gram
Laktosa 92,5 mg 27,75 gram
1,25 mg 0,375 gram
Mg stearat 2,5 mg 0,750 gram
Talk
Fasa Luar 300 tablet
Mg. Stearat
0,366 gram
Talk 0,732 gram
3,66 gram
Amprotab
Formula 2
Fasa Dalam 1 tablet 300 tablet
Paracetamol 100 mg 30 gram
25 mg 7,5 gram
Amprotab
7,5 mg 2,25 gram
PVP 97,5 mg 29,25 gram
1,25 mg 0,375 gram
Laktosa
2,5 mg 0,750 gram
Mg stearat
Talk
Fasa Luar 300 tablet
Mg. Stearat 0,366 gram
0,71 gram
Talk
3,55 gram
Amprotab
Laktosa untuk PVP 1,2 gram
IX. PROSEDUR
IX.1 Granulasi laktosa
15
Dicampurkan PVP dengan etanol 95% sebanyak 12 ml.
IX.2 Formula 1
X.
Ditimbang sejumlah fasa dalam dan setengah bagian fasa luar : Parasetamol
30 g, amprotab 7,5 g, PVP 3,75 g, laktosa 27,75 g, Mg stearat 0,375 g dan
talk 0,75 g
Slug yang sudah jadi digiling kasar dan diayak dengan mesh 16 sehingga
dihasilkan granul kasar.
Granul yang diperoleh ditimbang, dihitung jumlah fasa luar yang harus
Ditimbang sejumlah fasa dalam dan setengah bagian fasa luar : Parasetamol
ditambahkan.
30 g, Amprotab 7,5 g, PVP 2,25 g, laktosa 29,25 g, Mg stearat 0,375 g dan
talk 0,75 g
16
Campuran tersebut dibuat slug menggunakan punch berdiameter besar (13-
Slug yang sudah jadidengan
20 mm) digilingtekanan
kasar dan diayak
mesin dengan
tablet mesh 16 sehingga
yang tinggi.
dihasilkan granul kasar.
Dilakukan evaluasi granul. Bila belum memenuhi syarat, slugging dapat
diulang (maks. 3 kali)
Granul yang diperoleh ditimbang, dihitung jumlah fasa luar yang harus
ditambahkan.
17
XI.2 Uji Sifat Alir
XI.2.1 Evaluasi kecepatan alir
Bobot
Formul Mesh
Bobot
a 16 20 40 60 80 100 120
1 30 g 1,56 5,16 1,68 2,22 3,4 2,79 15,6
2 30 g 0,796 2,68 0,679 1,643 2,219 3,4 16,29
% Bobot
Formul Mesh
Bobot
a 16 20 40 60 80 100 120
1 30 g 5,2% 17,2% 5,3% 7,4% 11,4% 9,3% 52%
2 30 g 2,65 8,93% 2,26% 5,47% 7,39% 11,3% 54,3%
18
XI.4.2 BJ Mampat
XI.4.3 BJ Sejati
Formula Hasil
47 , 619 %
1
Hasil Kurang Baik seharusnya kurang dari 20 %
15,52 %
2
Hasil baik
Formula Hasil
0,909
=1,909
1 0,476
XI.4.6 % Kompretibilitas
Formula Hasil
19
47,62
1
sifat alir dari granul sangat buruk sekali yaitu pada rentang >38%
15,3
2
sifat alir dari granul baik yaitu pada rentang 11-15%.
XII. PEMBAHASAN
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat
granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat.
Metode ini digunakan dengan pertimbangan sifat dari zat aktifnya, yang
meliputi kestabilan yang tidak tahan panas atau lembap, sifat higroskopik,
jumlah dosis yang digunakan besar, dan komprebilitas yang buruk.
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering yaitu
memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi
kebutuhan akan proses validasi, waktu hancur lebih cepat karena tidak
diperlukannya larutan pengikat, tidak memerlukan pengeringan sehingga
tidak terlalu lama pengerjaannya, dan dapat digunakan untuk zat aktif dosis
besar yang peka terhadap panas dan lembab.
Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering yaitu perlu
mesin khusus untuk pembuat slug, tidak dapat mendistribusikan warna
dengan homogen, tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut,
kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat, dan keseragaman
kandungan lebih sulit dicapai.
20
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang semua bahan.
Kemudian tahap pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang
dilakukan adalah mencampurkan seluruh bahan dari formulasi. Tahap
pencampuran ini dilakukan hingga homogen.
Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses
ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak untuk mendapatkan granul yang sifat
alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum
memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Pada proses granulasi
setengah dari fasa luar ditambahkan ke dalam fasa dalam, hal ini bertujuan
untuk mengurangi gesekan antar granul dalam mencetak granul.
Pembuatan granul adalah tahap berikutnya yang dilakukan. Slug dengan
kadar air yang telah sesuai dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk
granul. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa
bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Tujuan
granulasi ini adalah untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Pada formula 1 , hasil evaluasi yang
diperoleh yaitu :
Granul yang telah jadi kemudian dievaluasi, evaluasi pertama yaitu uji
kelembapan. Sedikit granul dari granul kering ditimbang lalu uji
kelembapan. Uji kelembapan dilakukan dengan cara granul diletakkkan di
alat moisture analytical balance lalu dimulaikan alat. Pada alat moisture
analytical balance ini sampel yang digunakan minimal 0,5 gram. Kadar air
yang bagus mempunyai rentang dari 2-3%. Kadar air granul yang diperoleh
pada percobaan adalah 2,68%. Pada uji kelembapan, granul menunjukkan
hasil yang memenuhi syarat karena kadar airnya kurang dari 3%.
Kemudian dilakukan uji sifat alir, uji sifat alir ini ada dua yaitu
kecepatan alir dan sudut baring. Pertama ditimbang serbuk kering sebanyak
30g lalu dimasukkan ke dalam alat flexo-tester dan disiapkan stopwatch
untuk dihitungkan waktu jatuhnya serbuk, dari evaluasi ini didapat hasil
21
4.56 detik. Kemudian diameter dan tinggi serbuk yang telah dijatuhkan
dihitung, dari granul yang dievaluasi didapat hasil diameter 4,7 cm, tinggi:
2,9 cm. Hasil yang didapat pada evaluasi kecepatan alir yaitu 6,58 g/s, dari
hasil yang didapat dapat disimpulkan kecepatan alir granul kurang baik. Dan
hasil dari sudut baring yaitu 15,100o, dari hasil yang didapat dapat
disimpulkan bahwa granul sangat mudah mengalir.
Uji selanjutnya adalah uji distribusi ukuran partikel. Uji ini dimulai dari
ditimbangnya granul 30 g dan dimasukkan kedalam granulometri, lalu
disiapkan stopwatch untuk waktu pengayakan. Granul diayak dengan
beberapa pengayak dengan ukuran yang berbeda, yaitu pada mesh 16, 20,
40, 60, 80, 100 dan 120. Setelah proses pengayakan selesai, ditimbang
granul yang terdapat pada setiap nomor mesh. Mendapatkan bobot hasil 1,56
g, 5,16 g,1,60 g, 2,22 g, 3,42 g, 2,79 g, 15,60g. Kemudian dari bobot granul
tadi dihitung % bobot, % bobot ini dengan menghitung perbandingan antara
bobot yang terdapat pada setiap nomor mesh terhadap bobot awal semua
granul yang digunakan dalam evaluasi distribusi ukuran partikel ini. Dari
hasil perhitungan, didapat % bobot yaitu 5,2% pada mesh 16, 17,2% pada
mesh 20, 5,3% pada mesh 40, 7,4% pada mesh 60, 11,4% pada mesh 80,
9,3% pada mesh 100, dan 52% pada mesh 120. Kesimpulan yang didapat
yaitu belum cukup baik seharusnya pada mesh 120 hasil lebih sedikit.
Uji terakhir adalah uji densitas atau bobot jenis, uji ini ada beberapa
yaitu BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati,kadar mampat, angka haussner dan %
kompretibilatas . Dari hasil yang didapat BJ nyata yaitu 0,476 g/m dapat
disimpulkan sama seperti hasil dari alat. Pada hasil dari BJ mampat yaitu
0,9090 g/ml disimpulkan telah memenuhi penafsiran dan hasil sama seperti
hasil dsri alat. Hasil BJ sejati yaitu 1,492 . Hasil dari kadar mampat yaitu
47,619% menurut penafsian hasil kurang baik karena melebihi 20% hasil
yang baik yaitu < 20%. Hasil dari angka haussner yaitu 1,909 menurut
penafsiran hasil ini memenuhi syarat. Dan uji yang terakhir dari uji BJ yaitu
%kompretibilatas yaitu 47,619% menurut penafsiran hasil ini sangan tidak
bagus karena melebihi dari 38%.
22
Pada formula 2 dilakukan uji evaluasi yang sama dengan formula 1.
Antara formula 1 dan formula 2 yang membedakan yaitu konsentrasi
pengikatnya, dimana pengikat yang digunakan yaitu PVP pada formula 1
lebih banyak dibandingkan pada formula 2.
Evaluasi pertama yaitu uji kelembapan, evaluasi ini bertujuan untuk
mengukur kadar air yang terkandung dalam granul. Hasil dari uji
kelembapan granul yaitu 2,52%. Standar kelembapan yaitu 2-3%. Dari hasil
evaluasi ini menunjukkan bahwa granul memenuhi syarat, karena
kelembapannya kurang dari 3%. Jika kelembapan tinggi maka sifat alir yang
dihasilkan akan buruk dan mudahnya ditumbuhi mikroba. Sedangkan
apabila kelembapannya sangat rendah maka akan menyebabkan tablet
mudah rusak atau rapuh.
Evaluasi kedua yaitu uji sifat alir, evaluasi ini bertujuan untuk melihat
apakah granul yang dihasilkan memiliki sifat alir yang baik dengan
mengukur bobot granul yang keluar dari alat uji per satuan waktu. Pengujian
ini terbagi atas dua jenis parameter yaitu kecepatan alir dan sudut baring.
Parameter kecepatan alir yaitu mengukur seberapa cepat granul dapat
mengalir, sedangkan parameter sudut baring yaitu mengukur sudut terluar
atau tertinggi dari granul yang telah mengalir tadi. Dari data pengamatan
menunjukkan granul dengan bobot 30 gram memiliki kecepatan alir 5,38 g/s
dan sudut baring 28o. Dilihat dari kecepatan alir, granul memiliki laju alir
gram
yang tidak baik, karena standar laju alir yang baik yaitu 10 /detik. Jika
bobot granul yang digunakan 30 gram maka waktu alir atau kecepatan
alirnya seharusnya sekitar 3 detik, sedangkan hasil pengamatan lebih dari 3
detik. Dilihat dari sudut baringnya, granul memiliki sifat mudah mengalir.
Karena rentang granul yang termasuk mudah mengalir yaitu 30-38o. Pada
evaluasi sifat alir ini seharusnya antara kecepatan alir dan sudut baring
sebanding, karena jika laju alir granul baik maka sudut baring yang
dihasilkan juga baik. Hasil yang tidak sebanding ini dapat terjadi karena
pengaruh lingkungan seperti suhu dan ketepatan praktikan dalam mengukur.
Jika sifat alirnya buruk maka akan terjadi segresi serbuk, yaitu dimana
partikel yang ukurannya lebih kecil akan turun terlebih dahulu dan akan
23
mempengaruhi keseragaman kandungan. Jika hal ini terjadi maka yang akan
mengandung zat aktif lebih banyak pada tablet yang dicetaknya awal,
sehingga tablet yang lainnya akan mengandung zat aktif lebih sedikit atau
bahkan akan menjadi plasebo.
Evaluasi yang ketiga yaitu uji distribusi ukuran partikel, pada evaluasi
ini digunakan beberapa ukuran pengayak. Evaluasi ini bertujuan untuk
melihat keseragaman ukuran granul. Dilakukan evaluasi ini dan ditimbang
bobot granul pada setiap nomor pengayak. Hasil yang didapat yaitu pada
mesh 16 : 0,796 gram; mesh 20 : 2,68 gram; mesh 40 : 0,679 gram; mesh
60 : 1,643 gram; mesh 80 : 2,219 gram; mesh 100 : 3,4 gram; dan mesh
120 : 16,29 gram. Setelah didapat bobot pada setiap mesh, selanjutnya
dihitung perbandingan antara bobot pada setiap mesh dengan bobot
seluruhnya yang digunakan, yaitu 30 gram. Didapat hasil yaitu % bobot
pada mesh 16 : 2,65%; mesh 20 : 8,93%; mesh 40 : 2,26%; mesh 60 :
5,47%; mesh 80 : 7,39%; mesh 100 : 11,3%; dan mesh 120 : 54,3%. Dari
hasil pengamatan dapat dilihat granul lebih banyak pada mesh 120 dan
paling sedikit pada mesh 40. Dapat disimpulkan metode granulasi atau
formulasi tidak baik, karena hasilnya lebih banyak yang berbentuk serbuk
dibandingkan granul. Seharusnya hasilnya lebih banyak pada mesh nomor
40 sampai 80, yang menunjukkan granul telah terbentuk.
Evaluasi yang keempat yaitu uji densitas, evaluasi ini bertujuan untuk
mengukur atau melihat kerapatan massa granul dalam per satuan volume.
Evaluasi yang dilakukan meliputi menentukan BJ nyata, BJ mampat, BJ
sejati. Data tersebut kemudian dipakai untuk menentukan kadar mampat,
angka Houssner, dan % kompresibilitas. Bobot granul yang digunakan pada
evaluasi ini yaitu 30 gram, kecuali BJ sejati yaitu 1 gram karena hanya
dibutuhkan sedikit. BJ nyata yaitu BJ sebelum dilakukan pemampatan, nilai
ini didapat dengan menghitung antara bobot granul dibagi dengan volume
granul tanpa pemampatan. Hasil BJ nyata yaitu 0,508 g/mL. BJ mampat yaitu
BJ setelah dilakukan pemampatan, nilai ini didapat dengan menghitung
bobot granul dibagi dengan volume mampat. Hasil BJ mampat yaitu 0,6 g/mL.
BJ sejati yaitu BJ yang sesungguhnya, hasil BJ sejati yaitu 1,001.
24
Selanjutnya ditentukan kadar mampat, kadar mampat adalah perbandingan
pemampatan granul sebelum pengetukan dan setelah pengetukan. Kadar
mampat yang didapat yaitu 15,25%. Hal ini menunjukkan bahwa granul
memenuhi persyarat, karena standar kadar mampat yaitu 20%. Nilai ini
menunjukkan jika kadar mampat 20% baik karena berarti granul baik
sebelum atau setelah pengetukan dalam kondisi yang tidak jauh berbeda,
sedangkan jika kadar mampatnya tinggi maka menunjukkan granul yang
tidak baik karena kondisinya jauh berbeda. Kemudian angka Haussner, yaitu
perbandingan antara BJ setelah pemampatan dan BJ sebelum pemampatan.
Hasil yang didapat yaitu 1,181 dan menurut alat 1,405. Dilihat dari angka
Haussner ini granul tidak memenuhi syarat, karena granul memenuhi syarat
jika angka Haussnernya yaitu 1. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan
massa granul seharusnya tidak berubah dengan adanya pengetukan. Jika
angka Haussner > 1, maka menunjukkan bahwa bahan atau granul tersebut
voluminous. Yang terakhir yaitu % komprebilitas, nilai ini menunjukkan
persentase kemampuan granul untuk dikompres. Hasil yang didapat yaitu
15,3%. Dapat disimpulkan bahwa sifat alir dari granul baik, standar sifat alir
yang baik yaitu pada rentang 11-15%. Hal ini terjadi karena konsentrasi
pengikat yang berbeda, pada formula 2 digunakan konsentrasi pengikat yang
lebih sedikit dibandingkan pada formula 1, sehingga % komprebilitas
formula 2 lebih rendah. Pengaruh pengikat yaitu semakin tinggi konsentrasi
pengikat yang digunakan maka semakin tinggi juga nilai % komprebilitas,
sehingga sifat alirnya lebih buruk.
XIII. KESIMPULAN
XIII.1 Pembuatan tablet parasetamol dilakukan dengan metode granulasi
kering karena sifat parasetamol yang memiliki sifat alir yang buruk,
rentan terhadap cahaya dan panas, dan dosis yang digunakan dalam
jumlah besar.
XIII.2 Evaluasi yang dilakukan terhadap granul pada dua formula yaitu,
pada uji kelembapan kedua formula memenuhi syarat karena kadar air
< 3%. Pada uji sifat alir, pada uji waktu alir kedua formula tidak
25
memenuhi syarat tetapi pada uji sudut baring kedua formula memiliki
sifat alir yang sangat mudah mengalir. Pada uji distribusi ukuran
partikel, kedua formula tidak memenuhi syarat karena lebih banyak
yang berbentuk serbuk dibanding granul. Saat uji densitas pada kadar
mampat, formula 2 hasilnya baik dan formula 1 hasilnya tidak baik.
Pada penetapan angka Haussner, kedua formula tidak memenuhi syarat
karena hasilnya > 1. Kemudian pada % komprebilitas, formula 2
memiliki sifat alir yang baik, sedangkan formula 2 memiliki sifat alir
yang sangat buruk sekali.
XIII.3 Dari hasil pengamatan dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa
formula 2 memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan
formula 1, hal ini dapat dilihat dari kadar mampat dan % komprebilitas
yang lebih baik.
XV. KEMASAAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27