Anda di halaman 1dari 27

GRANULASI KERING

I. NAMA DAN KEKUATAN SEDIAAN


I.1 Nama sediaan : Formula 1 (Parasetamol),
Kekuatan sediaan : tiap tablet mengandung Parasetamol 100 mg
I.2 Nama sediaan : Formula 2 (Parasetamol)
Kekuatan sediaan :Tiap tablet mengandung Parasetamol 100 mg

II. PRINSIP PERCOBAAN


Dilakukan proses pembentukan granul dnegan diberikan tekanan tinggi
(slugging) pada serbuk sehingga terbentuk slug (bongkahan) tanpa ada
penambahan pelarut.Lalu diikuti penggerusan (grinding) dan pengayakan
sampai diperoleh ukuran partikel yang diinginkan.

III. TUJUAN PERCOBAAN


III.1 Dapat membuat granul dari zat aktif parasetamol dengan
menggunakan metode granulasi kering.
III.2 Dapat melakukan evaluasi granul dengan zat aktif parasetamol.
III.3 Dapat menentukan mutu formula yang lebih baik.

IV. PREFORMULASI ZAT AKTIF


IV.1 Parasetamol / paracetamol ( Farmakop Indonesia edisi V, hal 156)

Pemerian : Serbuk hablur ,warna putih, tidak berbau, rasa pahit.


Klearutan : Larut dalam air mendiih dan dalam NaOH 1N , mudah
larut dalam etanol
Titik Leleh : 168-1720
pH : 5,2 6,5
pKa : 9,5 pada suhu 250C
Stabilitas : terlindungi dari cahaya pada suhu sampai dengan 450 C,
parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi.
Interaksi Obat:
- Barbitura ,carmazepine, sulpinpyrazone dapat meningkatkan
hepatotoksik parasetamol.
- Penyalahgunaan etanol dapat meningkatkan toksisitas
parasetamol, efek warfarin meningkat
Dosis :
- Anak-anal <12 tahun = 10-15 mg/kg bb/dosis

1
- Dewasa = 325-650mg setiap 4-6 jam atau 100 mg 3-4 kali /hari
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Mekanisme farmakologi : Menghambat sintesis prostaglandin pada
cox 1 dan cox 2, selain itu memblok implus perifer.
Kontraindikasi : Terhadap Fenilketonuria, hipersensitif pada
pasien gangguan fungsi hati.
Aturan penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup rapat.
Efek samping : reaksi hipersensitive dan kelainan darah
pada gangguan kronis 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati pada
dosis 6 gram.
Kategori obat : Obat Bebas.

V. PREFORMULASI ZAT TAMBAHAN


V.1 Amprotab (Rowe et, al edisi VI hal:483)
Rumus molekul : C6H10O5
Pemerian : tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa
granul-granul kecil berupa sperik atau oval dengan ukuran dan bentuk
yang berbedan untuk setiap venetas tanaman.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan air dingin
berkembang dalam air dengan konsentrasi 5-10% pada 370C.
pH : 5,5 6,5
Densitas : 1,478 gram/km30
Suhu granul : 730C untuk pati jagung
Kelembapan : 11% untuk pati jagung
Stabilitas : pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi dari
kelembapan yang tinggi. Jika digunakan sebagai peghancur pada tablet
Dibawah normal pati biasanya inert. Larutan pati panas atau secara fisik
tidak stabil dan mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme sehingga
menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk unik.

2
Kegunaan : glidan , pengisi tablet dan kapsul , penghancur tablet dan
kapsul, pengikat
Aplikasi dalam teknologi atau formula farmasetika : Sebagai bahan
tambahan untuk sediaan oval padat dengan kegunaannya sebagai
pengikat, pegisi dan penghancur. Pada preformulasi tablet , pasta
amilum segar dengan konsentrasi 50-25% b/b digunakan pada granulasi
tablet sebagai pengikat, penghancur, digunakan amilum dengan
konsentrasi 3-15%.

V.2 Povidon / PVP ( polivinylpirolidone) (Rowe et, al edisi VI, hal:581)

Rumus molekul : (C6H5NO)n


Berat molekul : 2500- 3 juta
Pemerian : serbuk sangat halus berwarna putih sampai krem, hampir
tidak hampir berbau higroskopik.
Kegunaan : pensuspensi, pengikat tablet
Pemakaian : pembawa obat 10-25 %
PH : 3-7 untuk larutan 5% b/v
Densitas : 1,17 1,18 gram/cm3
Higroskopis : sangat higroskopis , sejumlah lembab yang nyata
terabsopsi pada kelembapan relatif yang rendah. kelarutan ; larut dalam
asam, kloroforn, etanol, metanol, praktis tidak larut dalam eter.
Stabilitas : pvp stabil dalam siklus pemanasan yang pendek sekitar 110-
1300C.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Inkompatibilitas : dengan senyawa ammonium kuartener aplikasi dalam
teknologi atau formula farmacetical : Bisa digunakan dalam sediaan
padat larutan povidon dapat digunakan sebagai coating agent.

3
V.3 Laktosa (Rowe et, al edisi VI, hal: 366)

Rumus molekul : C12H22O11H2O


Berat molekul : 360,31
Pemerian : dalam bentuk padat laktosa terlihat memiliki variasi bentuk
isometrik, tergantung pada kristalisasi dan kondisi pengeringan. Laktosa
berwarna putih atau tidak berwarna dalam bentuk kristalnya maupun
serbuk. Kelarutan : praktis tidak larut dalam kloroform , etanol, dan eter.
Larutan dalam air dan semakin meningkat kelarutannya dengan
pemanasan.
Stabilitas : pada kondisi lembab dapat terjadi pertumbuhan kapang.
Selama disimpan laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan.
Kegunaan : zat pengisi tablet
Inkompatibilitas : laktosa dapat berubah warna menjadi coklat jika
bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus amin primer.

V.4 Magnesium stearat (Rowe et, al edisi VI, hal 404-405)

Rumus molekul : C36H70MgO4


Berat molekul : 591,27
Pemerian : hablur sangat halus , putih , berbau khas.
Kegunaan : lubrikan, untuk tablet dan kapsul
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%)
Densitas : 1,03 1,08 gram/cm3
Sifat allir : sangat sulit mengalir, bubuk dan kohesif
Polimorfisme : trihidrat bentuk asikular dan dihindrat
Titik leleh : 88,50C

4
Aplikasi dalam teknologi : digunakan untuk kosmetik, makanan dan
formulasi obat, biasanya digunakan sebagai lubrikan pada pembuatan
kapsul atau tablet dengan jumlah antara 0,25 5,0%.

V.5 Talk (Rowe et, al edisi VI, hal:728)


Pemerian : serbuk sangat halus , tidak berbau lambat disentuh
Kegunaan : anti caking agent, glidan , pengisi tablet dan kapsul
Aplikasi dalam teknologi : digunakan pada sediaan oral atau padat
sebagai lubrikan
Pemakaian : glidan dan lubrikan tablet 1-10% sedangkan pengisi tablet
dan kapsul 5-30%
Kelarutan : praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali
pH : 6,5 10.
Stabilitas : stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160 0C
selama tidak lebih dari 1 jam.
Inkompatibilitas : dengan senyawa surfaktan

V.6 Etanol 95% (Farmakope Indonesia IV hal. 63 , Martindale 30 th edition


hal. 783, Rowe et, al edisi VI hal 7)

Rumus molekul : C2H6O


Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 37 0C dan mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan Semua pelarut organik.
BJ : 0,812 0,816 g/ml
Stabillitas : Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
OTT : Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali,
warn
Akan menjadi gelap.
Konsentrasi : 60-90 %.
Kegunaan : Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat jauh dari api.

5
VI. ANALISIS PERTIMBANGAN FORMULA
VI.1 Parasetamol
Sebagai zat aktif di lakukan dengan metode granulasi kering karena
memiliki sifat alir yangkurang baik dan dosis yang di gunakan besar.

VI.2 Amprotab
Sebagai penghancur karena termasuk zat yang inert, kompatibel
dengan komponen tablet lainnya dan memiliki sifat alir yang baik. Sifat
amprotab mampu menyerap air dan akan membentuk pori- pori dalam
tablet. Sehingga tablet akan mengembang dan dapat hancur dalam
perut.

VI.3 PVP
Sebagai bahan pengikat, agar tablet mudah pecah atau retak karena
meningkatkan ke kompakan tablet.

VI.4 Talk
Sebagai glidan karena mempunyai sifat hidrofob dan
mempengaruhi sifat-sifat tablet seperti keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan, dan waktu hancur. Konsentrasi yang di gunakan 1% untuk
memenuhi uji sifat fisik tablet atau utnuk meningkatkan mengalirnya
serbuk.

6
VI.5 Mg Stearat
Sebagai pelicin, yang biasanya di kombinasi dengan talk karena
talk memiliki sifat hidrofobik sehingga dapat mengurangi gesekan antar
patikel dan memudahkan partikel untuk mengalir. Selain itu dapat
menyelubungi permukaan granul sehingga mengurangi gaya gesekan
dan memudahkan mengalir sehingga meningkatkan waktu hancur.
Selain itu Mg stearat untuk dapat mempermudah tablet untuk keluar dari
mesin cetak. Konsentrasi 1% merupakan konsentrasi maksimal jika
lebih dapat menyebabkan laminating.

VI.6 Laktosa
Sebagai bahan pengisi, untuk mencapai bobot atau massa
tabletyang diinginkan. Laktosa digunakan karena non-toksik, tidak
kontraindikasi dnegan bahan lain, serta kompresibel dan lebih murah.
Tapi karena sifta alirnya kurang baik maka dilakukan granulasi laktosa
terlebih dahulu.

VI.7 Etanol
Etanol digunakan sebagai pembasah dan pelarut dalam pembuatan
granulasi laktosa. Karena PVP mudah larut dalam etanol.

7
VII. FORMULA

Tablet Paracetamol
Kandungan Paracetamol/tablet = 100 mg
Bobot/tablet = 250 mg
Jumlah sediaan yang dibuat = 300 tablet

VII.1 FORMULA 1 7.2 FORMULA 2


Fasa Dalam Fasa Dalam
Parasetamol 100 mg Parasetamol 100 mg
Amprotab 10% Amprotab 10%
PVP 5% PVP 3%
Laktosa q.s Laktosa q.s

Fasa Luar Fasa Luar


Mg. Stearat 1% Mg. Stearat 1%
Talk 2% Talk 2%
Amprotab 5% Amprotab 5%

VIII. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


VIII.1 Perhitungan
8.1.1 Formula

Formula 1
Fasa Dalam (92% + 1,5% Fasa luar)

8
92
Total Fasa Dalam = 100 x 250 mg = 230 mg

Paracetamol = 100 mg
10
Amprotab = 100 x 250 mg = 25 mg

5
PVP = 100 x 250 mg = 12,5 mg

Laktosa = 230 mg (100 mg+ 25 mg + 12,5 mg)


= 230 mg 173,5 mg = 92,5 mg
1,5
Mg. Stearat = 100 x 250 mg = 3,75 mg

1
Talk = 100 x 250 mg = 2,5 mg

Total massa slug = 463,75 mg


Bobot granul setelah slug = 68,49 gram
68,49 gram
Jumlah tablet yang bisa dibuat = 233,75 gram x 300 tablet = 87 tablet

Fasa Luar
Total Fasa Luar 6,5%
0,5
Mg. Stearat = 93,5 x 68,49 gram = 0,366 gram

1
Talk = 93,5 x 68,49 gram = 0,732 gram

5
Amprotab = 93,5 x 68,49 gram = 3,66 gram

Jumlah Fasa Luar = 4,758 gram


78,006
Bobot Tablet = 87 tablet = 0,896 gram

9
Formula 2
Fasa Dalam (92% + 1,5% FL)
92
Total Fasa Dalam = 100 x 250 mg = 230 mg

Paracetamol = 100 mg
10
Amprotab = 100 x 250 mg = 25 mg

3
PVP = 100 x 250 mg = 7,5 mg

Laktosa = 230 mg (100 mg+ 25 mg + 7,5 mg)


= 230 mg 173,5 mg = 97,5 mg
1,5
Mg. Stearat = 100 x 250 mg = 3,75 mg

1
Talk = 100 x 250 mg = 2,5 mg

Total massa slug = 233,75 mg


Bobot granul setelah slug = 66,39 gram
66,39 gram
Jumlah tablet yang bisa dibuat = 233,75 gram x 300 tablet = 85

tablet

Fasa Luar
Total Fasa Luar 6,5%
0,5
Mg. Stearat = 93,5 x 66,39 gram = 0,355 gram

10
1
Talk = 93,5 x 66,39 gram = 0,71 gram

5
Amprotab = 93,5 x 66,39 gram = 3,55 gram

Jumlah Fasa Luar = 4,615 gram


71, 005 gram
Bobot Tablet = 85 tablet = 0,835 gram

8.1.2 Evaluasi
a. Uji sifat alir
Kecepatan alir

Bobot
Kecepatan Alir = Waktu alir
30 g
Formula 1 4,56 s = 6,58 g/s

30 g
Formula 2 5,38 s = 5,38 g/s

Sudut baring

h
Sudut baring = arc tan r
2,9 cm
Formula 1 Arc tan 4,7 cm = 15,10090

2,3 cm
Formula 2 Arc tan 4,325 cm = 280

b. Uji distribusi ukuran partikel

11hasil mesh 100


Bobot = bobot
Formula 1 Formula 2
1,56 0,79
Mesh 16 : 30 x 100% = Mesh 16 : 30 x 100% =

5,2% 2,65%
5,16 2,68
Mesh 20 : 30 x 100% = Mesh 20 : 30 x 100% =

17,2% 8,93%
1,60 0,679
Mesh 40 : 30 x 100% = Mesh 40 : 30 x 100% =

5,3% 2,26%
2,22 1,643
Mesh 60 : 30 x 100% = Mesh 60 : 30 x 100% =

7,4% 5,47%
3,42 2,219
Mesh 80 : 30 x 100% = Mesh 80 : 30 x 100% =

11,4% 7,39%
2,79 3,4
Mesh 100 : 30 x 100% = Mesh 100 : 30 x 100% =

9,3% 11,3%
15,60 16,29
Mesh 120 : 30 x 100% = Mesh 120 : 30 x 100% =

52% 54,3%
c. Uji density / BJ

BJ nyata
W
P=
Vo

12
30 g
Formula 1 63 ml = 0,476 g/ml

30 g
Formula 2 59 ml = 0,508 g/ml

BJ Mampat

Bobot
BJ Mampat =
Vol.750 ketukan
30 g
Formula 1 33 ml = 0,909 g/ml

30 g
Formula 2 50 ml = 0,6 g/ml

BJ Sejati

( ba ) BJ Cairan
BJ Sejati=
( b+ d )( a+ c )

Formula Hasil
1,045 0,87 0,909
BJ Sejati= = =1,492
1 50,21849,609 0,609
0,96 0,87 0,8352
BJ Sejati= = =1,001
2 42,64242,608 0,918

Kadar Mampat
%Kp =
V 0V 750 ketukan
x 100
V0
63 ml33 ml
x 100 = 47,62
63 ml
Formula 1
%

13
59 ml50 ml
x 100 =
59 ml
Formula 2
15,25%

Angka Haussner

BJ setelah pemampatan
Angka Haussner=
BJ sebelum pemampatan
Formul Hasil
a
1 0,909
=1,909
0,476

2 0,6
=1,181
0,508

% Kompretibilitas

BJ mampatBJ nyata
kompresibilita= 100
BJ mampat
Formul Hasil
a
1 6333
100 =47 , 619 %
63

2 5950
100 =15,52 %
59

VIII.2 Penimbangan

14
Formula 1
300 tabl
Fasa Dalam 1 tablet
et
Paracetamol
Amprotab 100mg 30 gram
25 mg 7,5 gram
PVP 12,5 mg 3,75 gram
Laktosa 92,5 mg 27,75 gram
1,25 mg 0,375 gram
Mg stearat 2,5 mg 0,750 gram
Talk
Fasa Luar 300 tablet
Mg. Stearat
0,366 gram
Talk 0,732 gram
3,66 gram
Amprotab

Formula 2
Fasa Dalam 1 tablet 300 tablet
Paracetamol 100 mg 30 gram
25 mg 7,5 gram
Amprotab
7,5 mg 2,25 gram
PVP 97,5 mg 29,25 gram
1,25 mg 0,375 gram
Laktosa
2,5 mg 0,750 gram
Mg stearat
Talk
Fasa Luar 300 tablet
Mg. Stearat 0,366 gram
0,71 gram
Talk
3,55 gram
Amprotab
Laktosa untuk PVP 1,2 gram

IX. PROSEDUR
IX.1 Granulasi laktosa

Ditimbang 60 gram laktosa dan 6 gram PVP

15
Dicampurkan PVP dengan etanol 95% sebanyak 12 ml.

Kemudian ditambahkan lagi 13 ml etanol.

Kemudian dimasukkan kedalam laktosa hingga laktosa bisa dikepal

Dilakukan perataan, lalu di oven selama 10 menit pada suhu 500 C.

Dilakukan pengecekan kadar air, jika kurang dari 3% maka dilakukan


penimbangan sesuai jumlah diperhitungan.

IX.2 Formula 1

X.
Ditimbang sejumlah fasa dalam dan setengah bagian fasa luar : Parasetamol
30 g, amprotab 7,5 g, PVP 3,75 g, laktosa 27,75 g, Mg stearat 0,375 g dan
talk 0,75 g

Semua bahan dihaluskan dan dicampur hingga homogen.

Campuran tersebut dibuat slug menggunakan punch berdiameter besar (13-


20 mm) dengan tekanan mesin tablet yang tinggi.

Slug yang sudah jadi digiling kasar dan diayak dengan mesh 16 sehingga
dihasilkan granul kasar.

Dilakukan evaluasi granul. Bila belum memenuhi syarat, slugging dapat


9.3 Formula 2 diulang (maks. 3 kali)

Granul yang diperoleh ditimbang, dihitung jumlah fasa luar yang harus
Ditimbang sejumlah fasa dalam dan setengah bagian fasa luar : Parasetamol
ditambahkan.
30 g, Amprotab 7,5 g, PVP 2,25 g, laktosa 29,25 g, Mg stearat 0,375 g dan
talk 0,75 g

Semua bahan dihaluskan dan dicampur hingga homogen.

16
Campuran tersebut dibuat slug menggunakan punch berdiameter besar (13-
Slug yang sudah jadidengan
20 mm) digilingtekanan
kasar dan diayak
mesin dengan
tablet mesh 16 sehingga
yang tinggi.
dihasilkan granul kasar.
Dilakukan evaluasi granul. Bila belum memenuhi syarat, slugging dapat
diulang (maks. 3 kali)

Granul yang diperoleh ditimbang, dihitung jumlah fasa luar yang harus
ditambahkan.

XI. EVALUASI DAN DATA PENGAMATAN


Evaluasi Granul
XI.1 Uji Kelembapan

Formula Kelembapan Hasil


1 Memenuhi syarat 2,68 %
2 Memenuhi syarat 2,52 %

17
XI.2 Uji Sifat Alir
XI.2.1 Evaluasi kecepatan alir

Formula Bobot Waktu alir(s) Kec.alir(g/s) Hasil


1 30 g 4,56 s 6,58 g/s TMS
2 30 g 5,57 s 5,38 g/s TMS
TMS : Tidak Memenuhi Syarat

XI.2.2 Uji sudut baring

Formula Bobot Tinngi(h) r(cm) Sudut baring Hasil


1 30 g 2,9 4,7 15,1009 SMM
2 30 g 2,3 4,325 28 SMM
SMM : Sangat Mudah Mengalir

XI.3 Uji Distribusi Partikel

Bobot
Formul Mesh
Bobot
a 16 20 40 60 80 100 120
1 30 g 1,56 5,16 1,68 2,22 3,4 2,79 15,6
2 30 g 0,796 2,68 0,679 1,643 2,219 3,4 16,29

% Bobot
Formul Mesh
Bobot
a 16 20 40 60 80 100 120
1 30 g 5,2% 17,2% 5,3% 7,4% 11,4% 9,3% 52%
2 30 g 2,65 8,93% 2,26% 5,47% 7,39% 11,3% 54,3%

XI.4 Uji densitas / BJ


XI.4.1 BJ Nyata

Formula Bobot Vo BJ nyata


1 30 g 63 ml 0,476 g/ml
2 30 g 59 ml 0,508 g/ml

18
XI.4.2 BJ Mampat

Formula Bobot Vol.750k BJ mampat


1 30 g 33 ml 0,909 g/ml
2 30 g 50 ml 0,6 g/ml

XI.4.3 BJ Sejati

Formul Bobot a b c d BJ sejati


a
1 1g 19,807 g 20,852 g 29,802 g 29,366 g 1,492

2 1g 16,587 g 17,547 g 26,021 g 25,895 g 1,001

XI.4.4 Kadar Mampat

Formula Hasil
47 , 619 %
1
Hasil Kurang Baik seharusnya kurang dari 20 %
15,52 %
2
Hasil baik

XI.4.5 Angka Haussner

Formula Hasil
0,909
=1,909
1 0,476

Memenuhi syarat karena masuk rentan penafsiran 1


0,6
=1,181
2 0,508

Memenuhi syarat karena masuk rentan penafsiran 1

XI.4.6 % Kompretibilitas

Formula Hasil

19
47,62
1
sifat alir dari granul sangat buruk sekali yaitu pada rentang >38%

15,3
2
sifat alir dari granul baik yaitu pada rentang 11-15%.

XII. PEMBAHASAN
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat
granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat.
Metode ini digunakan dengan pertimbangan sifat dari zat aktifnya, yang
meliputi kestabilan yang tidak tahan panas atau lembap, sifat higroskopik,
jumlah dosis yang digunakan besar, dan komprebilitas yang buruk.
Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering yaitu
memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi
kebutuhan akan proses validasi, waktu hancur lebih cepat karena tidak
diperlukannya larutan pengikat, tidak memerlukan pengeringan sehingga
tidak terlalu lama pengerjaannya, dan dapat digunakan untuk zat aktif dosis
besar yang peka terhadap panas dan lembab.
Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering yaitu perlu
mesin khusus untuk pembuat slug, tidak dapat mendistribusikan warna
dengan homogen, tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut,
kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat, dan keseragaman
kandungan lebih sulit dicapai.

20
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang semua bahan.
Kemudian tahap pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang
dilakukan adalah mencampurkan seluruh bahan dari formulasi. Tahap
pencampuran ini dilakukan hingga homogen.
Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses
ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh
massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak untuk mendapatkan granul yang sifat
alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum
memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Pada proses granulasi
setengah dari fasa luar ditambahkan ke dalam fasa dalam, hal ini bertujuan
untuk mengurangi gesekan antar granul dalam mencetak granul.
Pembuatan granul adalah tahap berikutnya yang dilakukan. Slug dengan
kadar air yang telah sesuai dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk
granul. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa
bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Tujuan
granulasi ini adalah untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Pada formula 1 , hasil evaluasi yang
diperoleh yaitu :
Granul yang telah jadi kemudian dievaluasi, evaluasi pertama yaitu uji
kelembapan. Sedikit granul dari granul kering ditimbang lalu uji
kelembapan. Uji kelembapan dilakukan dengan cara granul diletakkkan di
alat moisture analytical balance lalu dimulaikan alat. Pada alat moisture
analytical balance ini sampel yang digunakan minimal 0,5 gram. Kadar air
yang bagus mempunyai rentang dari 2-3%. Kadar air granul yang diperoleh
pada percobaan adalah 2,68%. Pada uji kelembapan, granul menunjukkan
hasil yang memenuhi syarat karena kadar airnya kurang dari 3%.
Kemudian dilakukan uji sifat alir, uji sifat alir ini ada dua yaitu
kecepatan alir dan sudut baring. Pertama ditimbang serbuk kering sebanyak
30g lalu dimasukkan ke dalam alat flexo-tester dan disiapkan stopwatch
untuk dihitungkan waktu jatuhnya serbuk, dari evaluasi ini didapat hasil

21
4.56 detik. Kemudian diameter dan tinggi serbuk yang telah dijatuhkan
dihitung, dari granul yang dievaluasi didapat hasil diameter 4,7 cm, tinggi:
2,9 cm. Hasil yang didapat pada evaluasi kecepatan alir yaitu 6,58 g/s, dari
hasil yang didapat dapat disimpulkan kecepatan alir granul kurang baik. Dan
hasil dari sudut baring yaitu 15,100o, dari hasil yang didapat dapat
disimpulkan bahwa granul sangat mudah mengalir.
Uji selanjutnya adalah uji distribusi ukuran partikel. Uji ini dimulai dari
ditimbangnya granul 30 g dan dimasukkan kedalam granulometri, lalu
disiapkan stopwatch untuk waktu pengayakan. Granul diayak dengan
beberapa pengayak dengan ukuran yang berbeda, yaitu pada mesh 16, 20,
40, 60, 80, 100 dan 120. Setelah proses pengayakan selesai, ditimbang
granul yang terdapat pada setiap nomor mesh. Mendapatkan bobot hasil 1,56
g, 5,16 g,1,60 g, 2,22 g, 3,42 g, 2,79 g, 15,60g. Kemudian dari bobot granul
tadi dihitung % bobot, % bobot ini dengan menghitung perbandingan antara
bobot yang terdapat pada setiap nomor mesh terhadap bobot awal semua
granul yang digunakan dalam evaluasi distribusi ukuran partikel ini. Dari
hasil perhitungan, didapat % bobot yaitu 5,2% pada mesh 16, 17,2% pada
mesh 20, 5,3% pada mesh 40, 7,4% pada mesh 60, 11,4% pada mesh 80,
9,3% pada mesh 100, dan 52% pada mesh 120. Kesimpulan yang didapat
yaitu belum cukup baik seharusnya pada mesh 120 hasil lebih sedikit.
Uji terakhir adalah uji densitas atau bobot jenis, uji ini ada beberapa
yaitu BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati,kadar mampat, angka haussner dan %
kompretibilatas . Dari hasil yang didapat BJ nyata yaitu 0,476 g/m dapat
disimpulkan sama seperti hasil dari alat. Pada hasil dari BJ mampat yaitu
0,9090 g/ml disimpulkan telah memenuhi penafsiran dan hasil sama seperti
hasil dsri alat. Hasil BJ sejati yaitu 1,492 . Hasil dari kadar mampat yaitu
47,619% menurut penafsian hasil kurang baik karena melebihi 20% hasil
yang baik yaitu < 20%. Hasil dari angka haussner yaitu 1,909 menurut
penafsiran hasil ini memenuhi syarat. Dan uji yang terakhir dari uji BJ yaitu
%kompretibilatas yaitu 47,619% menurut penafsiran hasil ini sangan tidak
bagus karena melebihi dari 38%.

22
Pada formula 2 dilakukan uji evaluasi yang sama dengan formula 1.
Antara formula 1 dan formula 2 yang membedakan yaitu konsentrasi
pengikatnya, dimana pengikat yang digunakan yaitu PVP pada formula 1
lebih banyak dibandingkan pada formula 2.
Evaluasi pertama yaitu uji kelembapan, evaluasi ini bertujuan untuk
mengukur kadar air yang terkandung dalam granul. Hasil dari uji
kelembapan granul yaitu 2,52%. Standar kelembapan yaitu 2-3%. Dari hasil
evaluasi ini menunjukkan bahwa granul memenuhi syarat, karena
kelembapannya kurang dari 3%. Jika kelembapan tinggi maka sifat alir yang
dihasilkan akan buruk dan mudahnya ditumbuhi mikroba. Sedangkan
apabila kelembapannya sangat rendah maka akan menyebabkan tablet
mudah rusak atau rapuh.
Evaluasi kedua yaitu uji sifat alir, evaluasi ini bertujuan untuk melihat
apakah granul yang dihasilkan memiliki sifat alir yang baik dengan
mengukur bobot granul yang keluar dari alat uji per satuan waktu. Pengujian
ini terbagi atas dua jenis parameter yaitu kecepatan alir dan sudut baring.
Parameter kecepatan alir yaitu mengukur seberapa cepat granul dapat
mengalir, sedangkan parameter sudut baring yaitu mengukur sudut terluar
atau tertinggi dari granul yang telah mengalir tadi. Dari data pengamatan
menunjukkan granul dengan bobot 30 gram memiliki kecepatan alir 5,38 g/s
dan sudut baring 28o. Dilihat dari kecepatan alir, granul memiliki laju alir
gram
yang tidak baik, karena standar laju alir yang baik yaitu 10 /detik. Jika
bobot granul yang digunakan 30 gram maka waktu alir atau kecepatan
alirnya seharusnya sekitar 3 detik, sedangkan hasil pengamatan lebih dari 3
detik. Dilihat dari sudut baringnya, granul memiliki sifat mudah mengalir.
Karena rentang granul yang termasuk mudah mengalir yaitu 30-38o. Pada
evaluasi sifat alir ini seharusnya antara kecepatan alir dan sudut baring
sebanding, karena jika laju alir granul baik maka sudut baring yang
dihasilkan juga baik. Hasil yang tidak sebanding ini dapat terjadi karena
pengaruh lingkungan seperti suhu dan ketepatan praktikan dalam mengukur.
Jika sifat alirnya buruk maka akan terjadi segresi serbuk, yaitu dimana
partikel yang ukurannya lebih kecil akan turun terlebih dahulu dan akan

23
mempengaruhi keseragaman kandungan. Jika hal ini terjadi maka yang akan
mengandung zat aktif lebih banyak pada tablet yang dicetaknya awal,
sehingga tablet yang lainnya akan mengandung zat aktif lebih sedikit atau
bahkan akan menjadi plasebo.
Evaluasi yang ketiga yaitu uji distribusi ukuran partikel, pada evaluasi
ini digunakan beberapa ukuran pengayak. Evaluasi ini bertujuan untuk
melihat keseragaman ukuran granul. Dilakukan evaluasi ini dan ditimbang
bobot granul pada setiap nomor pengayak. Hasil yang didapat yaitu pada
mesh 16 : 0,796 gram; mesh 20 : 2,68 gram; mesh 40 : 0,679 gram; mesh
60 : 1,643 gram; mesh 80 : 2,219 gram; mesh 100 : 3,4 gram; dan mesh
120 : 16,29 gram. Setelah didapat bobot pada setiap mesh, selanjutnya
dihitung perbandingan antara bobot pada setiap mesh dengan bobot
seluruhnya yang digunakan, yaitu 30 gram. Didapat hasil yaitu % bobot
pada mesh 16 : 2,65%; mesh 20 : 8,93%; mesh 40 : 2,26%; mesh 60 :
5,47%; mesh 80 : 7,39%; mesh 100 : 11,3%; dan mesh 120 : 54,3%. Dari
hasil pengamatan dapat dilihat granul lebih banyak pada mesh 120 dan
paling sedikit pada mesh 40. Dapat disimpulkan metode granulasi atau
formulasi tidak baik, karena hasilnya lebih banyak yang berbentuk serbuk
dibandingkan granul. Seharusnya hasilnya lebih banyak pada mesh nomor
40 sampai 80, yang menunjukkan granul telah terbentuk.
Evaluasi yang keempat yaitu uji densitas, evaluasi ini bertujuan untuk
mengukur atau melihat kerapatan massa granul dalam per satuan volume.
Evaluasi yang dilakukan meliputi menentukan BJ nyata, BJ mampat, BJ
sejati. Data tersebut kemudian dipakai untuk menentukan kadar mampat,
angka Houssner, dan % kompresibilitas. Bobot granul yang digunakan pada
evaluasi ini yaitu 30 gram, kecuali BJ sejati yaitu 1 gram karena hanya
dibutuhkan sedikit. BJ nyata yaitu BJ sebelum dilakukan pemampatan, nilai
ini didapat dengan menghitung antara bobot granul dibagi dengan volume
granul tanpa pemampatan. Hasil BJ nyata yaitu 0,508 g/mL. BJ mampat yaitu
BJ setelah dilakukan pemampatan, nilai ini didapat dengan menghitung
bobot granul dibagi dengan volume mampat. Hasil BJ mampat yaitu 0,6 g/mL.
BJ sejati yaitu BJ yang sesungguhnya, hasil BJ sejati yaitu 1,001.

24
Selanjutnya ditentukan kadar mampat, kadar mampat adalah perbandingan
pemampatan granul sebelum pengetukan dan setelah pengetukan. Kadar
mampat yang didapat yaitu 15,25%. Hal ini menunjukkan bahwa granul
memenuhi persyarat, karena standar kadar mampat yaitu 20%. Nilai ini
menunjukkan jika kadar mampat 20% baik karena berarti granul baik
sebelum atau setelah pengetukan dalam kondisi yang tidak jauh berbeda,
sedangkan jika kadar mampatnya tinggi maka menunjukkan granul yang
tidak baik karena kondisinya jauh berbeda. Kemudian angka Haussner, yaitu
perbandingan antara BJ setelah pemampatan dan BJ sebelum pemampatan.
Hasil yang didapat yaitu 1,181 dan menurut alat 1,405. Dilihat dari angka
Haussner ini granul tidak memenuhi syarat, karena granul memenuhi syarat
jika angka Haussnernya yaitu 1. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan
massa granul seharusnya tidak berubah dengan adanya pengetukan. Jika
angka Haussner > 1, maka menunjukkan bahwa bahan atau granul tersebut
voluminous. Yang terakhir yaitu % komprebilitas, nilai ini menunjukkan
persentase kemampuan granul untuk dikompres. Hasil yang didapat yaitu
15,3%. Dapat disimpulkan bahwa sifat alir dari granul baik, standar sifat alir
yang baik yaitu pada rentang 11-15%. Hal ini terjadi karena konsentrasi
pengikat yang berbeda, pada formula 2 digunakan konsentrasi pengikat yang
lebih sedikit dibandingkan pada formula 1, sehingga % komprebilitas
formula 2 lebih rendah. Pengaruh pengikat yaitu semakin tinggi konsentrasi
pengikat yang digunakan maka semakin tinggi juga nilai % komprebilitas,
sehingga sifat alirnya lebih buruk.

XIII. KESIMPULAN
XIII.1 Pembuatan tablet parasetamol dilakukan dengan metode granulasi
kering karena sifat parasetamol yang memiliki sifat alir yang buruk,
rentan terhadap cahaya dan panas, dan dosis yang digunakan dalam
jumlah besar.
XIII.2 Evaluasi yang dilakukan terhadap granul pada dua formula yaitu,
pada uji kelembapan kedua formula memenuhi syarat karena kadar air
< 3%. Pada uji sifat alir, pada uji waktu alir kedua formula tidak

25
memenuhi syarat tetapi pada uji sudut baring kedua formula memiliki
sifat alir yang sangat mudah mengalir. Pada uji distribusi ukuran
partikel, kedua formula tidak memenuhi syarat karena lebih banyak
yang berbentuk serbuk dibanding granul. Saat uji densitas pada kadar
mampat, formula 2 hasilnya baik dan formula 1 hasilnya tidak baik.
Pada penetapan angka Haussner, kedua formula tidak memenuhi syarat
karena hasilnya > 1. Kemudian pada % komprebilitas, formula 2
memiliki sifat alir yang baik, sedangkan formula 2 memiliki sifat alir
yang sangat buruk sekali.
XIII.3 Dari hasil pengamatan dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa
formula 2 memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan
formula 1, hal ini dapat dilihat dari kadar mampat dan % komprebilitas
yang lebih baik.

XIV. INFORMASI OBAT STANDART


Parasetamol : Obat bebas

XV. KEMASAAN

26
DAFTAR PUSTAKA

- Ditjen POM .1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.
- Ditjen POM .2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
- ISO. 2014. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 48, PT. ISFI
: Penerbitan, Jakarta
- Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,
The Pharmaceutical Press, London.
- Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press,
London

27

Anda mungkin juga menyukai