Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN LENGKAP

BIOKIMIA KLINIK
HIDROLISIS LEMAK

OLEH :

KELOMPOK : V ( LIMA )
KELAS : LAB C
ASISTEN : SYAHIFAH AULIYAH HASTI

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biokimia adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

proses kimia atau reaksi kimia yang terjadi didalam zat hidup (sel, makhluk

hidup), baik itu mikroorganisme, tanaman, invertebrata, avertebrata, hewan

menyusui, dan manusia. Dalam hal ini, dapat kita ketahui bagaimana kumpulan

zat hidup bercampur atau bereaksi menghasilkan zat yang disebut dengan zat

hidup. Dan peranan biokimia ini adalah sebagai dasar pengembangan pengetahuan

dasar kedokteran, pertanian, peternakan, biologi, mikrobiologi, dan lainnya yang

sehubungan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sekarang ini banyak

ditemukan berbagai macam metode pengajaran. Dalam mempelajari suatu teori

tidaklah cukup jika hanya mengetahui secara bacaan saja, karena semua belumlah

cukup sehingga perlu dilakukan suatu hal yang disebut dengan praktikum. Adanya

praktikum ini kita dapat mengetahui apakah teori tersebut benar atau salah,

demikian juga dengan teori lemak/lipid yang akan dibahas ini.

Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan

hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi

larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis

terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen

struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul.

Istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid

juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya

(termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang

mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia memiliki


metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat

dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.

Untuk membuktikan teori-teori yang ada tentang lemak/lipid maka

dilakukan beberapa percobaan ini. Percobaan tersebut antara lain percobaan

kelarutan, percobaan emulsi, percobaan gliserol dan benedict, percobaan asam

basa, percobaan kristal lemak, percobaan penyabunan, dan percobaan lemak total.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud percobaan

a. Mengetahui cara penentuan kandungan lemak melalui uji hidrolisis lemak

b. Mengetahui cara penentuan angka iodin mealaui uji penentuan angka iodin

c. Mengetahui cara penentuan kandungan gliserol melalui uji hidrolisis gliserol

d. Mengetahui cara menentukan pembentukan sabun dari penggabungan alkali

dan asam lemak melalui percobaan penyabunan.

e. Mengetahui cara menentukan angka peroksida total melalui uji percobaan

penetuan angka peroksida.

2. Tujuan percobaan

a. Untuk menentukan kandungan lemak melalui uji hidrolisis lemak

b. Untuk menentukan angka iodin mealaui uji penentuan angka iodin

c. Untuk menetukan kandungan gliserol melalui uji hidrolisis gliserol

d. Untuk menetukan pembentukan sabun dari penggabungan alkali dan asam

lemak melalui percobaan penyabunan.

e. Untuk menentukan angka peroksida total melalui uji percobaan penetuan angka

peroksida.

C. Prinsip Percobaan

Penentuan reaksi hidrolisis lemak dengan basa yang akan menghasilkan

asam lemak dan kolesterol. Penentuan angka penyabunan minyak atau lemak
menggunakan KOH untuk menyabunkan 1 gram zat. Penentuan angka iodin

dengan 100 gram minyak ataupun lemak


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Lemak dan minyak adalah senyawa lipid yang paling banyak di alam.

Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu

kamar, lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedan titik

cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang

rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak

jenuh (Sartika, 2008; 45).

Lipid (Yunani, lipos=lemak) adalah sekelompok besar senyawa alam yang

tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksan,

kloroform dan dietil eter. Sifat inilah yang membedakan lipid dari karbohidrat,

protein asam nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Struktur molekul

lipid sangat beragam, sehingga kita harus meninjau banyak gugus fungsi yang

telah kita pelajari sebelumnya. Senyawa yang termasuk kelompok lipid adalah

trigliserida, lilin, fosfolipid, glikolipid, steroid, terpen, prostaglandin (Natsir, dkk.,

2013).

Lilin atau malam adalah sebagian dari kelompok lipid. Secara kimiawi,

lilin merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Panjang rantai

hidrokarbon asam maupul alcohol pada lilin biasanya berkisar dari 10 sampai

dengan 30 karbon. Lilin adalah padatan stabil bertitik leleh rendah yang dapat

ditemui pada tumbuhan dan hewan. Spermaseti terdapat dalam kepala ikan paus,

karmauba yang merupakan bahan utama dalam lilin penyemir mobil dan lantai

yang berasal dari daun pohon palem di USA. Lilin lebah yang sebagian besar

berupa mirisil palmitat, adalah ester dari mirisil alkohol dan asam palmitat. Lilin

berguna untuk melindungi permukaan daun dari penguapan air dan serangan
mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut dan bulu unggas sehingga tetap lentur

dan kedap air (Natsir, dkk., 2013).

Trigliserida adalah triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak

adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon

genap, jarak yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap

dua (tidak jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan

oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dari asam lemak

menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh

umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur. Jika ikatan ganda dua cis dalam

rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur strukturnya

(Natsir, dkk., 2013).

Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan titik lelehnya, pada suhu

kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh dari

lemak dan minyak tergantung pada strukturnya, umumnya meningkat dengan

bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon-karbon

dalam komponen asam lemak juga sangat berpengaruh. Trigliserida yang

mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat akan

berwujud lemak (padat), contohnya lemak sapi. Reaksi hidrogenasi mengubah

minyak nabati menjadi lemak, misalnya pada industri margarin. Serbuk logam

nikel (sebagai katalis) didispersikan ke dalam minyak panas selanjutnya diadisi

dengan hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi

jenuh dan membentuk lemak (Natsir, dkk., 2013).

Lemak adalah suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan 3 asam

lemak terikat pada rantai utamanya 6. Asam lemak yang berikatan dengan

trigliserida pada dasarnya merupakan rantai karbon (C) dengan gugus karboksil
(COOH) pada salah satu ujungnya yang dapat bereaksi (berikatan) dengan

molekul lain (Tuminah, 2009).

Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh

dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya. Asam lemak

pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atau

tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap.

Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh

(saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.

Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak

tidak jenuh (unsaturated fatty acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated

Fatty Acid (MUFA) memiliki 1 ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid

(PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap (Sartika, 2008; 45).

Jumlah atom karbon pada asam lemak berkisar antara 4 sampai 24 atom

karbon, dengan pembagian antara lain asam lemak rantai pendek/SCFA (2–4 atom

karbon), rantai medium/MCFA (6–12 atom karbon) dan rantai panjang/LCFA

(>12 atom karbon). Semua lemak bahan pangan hewani dan sebagian besar

minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang. Titik cair asam lemak

meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Umumnya asam lemak

yang menyusun lemak bahan pangan secara alami terdiri dari asam lemak dengan

konfigurasi posisi cis minyak kelapa sawit, kedelai, jagung, canola dan kelapa

(Sartika, 2008;45).

Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari

beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang

dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan

fosfolipid. Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan

gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1, R2, dan R3 adalah rantai hidrokarbon
dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai

yaitu 15 dan 17 (Salirawati, 2009;87).

Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya.

Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang

mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki

ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi,

kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah

asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di

identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga

terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati, 2009; 87).

Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan

sumber energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang

disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid

yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid

senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi misalnya kolestrol berperan dalam

proses pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan testoleron berfungsi

sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan sebagai

provitamin D (Sutresna, 2009; 95).

Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi

analisis kualitatif maupun kuantitatif. Adapun kualitatif lipid diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Uji Kelarutan Lipid

Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap

berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat

kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya

lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Garjito, 2011;

65).

2. Uji Acrolein

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi

dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan

aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein

digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak

dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik

air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh

atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak

terbakar dan ditandai dengan asap putih (Ketaren, 2010; 112).

3. Uji Kejenuhan Pada Lipid

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji

apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan

pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam

lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai

bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam

tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran

diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan

cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada

gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan

timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal

kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat

banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.

Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan

rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi
iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada

molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama

reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod

huble (Budha, 2008; 76).

4. Uji Ketengikan

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,

diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang

disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl.

Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.

Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas

digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan

menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga

terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal

ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida

(Syamsu 2007).

5. Uji Salkowski Untuk Kolesterol

Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk

mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform

anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat

berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut

terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna

merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens

hijau (Pramarsh, 2008; 87).

6. Uji Lieberman Buchard


Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip

uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat

ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan

kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat

pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit.

Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke

dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus

C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena.

Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang

menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif. Reaksi

positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna

pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua (WikiAnswers,

2013; 97).

7. Uji Bilangan Iod

Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,

sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang

mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak

cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak

hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk

menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya

diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap

dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu

ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap, makin banyak pula

iodium yang dapat bereaksi.

Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan

minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak
hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung,

minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat

dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak

dan minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida (Pramarsh,

2008; 87).

Lipid merupakan senyawa yang larut dalam pelarut organic tetapi tidak larut

dalam air. Sifat kelarutan lipid sangat tergantung pada struktur umumnya dan ini

menjadi dasar penggolongan jenis lipid. Lipid dapat digolongkan menjadi tiga

golongan utama yaitu: lipid sederhana (seperti gliserida dan lilin), lipid majemuk

(seperti fosfolipid, serebrosida, sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein), dan

turunan lipid (seperti asam lemak, gliserol, sterol, lemak alkohol, lemak aldehid,

dan lemak keton) (Andarwulan, 2011).

Lipid dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1. Lipid sederhana, senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol. Contoh

lemak atau minyak lilin (wat) (Estien, 2006: 42).

2. Lipid kompleks (gabungan) senyawa ester asam lemak yang mempuunyai

gugus lain disamping alkohol dan asam lemak, misalnya karbohidrat atau

protein. Contoh: fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein (Estien, 2006: 42).

3. Derivate lipid, senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh:

asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hidrokaron, sterol, vitamin larut

lemak, dan beberapa hormon (Estien, 2006: 42).

B. Uraian bahan

1. Aquadest (Dirjen, POM. 2014: 63)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, air murni, air, aquades, purified water.

Berat molekul : 18,02


Rumus molekul : H2O

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut dan blanko

2. Etanol (Dirjen, POM. 2014: 399)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etanol, etil alkohol, hidroksietana, etil

hidrat.

Berat molekul : 46,07

Rumus molekul : C2H6O

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,

bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidih pada suhu 78˚C, mudah

terbakar.

Kelarutan : Bercampur denga air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai bahan tambahan pada ekstraksi gliserol


3. Aseton (Dirjen, POM. 2014: 179)

Nama resmi : ACETUM

Nama lain : Acetone, aseton, katone propane, propanone,

dimethyl katone.

Berat molekul : 58,08

Rumus molekul : C3H6O

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah

menguap bau khas, larutan (1 dalam 2) netral

terhadap kertas lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol,

dengan eter, dengan kloroform, dan hampir

semua minyak dan minyak mudah menguap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api

Kegunaan : Sebagai sampel pada pemisahan kolestrol

4. Asam klorida (Dirjen, POM. 2014: 156)

Nama resmi : ACIDUM CHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida, hydrochloric acid, muriatic

acid, chlorane, hydrogen chloride.

Berat molekul : 34,46

Rumus molekul : HCl

Rumus struktur : H-Cl

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau


merangsang, jika diencerkan dengan dua
volume air, asap hilang.

Kelarutan : Larut dalam semua jenis larutan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai penitrasi pada penyabunan

5. Asam sulfat (Dirjen, POM. 2014: 165)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : Sulfuric acid, battery acid, dipping acid, mattling

acid, dihydrogen sulfate.

Berat molekul : 98,07

Rumus molekul : H2SO4

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan seperti minyak, tidak berwarna bau

sangat tajam dan korosif, bobot jenis lebih


kurang 1,84.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol,

dengan menimbulkan panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

6. Asam asetat (Dirjen, POM. 2014: 143)

Nama resmi : ASAM ASETAT GLACIAL

Nama lain : Acetic acid, ethanoic acid, ethylic acid, acetasol,

vinegar acid.
Berat molekul : 60,05
Rumus molekul : C2H4O2

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas menusuk,

rasa asam yang tajam.

Kelarutan : Dapat berampur dengan air, dengan etanol dan

gliserol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan penentuan pereoksida

7. Iodum (Dirjen, POM. 2014: 571)

Nama resmi : IODIUM

Nama lain : Iodin, iodum, eranol, iodio, vistarin.

Berat molekul : 126,90

Rumus molekul : I2

Rumus struktur : I–I

Pemerian : Keping atau granul, berat, hitam keabu-abuan,

bau khas, berkilau seperti metal.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam

karbon disulfida, dalam kloroform, dalam

karbon tetraklorida dan dalam eter, larut dalam

etanol dan dalam larutan iodida, agak sukar larut

dalam gliserin

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan simpan pada

suhu dibawah 30˚C


Kegunaan : Sebagai penitrasi pada penentuan angka iodin

8. Fenolftalein (Dirjen, POM. 2014: 445)

Nama resmi : PHENOLFTALENUM

Nama lain : Phenolphtaleine, euchessina, phthalin, koprol,

laxogen.

Berat molekul : 318,33

Rumus molekul : C20H14O4

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan

lemah, tidak berbau, stabil diudara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol,

agar sukar larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai indikator

9. Gliserol (Dirjen, POM. 2014: 507)

Nama resmi : GLYSEROLUM

Nama lain : Gliserin, gliserol, osmoglyn, grocolene, glyrol.

Berat molekul : 92,09

Rumus molekul : C3H8O3

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa


manis, hanya boleh berbau khas lemah,

higroskopik, netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,

tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam

minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

10. Kalium iodida (Dirjen, POM. 2014: 593)

Nama resmi : KALIUM IODIDA

Nama lain : Pottasium iodide, antistrumin, iosat, jod beta,

jodid.

Berat molekul : 166,00

Rumus molekul : KI

Rumus struktur : K-I

Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak

berwarna atau agak buram dan putih atau serbuk

granul putih, agak higroskopik. Larutan

menunjukkan reaksi netral atau basa terhadap

lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air

mendidih, mudah larut dalam gliserin, larut

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi pada penentuan pereoksida


11. Natrium hidroksida (Dirjen, POM. 2014: 911)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium hidroksida, sodium hydroxide, caustic

soda, sodium hydrate, soda lye.

Berat molekul : 40,00

Rumus molekul : NaOH

Rumus struktur : Na-OH

Pemerian : Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur. Jika terdapat

diudara akan cepat menyerap karbondioksida

dan lembab. Massa melebur, berbentuk pelet

kecil, serpihan atau batang atau bentul lain.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan pada penetapan angka

penyabunan

12. Natrium tiosulfat (Dirjen. POM. 2014: 927)

Nama resmi : NATRII TIOSULFAS

Nama lain : Sodium thiosulfate, chlorine cure, chlorine

control, hypo, disodium thiosulfate.

Berat molekul : 248,19

Rumus molekul : Na2S2O3


Rumus struktur :

Pemerian : Hablur besar, tidak berwarna atau serbuk hablur

kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan

mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari

33˚C. Larutan netral atau basa lemah terhadap

lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, tidak larut dalam

etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai penitrasi pada penentuan peroksida


BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan adalah Tabung reaksi, Rak tabung reaksi,

Pipet tetes, Gelas kimia, Gelas ukur, Bunsen, kasa dan kaki tiga, Penjepit Tabung,

Cawan petri, Timbangan, Oven

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah alkohol, aseton, asam aseton

glacial, asam sulfat, aquadest, asam klorida, air panas, indikator amilum, indikator

pp, iodobromida, kalium hidroksida, kalium iodide, kloroform, minyak kelapa,

mentega, natrium hidrosida, natrium tiosulfat

B. Cara Kerja

1. Hidrolisis Lemak

Pertama-tama siapkan alat dan bahan, kemudian timbang lemak sebanyak

10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu 500 ml. Setelah itu, tambahkan

100 ml etanol 95% dan 100 ml larutan NaOH 40%, kemudian sambungkan

dengan kondensor dan refluks selama 1 jam. Lemak yang telah direfluks selama 1

jam kemudian dipindahkan ke cawan porselin dan uapkan sekitar 25 ml, setelah

itu larutkan dalam 300 ml air panas. Setelah larut, dipanaskan di water bath.

Sebelum dicampur dalam water bath, dipisahkan lapisan asam lemak dan

aquadest, kemudian dimasukkan lapisan asam lemak. Setelah itu, dikocok dan

didiamkan hingga terjadi pemisahan, lalu dimasukkan lapisan asam lemak ke

beaker. Kemudian diambil 1 ml asam lemak kedalam erlenmeyer tambah 50 ml

alkohol 95% netral. Setelah itu, dititrasi dengan NaOH, lalu diambil lapisan
aquadest, kemudian dibasahi dari alkohol diuapkan di waterbath dan diambil

residu kering.

2. Pembuatan Angka Penyabunan

Pada pembuatan angka penyabunan, yang pertama dilakukan yaitu

disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan 0,5 gram minyak/lemak dalam

labu alas bulat 100 ml. Setelah itu, ditambah 50 ml larutan KOH alkalis 0,5 N,

lalu direflujks 1-2 jam sampai jenuh, kemudian di dinginkan. Setelah itu,

diencerkan dengan 250 ml aquadest, lalu diambil 25 ml titrasi dan HCl 0,1 N,

kemudian dilakukan titrasi sebanyak 3 kali.

3. Penentuan Angka Iodin

Pada penentuan angka iodin, yang pertama dilakukan yaitu disiapkan alat

dan bahan, kemudian dimasukkan 250 mg sampel dalam erlen tambah 250 ml

iodobromida, lalu ditutup wadah dan didiamkan selama 30 menit ditempat gelap.

Setelah itu, ditambah 30 ml KI dan 100 ml air, lalu dititrasi dengan Na 2S2O3 0,1

N, lalu diamati jika warna memucat ditambah indicator amilum. Kemudian

dilanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Setelah itu, dilakukan titrasi blanko

dan dihitung selisih volume titrasi sampel dengan volume titrasi blanko.

4. Penentuan Angka Pereduksi

Pada penentuan angka pereduksi, yang pertama dilakukan yaitu disiapkan

alat dan bahan, lalu ditimbang 5 gram sampel, kemudian ditambahkan asam asetat

glacial iodoform (3:2) sebanyak 30 ml. Setelah itu, dikocok sampai larut dan

didiamkan 1-2 menit, lalu ditambah 20 ml aquadest. Kemudian dititrasi dan

Na2S2O3 sampai warna kuning hamper hilang. Setelah itu, ditambah indicator

amilum 1% dan dilanjutkan titrasi hingga titik ekuivalen, kemudian dicatat

volume titrasi.
5. Ekstraksi dan Pemisahan Kolesterol

Pada ekstraksi dan pemisahan kolesterol, yang pertama dilakukan yaitu

ditimbang 10 gram sampel, kemudian ditambah aseton 200 ml, lalu diblender.

Setelah itu, diambil suspensi masukkan dalam beaker, lalu didiamkan 5 menit dan

diaduk dengsan batang pengaduk. Kemudian disaring dengan corong Buchner,

lalu dipisahkan filtrate dan residu. Setelah itu, ditunda filtrate kemudian disaring,

lau diblender residu. Setelah itu, dibilas blender dengan aseton 50 ml, lalu

disaring disaring dan ditambahkan filtrate 1 dan 2. Kemudian dilakukan asetilasi,

dan di dinginkan lalu disaring. Setelah itu diekristalisasi.

6. Rekristalisasi Residu

Pada rekristalisasi residu, yang pertama dilakukan yaitu disiapkan alat dan

bahan, kemudian dilarutkan residu dalam etanol, lalu disaring kemudian

dipanaskan. Setelah itu, dibiarkan mendidih, lalu dikeringkan dan dilakukan uji

identifikasi senyawa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel pengamatan

a. Hidrolisis lemak
Volume sampel Volume titrat Titik akhir titrasi
50 ml 50 ml 23,3 ml
b. Hidrolisis gliserol
Sampel Berat cawan + Gliserol Berat cawan Berat gliserol
mentega 35,158 gram 33,191 gram 1,967 gram
c. Penentuan angka penyabunan
Pengukuran Volume titran Titik akhir titrasi perhitungan
Blanko 13,5 ml Ungu berubah 240 ml/gram
menjadi putih keruh
Sampel 1,5 ml Ungu berubah
menjadi putih keruh
d. Uji iodin
Percobaan Volume titran Titik akhir titrasi
Sampel 19 ml Berubah menjadi biru keruh
kemudian putih keruh
Blanko 50 ml Tidak terjadi perubahan hingga titrat
habis
2. Perhitungan

a. Angka penyabunan

Diketahui : Volume titrasi blanko : 13,5 ml

Volume titrasi sampel : 1,5 ml

Berat molekul NaOh : 40 gram/mol

N : 0,5 N

Gr sampel : 1 gram

Ditanya : Angka penyabunan?

Penyelesaian :
(𝑏−𝑎)x N x BM
Angka penyabunan =
𝑔𝑟
(13,5−1,5)x 0,5 x 40
=
1

= 240 gram/ ml

b. Untuk menitrasi 250 ml larutan hasil penyabunan

1) Untuk HCl 0,1 N


250
= × Vt (HCl 0,1 N) × 0,1
25
= 10 × 1,5 × 0,1

= 1,5

2) Untuk HCl 0,5 N


10  1,5  0,1
=
0,5
=3

3) Untuk 1000 ml NaOH 1N (Mr NaOH = 40)


gr 1000
N= 
mr 1000
9
1= 1
40
gr = 40 gr NaOH

4) Untuk 1000 ml NaOH 0,5 N


40
N=
0,5
= 20 gr NaOH Na2S2O3

sehingga 1 gr minyak memerlukan

20
= (50-49) ×
1000
= 0,02 gr NaOH

= 20 mg NaOH
c. Angka peroksida
(b  a)ml  N ( sampel )  1000
=
gr
(41,5  23,5)  0,1  100
=
5
18  0,1  100
=
5
= 360 ml/gr

B. Pembahasan

Penetapan kadar lemak dengan ekstraksi menggunakan pelarut pada

bahan merupakan analisa kadar lemak kasar karena tidak hanya lemak saja yang

ikut tertitrasi, tetapi juga fosfolipid, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen

lemak lainnya (Sudarmadji. 1996: 66)

Pada percobaan analisis lemak dilakukan bebrapa percobaan yaitu

hidrolisis lemak, ekstraksi gliserol, penyabunan, iodin, dan penentuan angka

peroksida.

Pada percobaan hidrolisis lemak, di mana lemak ditambahkan dengan

etanol dan NaOH kemudian dimasukkan ke dalam kondensor dan menghasilkan

lapisan aqueous lalu ditambahkan alkohol dan terjadi perubahan volume titran

23,3 ml dan volume titran 50 ml. perubahan warna yang terjadi yaitu warna

kuning menjadi warna merah muda, kemudian terdapat endapan lemak.

Adapun alasan perlakuan pada percobaan ini yaitu menggunakan

indikator untuk mendeteksi bahwa titrasi yang sudah mencapai titik akhir titrasi

dan dapat diamati hasil kualitatifnya.

Adapun alasan penambahan bahan indikator adalah untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dan proses titrasi. Alasan penambahan bahan etil alkohol

adalah untuk membasahi massa yang telah dipanaskan, adapun alasan

penambahan kloroform adalah untuk melarutkan sampel.


Pada percobaan ekstraksi gliserol ketika uap fase aquadest ditetesi

dengan alkohol lalu diuapkan kemudian ditambah kembali alkohol kemudian

diuapkan hingga mengering lalu diambil residu kering dengan hasil penimbangan

jumlah gliserol yaitu 1,967 gram.

Pada percobaan angka penyabunan, didapatkan hasil dari protein pada

titrasi sampel yaitu volume titrasi sebesar 1,5 ml, sedangkan volume titran blanko

sebesar 13,5 ml, sehingga diperoleh angka penyabunan 240 gr/ml.

Pada percobaan iodin menghasilkan volume titran 19 ml dengan titik

akhir titrasi dari bening menjadi putih keruh, sedangkan pada blanko dengan

volume titrasi 23,5 titik akhir titrasinya dari putih menjadi putih keruh.

Pada percobaan peroksida didapatkan hasil dari volume 41,5 ml dengan

titik akhir titrasi dari warna kuning menjadi putih keruh. Sedangkan pada blanko

dengan volume titrasi 23,5 titik akhir titrasinya yaitu dari warna putih menjadi

warna putih keruh.

Berdasarkan perbandingan literatur (Dirjen POM. 2014) pada percobaan

hidrolisis lemak berat molekul 981 gram, sedangkan hasil yang diperoleh yaitu

1,976 gram. Pada percobaan angka iodin berat total sampel apabila hanya 0,1

gram angka iodinnya sekitar 151–200. Hal ini berebda dengan hasil yang

diperoleh, disebabkan karena proses titrasi yang tidak berhasil.

Sedangkan pada literatur (Sumardjo. 2014: 112) mendapat hasil akhir

dan menyatu antara lemak dan minyak jika dia direaksikan dengan larutan polar.

Pada uji penyabunan hasil yang didapatkan pada uji yaitu kurang terdapat

busanya, sedangkan pada literatur memiliki banyak busa dengan larutan MgCl2

dan pada FeCl3 sedikit busa. Pada uji iodin hasil yang didapatkan adalah bening

menjadi biru keruh lalu putih keruh, sedangkan pada literatur warna iodin standar

semakin pudar dikarenakan banyak memiliki ikatan rangkap.


Faktor kesalahan dari percobaan ini yaitu kurang hati-hati dalam

pengambilan bahan dan kurang akurat pada saat menimbang, sehingga

mempengaruhi hasil akhir.

Adapun hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu, pada praktikum

dianjurkan untuk mengetahui cara menganalisis lemak proses ekstraksi gliserol,

sehingga pada saat penelitian para praktikan sudah mahir. Kemudian farmasis

juga harus mengetahui penentuan angka penyabunan karena ada kaitannya dengan

proses pembuatan sediaan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada hidrolisis lemak didapatkan volume titran 50 ml dan terdapat 2
lapisan yang terbentuk setelah direfluks yaitu fase aqueous dan endapan
putih lemak.

2. Gliserol yang didapatkan setelah ekstraksi fase aqueous lemak yaitu 1,967

gram.

3. Pada penentuan angka penyabunan diperoleh volume titrasi sampel 1,5

dan blanko 13,5 ml. pada sampel, hasil titik akhir titrasi putih keruh

berbusa dan pada blanko ungu muda keruh.

4. Pada penentuan iodin, volume titrasi pada sampel 19 ml dan blanko 23,5

ml. warna sampel ketika titik akhir titrasi dari bening menjadi biru keruh

lalu putih pada blanko diperoleh putih menjadi putih keruh.

B. Kritik dan Saran

1. Laboratorium

Diharapkan kepada pihak laboratorium untuk melengkapi fasilitas yang

diperlukan dalam praktikum terutama bahan yang digunakan agar dapat

mengefesiensikan waktu dalam praktikum.

2. Asisten

Asisten diharapkan agar dapat membimbing praktikan dengan sesungguh-

sungguhnya dan lebih maksimal untuk dapat meminimalisir kesalahan.

KEPUSTAKAAN

Budha,K. Kelapa dan Hasil Pengolahannya. Bali: Fakultas Teknologi dan

Pertanian Universitas Udayana. 1981.


Dirjen POM., Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. 2014

Garjito,M. Minyak: Sumber, Penanganan, Pengelolahan, dan Pemurnian.

Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM. 1980

Hart, Harold. Kimia Organik Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. 1987

Ketaren. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:

Universitas Indonesia.1986

Pramarsh. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga. 2007

Sartika, Ratu Ayu Dewi. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam

Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

Vol. 2. 2008

Salirawati et al. Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.2007

Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo. 2009

Syamsu. Kimia Organik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara. 2007

Wikianswer. Biochemistry. Diakses 3 Januari 2016.

Yazid,Estien. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI. 2006

LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Hidrolisis lemak
Alat dan bahan

10 gram lemak dimasukkan


kedalam labu 500 ml

Tambah 100 etanol dan 10


ml NaOH

Pasang kondensor

Refluks

Pindahkan ke cawan porselin

Uapkan sekitar 25 ml

Larutkan 150 ml air panas

Tambah alkohol 96% 50 ml

Titrasi dengan NaOH


0,1 N

2. Ekstraksi gliserol

Alat dan bahan

Uapkan fase aquadest

Tetesi etil alkohol lalu


uapkan
3. Penyabunan

Alat dan bahan

1 gr minyak

Letakkan dalam alas bulat 100 ml

Tambah NaOH 0,5 N

Dinginkan
4. Penentuan angka iodin

Alat dan bahan

250 mg minyak kedalam erlen


100 ml

Tambah 10 ml kloroform dan 25 ml


iodobromida

Tutup selama 30 menit

Tambah 30 ml KI dan 100 ml air

Titrasi dengan iodin dan N2S2O3

Kocik kuat sampai warna berubah

Tambah 1 ml amilum 1%

Lanjut titrasi serta catat volume


titrasi
5. Penentuan angka pereoksida

Alat dan bahan

5 gr minyak masukkan kedalam


erlen

Tambah 30 ml asam asetat dan


kloroform (3:2)

Kocok sampai larut

Tambah 0,5 ml KI

Tutup dan diamkan 1-2 menit

Tambah 30 ml aquaest

Titrasi dengan N2S2O3

Tambah 0,5 indikator amilum catat


volume titrasi

B. Gambar Pengamatan
LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Pengambilan Na2S2O3

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Titrasi iodin


LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Indikator fenolftalein

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Hasil titrasi iodin


LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : 10 gr lemak

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Tutup iodin selama 30 menit


LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Lemak dimasukkan ke dalam labu tentu ukur

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Titrasi penyabunan dengan indicator PP


LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Masukkan HCl 0.1 N ke dalam labu tentu ukur

LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Keterangan : Perubahan warna setelah dititrasi dengan HCl 0.1 N

Anda mungkin juga menyukai