BIOKIMIA KLINIK
HIDROLISIS LEMAK
OLEH :
KELOMPOK : V ( LIMA )
KELAS : LAB C
ASISTEN : SYAHIFAH AULIYAH HASTI
SAMATA-GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proses kimia atau reaksi kimia yang terjadi didalam zat hidup (sel, makhluk
menyusui, dan manusia. Dalam hal ini, dapat kita ketahui bagaimana kumpulan
zat hidup bercampur atau bereaksi menghasilkan zat yang disebut dengan zat
hidup. Dan peranan biokimia ini adalah sebagai dasar pengembangan pengetahuan
sehubungan.
tidaklah cukup jika hanya mengetahui secara bacaan saja, karena semua belumlah
cukup sehingga perlu dilakukan suatu hal yang disebut dengan praktikum. Adanya
praktikum ini kita dapat mengetahui apakah teori tersebut benar atau salah,
hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi
larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis
(termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang
basa, percobaan kristal lemak, percobaan penyabunan, dan percobaan lemak total.
1. Maksud percobaan
b. Mengetahui cara penentuan angka iodin mealaui uji penentuan angka iodin
2. Tujuan percobaan
e. Untuk menentukan angka peroksida total melalui uji percobaan penetuan angka
peroksida.
C. Prinsip Percobaan
asam lemak dan kolesterol. Penentuan angka penyabunan minyak atau lemak
menggunakan KOH untuk menyabunkan 1 gram zat. Penentuan angka iodin
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Lemak dan minyak adalah senyawa lipid yang paling banyak di alam.
kamar, lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedan titik
cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang
rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak
tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksan,
kloroform dan dietil eter. Sifat inilah yang membedakan lipid dari karbohidrat,
protein asam nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Struktur molekul
lipid sangat beragam, sehingga kita harus meninjau banyak gugus fungsi yang
telah kita pelajari sebelumnya. Senyawa yang termasuk kelompok lipid adalah
2013).
Lilin atau malam adalah sebagian dari kelompok lipid. Secara kimiawi,
lilin merupakan ester dari asam lemak berantai panjang. Panjang rantai
hidrokarbon asam maupul alcohol pada lilin biasanya berkisar dari 10 sampai
dengan 30 karbon. Lilin adalah padatan stabil bertitik leleh rendah yang dapat
ditemui pada tumbuhan dan hewan. Spermaseti terdapat dalam kepala ikan paus,
karmauba yang merupakan bahan utama dalam lilin penyemir mobil dan lantai
yang berasal dari daun pohon palem di USA. Lilin lebah yang sebagian besar
berupa mirisil palmitat, adalah ester dari mirisil alkohol dan asam palmitat. Lilin
berguna untuk melindungi permukaan daun dari penguapan air dan serangan
mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut dan bulu unggas sehingga tetap lentur
Trigliserida adalah triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak
adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki jumlah atom karbon
genap, jarak yang bercabang, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap
dua (tidak jenuh). Sifat fisik maupun sifat kimia dari trigliserida sangat ditentukan
oleh jenis asam lemak pembentuknya. Tingkat kejenuhan dari asam lemak
menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya. Asam lemak jenuh
umumnya rantainya memanjang dan lebih teratur. Jika ikatan ganda dua cis dalam
rantai asam lemak, maka rantainya akan membelok dan tidak teratur strukturnya
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan titik lelehnya, pada suhu
kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh dari
mengandung banyak asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat akan
minyak nabati menjadi lemak, misalnya pada industri margarin. Serbuk logam
dengan hidrogen sehingga ikatan ganda dua dari asam lemak tak jenuh menjadi
Lemak adalah suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan 3 asam
lemak terikat pada rantai utamanya 6. Asam lemak yang berikatan dengan
trigliserida pada dasarnya merupakan rantai karbon (C) dengan gugus karboksil
(COOH) pada salah satu ujungnya yang dapat bereaksi (berikatan) dengan
Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh
dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya. Asam lemak
pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atau
tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap.
Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh
(saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.
Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak
Fatty Acid (MUFA) memiliki 1 ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid
Jumlah atom karbon pada asam lemak berkisar antara 4 sampai 24 atom
karbon, dengan pembagian antara lain asam lemak rantai pendek/SCFA (2–4 atom
(>12 atom karbon). Semua lemak bahan pangan hewani dan sebagian besar
minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang. Titik cair asam lemak
yang menyusun lemak bahan pangan secara alami terdiri dari asam lemak dengan
konfigurasi posisi cis minyak kelapa sawit, kedelai, jagung, canola dan kelapa
(Sartika, 2008;45).
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari
dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan
fosfolipid. Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan
gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1, R2, dan R3 adalah rantai hidrokarbon
dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai
Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang
mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki
ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi,
kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di
identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan
sumber energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang
disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid
yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi
sebagai berikut:
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Garjito, 2011;
65).
2. Uji Acrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi
aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein
air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh
atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan
pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam
lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai
bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam
diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan
cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada
timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal
kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat
rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi
iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod
4. Uji Ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl.
digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan
terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal
ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida
(Syamsu 2007).
anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat
berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut
merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens
uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat
kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke
dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus
menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif. Reaksi
positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna
pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua (WikiAnswers,
2013; 97).
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang
mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk
diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap
dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap, makin banyak pula
Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan
minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak
hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung,
minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat
dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak
dan minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida (Pramarsh,
2008; 87).
Lipid merupakan senyawa yang larut dalam pelarut organic tetapi tidak larut
dalam air. Sifat kelarutan lipid sangat tergantung pada struktur umumnya dan ini
menjadi dasar penggolongan jenis lipid. Lipid dapat digolongkan menjadi tiga
golongan utama yaitu: lipid sederhana (seperti gliserida dan lilin), lipid majemuk
turunan lipid (seperti asam lemak, gliserol, sterol, lemak alkohol, lemak aldehid,
1. Lipid sederhana, senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol. Contoh
gugus lain disamping alkohol dan asam lemak, misalnya karbohidrat atau
3. Derivate lipid, senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh:
asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hidrokaron, sterol, vitamin larut
B. Uraian bahan
Nama lain : Air suling, air murni, air, aquades, purified water.
Rumus struktur :
hidrat.
Rumus struktur :
terbakar.
dimethyl katone.
Rumus struktur :
Rumus struktur :
vinegar acid.
Berat molekul : 60,05
Rumus molekul : C2H4O2
Rumus struktur :
gliserol.
Rumus molekul : I2
dalam gliserin
laxogen.
Rumus struktur :
Rumus struktur :
jodid.
Rumus molekul : KI
lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air
dalam etanol
penyabunan
lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, tidak larut dalam
etanol
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah Tabung reaksi, Rak tabung reaksi,
Pipet tetes, Gelas kimia, Gelas ukur, Bunsen, kasa dan kaki tiga, Penjepit Tabung,
2. Bahan
glacial, asam sulfat, aquadest, asam klorida, air panas, indikator amilum, indikator
B. Cara Kerja
1. Hidrolisis Lemak
10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu 500 ml. Setelah itu, tambahkan
100 ml etanol 95% dan 100 ml larutan NaOH 40%, kemudian sambungkan
dengan kondensor dan refluks selama 1 jam. Lemak yang telah direfluks selama 1
jam kemudian dipindahkan ke cawan porselin dan uapkan sekitar 25 ml, setelah
itu larutkan dalam 300 ml air panas. Setelah larut, dipanaskan di water bath.
Sebelum dicampur dalam water bath, dipisahkan lapisan asam lemak dan
aquadest, kemudian dimasukkan lapisan asam lemak. Setelah itu, dikocok dan
alkohol 95% netral. Setelah itu, dititrasi dengan NaOH, lalu diambil lapisan
aquadest, kemudian dibasahi dari alkohol diuapkan di waterbath dan diambil
residu kering.
disiapkan alat dan bahan, kemudian dimasukkan 0,5 gram minyak/lemak dalam
labu alas bulat 100 ml. Setelah itu, ditambah 50 ml larutan KOH alkalis 0,5 N,
lalu direflujks 1-2 jam sampai jenuh, kemudian di dinginkan. Setelah itu,
diencerkan dengan 250 ml aquadest, lalu diambil 25 ml titrasi dan HCl 0,1 N,
Pada penentuan angka iodin, yang pertama dilakukan yaitu disiapkan alat
dan bahan, kemudian dimasukkan 250 mg sampel dalam erlen tambah 250 ml
iodobromida, lalu ditutup wadah dan didiamkan selama 30 menit ditempat gelap.
Setelah itu, ditambah 30 ml KI dan 100 ml air, lalu dititrasi dengan Na 2S2O3 0,1
dilanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Setelah itu, dilakukan titrasi blanko
dan dihitung selisih volume titrasi sampel dengan volume titrasi blanko.
alat dan bahan, lalu ditimbang 5 gram sampel, kemudian ditambahkan asam asetat
glacial iodoform (3:2) sebanyak 30 ml. Setelah itu, dikocok sampai larut dan
Na2S2O3 sampai warna kuning hamper hilang. Setelah itu, ditambah indicator
volume titrasi.
5. Ekstraksi dan Pemisahan Kolesterol
ditimbang 10 gram sampel, kemudian ditambah aseton 200 ml, lalu diblender.
Setelah itu, diambil suspensi masukkan dalam beaker, lalu didiamkan 5 menit dan
lalu dipisahkan filtrate dan residu. Setelah itu, ditunda filtrate kemudian disaring,
lau diblender residu. Setelah itu, dibilas blender dengan aseton 50 ml, lalu
6. Rekristalisasi Residu
Pada rekristalisasi residu, yang pertama dilakukan yaitu disiapkan alat dan
dipanaskan. Setelah itu, dibiarkan mendidih, lalu dikeringkan dan dilakukan uji
identifikasi senyawa.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. Hidrolisis lemak
Volume sampel Volume titrat Titik akhir titrasi
50 ml 50 ml 23,3 ml
b. Hidrolisis gliserol
Sampel Berat cawan + Gliserol Berat cawan Berat gliserol
mentega 35,158 gram 33,191 gram 1,967 gram
c. Penentuan angka penyabunan
Pengukuran Volume titran Titik akhir titrasi perhitungan
Blanko 13,5 ml Ungu berubah 240 ml/gram
menjadi putih keruh
Sampel 1,5 ml Ungu berubah
menjadi putih keruh
d. Uji iodin
Percobaan Volume titran Titik akhir titrasi
Sampel 19 ml Berubah menjadi biru keruh
kemudian putih keruh
Blanko 50 ml Tidak terjadi perubahan hingga titrat
habis
2. Perhitungan
a. Angka penyabunan
N : 0,5 N
Gr sampel : 1 gram
Penyelesaian :
(𝑏−𝑎)x N x BM
Angka penyabunan =
𝑔𝑟
(13,5−1,5)x 0,5 x 40
=
1
= 240 gram/ ml
= 1,5
20
= (50-49) ×
1000
= 0,02 gr NaOH
= 20 mg NaOH
c. Angka peroksida
(b a)ml N ( sampel ) 1000
=
gr
(41,5 23,5) 0,1 100
=
5
18 0,1 100
=
5
= 360 ml/gr
B. Pembahasan
bahan merupakan analisa kadar lemak kasar karena tidak hanya lemak saja yang
ikut tertitrasi, tetapi juga fosfolipid, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen
peroksida.
lapisan aqueous lalu ditambahkan alkohol dan terjadi perubahan volume titran
23,3 ml dan volume titran 50 ml. perubahan warna yang terjadi yaitu warna
indikator untuk mendeteksi bahwa titrasi yang sudah mencapai titik akhir titrasi
tingkat keberhasilan dan proses titrasi. Alasan penambahan bahan etil alkohol
diuapkan hingga mengering lalu diambil residu kering dengan hasil penimbangan
titrasi sampel yaitu volume titrasi sebesar 1,5 ml, sedangkan volume titran blanko
akhir titrasi dari bening menjadi putih keruh, sedangkan pada blanko dengan
volume titrasi 23,5 titik akhir titrasinya dari putih menjadi putih keruh.
titik akhir titrasi dari warna kuning menjadi putih keruh. Sedangkan pada blanko
dengan volume titrasi 23,5 titik akhir titrasinya yaitu dari warna putih menjadi
hidrolisis lemak berat molekul 981 gram, sedangkan hasil yang diperoleh yaitu
1,976 gram. Pada percobaan angka iodin berat total sampel apabila hanya 0,1
gram angka iodinnya sekitar 151–200. Hal ini berebda dengan hasil yang
dan menyatu antara lemak dan minyak jika dia direaksikan dengan larutan polar.
Pada uji penyabunan hasil yang didapatkan pada uji yaitu kurang terdapat
busanya, sedangkan pada literatur memiliki banyak busa dengan larutan MgCl2
dan pada FeCl3 sedikit busa. Pada uji iodin hasil yang didapatkan adalah bening
menjadi biru keruh lalu putih keruh, sedangkan pada literatur warna iodin standar
sehingga pada saat penelitian para praktikan sudah mahir. Kemudian farmasis
juga harus mengetahui penentuan angka penyabunan karena ada kaitannya dengan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada hidrolisis lemak didapatkan volume titran 50 ml dan terdapat 2
lapisan yang terbentuk setelah direfluks yaitu fase aqueous dan endapan
putih lemak.
2. Gliserol yang didapatkan setelah ekstraksi fase aqueous lemak yaitu 1,967
gram.
dan blanko 13,5 ml. pada sampel, hasil titik akhir titrasi putih keruh
4. Pada penentuan iodin, volume titrasi pada sampel 19 ml dan blanko 23,5
ml. warna sampel ketika titik akhir titrasi dari bening menjadi biru keruh
1. Laboratorium
2. Asisten
KEPUSTAKAAN
Universitas Indonesia.1986
Sartika, Ratu Ayu Dewi. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam
Vol. 2. 2008
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Hidrolisis lemak
Alat dan bahan
Pasang kondensor
Refluks
Uapkan sekitar 25 ml
2. Ekstraksi gliserol
1 gr minyak
Dinginkan
4. Penentuan angka iodin
Tambah 1 ml amilum 1%
Tambah 0,5 ml KI
Tambah 30 ml aquaest
B. Gambar Pengamatan
LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Keterangan : 10 gr lemak