Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biokima meliputi studi tentang susunan kimia sel, sifat senyawa
serta reaksi kimia yang terjadi dalam sel, senyawa-senyawa yang menunjang
aktivitas organisme hidup serta energy yang diperlukan atau dihasilkan.
Reaksi kimia terjadi dalam sel disebut metabolism dan merupakan bagian
penting serta pusat perhatian dalam biokimia. Para ahli biokimia mempunyai
peranan penting dalam menjawab masalah-masalah dalam bidang biologi
dengan menggunakan ilmu kimia dan teknik-teknik kimia, fisika, dan biologi
sebagai perangkatnya.
Dengan mengetahui susunan kimia, struktur, sifat senyawa serta
proses metabolism yang terjadi dalam sel, dapat dijelaskan beberapa sifat
umum sel, misalnya yang berhubungan dengan faktor genetika, pertumbuhan
sel, penyediaan, dan penggunaan energy bagi proses metabolisme dalam sel,
aktivitas enzim sebagai biokatalis dalam proses metabolisme.
Pada setial arah metabolism, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah
substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi
guna menghasilkan senyawa intermediet, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada
suatu jenjang reaksi disebut metabolom.
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lipida atau yang lebih sering
disebut lemak juga merupakan sumber energi dalam proses metabolime yang
terjadi di dalam tubuh. Besarnya energi yang dihasilkan setiap gram lemak
adalah lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat atau 1
gram protein. 1gram lemak menghasilkan 9 kal, sedangkan karbohidrat atau
protein hanya menghasilkan 4 kal/gram.
Lipid yang terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak,
oleh karena itu metabolisme yang akan dibahas terutama metabolisme lemak.
Pada makalah ini yang akan dibahas secara mendalam yaitu metabolisme
lemak: oksidai beta asam lemak jenuh.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan asam lemak?
2. Bagaimanakah proses oksidasi asam lemak jenuh?
3. Bagaimanakah proses sintesis lemak?
4. Bagaimanakah proses biosintensis trigliserida?
5. Bagaimanakah proses biosintesis fosfolipida?
6. Bagaimanakah proses biosintesis kolesterol?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud asam lemak.
2. Mengetahui proses oksidasi asam lemak jenuh.
3. Mengetahui proses sintesis lemak.
4. Mengetahui proses biosintesis trigliserida.
5. Mengetahui proses biosintesis fosfolipida.
6. Mengetahui proses biosintesis kolesterol.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Asam Lemak
Lipida merupakan senyawa organic berminyak atau berlemak yang
tidak larut di dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut
nonpolar, seperti klorofrom, atau eter. Jenis lipida yang paling banyak adalah
lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir
semua organisme. Memang, golongan ini adalah bentuk energi kimia
simpanan yang paling penting. Tetapi, ada alasan lain untuk mendiskusikan
lipida sekarang ini. Lipida polar, golongan lipida yang lain, adalah komponen
utama membrane sel, yaitu “tempat” terjadinya reaksi-reaksi metabolic.
Membran melindungi sel dari lingkungan dan juga memungkinkan adanya
kompartemen-kompartemen di dalam sel untuk aktivitas metabolik. Tetapi,
membran bukan hanya sekedar kulit pembungkus sel yang bersifat inert:
membrane mengandung banyak enzim penting dan system transport.
(Lehninger, 1982)
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi
lipid dalam tiga golongan besar yakni: 1) lipid sederhana, yaitu ester asam
lemak dengan berbagai alcohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin
(waxes); 2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus
tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; 3) derivate lipid, yaitu senyawa
yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol,
dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat
dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan
yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak
dapat disabunkan, contohnya steroid. Lipid dibagi dalam beberapa golongan
berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: 1) asam lemak; 2) lemak; 3)
lilin; 4) fosfolipid; 5) sfingolipid; 6) terpen; 7) steroid; 8) lipid kompleks.
Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai asam lemak. (Poedjadi &
Supriyadi, 2012)

Gambar 2.1 Struktur dari beberapa golongan lipid


Asam lemak adalah asam organic berantai panjang yang mempunyai
atom karbon dari 4 sampai 24; asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal
dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan
lipida bersifat tidak larut didalam air dan tampak berminyak atau berlemak.
Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel
atau jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan
ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatik. Banyak jenis-jenis asam lemak yang
telah diisolasi dari lipida dari berbagai spesies. Jenis ini berbeda satu sama
lain dalam panjang rantai dan dalam adanya, jumlah, dan letak ikatan
gandanya; beberapa asam lemak juga memiliki cabang gugus metil. Gambar
2.2 dan Tabel 12.1 memperlihatkan struktur beberapa asam lemak penting
pada lipida yang terdapat di alam. (Lehninger, 1982)
Gambar 2.2. Dua jenis asam lemak yang sering dijumpai

Tabel 2.1. Beberapa asam lemak yang terdapat di alam


Hampir semua asam lemak di alam memiliki jumlah atom karbon
yang genap; asam-asam lemak dengan 16 dan 18 karbon adalah yang paling
dominan. Ekor hidrokarbon yang panjang mungkin jenuh sepenuhnya, yaitu
hanya mengandung ikatan tunggal, atau bagian ini mungkin bersifat tidak
jenuh, dengan satu atau lebih ikatan ganda. Pada umumnya, jumlah asam
lemak tidak jenuh dua kali lebih banyak dibandingkan dengan asam lemak
jenuh pada kedua lipida hewan dan tumbuhan. Pada kebanyakan asam lemak
tidak jenuh, terdapat ikatan ganda (ditunjukkan oleh ∆9) di antara atom
karbon no. 9 dan 10. Jika terdapat ikatan ganda tambahan, ikatan ini biasanya
terdapat di antara ikatan ganda ∆9 dan rantai ujung terminal-metil. Pada asam
lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan ganda, ikatan ganda tersebut
tidak pernah terkonyugasi, (-CH=CH-CH=CH-), tetapi terpisah oleh gugus
metilen (−CH=CH−CH2−CH=CH−). (Lehninger, 1982)
Nama sistematis untuk asam lemak berasal dari nama hidrokarbon
induknya dengan substitusi oic diakhir. Sebagai contoh, C18 asam lemak
jenuh dinamakan asam oktadekanoik karena hidrokarbon induknya adalah
oktadekana. Sebuah asam lemak C18 dengan satu ikatan ganda dinamakan
asam oktadekanoik; dengan dua ikatan ganda, asam oktadekadienoik; dan
dengan tiga ikatan ganda, asam oktadekatrienoik. Notasi 18:0 menunjukkan
asam lemak C18 tanpa ikatan rangkap, sedangkan 18:2 menandakan bahwa
ada dua ikatan rangkap. Struktur bentuk terionisasi dari dua asam lemak
umum – asam palmitat (C6. Jenuh) dan asam oleat (C18. Tak jenuh tunggal)
(Berg, Tymoczko, & Stryer, 2002)
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila dapat larut dalam air
molekul asam lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Dalam
hal ini pH larutan tergantung pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi
masing-masing asam lemak. Rumus pH untuk asam lemah pada umumnya
telah dikemukakan oleh Henderson-Hasselbach. (Lehninger, 1982)
Asam lemak yang umum dijumpai bersifat tidak larut dalam air,
tetapi dapat terdispersi menjadi misel di dalam NaOH atau KOH encer yang
mengubah asam lemak menjadi sabun; nama ini diberikan bagi garam asam
lemak. Sabun mandi terutama adalah campuran garam potassium asam lemak.
Sabun K+ atau Na+ bersifat ampifatik: mengionkan gugus karboksil menyusun
bagian kepala yang bersifat polar dan bagian rantai hidrokarbonnya
merupakan ujung nonpolar. Sabun K+ atau Na+ mempunyai sifat
mengemulsikan senyawa berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam
air. Ekor sabun yang bersifat hidrofobik memanjang ke dalam tetes lemak,
sedangkan kepala molekul sabun yang bersifat polar menghadap ke air. Jadi,
sabun memberikan mantek hidrofobik mengelilingi tetes lemak, untuk itu
membentuk disperse atau emulsi yang halus. (Lehninger, 1982)
Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam
lemak sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol, juga sering dinamakan
lemak, lemak netral, atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari alcohol
gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol adalah komponen
utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan,
tetapi umumnya tidak dijumpai pada membrane. (Lehninger, 1982)

Gambar 2.3 Triasilgliserol terbentuk dari gliserol dan asam lemak

Triasilgliserol adalah cadangan energi utama dan turunan netral


utama gliserol yang ditemukan pada hewan. Triasilgliserol kaya akan karbon
yang tereduksi dan mampu menghasilkan energy yang besar dalam reaksi
oksidasi pada proses metabolisme. Oksidasi kompleks dari 1 g triasilgliserol
menghasilkan sekitar 38 kJ energy, sedangkan protein dan karbohidrat
menghasilkan hanya 17 kJ/g. Juga, sifat hidrofobik mereka memungkinkan
mereka untuk agregat dalam bentuk yang sangat anhidrat, sedangkan
polisakarida dan protein sangat terhidrasi. Untuk alasan tersebut,
triasilgliserol merupakan molekul yang digunakan sebagai penyimpanan pada
hewan. Lemak tubuh (terutama triasilgliserol) juga menyediakan isolasi yang
baik. Paus dan mamalia Arktik bergantung pada lemak tubuh baik untuk
insulasi dan cadangan energy. (Garrett & Grisham, 2010)
Rata-rata, 40 persen atau lebih kebutuhan energy harian manusia di
Negara-negara modern di penuhi oleh triasilgliserol pada makanan. Golongan
ini memberikan lebih dari setengah kebutuhan energy beberapa organ,
terutama hati, jantung, dan otot kerangka dalam keadaan istirahat. Kira-kira
95 persen energy biologic yang tersedia dari triasilgliserol terletak pada
ketiga komponen asam lemak berantai panjang; hanya 5 persen yang
diberikan oleh bagian gliserol. Kita akan mengamati lintas metabolik dan
energy yang dihasilkan bilamana asam lemak kaya energy ini dioksidasi
menjadi karbon dioksida dan air pada jaringan hewan. Kita akan
mendapatkan bahwa oksidasi asam lemak melalui lintas akhir yang juga
dilalui oleh oksidasi karbohidrat, yaitu siklus asam sitrat. (Lehninger, 2000)

B. Metabolisme Asam Lemak Jenuh


Meskipun asam lemak keduanya teroksidasi menjadi asetil-KoA
dan disintesis dari asetil-KoA, oksidasi asam lemak tidak sesimpel dengan
biosintesis asam lemak tapi proses yang sama sekali berbeda yang terjadi di
kompartemen sel yang terpisah. Pemisahan oksidasi asam lemak di
mitokondria dari biosintesis di sitosol memungkinkan setiap proses dikontrol
secara individual dan terintegrasi dengan persyaratan jaringan. Setiap langkah
dalam oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-CoA yang dikatalisasi
oleh enzim terpisah, memanfaatkan NAD+ dan FAD sebagai koenzim, dan
menghasilkan ATP. Ini adalah proses aerobik, membutuhkan kehadiran
oksigen. (Murray, 2003)
Energy yang dihasilkan dari triasilgliserol dimulai dengan
menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Dalam
jaringan adipose (lemak-menyimpan), hidrolisis ini dilakukan oleh lipase
selular, yang mengkatalisis reaksi hidrolisis untuk melepaskan asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak dibawa melalui aliran darah dengan diserap
ke serum albumin, sementara gliserol masuk ke hati. Di hati, gliserol dapat
dikirim ke jalur glikolitik oleh aksi dua enzim, gliserol kinase dan
dehidrogenase gliserol-3-fosfat. Glyceraldehyde-3-fosfat juga dapat
digunakan sebagai sumber glukosa atau, setelah konversi ke fosfoenolpiruvat,
sebagai intermediet sumber siklus asam tricarboksilat (TCA-siklus).
(Schmidt, 2000)

Gambar 2.4. Proses Hidrolisi Triasilgliserol

Gambar 2.5. pembentukan asam lemak bebas dari triasilgliserol


1. Asam lemak diaktifkan dan dioksidasi di dalam Mitokondria
Petunjuk paling awal untuk rahasia oksidasi asam lemak dan
kerusakan datang di awal 1900-an, ketika Franz Knoop melakukan
eksperimen di mana ia memberi makan modifikasi asam lemak untuk anjing.
Eksperimen Knoop menunjukkan bahwa asam lemak harus terdegradasi oleh
oksidasi di β-Karbon. Diikuti dengan pembelahan ikatan Cα−Cβ. Pengulangan
proses ini menghasilkan dua unit karbon, dimana Knoop berasumsi pasti itu
asetat. Kemudian, Albert Lehninger menunjukkan bahwa proses dekradtif ini
terjadi di mitokondria, dan F. Lynen dan E. Reichart menunjukkan bahwa dua
unit karbon yang dihasilkan adalah asetil-CoA, buka asetat bebas. Karena
seluruh proses dimulai dengan oksidasi carbon yaitu “β” ke karbon karboksil,
proses ini kemudian dikenal sebagai proses β-oksidasi. (Garrett & Grisham,
2010)

Gambar 2.6. Proses β oksidasi


2. Asam lemak masuk ke dalam Mitokondria
Melalui proses transport tiga tahap
Asam lemak dipindahkan ke dalam sitosol dari dua sumber.
Beberapa asam lemak bebas diperoleh melalui darah, yang terikat pada
albumin serum. Senyawa ini dibebaskan dan menembus membrane sel,
masuk ke dalam sitosol. Sumber yang kedua adalah pemecahan triasilgliserol
sel oleh kerja lipase. Asam lemak bebas di dalam sitosol tidak dapat melalui
membrane mitokondria seperti itu. Golongan ini pertama-tama harus
mengalami rangkaian dari ketiga reaksi enzimatik untuk memasuki matriks
mitokondria, tempat terjadinya oksidasi asam lemak. Tahap pertama
dikatalisa oleh enzim yang terdapat pada membrane luar mitokonrdria, asil-
KoA sintetase yang melangsungkan reaksi. (Lehninger, 2000)

(1)
dengan RCOOH melambangkan asam lemak berantai panjang dan PPi
mengambarkan priofosfat anorganik. Pada reaksi ini, terbentuk suatu ikatan
tioester di antara gugus karboksil asam lemak dan gugus tiol koenzim A,
menghasilkan asil lemak-KoA bersamaan dengan itu, ATP mengalami
penguraian, menghasilkan AMP dan pirofosfat anorganik. Ini merupakan
reaksi berkaitan: energi yang dihasilkan dari penguaraian ATP menjadi AMP
dan firofosfat pada sisi aktif dimanfaatkan untuk membuat ikatan tioester
baru. Asil lemak-KoA, sepertii asetil-KoA, merupakan senyawa kaya energi;
hidrolisisnya menjadi asam lemak bebas dan KoA-SH disertai dengan ∆Go’
yang amat negatif kira-kira -7,5 kkal/mol. (Lehninger, 2000)
Reaksi keseluruhan yang diperlihatkan pada persamaan (1) bersifat
segera dapat balik, karena ∆Goi nya hanya -0,20 kkal/mol. Senyawa antara
yang berikatan dengan enzim dalam reaksi ini telah diindentifikasi. Senyawa
ini merupakan anhidrida asam lemak dan gugus fosfat dari AMP, yang
disebut adenilat asil lemak. Senyawa tersebut dibentuk pada sisi aktif enzim,
tempat reaksinya dengan KoA-SH bebas, untuk menghasilkan asil lemak-
KoA dan AMP sebagai produk. (Lehninger, 2000)
Pirofosfat yang terbentuk pada reaksi aktivasi ini selanjutnya dapat
dihidrolisis oleh enzim kedua, anorganik pirofosfatase:
Pirofosfat + H2O → 2 fosfat ∆Go’ = -6,9 kkal/mol (2)
Karena hidrolisis pirofosfat di dalam sel utuh berjalan jauh ke arah sempurna,
hal ini cenderung menarik reaksi aktivasi sebelumnya (1) jauh ke sebelah
kanan, mengarah ke pembentukan asil lemak-KoA. Reaksi keseluruhan, yaitu
jumlah reaksi (1) dan (2), adalah
Asam lemak + ATP + KoA-SH → asil lemak-SKoA + AMP + 2Pi
2∆Go’= -7,1 kkal/mol
Ester asil-lemak-KoA tersebut tidak dapat menembus dinding dalam
mitokondria, tetapi enzim karnitin asiltransferase I, yang terdapat pada
dinding luar dari membran dalam ini, mengkatalisis reaksi kedua pada proses
masuknya asam lemak.

Ester asil lemak-karnitin sekarnag menembus melalui membran dalam,


menuju bagian matriks dari mitokondria. Perhatikan bahwa asil lemak-
karnitin merupakan ester oksigen dan asil lemak-KoA merupakan tioester.
Karnitin kebanyakan terdapat di dalam jaringan hewan dan tanaman.
Beberapa organisme tingkat rendah, misalnya sejenis cacing, tidak dapat
membuat senyawa tersebut, sehingga memerlukannya dalam bentuk yang
sudah disintesa di dalam dietnya. Manusia dan vertebrata lain membuat
karnitin dari lisin. (Lehninger, 2000)
Pada tahap ketiga dan terakhir, proses masuknya gugus asil lemak
secara enzimatik ialah dengan memindahkan asil dari karnitin menuju KoA di
dalam mitonkondria oleh asil-karnitin transferasi II; enzim tersebut terletak
pada permukaan sebelah dalam dari membran dalam, tempat enzim ini
membuat kembali asil-lemak-KoA dan membebaskan ke dalam matriks:
Asil lemak-karnitin + KoA-SH asil lemak-S-KoA + karnitin (3)
Walaupun proses tiga tahap [persamaan (1) sampai (3)] untuk memindahkan
asam lemak ke dalam mitokondria ini mungkin kelihatannya tidak perlu
sedemikin kompleks, proses ini menyebakan kumpulan (pool) KoA sitosol
dan intramitrokondria terpisah, karena keduanya berbeda fungsinya.
Kumpulan KoA mitokondria terutama dipergunakan di dalam degradasi
oksidatif piruvat, asam lemak, dan beberapa asam amino, sedangkan KoA
sitosol dimanfaatkan di dalam biosintesi asam lemak. Ingat kembali bahwa
NAD dan ATP sitosol dan intramitokondria juga dipisahkan oleh membrane
dalam mitokondria. Terdapat hal kedua yang penting. Enzim pertama di
dalam proses pemasukan asam lemak karnitin asiltransferasi I, merupakan
enzim pengatur, dan mengontrol kecepatan masuknya gugus asil lemak, dan
karenanya juga mengontrol kecepatan oksida asam lemak. Asil lemak-KoA
sekarang siap untuk melangsungkan oksidasi komponen asam lemak oleh
serangkaian enzim spesifik di dalam matriks mitokondria. (Lehninger, 2000)

Gambar 2.7. Gambaran singkat proses transport

3. β-Oksidasi Asam Lemak Jenuh


Proses β-Oksidasi pada asam lemak jenuh melibatkan sebuah siklus
berulang yang terdiri dari empat tahap. Keseluruhan startegi pada tiga tahap
awal utnuk membuat gugus karbonil pada β-karbon dengan mengoksidasi
ikatan Cα−Cβ untuk membuat olefin. dengan hidrasi dan oksidasi selanjutnya.
Intinya, siklus ini langsung analog dengan urutan reaksi yang mengubah
suksinat menjadi oksaloasetat dalam siklus TCA. Reaksi keempat dari siklus
yaitu memotong β-keto ester secara terbalik. Kondensasi Claisen,
menghasilkan unit asetat dan meninggalkan rantai asam lemak itu dua karbon
lebih pendek dari yang semula. (Garrett & Grisham, 2010)

Gambar 2.8 Proses β-oksidasi asam lemak jenuh


Tahap Pertama Dehidrogenasi
Enzim mitokondria β-Oksidasi diatur dalam dua sistem fungsional:
sebuah membran yang terikat secara kompleks yang spesifik untuk asam
lemak rantai panjang (14 karbon dan lebih panjang) dan golongan dari enzim
larut dalam matriks yang spesifik untuk asam lemak rantai pendek dan
menengah. Sebagai rantai asil lemak dipersingkat dalam siklus β-oksidasi
berturut-turut, ia bergerak dari kompleks yang terikat-membran ke golongan
enzim matriks yang mudah larut. Reaksi pertama dari siklus β-oksidasi adalah
dikatalisis oleh salah satu dari empat asil-CoA dehidrogenase. Ini termasuk
rantai asil-KoA dehydrogenase (VLCAD) yang sangat panjang, serta asil-
CoA dehidrogenase spesifik untuk rantai panjang (LCAD), rantai menengah
(MCAD), dan substrat rantai pendek (SCAD). VLCAD adalah homodimer
membran-terikat dari 67-kD subunit, sedangkan LCAD, MCAD, dan SCAD
yang dapat larut adalah homotetramer dari subunit 40 hingga 45-kD. (Garrett
& Grisham, 2010)
Semua asil-CoA dehidrogenase membawa FAD terikat secara non-
kovalen (tapi erat), yang berkurang selama oksidasi asam lemak. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.9, FADH2 transfer elektronnya ke transfer
elektron flopoprotein (ETF). Penurunan ETF kembali teroksidasi oleh
oksidoreduktase spesifik (protein besi-sulfur), yang pada gilirannya mengirim
elektron pada rantai transpor elektron pada tingkat koenzim Q. Oksidasi
mitokondria dari FAD dengan cara ini akhirnya menghasilkan dalam
pembentukan bersih sekitar 1,5 ATP. Mekanisme asil-CoA dehidrogenase
(Gambar 2.10) melibatkan deprotonasi rantai asam lemak pada α-karbon,
diikuti oleh transfer hidrida dari β-karbon ke FAD. (Garrett & Grisham,
2010)

Gambar 2.9. Reaksi dehydrogenase asil-KoA

Gambar 2.10. Mekanisme reaksi dehydrogenase asil-KoA


Tahap Hidrasi
Tahapan selanjutnya dalam β-Oksidasi yaitu penambahan elemen
H2O pada ikatan ganda baru dengan cara stereospesifik, menghasilkan
hidroksiasil-KoA.

Reaksi dikatalisis oleh enoil-KoA hidratase. Perbedaan aktivitas enoil-KoA


hidratase telah terdeteksi di berbagai jaringan. Dinamakan krotonases, enzim
ini secara khusus mengubah turunan trans-enoil-KoA menjadi L-β-hidroksil-
KoA. Hidratases enoil-KoA juga akan memetabolisme cis-enoil-KoA (pada
keadaan lebih lambat) untuk memberikan secara khusus D-β-hidroksiasil-
KoA. Selain itu, terdapat enoil-KoA hidratase baru yang mengubah trans-
enoil-KoA menjadi D-β-hidroksilasil-KoA. (Garrett & Grisham, 2010)

Tahap Dehidrogenasi Kedua


Reaksi ketiga dalam siklus ini adalah oksidasi gugus hidroksil pada
posisi β untuk menghasilkan sebuah turunan β-ketoasil-KoA. Reaksi oksidasi
kedua ini dikatalisis oleh L-hidroksiasil-KoA dehidrogenasi, sebuah enzim
yang menbutuhkan NAD+ sebagai koenzim.

NADH diproduksi dalam reaksi ini mewakili energy metabolik. Setiap


NADH diproduksi dalam mitokondria oleh reaksi ini didorong oleh sintesis
2,5 molekul ATP dalam jalur transfer elektron. L-Hydroksilasil-KoA
dehydrogenase menunjukkan spesifikasi mutlak untuk isomer L-hidroksilasil
dari substrat. (isomer D-hidroksilasil, yang terbentuk dari metebolisme asam
lemak tak jenuh ditangani secara berbeda). (Garrett & Grisham, 2010)
Tahap Pemotongan
Tahapan terakhir dalam siklus β-oksidasi adalah pemotongan β-
ketoasil-KoA. Reaksi ini, dikatalisis oleh ketoasil thiolase (dikenal juga
sebagai β-ketotiolase, melibatkan serangan sistein tiolat dari enzim pada
karbon β-karbonil, diikuti dengan pembelahan untuk memberikan enolat dari
asetil-KoA dan enzim tioester intermediate. Penyerangan selanjutnya
dilakukan oleh gugus tiol KoA kedua dan kedatangan sistein tiolat
menghasilkan asil-KoA pendek baru. Reaksi ini sering disebut suatu tiolisis,
analog dengan proses hidrolisis, karena β-ketoasil-KoA dipotong oleh reaksi
dengan gugus tiol KoA. (Garrett & Grisham, 2010)

Gambar 2.11. Mekanisme dari reaksi tiolase


Pengulangan siklus β-oksidasi menghasilkan rangkaian dari unit
asetat. Pada intinya, rangkaian empat reaksi ini telah menghasilkan asam
lemak (sebagai KoA ester) yang telah dipersingkat oleh dua karbon dan satu
molekul asetil-KoA. Asil lemak-KoA yang diperpendek sekarang dapat
melalui siklus β-oksidasi lain, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Pengulangan siklus ini dengan asam lemak dengan berapapun jumlah karbon
akhirnya menghasilkan dua molekul asetil-KoA di langkah akhir. β-Oksidasi
lengkap dari asam palmitat menghasilkan delapan molekul asetil-KoA serta
tujuh molekul FADH2 dan tujuan molekul NADH. Asetil-KoA dapat lebih
lanjut dimetabolisme dalam siklus TCA. Selain itu, asetil-KoA bisa juga
digunakan sebagai substrat dalam biosintesis asam amino. (Garrett &
Grisham, 2010)
Satu molekul asetil-KoA dan dua pasang atom hydrogen
dipindahkan dari asil lemak-KoA berantai panjang yang masuk ke tahap ini,
sehingga rantainya diperpendek dengan 2 atom karbon. Persamaan bagi satu
tahap, dimulai dengan ester KoA asam palmitat (16 atom karbon) adalah
Palmitoil-S-KoA + KoA-SH + FAD + NAD+ + H2O →
meristoil-S-KoA + asetil-A-KoA + FADH2 + NADH + H+
Setelah pemindahan satu unit asetil-KoA dari palmitoil-KoA, kita berhadapan
dengan ester-KoA asam lemak yang diperpendek, yaitu asam miristat 14-
karbon. Miristoil KoA ini sekarang dapat masuk ke dalam siklus oksidasi
asam lemak dan mengalami rangkaian empat reaksi selanjutnya, yang sama
dengan rangkaian pertama, menghasilkan molekul asetil-KoA kedua dan
lauric-KoA, yaitu ester KoA dari asam lemak homolog 12-karbon, asam
laurat. Bersama-sama, ketujuh lintasan yang melalui siklus oksidasi asam
lemak diperlukan untuk mengoksidasi satu molekul palmitoil-KoA untuk
menghasilkan delapan molekul asetil-KoA:
Palmitoil-S-KoA + 7KoA-SH + 7FAD + 7NAD+ + 7H2O →
8 asetil-S-KoA + 7FADH2 + 7NADH + 7H+
Setiap molekul FADH2 yang terbentuk selama oksidasi asam lemak
memberikan sepasang elektron ke ubikuinon pada rantai respirasi; dan ada
dua molekul ATP yang dihasilkan dari ADP dan fosfat selama terjadinya
transport pasangan elektron ke oksigen dan fosforilasi oksidatif yang
berkaitan dengan itu. Serupa dengan hal tersebut, setiap molekul NADH yang
terbentuk memindahkan sepasang elektron ke NADH dehydrogenase
mitokondria; transport selanjutnya dari setiap pasang elektron menuju
oksigen mengakibatkan pembentukan tiga molekul ATP dari ADP dan fosfat.
Jadi, lima molekul ATP dibentuk per molekul asetil-KoA yang dipindahkan
pada setiap lintas yang melalui rangkaian ini, yang terjadi pada jaringan
hewan, seperti hati atau jantung. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan
persamaan keseluruhan bagi oksidasi palmitoil-KoA menjadi delapan
molekul asetil-KoA, termasuk transport elektron dan fosforilaso oksidatif:
Palmitoil-S-KoA + 7KoA-SH + 7O2 + 35Pi + 35ADP →
8 asetil-S-KoA + 35ATP + 42H2O (4)
Asetil-KoA yang dihasilkan dari oksidasi asam lemak tidak berbeda
dengan asetil-KoA yang dibentuk dari piruvat. Gugus asetilnya, pada
akhirnya akan dioksidasi menjadi CO2 dan H2O oleh lintas yang sama, yakni
siklus asam sitrat. Persamaan berikut ini menggambarkan neraca
keseimbangan babak kedua di dalam oksidasi asam lemak yaitu oksidasi
kedelapan molekul asetil-KoA yang dibentuk dari palmitoil-KoA dengan
fosforilasi yang terjadi bersamaan dengan itu:
8 Asetil-S-KoA + 16O2 + 96Pi + 96ADP →
8 KoA-SH + 96ATP + 104H2O + 16CO2 (5)

Dengan menggabungkan persamaan 4 dan 5 bagi babak pertama dan kedua


oksidasi lemak, kita memperoleh persamaan keseluruhan bagi oksidasi
sempurna palmitoil-KoA menjadi karbon dioksida dan air
Palmitoil-S-KoA + 23O2 + 131Pi + 131ADP →
KoA-SH + 131ATP + 16CO2 + 146H2O (6)
Tahap yang Tahap yang ATP
berkaitan berkaitan
dengan dengan
NAD FAD
Asil-KoA dehydrogenase 7 14
3-Hidroksiasil-KoA dehydrogenase 7 21
Isositrat dehydrogenase 8 24
α-ketoglutarat dehydrogenase 8 24
Suksinil-KoA sintetase 8
Suksinat dehydrogenase 8 16
Malat dehydrogenase 8 24
Total ATP yang terbentuk 131
Tabel 2.2. Hasil ATP didalam Tahap-Tahap Oksidatif selama Oksidasi
satu molekul Palmitoil-KoA menjadi CO2 + H2O
(Lehninger, 2000)
C. Pembentukan dan Metabolisme Senyawa Keton
Asetil koenzim A yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi asam lemak
dapat ikut dalam siklus asam sitrat apabila penguraian lemak dan karbohidrat
seimbang. Dalam siklus asam sitrat, asetil koenzim A bereaksi dengan asam
oksaloasetat menghasilkan asam sitrat. Jadi ikut sertanya asetil koenzim A
dalam siklus asam sitrat tergantung pada tersedianya asam oksaloasetat dan
hal ini tergantung pula pada konsentrasi karbohidrat. Dalam keadaan
berpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat (glukosa)
berkurang sehingga dari asam oksaloasetat diubah menjadi glukosa. Karena
asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus asam sitrat, tetapi
diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat dan aseton. Ketiga
senyawa tersebut dinamakan senyawa keton. Senyawa keton terjadi dari asetil
koenzim A apabila penguraian lemak terdapat dalam keadaan berlebihan.
Metabolisme glukosa diatur oleh hormon insulin yang dikeluarkan oleh
pangkreas. Apabila seseorang kekurangan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat, tetapi tidak dapat digunakan oleh sel karena tidak dapat diubah
menjadi glukosa-6-fosfat. Hal tersebut dialami oleh penderita diabetes. Oleh
karena sel tidak dapat menggunakan glukosa, maka energy yang diperlukan
diperoleh dari penguraian lemak dan metabolisme protein. Sebagai akibatnya
pembentukan asetil koenzim A bertambah banyak dan hal ini menyebabkan
terbentuknya senyawa keton secara berlebih. (Poedjadi & Supriyadi, 2012)
Proses ini dikenal sebagai ketogenesis, dan terdapat tiga
metabolisme tradisional dikenal sebagai badan keton, meskipun faktanya
bahwa β-hidroksibutirate tidak mengandung fungsi keton. Terdapat tiga
metabolisme disintesis terutama di hati tetapi sumber penting bahan bakar
dan energi untuk banyak jaringan, termasuk otak, jantung, dan otot rangka.
Otak, misalnya, biasanya menggunakan glukosa sebagai sumber energi
metaboliknya. Namun, selama periode kelaparan, badan keton bisa menjadi
energi utama sumber untuk otak. Acetoacetate dan 3-hydroxybutyrate adalah
substrat normal untuk korteks ginjal dan untuk otot jantung. (Garrett &
Grisham, 2010)
Sintesis tubuh ketone hanya terjadi pada matriks mitokondria. Reaksi
yang bertanggung jawab untuk pembentukan badan keton ditunjukkan pada
Gambar 2.12. Yang pertama reaksi-terkondensasi dua molekul Asetil-KoA
untuk membentuk asetoasetil-KoA- dikatalisis oleh tiolase, yang dikenal juga
sebagai asetonasetil-KoA tiolae atau asetil-KoA asetiltransferase. Ini
merupakan enzyme yang sama yang melakukan reaksi tiolase dalam β-
oksidasi, tetapi di sini ia berjalan secara terbalik. Reaksi kedua menambahkan
molekul lain dari asetil-CoA untuk memberikan 3-hidroksi-3-metilglutaryl-
KoA, yang biasa disingkat HMG-KoA. Kedua reaksi mitokondria matriks
analog dengan dua langkah pertama dalam biosintesis kolesterol, proses
sitosol. HMG-KoA diubah menjadi acetoacetate dan acetyl-KoA oleh aksi
HMG-KoA lyase dalam campuran reaksi pembelahan ester aldol-Claisen.
Reaksi ini secara mekanis mirip dengan kebalikan dari reaksi sintase sitrat
dalam siklus TCA. Enzim yang terikat membran, β-Hidroksbutirate
dehidrogenase, kemudian dapat mengurangi asetoasetat menjadi β-
Hidroksibutirat. Asetonasetat dan β-hidroksibutirate ditransportasikan
melalui darah dari hati ke organ dan jaringan, di mana mereka diubah menjadi
asetil-KoA. Badan keton mudah diangkut bentuk asam lemak yang bergerak
melalui sistem sirkulasi tanpa perlu rumit dengan serum albumin dan protein
pengikat asam lemak lainnya. (Garrett & Grisham, 2010)

Gambar 2.13. formasi badan keton, disintesis di mitokindria


Gambar 2.14. rekonversi badan keton ke asetil-KoA di mitokondria di
berbagai jaringan

D. Sintesis Asam Lemak


Sintesis asam lemak tak jenuh (Desaturasi)
Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan produksi asam
lemak dan gliserol sebagai rangka sehingga asam teresterifikasi. Asam lemak
dibentuk oleh kondensasi berganda unit asetat dari asetil KoA. Sebagian besar
reaksi sintetis asam lemak terjadi hanya di kloroplas daun serta di proplastid
biji dan akar. Asam lemak yang disintesis di kedua organel ini terutama
adalah asam palmitat dan asam oleat. Asetil KoA yang digunakan untuk
membentuk lemak di kloroplas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogenase
dengan menggunakan piruvat yang dibentuk pada glikolisis di sitosol.
Sumber lain asetil KoA pada kloroplas beberapa tumbuhan adalah asetat
bebas dari mikotondria. Asetat ini diserap oleh plastid dan diubah menjadi
asetil KoA, untuk digunakan membentuk asam lemak dan lipid lainnya.
(Salisbury dan Ross, 1995)
Rangkuman reaksi sintetis asam lemak dengan contoh asam
palmitat dapat diberikan sebagai berikut.
8 asetil KoA+7ATP3+14 NADPH+14 H+ →
palmitil-KoA + 7KoA + 7ADP2- + 7 H2PO4- + 14 NADP+ + 7 H2O
Pada reaksi sintesa asam lemak, enzim KoA dan protein pembawa asil (ACP)
mempunyai peranan penting. Enzim-enzim ini berperan membentuk rantai
asam lemak dengan menggabungkan secara bertahap satu gugus asetil
turunan dari asetat dalam bentuk asetil KoA dengan sebanyak n gugus
malonil turunan dari malonat dalam bentuk malonil KoA, seperti ditunjukkan
pada reaksi berikut. (Weete, 1980)
Acetil KoA + n Malonil KoA + 2n ADPH + 2n H+ →
CH3(CH2-CH2)n CO-KoA + n CO2 + n KoASH + 2n NADP+ + (n-1) H2O
Sintesa asam lemak berlangsung bertahap dengan siklus reaksi
perpanjangan rantai asam lemak hingga membentuk rantai komplit C16 dan
C18. Tahapan reaksi ini dapat ditunjukkan dalam bentuk lintasan biosintesis
pada Gambar 2.

Bahan utama yang digunakan pada biosintesis asam lemak adalah


senyawa asetil KoA dan senyawa malonil KoA. Malonil-KoA disintesis dari
asetil KoA dengan penambahan CO2 oleh asetil KoA karboksilase Reaksi
pertama pada biosintesis asam lemak adalah pemindahan gugus asetil dan
gugus malonil dari KoA ke ACP dengan katalis asetil-KoA; ACP transilase
dan malonil-KoA; ACP transilase. Reaksi berikutnya adalah
pengkondensasian gugus malonil membentuk asetoasetil-ACP dengan
melepaskan CO2. Setelah penkondensasian asetil dengan malonil, tahapan
selanjutnya terdiri dari urutan reaksi reduksi dengan katalis 3-ketoasil ACP
reduktase, reaksi dehidrasi dengan katalis 3-hidroksi ACP dehidrase, dan
reaksi reduksi dengan katalis enoil ACP reduktase. Urutan reaksi-reaksi ini
merupakan siklus lintasan pembentukan dan penambahan panjang rantai asam
lemak. Hasil sintesa dari urutan reaksi ini adalah molekul asam lemak yang
terikat dengan ACP.
Hasil sintesa awal adalah asam lemak rendah dengan jumlah atom
karbon sebanyak 4. Hasil sintesis ini selanjutnya kembali memasuki siklus
‘kondensasireduksi-dehidrase-reduksi’ untuk menambah panjang rantai asam
lemak dengan 2 atom karbon. Bila panjang rantai molekul asam lemak hasil
sintesis belum cukup, sintesis lanjut berlangsung kembali melalui siklus yang
sama. Hasil sintesis asam lemak terdapat terikat dengan ACP dan KoA.
Kemudian KoA akan terhidrolisis dan keluar bila asam lemak bergabung
dengan gliserol selama pembentukan lemak atau lipid membran sebagai
berikut .

Pada reaksi pembentukan asam lemak dibutuhkan banyak energi,


di mana dua pasang elektron (2NADPH) dan satu ATP diperlukan untuk tiap
gugus asetil. Kebutuhan energi ini di daun dapat tersedia dari fotosintesis
yang menyediakan sebagian besar NADPH dan ATP sehingga pembentukan
asam lemak pada keadaan terang dapat berlangsung lebih cepat daripada
pembentukan pada keadaan gelap. Pada tempat gelap di proplastid biji dan
akar, NADPH dapat tersedia dari lintasan respirasi pentosa fosfat, dan ATP
dari glikolisis piruvat yang merupakan senyawa asal dari asetil KoA.
Sebagian besar asam lemak terbentuk di ER walaupun asam oleat
dan asam palmitat dibentuk di plastid. Asam lemak yang disintesis di
proplastid biji dan akar terutama adalah asam palmitat dan asam oleat. Pada
biji, asam lemak yang diproduksi dapat langsung diesterifikasi dengan
gliserol membentuk oleosom. Kemungkinan lainnya ialah asam lemak
diangkut balik ke proplastid untuk membentuk oleosom. Asam lemak dapat
diubah menjadi fosfolipid di ER semua sel sebagai bahan untuk pertumbuhan
membran ER dan membran sel lainnya. Di ER pada daun, asam linoleat dan
asam linolenat yang disintesis kemudian diangkut dari ER ke kloroplas dan
ditimbun sebagai lipid di membran tilakoid.
Dalam tubuh, asam lemak jenuh, selain diperoleh dari makanan,
juga dapat disintesis dari asam lemak jenuh. Proses dikatalisis oleh
serangkaian enzim yang dikenal sebagai system desaturasi asam lemak, yang
terdapat pada mikrosom. Ikatan rangkap yang pertama selalu terbentuk di
antara atom C-9 dan atom C-10. Pada mammalia sistem enzim desaturasi
hanya bekerja pada asam-asam lemak dengan 16 atau atom C. Asam lemak
monoenoat (= monounsaturated: asam lemak dengan 1 ikatan rangkap)
tersebut selanjutnya dapat pula disintesis, dengan sistem enzim yang sama,
menjadi asam lemak polienoat, dengan penambahan satu atau beberapa ikatan
rangkap lagi. Ikatan rangkap kedua dan seterusnya tersebut, pada hewan
selain terbentuk kearah gugus karboksil, dengan jarak 3 atom C dari ikatan
rangkap yang sebelumnya (pada tumbuh-tumbuhan, penambahan ikatan
rangkap dapat terjadi karah gugus karboksil maupun kearah atom C-).
Akibatnya, selalu terbentuk asam polienoat dengan pola sbb: CH.......- C = C
- C – C = C -..... COOH. Ikatan rangkap yang terbentuk juga selalu dalam
konfi gurasi cis (Glenn,G., 2004). Dengan kombinasi antara proses desaturasi
dan pemanjangan rantai dapat terbentuk berbagai asam polienoat dengan
panjang rantai yang berbeda-beda. Contoh: sistem nomeklatur (pemberian
nama) asam-asam lemak. Asam-asam lemak dari suatu seri pada desaturasi
dan pemanjangan rantai selalu menghasilkan asam- asam lemak dari seri yang
sama. Sebaliknya, asam-asam lemak dari seri yang satu tidak dapat berubah
menjadi asarn-asam lemak dari seri yang lain (Murry,K., 2002). Karena
mammalia hanya dapat mensintesis asam lemak jenuh dengan jumlah atom C
> 16, dan karena ikatan-ikatan rangkap berikutnya selalu terbentuk ke arah
gugus karboksil, maka mammalia tidak dapat mensintesis asam-asam lemak
dari seri < 7 ( Murry, K., 2002).

E. Biosintesis Trigliserida
Gliserol-3-posfat berasal dari glikolisis. Sebagian dari
dihidroksinaseton-phosfat (DHAP) yang terjadi pada glikolisis yang dikatalis
oleh gliserol-3-posfat-dehidrogenase, dengan adanya NADH, kemudian
diubah menjadi gliserol-3-posfat. phospat. Selain itu, pada jaringan-jaringan
yang memiliki banyak enzim gliserolkinase, seperti hati, dan usus serta
ginjal. Gliserol3-phospat dapat dibentuk dengan jalan fosforilasi gliserol
secara langsung (Lihat Gambar 3.12: Absorbsi TG pada tractus digestivus)
oleh ATP ( Murry,K., 2002).
Asil-KoA diperoleh dari asam lemak yang diabsorbsi dari lumen
usus (dalam sel epitel usus), dari hidrolisis TG yang terdapat di dalam
lipoprotein, oleh LPL (enzim yang terdapat pada jaringan lemak) dan dari
hasil sintesis dalam tubuh (hati, gl. mamma, ginjal dsb). Aktivitas asam
lemak oleh tiokinase ini juga memerlukan ATP.
Gliserol-3-phospat selanjutnya mengalami dua kali asilasi
membentuk 1,2 diasilgliseol-phospat (Gb.3.12). Kemudian senyawa ini
dihidrolisis, membebaskan gugus phospat, membentuk 1,2-diasigliserol,
Diasigliserol mengalami sekali lagi asilasi menjadi trigliserida (TG).
Selain menggunakan gliserol-3-phospat, tubuh dapat pula
mensintesis TG langsung dari dihidroksiasetonphospal (DHAP). DHAP ini
mengalami asilasi menjadi 1-asilgliserol-3-phospat.
Jalur sintesis langsung dari DHAP ini masih belum jelas peranannya
bagi keseluruhan sintesis TG dalam tubuh (Murray,K., 2002). Pada sel epitel
usus, selain sintesis dari gliserol-3-phospat (yang berasal dari gliserol dan
glikolisis). TG juga disintesis langsung dari 70 % 2-monoasil gliserol.
Bahkan, jalur ini memegang peran utama dalam absorbsi pada tractus
digestivus (lihat kembali absorbsi TG pada tretus digestivus). Dengan adanya
enzim monoasil gliserol asiltransfease, 2-monoasil gliserol yang diabsorbsi
dari lumen usus diasilasi menjadi 1,2 diasilgliserol. Satu kali asilasi lagi pada
senyawa ini akhirnya menghasilkan trigliserida (TG/triasilgliserol) (Murray,
K., 2002).

F. Biosintesis Fosfolipid
Tahap-tahap awal sintesis phospolipid adalah sama dengan tahap
awal sintesis trigliserida (TG). Sedangkan tahap-tahap akhirnya berbeda
karena untuk membentuk phospolipid gugus aminoalkohol-phospat harus
diikatkan pada kerangka gliserol. Beberapa macam phospolipid disintesis
dengan cara yang agak berbeda: (Wahyuni, 2013)
(1) Sintesis phospotidil cholin dan phospotidil etanolamin Untuk dapat
berikatan dengan gliserol, cholin atau etanolamin harus dia- Aktifkan terlebih
dahulu. Aktivasi pertama kali dilakukan oleh ATP membentuk phospocholin
atau phospoetanolamin. Aktivasi kedua menggunakan CTP, menghasilkan
CDP choline atau CDP etanolamin. Kedua senyawa ini dapat bereaksi dengan
1,2 diasilgliserol membentuk phospotidil cholin (lesitin) atau phospotidil
etanolamin. Selain melalui jalur di atas, phospotidil etanolamin dapat pula
dibentuk dengan jalan karboksilasi phospotidil serin. Sedangkan
phospotidilcholin juga dapat dibentuk metilasi phospotidiletanolamin.
(2) Sintesis phospotidil inositol dan phospotidil serin Berlainan dengan
sintesis phospotidil cholin, pada phospotidil inositol dan phospatidil serin
yang diaktifkan bukan inositol ataupun serin, melainkan kerangka
gliserolnya, yakni phospatidat (1,2 diasilgliserol phospat). Aktivasi dilakukan
dengan CDP-diasilgliserol. Kemudian inositol (serin) yang diaktifkan bukan
inositol ataupun serin, melainkan kerangka gliserolnya, yakni phospatidat (1,2
diasilgliseol phospat). Aktivasi dilakukan dengan CTP membentuk CDP-
diasilgliserol. Kemudian inositol atau serin langsung berikatan dengan
senyawa ini membentuk senyawa-senyawa yang bersangkutan.
Phospatidilserin juga dapat dibentuk dengan pemindahan serin menggantikan
etanolamin yang terdapat pada phospatidilctanolamin.
Pada sintesis TG dan phospolipida, atom C dari kerangka gliserolnya
mengikat asam lemak jenuh, atom C59 membentuk ikatan ester dengan asam
lemak tak jenuh, sedangkan atom C3 (pada TG) dapat terisi oleh asam lemak
jenuh maupun tak jenuh (Murray, K., 2002).

G. Biosintesis Kolesterol
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui
beberapa tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil
koenzim A diubah menjadi isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat
melalui beberapa reaksi yang melibatkan beberapa jenis enzim. Selanjutnya
isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol.
Pembentukan kolesterol ini juga berlangsung melalui beberapa reaksi yang
membentuk senyawa-senyawa antara, yaitu geranil pirofosfat, skualen dan
ianosterol.
Kecepatan pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi
kolesterol yang telah ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat
kolesterol dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan
menghambat sendiri reaksi pembentukannya (hambatan umpan-balik).
Sebaliknya apabila jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa, kecepatan
pembentukan kolesterol meningkat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan.
1. Asam lemak adalah asam organic berantai panjang yang mempunyai atom
karbon dari 4 sampai 24; asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal
dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang.
2. Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak
sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol, juga sering dinamakan lemak,
lemak netral, atau trigliserida.
3. Triasilgliserol adalah cadangan energi utama dan turunan netral utama
gliserol yang ditemukan pada hewan. Triasilgliserol kaya akan karbon
yang tereduksi dan mampu menghasilkan energy yang besar dalam reaksi
oksidasi pada proses metabolisme
4. Setiap langkah dalam oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-CoA
yang dikatalisasi oleh enzim terpisah, memanfaatkan NAD+ dan FAD
sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP. Ini adalah proses aerobik,
membutuhkan kehadiran oksigen
5. Tahapan metabolisme asam lemak:
a. triasilgliserol dimulai dengan menghidrolisis triasilgliserol menjadi
asam lemak bebas dan gliserol
b. Asam lemak diaktifkan dan dioksidasi di dalam Mitokondria.
c. β-Oksidasi Asam Lemak Jenuh. Memiliki 4 tahap
1) Dehidrogenasi
2) Hidrasi
3) Dehidrogenasi kedua
4) Pemotongan
d. Energi Hasil dari oksidasi asam lemak
6. Dalam keadaan berpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat
(glukosa) berkurang sehingga dari asam oksaloasetat diubah menjadi
glukosa. Karena asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus
asam sitrat, tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat
dan aseton. Ketiga senyawa tersebut dinamakan senyawa keton.
7. Senyawa keton terjadi dari asetil koenzim A apabila penguraian lemak
terdapat dalam keadaan berlebihan. Proses ini dikenal sebagai ketogenesis.
8. Pada reaksi pembentukan asam lemak dibutuhkan banyak energi, di mana
dua pasang elektron (2NADPH) dan satu ATP diperlukan untuk tiap gugus
asetil. Kebutuhan energi ini di daun dapat tersedia dari fotosintesis yang
menyediakan sebagian besar NADPH dan ATP sehingga pembentukan
asam lemak pada keadaan terang dapat berlangsung lebih cepat daripada
pembentukan pada keadaan gelap.
9. Gliserol-3-posfat berasal dari glikolisis. Sebagian dari dihidroksinaseton-
phosfat (DHAP) yang terjadi pada glikolisis yang dikatalis oleh gliserol-3-
posfat-dehidrogenase, dengan adanya NADH, kemudian diubah menjadi
gliserol-3-posfat. Jalur sintesis langsung dari DHAP ini masih belum jelas
peranannya bagi keseluruhan sintesis TG dalam tubuh (Murray,K., 2002).
10. Pada sintesis TG dan phospolipida, atom C dari kerangka gliserolnya
mengikat asam lemak jenuh, atom C59 membentuk ikatan ester dengan
asam lemak tak jenuh, sedangkan atom C3 (pada TG) dapat terisi oleh
asam lemak jenuh maupun tak jenuh (Murray, K., 2002).
11. Kecepatan pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol
yang telah ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat kolesterol
dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan menghambat sendiri
reaksi pembentukannya (hambatan umpan-balik0. Sebaliknya apabila
jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa, kecepatan pembentukan
kolesterol meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry Fifth Edition. San
Francisco: W. H. Freeman and Company.

Garrett, R., & Grisham, C. M. (2010). Biochemistry (4th ed). Belmont, CA:
Brooks/Cole, Cengage Learning.

Lehninger, A. L. (1982). Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga


.
Lehninger, A. L. (2000). Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Murray, R. K. (Ed.). (2003). Harper’s illustrated biochemistry (26. ed). New


York, NY: Lange Medical Books/McGraw-Hill.

Poedjadi, A., & Supriyadi, T. (2012). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Schmidt, F. (2000). Biochemistry II. Foster City, CA: IDG Books Worldwide.

Wahyuni, S. (2013). Metabolisme Biokimia. Bali: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai