PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biokima meliputi studi tentang susunan kimia sel, sifat senyawa
serta reaksi kimia yang terjadi dalam sel, senyawa-senyawa yang menunjang
aktivitas organisme hidup serta energy yang diperlukan atau dihasilkan.
Reaksi kimia terjadi dalam sel disebut metabolism dan merupakan bagian
penting serta pusat perhatian dalam biokimia. Para ahli biokimia mempunyai
peranan penting dalam menjawab masalah-masalah dalam bidang biologi
dengan menggunakan ilmu kimia dan teknik-teknik kimia, fisika, dan biologi
sebagai perangkatnya.
Dengan mengetahui susunan kimia, struktur, sifat senyawa serta
proses metabolism yang terjadi dalam sel, dapat dijelaskan beberapa sifat
umum sel, misalnya yang berhubungan dengan faktor genetika, pertumbuhan
sel, penyediaan, dan penggunaan energy bagi proses metabolisme dalam sel,
aktivitas enzim sebagai biokatalis dalam proses metabolisme.
Pada setial arah metabolism, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah
substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi
guna menghasilkan senyawa intermediet, yang merupakan substrat pada
jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada
suatu jenjang reaksi disebut metabolom.
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lipida atau yang lebih sering
disebut lemak juga merupakan sumber energi dalam proses metabolime yang
terjadi di dalam tubuh. Besarnya energi yang dihasilkan setiap gram lemak
adalah lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat atau 1
gram protein. 1gram lemak menghasilkan 9 kal, sedangkan karbohidrat atau
protein hanya menghasilkan 4 kal/gram.
Lipid yang terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak,
oleh karena itu metabolisme yang akan dibahas terutama metabolisme lemak.
Pada makalah ini yang akan dibahas secara mendalam yaitu metabolisme
lemak: oksidai beta asam lemak jenuh.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan asam lemak?
2. Bagaimanakah proses oksidasi asam lemak jenuh?
3. Bagaimanakah proses sintesis lemak?
4. Bagaimanakah proses biosintensis trigliserida?
5. Bagaimanakah proses biosintesis fosfolipida?
6. Bagaimanakah proses biosintesis kolesterol?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud asam lemak.
2. Mengetahui proses oksidasi asam lemak jenuh.
3. Mengetahui proses sintesis lemak.
4. Mengetahui proses biosintesis trigliserida.
5. Mengetahui proses biosintesis fosfolipida.
6. Mengetahui proses biosintesis kolesterol.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Asam Lemak
Lipida merupakan senyawa organic berminyak atau berlemak yang
tidak larut di dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut
nonpolar, seperti klorofrom, atau eter. Jenis lipida yang paling banyak adalah
lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir
semua organisme. Memang, golongan ini adalah bentuk energi kimia
simpanan yang paling penting. Tetapi, ada alasan lain untuk mendiskusikan
lipida sekarang ini. Lipida polar, golongan lipida yang lain, adalah komponen
utama membrane sel, yaitu “tempat” terjadinya reaksi-reaksi metabolic.
Membran melindungi sel dari lingkungan dan juga memungkinkan adanya
kompartemen-kompartemen di dalam sel untuk aktivitas metabolik. Tetapi,
membran bukan hanya sekedar kulit pembungkus sel yang bersifat inert:
membrane mengandung banyak enzim penting dan system transport.
(Lehninger, 1982)
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi
lipid dalam tiga golongan besar yakni: 1) lipid sederhana, yaitu ester asam
lemak dengan berbagai alcohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin
(waxes); 2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus
tambahan, contohnya fosfolipid, serebrosida; 3) derivate lipid, yaitu senyawa
yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol,
dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat
dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan
yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak
dapat disabunkan, contohnya steroid. Lipid dibagi dalam beberapa golongan
berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu: 1) asam lemak; 2) lemak; 3)
lilin; 4) fosfolipid; 5) sfingolipid; 6) terpen; 7) steroid; 8) lipid kompleks.
Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai asam lemak. (Poedjadi &
Supriyadi, 2012)
(1)
dengan RCOOH melambangkan asam lemak berantai panjang dan PPi
mengambarkan priofosfat anorganik. Pada reaksi ini, terbentuk suatu ikatan
tioester di antara gugus karboksil asam lemak dan gugus tiol koenzim A,
menghasilkan asil lemak-KoA bersamaan dengan itu, ATP mengalami
penguraian, menghasilkan AMP dan pirofosfat anorganik. Ini merupakan
reaksi berkaitan: energi yang dihasilkan dari penguaraian ATP menjadi AMP
dan firofosfat pada sisi aktif dimanfaatkan untuk membuat ikatan tioester
baru. Asil lemak-KoA, sepertii asetil-KoA, merupakan senyawa kaya energi;
hidrolisisnya menjadi asam lemak bebas dan KoA-SH disertai dengan ∆Go’
yang amat negatif kira-kira -7,5 kkal/mol. (Lehninger, 2000)
Reaksi keseluruhan yang diperlihatkan pada persamaan (1) bersifat
segera dapat balik, karena ∆Goi nya hanya -0,20 kkal/mol. Senyawa antara
yang berikatan dengan enzim dalam reaksi ini telah diindentifikasi. Senyawa
ini merupakan anhidrida asam lemak dan gugus fosfat dari AMP, yang
disebut adenilat asil lemak. Senyawa tersebut dibentuk pada sisi aktif enzim,
tempat reaksinya dengan KoA-SH bebas, untuk menghasilkan asil lemak-
KoA dan AMP sebagai produk. (Lehninger, 2000)
Pirofosfat yang terbentuk pada reaksi aktivasi ini selanjutnya dapat
dihidrolisis oleh enzim kedua, anorganik pirofosfatase:
Pirofosfat + H2O → 2 fosfat ∆Go’ = -6,9 kkal/mol (2)
Karena hidrolisis pirofosfat di dalam sel utuh berjalan jauh ke arah sempurna,
hal ini cenderung menarik reaksi aktivasi sebelumnya (1) jauh ke sebelah
kanan, mengarah ke pembentukan asil lemak-KoA. Reaksi keseluruhan, yaitu
jumlah reaksi (1) dan (2), adalah
Asam lemak + ATP + KoA-SH → asil lemak-SKoA + AMP + 2Pi
2∆Go’= -7,1 kkal/mol
Ester asil-lemak-KoA tersebut tidak dapat menembus dinding dalam
mitokondria, tetapi enzim karnitin asiltransferase I, yang terdapat pada
dinding luar dari membran dalam ini, mengkatalisis reaksi kedua pada proses
masuknya asam lemak.
E. Biosintesis Trigliserida
Gliserol-3-posfat berasal dari glikolisis. Sebagian dari
dihidroksinaseton-phosfat (DHAP) yang terjadi pada glikolisis yang dikatalis
oleh gliserol-3-posfat-dehidrogenase, dengan adanya NADH, kemudian
diubah menjadi gliserol-3-posfat. phospat. Selain itu, pada jaringan-jaringan
yang memiliki banyak enzim gliserolkinase, seperti hati, dan usus serta
ginjal. Gliserol3-phospat dapat dibentuk dengan jalan fosforilasi gliserol
secara langsung (Lihat Gambar 3.12: Absorbsi TG pada tractus digestivus)
oleh ATP ( Murry,K., 2002).
Asil-KoA diperoleh dari asam lemak yang diabsorbsi dari lumen
usus (dalam sel epitel usus), dari hidrolisis TG yang terdapat di dalam
lipoprotein, oleh LPL (enzim yang terdapat pada jaringan lemak) dan dari
hasil sintesis dalam tubuh (hati, gl. mamma, ginjal dsb). Aktivitas asam
lemak oleh tiokinase ini juga memerlukan ATP.
Gliserol-3-phospat selanjutnya mengalami dua kali asilasi
membentuk 1,2 diasilgliseol-phospat (Gb.3.12). Kemudian senyawa ini
dihidrolisis, membebaskan gugus phospat, membentuk 1,2-diasigliserol,
Diasigliserol mengalami sekali lagi asilasi menjadi trigliserida (TG).
Selain menggunakan gliserol-3-phospat, tubuh dapat pula
mensintesis TG langsung dari dihidroksiasetonphospal (DHAP). DHAP ini
mengalami asilasi menjadi 1-asilgliserol-3-phospat.
Jalur sintesis langsung dari DHAP ini masih belum jelas peranannya
bagi keseluruhan sintesis TG dalam tubuh (Murray,K., 2002). Pada sel epitel
usus, selain sintesis dari gliserol-3-phospat (yang berasal dari gliserol dan
glikolisis). TG juga disintesis langsung dari 70 % 2-monoasil gliserol.
Bahkan, jalur ini memegang peran utama dalam absorbsi pada tractus
digestivus (lihat kembali absorbsi TG pada tretus digestivus). Dengan adanya
enzim monoasil gliserol asiltransfease, 2-monoasil gliserol yang diabsorbsi
dari lumen usus diasilasi menjadi 1,2 diasilgliserol. Satu kali asilasi lagi pada
senyawa ini akhirnya menghasilkan trigliserida (TG/triasilgliserol) (Murray,
K., 2002).
F. Biosintesis Fosfolipid
Tahap-tahap awal sintesis phospolipid adalah sama dengan tahap
awal sintesis trigliserida (TG). Sedangkan tahap-tahap akhirnya berbeda
karena untuk membentuk phospolipid gugus aminoalkohol-phospat harus
diikatkan pada kerangka gliserol. Beberapa macam phospolipid disintesis
dengan cara yang agak berbeda: (Wahyuni, 2013)
(1) Sintesis phospotidil cholin dan phospotidil etanolamin Untuk dapat
berikatan dengan gliserol, cholin atau etanolamin harus dia- Aktifkan terlebih
dahulu. Aktivasi pertama kali dilakukan oleh ATP membentuk phospocholin
atau phospoetanolamin. Aktivasi kedua menggunakan CTP, menghasilkan
CDP choline atau CDP etanolamin. Kedua senyawa ini dapat bereaksi dengan
1,2 diasilgliserol membentuk phospotidil cholin (lesitin) atau phospotidil
etanolamin. Selain melalui jalur di atas, phospotidil etanolamin dapat pula
dibentuk dengan jalan karboksilasi phospotidil serin. Sedangkan
phospotidilcholin juga dapat dibentuk metilasi phospotidiletanolamin.
(2) Sintesis phospotidil inositol dan phospotidil serin Berlainan dengan
sintesis phospotidil cholin, pada phospotidil inositol dan phospatidil serin
yang diaktifkan bukan inositol ataupun serin, melainkan kerangka
gliserolnya, yakni phospatidat (1,2 diasilgliserol phospat). Aktivasi dilakukan
dengan CDP-diasilgliserol. Kemudian inositol (serin) yang diaktifkan bukan
inositol ataupun serin, melainkan kerangka gliserolnya, yakni phospatidat (1,2
diasilgliseol phospat). Aktivasi dilakukan dengan CTP membentuk CDP-
diasilgliserol. Kemudian inositol atau serin langsung berikatan dengan
senyawa ini membentuk senyawa-senyawa yang bersangkutan.
Phospatidilserin juga dapat dibentuk dengan pemindahan serin menggantikan
etanolamin yang terdapat pada phospatidilctanolamin.
Pada sintesis TG dan phospolipida, atom C dari kerangka gliserolnya
mengikat asam lemak jenuh, atom C59 membentuk ikatan ester dengan asam
lemak tak jenuh, sedangkan atom C3 (pada TG) dapat terisi oleh asam lemak
jenuh maupun tak jenuh (Murray, K., 2002).
G. Biosintesis Kolesterol
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui
beberapa tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil
koenzim A diubah menjadi isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat
melalui beberapa reaksi yang melibatkan beberapa jenis enzim. Selanjutnya
isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol.
Pembentukan kolesterol ini juga berlangsung melalui beberapa reaksi yang
membentuk senyawa-senyawa antara, yaitu geranil pirofosfat, skualen dan
ianosterol.
Kecepatan pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi
kolesterol yang telah ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat
kolesterol dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan
menghambat sendiri reaksi pembentukannya (hambatan umpan-balik).
Sebaliknya apabila jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa, kecepatan
pembentukan kolesterol meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan.
1. Asam lemak adalah asam organic berantai panjang yang mempunyai atom
karbon dari 4 sampai 24; asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal
dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang.
2. Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak
sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol, juga sering dinamakan lemak,
lemak netral, atau trigliserida.
3. Triasilgliserol adalah cadangan energi utama dan turunan netral utama
gliserol yang ditemukan pada hewan. Triasilgliserol kaya akan karbon
yang tereduksi dan mampu menghasilkan energy yang besar dalam reaksi
oksidasi pada proses metabolisme
4. Setiap langkah dalam oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-CoA
yang dikatalisasi oleh enzim terpisah, memanfaatkan NAD+ dan FAD
sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP. Ini adalah proses aerobik,
membutuhkan kehadiran oksigen
5. Tahapan metabolisme asam lemak:
a. triasilgliserol dimulai dengan menghidrolisis triasilgliserol menjadi
asam lemak bebas dan gliserol
b. Asam lemak diaktifkan dan dioksidasi di dalam Mitokondria.
c. β-Oksidasi Asam Lemak Jenuh. Memiliki 4 tahap
1) Dehidrogenasi
2) Hidrasi
3) Dehidrogenasi kedua
4) Pemotongan
d. Energi Hasil dari oksidasi asam lemak
6. Dalam keadaan berpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat
(glukosa) berkurang sehingga dari asam oksaloasetat diubah menjadi
glukosa. Karena asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus
asam sitrat, tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat
dan aseton. Ketiga senyawa tersebut dinamakan senyawa keton.
7. Senyawa keton terjadi dari asetil koenzim A apabila penguraian lemak
terdapat dalam keadaan berlebihan. Proses ini dikenal sebagai ketogenesis.
8. Pada reaksi pembentukan asam lemak dibutuhkan banyak energi, di mana
dua pasang elektron (2NADPH) dan satu ATP diperlukan untuk tiap gugus
asetil. Kebutuhan energi ini di daun dapat tersedia dari fotosintesis yang
menyediakan sebagian besar NADPH dan ATP sehingga pembentukan
asam lemak pada keadaan terang dapat berlangsung lebih cepat daripada
pembentukan pada keadaan gelap.
9. Gliserol-3-posfat berasal dari glikolisis. Sebagian dari dihidroksinaseton-
phosfat (DHAP) yang terjadi pada glikolisis yang dikatalis oleh gliserol-3-
posfat-dehidrogenase, dengan adanya NADH, kemudian diubah menjadi
gliserol-3-posfat. Jalur sintesis langsung dari DHAP ini masih belum jelas
peranannya bagi keseluruhan sintesis TG dalam tubuh (Murray,K., 2002).
10. Pada sintesis TG dan phospolipida, atom C dari kerangka gliserolnya
mengikat asam lemak jenuh, atom C59 membentuk ikatan ester dengan
asam lemak tak jenuh, sedangkan atom C3 (pada TG) dapat terisi oleh
asam lemak jenuh maupun tak jenuh (Murray, K., 2002).
11. Kecepatan pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol
yang telah ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat kolesterol
dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan menghambat sendiri
reaksi pembentukannya (hambatan umpan-balik0. Sebaliknya apabila
jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa, kecepatan pembentukan
kolesterol meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry Fifth Edition. San
Francisco: W. H. Freeman and Company.
Garrett, R., & Grisham, C. M. (2010). Biochemistry (4th ed). Belmont, CA:
Brooks/Cole, Cengage Learning.
Schmidt, F. (2000). Biochemistry II. Foster City, CA: IDG Books Worldwide.