BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua mahkluk hidup sangat memerlukan makanan agar dapat tumbuh dan
hidup. Manusia mengkomsumsi beras, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur-
sayuran, dan buah-buahan yang semuanya diperoleh atau berasal dari tumbuhan.
Manusia juga mengkomsumsi daging, ikan, susu, dan telur yang semuanya diperoleh
atau berasal dari hewan. Dengan demikian, nutrisi (makanan) manusia di peroleh
dari tumbuhan dan hewan. Sedangkan, hewan memperoleh makanan atau nutrisinya
dari tumbuhan atau hewan lainnya.
Namun, berbeda dengan manusia dan hewan yang memperoleh makanan dan
energinya dari mahkluk hidup lain yakni dari tumbuhan dan hewan, tumbuhan
merupakan makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Akan tetapi,
bukan sembarang tumbuhan yang dapat membuat makanannya sendiri. Tumbuhan
yang dapat membuat makanan sendiri adalah tumbuhan yang mempunyai klorofil.
Dengan fotosintesislah tumbuhan bisa menghasilkan makanan dan memperoleh
energinya demi kelangsungan hidupnya.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 1
2
bantuan energi cahaya atau foton matahari. Dalam fotosintesis, dihasilkan glukosa
atau karbohidrat dan oksigen. Hampir semua makhluk hidup sangat bergantung pada
hasil fotosintesis. Sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Organisme yang mampu menyusun senyawa organik dari senyawa
anorganik dinamakan organisme autrotof.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini
yakni sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah
ini yakni sebagai berikut:
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FOTOSINTESIS
1. Gambaran secara umum
Fotosintesis (dari
bahasa Yunani φώτο- [fó̱to-],
"cahaya," dan σύνθεσις
[sýnthesis], "menggabungkan",
"penggabungan") adalah suatu
proses biokimia pembentukan
zat makanan seperti
karbohidrat yang dilakukan
Gambar.2.1. Daun oleh tumbuhan, terutama
tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berkalori
tinggi, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan
beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara,
karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari (Salisbury FB, 1992).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 3
4
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 4
5
2. Peranan Fotosintesis
Tidak seperti binatang, kebanyakan tanaman tidak perlu mencari makanan,
karena mereka dapat membuatnya sendiri. Tanaman menggunakan energi dari sinar
matahari untuk mengubah air dan karbon dioksida menjadi gula yang kaya energi
yang disebut glukosa. Proses ini disebut fotosintesis, yang berarti “membuat sesuatu
dengan cahaya”. Fotosintesis terjadi di dalam kapsul di dalam sel daun, disebut
kloroplas.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 5
6
fotosintesis. Sel-sel spons yang berbentuk tidak teratur juga memiliki kloroplas.
ruang udara antara sel-sel yang diisi dengan karbon dioksida, uap air dan gas
lainnya.
c) Kloroplas
Banyak sel daun mengandung kecil, organel lensa berbentuk disebut kloroplas.
Ini dapat bergerak di sekitar sel menuju ke arah sinar matahari. Kloroplas
mengandung hijau, pigmen menangkap cahaya yang disebut klorofil. kimia ini
membantu kloroplas untuk bertindak seperti panel surya menit. Kloroplas terdiri
dari tumpukan membran disclike kecil yang disebut grana, yang diselenggarakan
di massa padat bahan dikenal sebagai stroma. grana tersebut di mana air dibagi
menjadi hidrogen dan oksigen, menggunakan beberapa energi cahaya ditangkap
oleh klorofil. Sisa dari energi cahaya yang digunakan dalam stroma untuk
menggabungkan hidrogen dengan karbon dioksida untuk membuat glukosa.
B. SEJARAH FOTOSINTESIS
Berikut beberapa penemuan-penemuan para ahli yang menyangkut fotosintesis:
1. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont,
seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari
waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa
tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air.Namun, pada tahun 1727, ahli
botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air
yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal
dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum
diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan (Lacoma, 2010).
Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang
berlainan (Salisbury FB, 1992).
2. Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta
berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutupi sebuah lilin
menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya
habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples
terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu,
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 6
7
Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples
itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara
yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia
juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan
di dalamnya juga terdapat tumbuhan (Foyer, 1989).
3. Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi
eksperimen Priestley (WG Hopkins, 2004). Ia memperlihatkan bahwa cahaya
Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang
"rusak". Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada
keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari
rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya
(Gest, 2000).
4. Akhirnya pada tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis,
menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu adalah karbon
dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian,
Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen
Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara. Ia menemukan bahwa
peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida,
tetapi juga oleh pemberian air (Salisbury FB, 1992). Melalui serangkaian
eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum
dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).
5. Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses
kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau,
dia menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis merupakan
reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi
karbondioksida.
6. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas
Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-
beda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika
cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi lebih banyak. Dengan
demikian, ada dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang
600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII, yang
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 7
8
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 8
9
C. PERANGKAT FOTOSINTESIS
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan
jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen
hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang
berperan penting dalam menyerap energi matahari (Prawirohartono, 2005). Dari
semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang
dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 9
10
berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm) (L Taiz, 2002). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 -
500 nm), dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang
bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa
pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah,
sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya
kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b
tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang (Bogor, 2008).
2. Kloroplas
Kloroplas terdapat
pada semua bagian tumbuhan
yang berwarna hijau,
termasuk batang dan buah
yang belum matang (O'Keefe,
1988). Di dalam kloroplas
terdapat pigmen klorofil yang
berperan dalam proses
fotosintesis (Krause, 2008).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 10
11
3. Fotosistem
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya
Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron. Di
dalam kloroplas terdapat beberapa macam klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a
yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna
kuning sampai jingga (Prawirohartono, 2005). Pigmen-pigmen tersebut
mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang
berperan penting dalam fotosintesis (Andreasson LE, 1988).
Semua molekul pigmen di dalam fotosistem dapat menyerap foton, tetapi
hanya ada satu molekul dalam setiap kelompok yang benar-benar dapat mengubah
cahaya menjadi energi kimia. Molekul pigmen khusus pengubah energi ini terdiri
dari molekul klorofil yang dikombinasikan dengan protein khusus dan disebut
dengan pusat reaksi fotokimia. Semua molekul pigmen lain pada fotosistem atau
kelompok tersebut dinamakan permanen cahaya atau molekul antena. Fungsinya
adalah menyerap energi cahaya, dan mengirimkannya dengan laju yang sangat tinggi
kepada setiap pusat reaksi tunggal tempat terjadinya proses fotokimia (Lehninger,
1982).
Klorofil a berada dalam bagian pusat reaksi. Klorofil ini berperan dalam
menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron. Elektron ini
selanjutnya masuk ke sistem siklus elektron (Salisbury FB, 1992). Elektron yang
dilepaskan klorofil a mempunyai energi tinggi sebab memperoleh energi dari cahaya
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 11
12
yang berasal dari molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena
(Andreasson LE, 1988).
Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan
fotosistem II. Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil
a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil
a disebut juga P700. Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena
(Reily P, 1988). Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil
a yang sensitif terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680. P680
yang teroksidasi merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat daripada P700
(Chitnis PR, 1998). Dengan potensial redoks yang lebih besar, akan cukup elektron
negatif untuk memperoleh elektron dari molekul-molekul air (Prawirohartono, 2005).
Semua sel fotosintetik yang membebaskan oksigen yaitu tumbuhan tingkat tinggi dan
cyanoobacteri, mengandung fotosistem I dan II sedangkan spesies bakteri
fotosintetik lainnya, yang tidak membebaskan oksigen, mengandung hanya
fotosistem I (Lehninger, 1982).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 12
13
berbentuk cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di
dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis adalah membran tilakoid, yang
mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal,
termasuk membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem.
Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang merupakan
alasan kenapa sebagian besar tumbuhan memiliki warna hijau. Selain klorofil,
tumbuhan juga menggunakan pigmen seperti karoten dan xantofil (Campbell, 2006).
Alga juga menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya,
misalnya fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga
merah (rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang
menghasilkan warna yang beragam pula. Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan
dan alga pada protein antena khusus. Pada protein tersebut semua pigmen bekerja
bersama-sama secara teratur. Protein semacam itu disebut kompleks panen cahaya.
Walaupun semua sel pada bagian hijau pada tumbuhan memiliki kloroplas, sebagian
besar energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun, disebut
mesofil, dapat mengandung antara 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap
milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara seragam tertutupi oleh kutikula
lilin yang tahan air, melindungi daun dari penguapan yang berlebihan dan
mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet untuk mengurangi pemanasan.
Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk masuk
melalui sel mesofil palisade tempat sebagian besar fotosintesis berlangsung.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 13
14
adalah struktur yang berada tepat di bawah membran plasma dan mengandung pigmen
klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada
bakteri yang melakukan fotosintesis.
(a)
(b)
(d)
(c)
Gambar.2.4. Organisme plankton fotosintetik (a) dan (b). Dua contoh organisme
air tawwa, Euglena dan Chalmydomonas, yang mempunyai flagela dan sedang
mengahrahkan dirinya pada cahaya. (c) spesies diatome. Diatome banyak dijumpai
di antara plankton laut. Dinding selnya merupakan silika (SiO2). (f) Dinofllagelata,
yang juga merupakan organisme fotosintetik yang sering dijumpai sebagai flanton
air asin. Organisme ini dilengkapi dengan flagela dan seringkali berbentuk aneh,
yang disebabkan oleh dinding luar selulosanya. Beberapa spesies bersifat
bioluminesen, dan yang lain beracun terhadap ikan dan manusia.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 14
15
Gambar.2.5. Reaksi fotosintesis: Reaksi terang dan reaksi gelap (Grisham, 2010).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 15
16
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 16
17
bentuk energi kimia. Konversi energi cahaya menjadi energi kimia dilakuakan oleh
aktivitas pgimen daun. Dalam reaksi terang, cahaya maatahari akan membentuk
klorofil-a sebagai suatu cara untuk membangkitkan elektron agar menjadi suatu
energi dengan tingkatan yang lebih tinggi. Dua pusat reaksi pada pigmen tersebut
yang berkeja secara berantai (PS I dan PS II) mentransfer elektron. Elektron
diperoleh dengan memecah air H2O) sehingga terjadi pelepasan O2 dan kemudian
mengkonversi energi menjadi bentuk ATP dan NADP. Reaksi terang tersebut terjadi
dalam grana (Utomo, Fotosintesis Pada Tumbuhan, 2007).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 17
18
tingkat tinggi selalu mengandung dua tipe klorofil. Yang satu selalu merupakan
klorofil a, sedang yang lainnya pada beberapa spesies adalah klorofil b yang
memiliki suatu gugus aldehid sebagai pengganti gugus metil yang terikat pada
cincin II. Klorofil a dan b memiliki spectra penyerapan yang berbeda. Sistem lima
cincin dengan warna gelap, yang membentuk cincin lebih besar mengelilingi Mg,
membantu molekul tersebut dengan daya penyerap cahaya (Lehninger, 1982). Pada
Gambar 2.7. ditunjukkan struktur dan peyerapan sprktrum cahaya oleh klorofil a
dan b.
Gambar.2.7. Stuktur (a) dan spektrum serapan (b) dari klorofil a dan b
(Grisham, 2010).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 18
19
memiliki dua sistem foto yang berbeda: fotosistem I (PSI) dan fotosistem II (PSII).
Fotosistem tipe I menggunakan ferredoxins sebagai akseptor elektron terminal;
Fotosistem tipe II menggunakan quinones sebagai akseptor elektron terminal. PSI
didefinisikan oleh klorofil pusat reaksi dengan penyerapan cahaya merah maksimal
pada 700 nm; PSII menggunakan pusat reaksi yang menunjukkan penyerapan
cahaya merah maksimal pada 680 nm. Pusat reaksi Chl dari PSI disebut sebagai
P700 karena menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm; pusat reaksi
Chl of PSII disebut P680 untuk alasan analog. P700 dan P680 keduanya adalah
klorofil yang terletak di dalam kompleks protein khusus. Sifat yang berbeda dari
PSII adalah perannya dalam evolusi O2 yang digerakkan oleh cahaya. Menariknya,
fotosistem bakteri fotosintetik adalah sistem fotosistem tipe II yang menyerupai
PSII eukariotik lebih dari PSI, meskipun bakteri ini tidak memiliki
kapasitas O2 (Grisham, 2010).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 19
20
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 20
21
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 21
22
e. Fotofosforilasi
Sintesis ATP yang digerakkan cahaya, atau fotofosforilasi, adalah bagian
mendasar dari proses fotosintesis. Konversi energi cahaya menjadi energi kimia
menghasilkan reaksi transfer elektron, yang mengarah pada pembentukan reduksi
daya (mengurangi quinones atau NADPH). Digabungkan dengan transfer elektron
ini, proton didorong melintasi membran tilakoid dari sisi stroma ke sisi lumenal.
Translokasi proton ini terjadi dengan cara yang analog dengan translasi proton yang
menyertai transport elektron mitokondria yang memberikan kekuatan pendorong
untuk fosforilasi oksidatif. Gambar 2.9 menunjukkan bahwa translokasi proton
dapat terjadi di sejumlah situs. Sebagai contoh, proton diproduksi di lumen tilakoid
pada fotolisis air oleh PSII. Kejadian oksidasi-reduksi ketika elektron melewati
kelompok plastoquinon dan siklus Q adalah sumber lain dari translokasi proton.
Transfer proton yang menyertai pengurangan NADP+ juga dapat dibayangkan
sebagai proton yang diambil dari sisi stroma vesikel tilakoid. Pandangan saat ini
adalah bahwa tiga proton ditranslokasi untuk setiap elektron yang mengalir dari
H2O ke NADP+. Karena transfer elektron ini membutuhkan dua foton, satu jatuh di
PSII dan satu di PSI, hasil keseluruhan adalah 1,5 proton per quantum cahaya.
Transpor elektron fotosintesis, yang memompa H+ ke dalam lumen tilakoid,
dapat terjadi dalam dua cara, yang keduanya mengarah pada pembentukan gaya
gerak proton transmembran. Dengan demikian, kedua cara tersebut digabungkan
dengan sintesis ATP dan dianggap sebagai mekanisme alternatif fotofosforilasi,
meskipun keduanya dibedakan oleh perbedaan dalam jalur transfer elektron
mereka. Kedua cara tersebut yakni: fotofosforilasi siklik dan non-siklikik.
Fotofosforilasi non-siklik diwakili oleh skema pada Gambar 2.10, di mana
elektron diaktivasi oleh kuanta pada aliran PSII dan PSI dari H2O ke NADP+,
dengan seiring pembentukan motif proton yang menggerakkan sintesis ATP.
Perhatikan bahwa dalam fotofosforilasi non-siklik, O2 berevolusi dan NADP+
berkurang.
Dalam fotofosforilasi siklik, "lubang elektron" dalam P700+ yang dibuat
oleh kehilangan elektron dari P700 tidak diisi oleh elektron yang berasal dari H 2O
melalui PSII tetapi oleh jalur siklik di mana elektron foto eksitasi akhirnya
mencapai P700+. Jalur ini secara skematis ditunjukkan pada Gambar 2.10 oleh garis
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 22
23
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 23
24
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 24
25
1) Fase Karboksilasi
Tiga molekul CO2 diterima oleh 3 molekul senyawa 5C yaitu,
ribulosa 1,5-difosfat untuk membentuk tiga molekul senyawa 6C menengah
yang tidak stabil. Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim dismutase karboksi.
Tiga molekul senyawa karbon 6 yang tidak stabil diubah dengan penambahan 3
molekul air menjadi enam molekul 3 asam fosfogliserat. Reaksi ini juga
dikatalisis oleh enzim mutasi karboksi. 3-fosfogliserat (PGA) adalah produk
stabil pertama dari reaksi gelap fotosintesis dan karena ini adalah senyawa 3
karbon, siklus ini dikenal sebagai siklus C3.
2) Fase Reduktif
Enam molekul 3PGA terfosforilasi oleh 6 molekul ATP (diproduksi dalam
reaksi cahaya) untuk menghasilkan 6 molekul 1,3-difosfogliserat dan 6
molekul ADP. Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim kinase.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 25
26
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 26
27
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 27
28
selubung bundar sel parenkim yang lebih besar. Sel-sel selubung bundel ini
memiliki kloroplas. Kloroplas dari selubung bundar ini lebih besar, kurang grana
dan mengandung butiran pati. Kloroplas dalam sel mesofil lebih kecil dan selalu
mengandung grana. Anatomi khas daun tanaman C4 ini disebut anatomi Kranz.
Sel-sel selubung bundel lebih besar dan terlihat seperti cincin atau karangan bunga.
Kranz dalam bahasa Jerman berarti karangan bunga dan karenanya disebut anatomi
Kranz. Siklus C4 melibatkan dua reaksi karboksilasi, salah satu yang terjadi di
kloroplas sel-sel mesofil dan satu lagi di kloroplas sel selubung bundel. Ada empat
langkah dalam siklus Hatch and Slack, yaitu: 1) Karboksilasi, 2) Pemecahan,
3) Memisahkan dan 4) Fosforilasi.
1) Karboksilasi
Ini terjadi di kloroplas sel-sel mesofil. Fosfoenolpiruvat adalah senyawa 3-
karbon mengambil CO2 dan berubah menjadi oksaloasetat, suatu senyawa 4-
karbon di hadapan air. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfoenolpiruvat
karboksilase.
2) Pemecahan
Oksaloasetat memecah menjadi 4-malat dan 4-aspartat dengan adanya enzim
transaminase dan malat dehidrogenase. Senyawa-senyawa ini berdifusi dari sel
mesofil ke sel selubung.
3) Memisahkan
Dalam sel selubung, malat dan aspartat terpecah secara enzimatik untuk
menghasilkan CO2 bebas dan piruvat, 3-karbon. CO2 digunakan dalam siklus
Calvin di sel selubung. Karboksilasi kedua terjadi di kloroplas sel selubung
bundel. CO2 diterima oleh 5 senyawa ribulosa 1,5-difosfat, 5-karbon dengan
enzim dismutase karboksi dan akhirnya menghasilkan 3-fosfogliserat. Beberapa
dari 3-fosfogliserat digunakan dalam pembentukan gula dan sisanya
meregenerasi ribulosa 1,5-difosfat.
4) Fosforilasi
Molekul piruvat ditransfer ke kloroplas sel-sel mesofil di mana itu terfosforilasi
untuk meregenerasi fosfoenolpiruvat di hadapan ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh
piruvatfosfo kinase dan fosfoenolpiruvat diregenerasi.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 28
29
Pada jalur Hatch dan Slack, siklus karboksilasi C3 dan C4 dihubungkan dan
ini disebabkan oleh anatomi Kranz dari daun. Tanaman C4 lebih efisien dalam
fotosintesis daripada tanaman C3. Enzim, fosfoenolpiruvat karboksilase dari siklus
C4 ditemukan memiliki afinitas lebih untuk CO2 daripada ribulosa 1,5-difosfat
karboksilase dari siklus C3 dalam memperbaiki CO2 molekuler dalam senyawa
organik selama karboksilasi
c. Siklus Crassulacean Acid Metabolism (CAM) atau fiksasi gelap CO2 dalam
succulents
CAM adalah reaksi siklik yang terjadi pada fase gelap fotosintesis pada
tanaman Crassulaceae. Ini adalah proses fiksasi CO2 dimana, produk pertama
adalah asam malat. Ini adalah jalur alternatif ketiga dari siklus Calvin, yang terjadi
di sel-sel mesofil. Tanaman yang memamerkan siklus CAM disebut tanaman CAM.
Sebagian besar tanaman CAM adalah succulents misalnya, Bryophyllum,
Kalanchoe, Crassula, Sedium, Kleinia dll. Hal ini juga terlihat pada tanaman
tertentu dari Cactus misalnya. Keluarga Opuntia, Anggrek dan Nanas.
Tanaman CAM biasanya succulents dan mereka tumbuh di bawah kondisi
yang sangat xeric. Pada tanaman ini, daunnya berair atau berdaging. Sel-sel mesofil
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 29
30
memiliki jumlah kloroplas yang lebih besar dan bundel vaskuler tidak dikelilingi
oleh sel-sel selubung bundar yang didefinisikan dengan baik. Pada tanaman ini,
stomata tetap terbuka pada malam hari dan ditutup pada siang hari. Tanaman CAM
disesuaikan dengan fotosintesis dan kelangsungan hidup di bawah kondisi xeric
yang merugikan. Tanaman CAM tidak seefisien tanaman C4 dalam fotosintesis.
Tetapi mereka lebih cocok untuk kondisi-kondisi yang sangat kering. CAM
melibatkan dua langkah yakni, 1) Pengasaman dan 2) Deacidification.
1) Pengasaman/ Acidification
Dalam kegelapan, karbohidrat yang disimpan diubah menjadi
fosfoenolpiruvat oleh proses Glikolisis. Stomata dalam tanaman CAM terbuka
dalam gelap dan mereka memungkinkan difusi CO2 gratis dari atmosfer ke daun.
Sekarang, fosfoenolpiruvat dikarboksilasi oleh enzim fosfoenolpiruvat
karboksilase dan diubah menjadi asam oksalatoasetat.
2) Deacidification
Selama siang hari, ketika stomata tertutup, asam malat didekarboksilasi
untuk menghasilkan asam piruvat dan berevolusi karbon dioksida di hadapan
enzim malat. Ketika asam malat dihapus, keasaman akan menurunkan sel-sel. Ini
disebut deacidification. Satu molekul NADP+ berkurang dalam reaksi ini.
Asam piruvat dapat dioksidasi menjadi CO2 oleh jalur siklus Kreb atau
mungkin diubah kembali menjadi fosfoenolpiruvat dan mensintesis gula dengan
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 30
31
siklus C3. CO2 yang dilepaskan oleh deacidification asam malat diterima oleh
ribulosa 1,5-difosfat dan diperbaiki menjadi karbohidrat oleh siklus C3.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 31
32
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 32
33
C3 C4 CAM
diperlukan berasal dari fase samping mesofil proses glikolisis dan
terang fotosintesis membentuk PEP
CO2 yang masuk setelah
Tiap molekul CO2 yang bereaksi dengan air seperti
Memerlukan energi sebanyak
difiksasi memerlukan 2 pada tanaman C4 difiksasi
3 ATP
ATP oleh PEP dan diubah
menjadi malat
PGAL yang dihasilkan dapat
digunakan dalam peristiwa Tanaman c4 juga
Pada siang hari malat
yaitu sebagai bahan mengalami siklus calvin
berdifusi secara pasif
membangun komponen seperti peda tanaman C3
keluar dari vakuola dan
struktural sel, untuk dengan bantuan enzim
mengalami dekarboksilasi
pemeliharaan sel dan Rubisko
disimpan dalam bentuk pati
Melakukan proses yang
sama dengan tanaman C3
pada siang hari yaitu daur
Calvin
Melakukan proses yang
sama dengan tanaman C4
pada malam hari yaitu
daur Hatch-Slack.
1. Faktor Eksternal
a. Cahaya
Ini adalah faktor terpenting fotosintesis. Setiap jenis cahaya buatan seperti
cahaya listrik dapat menginduksi fotosintesis. Dari total energi matahari, hanya 1-
2% digunakan untuk fotosintesis dan sisanya digunakan untuk aktivitas metabolik
lainnya. Efek cahaya pada fotosintesis dapat dipelajari di bawah tiga kategori.
1) Intensitas Cahaya
Wolkoff (1966) menemukan bahwa seni fotosintesis berbanding lurus
dengan intensitas cahaya. Tetapi intensitas cahaya yang sangat tinggi tidak
mendukung tingkat fotosintesis yang lebih tinggi. Intensitas cahaya tinggi yang
gagal mempercepat fotosintesis disebut intensitas saturasi cahaya. Cahaya jatuh
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 33
34
pada daun, sekitar 80 persen diserap, 10 persen tercermin dan 10% ditularkan.
Tingkat fotosintesis lebih besar dalam cahaya yang kuat daripada cahaya yang
terdifusi. Tanaman dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan kebutuhan
cahaya yakni Heliophytes dan Sciophytes.
3) Durasi Pencahayaan
Secara umum tanaman tropis mendapatkan 10-12 jam cahaya per hari dan
periode cahaya yang lebih lama ini lebih menyukai fotosintesis.
b. Karbondioksida
CO2 adalah salah satu bahan baku yang diperlukan untuk fotosintesis. Jika
konsentrasi CO2 meningkat pada suhu optimal dan intensitas cahaya, laju
fotosintesis meningkat. Tetapi, dilaporkan juga bahwa konsentrasi CO2 yang sangat
tinggi adalah racun bagi tanaman yang menghambat fotosintesis.
c. Suhu
Tingkat fotosintesis meningkat dengan peningkatan suhu hingga 40ºC dan
setelah ini, terjadi reduksi dalam fotosintesis. Suhu tinggi menghasilkan denaturasi
enzim dan dengan demikian, reaksi gelap terpengaruh. Persyaratan suhu untuk
fotosintesis optimal bervariasi dengan spesies tanaman. Sebagai contoh, fotosintesis
berhenti di banyak tanaman pada 0ºC tetapi di beberapa tumbuhan runjung, dapat
terjadi bahkan pada -35ºC. Demikian pula fotosintesis berhenti di luar 40-50ºC di
tanaman tertentu; tetapi bakteri tertentu dan ganggang hijau biru dapat melakukan
fotosintesis bahkan pada 70ºC.
d. Air
Air memiliki efek tidak langsung pada laju fotosintesis meskipun
merupakan salah satu bahan baku untuk proses tersebut. Jumlah air yang digunakan
dalam fotosintesis cukup kecil dan bahkan kurang dari 1 persen air yang diserap
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 34
35
oleh tanaman. Air jarang bertindak sebagai faktor pembatas untuk fotosintesis.
Selama kelangkaan air, sel menjadi lembek dan laju fotosintesis mungkin menurun.
e. Oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis dan peningkatan
konsentrasi O2 pada banyak tanaman menghasilkan penurunan laju fotosintesis.
Fenomena penghambatan fotosintesis oleh O2 pertama kali ditemukan oleh
Warburg (1920) dalam alga hijau Chlorella dan efek ini dikenal sebagai efek
Warburg. Ini biasa diamati pada tanaman C3.
Pada tumbuhan, ada hubungan erat antara efek Warburg dan fotorespirasi.
Substrat fotorespirasi adalah glikolat dan disintesis dari beberapa perantara siklus
Calvin. Pada tumbuhan yang menunjukkan efek Warburg, peningkatan konsentrasi
O2 menghasilkan pengalihan intermediet siklus Calvin ke dalam sintesis glikolat,
sehingga menunjukkan tingkat fotorespirasi yang lebih tinggi dan produktivitas
fotosintesis yang lebih rendah.
f. Mineral
Unsur-unsur seperti Mg. Fe, Cu, Cl, Mn, P dll terlibat dalam reaksi kunci
fotosintesis dan karenanya, kekurangan salah satu nutrisi ini menyebabkan
penurunan fotosintesis.
g. Kandungan Klorofil
Sangat penting untuk memagari energi cahaya. Pada 1929, Emerson
menemukan hubungan langsung antara kandungan klorofil dan laju fotosintesis.
Secara umum, tanaman cukup klorofil berwarna hijau menunjukkan fotosintesis
yang efisien. Daun klorosis karena sintesis klorofil yang tidak teratur atau
pemecahan pigmen klorofil menunjukkan fotosintesis yang tidak efisien.
h. Daun
Karakter daun seperti ukuran daun, kandungan klorofil, jumlah stomata.
Orientasi daun dan umur daun adalah beberapa faktor yang bertanggung jawab
untuk fotosintesis. Aktivitas fotosintesis maksimum biasanya terlihat pada daun
fisiologis fungsional dan ukuran penuh (biasanya daun ketiga / keempat dari ujung
sistem pucuk).
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 35
36
i. Karbohidrat
Jika karbohidrat yang terakumulasi tidak ditranslokasi, laju fotosintesis
berkurang dan respirasi meningkat. Gula diubah menjadi pati dan terakumulasi
dalam kloroplas. Ini mengurangi permukaan efektif di kloroplas dan laju
fotosintesis menurun.
j. Hormon Tanaman
Treharne (1970) melaporkan pertama bahwa fotosintesis dapat diatur oleh
sistem hormon tanaman. Ia menemukan bahwa asam giberelat dan sitokinin
meningkatkan aktivitas karboksilat dan laju fotosintesis. Meidner (1967) juga
melaporkan bahwa kinetin @ 3µm menyebabkan 12 persen peningkatan
fotosintesis dalam waktu satu jam setelah perawatan.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 36
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fotosintesis adalah proses untuk memproduksi gula (karbohidrat) pada
tumbuhan, beberapa bakteri dan organisme non-seluler (seperti jamur, protozoa)
dengan menggunakan energi matahari, yang melalui sel-sel yang berespirasi energi
tersebut akan dikonversi ke dalam bentuk ATP sehingga dapat digunakan seluruhnya
oleh organisme tersebut. Reaksi umum dan proses fotosintesis adalah:
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 37
38
DAFTAR PUSTAKA
Andreasson LE, V. T. (1988). Electron Transport in Photosystems I and II. Ann Rev of
Plant physical and Plant Molecul Biol.
Anonim. (2006). World Consumption of Primary Energy by Energy Type and Selected
Country Groups, 1980-2004. Energy Information Administration.
Buick, R. (2008). When did oxygenic photosynthesis evolve? Philos. Trans. R. Soc.
Lond., B, Biol. Sci, 43.
Field CB, B. M. (1998). Primary production of the biosphere: integrating terrestrial and
oceanic components. Science, 40.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 38
39
Lacoma, T. (2010, Mei 14). eHow Contributor. Dipetik November 20, 2018, dari
https://sciencing.com/discovered-nuclear-envelope-9255.html
Nealson KH, C. P. (1999). Life: Past, Present and Future. Philos. Trans. R. Soc. lond.,
B, Biol. Sci, 39.
Roehm, J. K.-H. (2005). Color Atlas of Biochemistry Second edition, revised and
enlarged. Germany: Georg Thieme Verlag.
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 39
40
Kelompok 2: Fotosintesis (Hastuti Agussalim, Siti Indriyati Idris, dan Maisal Ali) 40