LISMAWATI
162051601013
𝒉
mvr = n(𝟐𝝅) ...............(2.2)
𝒏𝒉
menjadi , 2πr = 𝒎𝒗 ...............(2.3)
Dalam persamaan ini terlihat bahwa 2πr tidak lain adalah kelinling lingkaran yang ole
de Brogile diasumsikan sebagai orbit elektron. Mengapa orbit elektron ini ditentukan
oleh harga-harga h, m dan n?. Dalam hal ini de Brogile menusulkan bahwa bila cahaya
menunjukkan sifat mendua gelombang-partikel , maka secara sama materi yang jelas
menunjukkan sifat partikel tentu juga mempunyai sifat gelombang. Pendapat uni agak
aneh kedengarannya, tetapi seungguhnya menunjukkan sifat analogi yang benar-benar
pararel, dasar pemikirannya adalah dengan mempertimbangkan momentum foton.
Karena momentum partikel yang sedang bergerak dinyatakan sebesar mv, maka sebuah
foton yang tidak terdeteksi karena terlalu kecil massanya mestinya mempunyai
momentum(nol). Tetapi kesimpulan yang terakhir ini tidaklah benar sebagaimana
dibuktikan oleh teori relativitas Einsten, E=mc2, de Brogile merumuskan massa foton
𝒆
sebagai m = 𝒄𝟐 , dan subtitusi energi ini menurut Planck diperoleh:
𝒉𝒗 𝒉
m= atau m = 𝒄𝝀 ...............(2.4)
𝒄𝟐
Jadi lebih lanjut de Brogile menganggap beralsan untuk berfikir mengenai panjang
gelombang suatu partikel seperti halnya panjang gelombang foton yang mempunyai
kecepatan v, sehingga:
𝒉
𝝀 = 𝒎𝒗 ...............(2.5)
Gambar 2.1 Gambar menunjukkan sifat gelombang de Broglie dalam orbit Bohr yang
(A) berkelanjutan, ajeg - serba terus tidak terhapus (standing wave), bila
jumlah gelombang (n) berupa bilangan bulat,
(B-D) terhapus, bila jumlah gelombang (n) berupa bilangan pecahan
Perlu dicatat bahwa pada waktu itu belum ada bukti eksperimen yang mendukung
pandangan de Broglie, namun ternyata bukti yang diperlukan kemudian menjadi
kenyataan dalam waktu yang relatif singkat sebagai konsekuensi logis pandangan
tersebut. Telah diketahui bahwa panjang gelombang elektron ternyata kira-kira sama
dengan panjang gelombang sinar-X. Dengan demikian, seberkas sinar elektron, yang
semula dipandang sebagai partikel, diharapkan akan menghasilkan pola difraksi yang
sama dengan pola difraksi yang dihasilkan oleh sinar-X, yang membawa sifat
gelombang. Kenyataannya memang demikian; kira-kira tahun 1927, G. P. Thomson
(anak dari J. J. Thomson) dapat menunjukkan pola difraksi yang dihasilkan oleh elektron-
elektron berkecepatan tinggi pada lempeng aluminium yang ternyata sama dengan pola
difraksi yang dihasilkan oleh sinar-X yang pertama kali ditunjukkan oleh Max Von Laue
(1912). Jadi, tidak diragukan lagi bahwa elektron juga berkelakuan sebagai gelombang
seperti halnya sinar-X.
Asumsi de Broglie bahwa partikel yang sedang bergerak mempunyai sifat
gelombang dan penemuan berikutnya bahwa elektron menunjukkan sifat gelombang
mengantar teori atom ke arah perkembangan yang lebih modern yang kemudian dikenal
sebagai teori atom mekanika gelombang. Beberapa tokoh ilmuwan antara lain, L. de
Broglie, Erwin Schrödinger, W. Heisenberg dan Max Born, memberikan sumbangan
yang paling banyak dalam perkembangan teori atom mekanika gelombang ini. Dalam
teori ini, elektron diperlakukan sebagai gelombang daripada sebagai partikel. Tidak ada
usaha untuk membuat model visualisasi tentang atom, melainkan berupa deskripsi
matematik yang sangat kompleks, yang secara khusus dapat dipelajari dalam buku-buku
Mekanika Gelombang (Wave Mechanics) dan Kimia Kuantum (Quantum Chemistry).
Namun demikian, banyak kesimpulan yang diturunkan dari mekanika gelombang dapat
diungkapkan kedalam bentuk bahasa non-matematik sebagaimana dibicarakan secara
ringkas berikut ini.
b. Perinsip ketidak-pastian
Pada tahun 1927, Werner Heisenberg, seorang fisikawan Jerman, mengemukakan
suatu uncertainty principle atau asas ketidak-pastian sehubungan dengan tindakan
pengamatan terhadap perubahan kondisi objek yang sedang diamati. Bila misalnya
digunakan termometer untuk mengukur suhu suatu objek, maka suhu objek akan berubah
naik atau turun ketika terjadi kontak antara objek dengan termometer tersebut. Tentu saja
efek perubahan suhu ini hanya signifikan bila jumlah objek sangat sedikit. Demikian juga
saat mengamati posisi dan kecepatan partikel yang sedang bergerak. Untuk objek
berukuran makroskopik, efek ini tidak begitu nyata tetapi, dalam hal objek mikroskopik
seperti elektron, efek ini ternyata sangat signifikan; artinya, keadaan objek pada saat awal
pengamatan akan berbeda dengan keadaan pada akhir pengamatan.
Gambar
2.2
Ketidakpastian posisi dan kecepatan sebuah elektron oleh karena efek
tumbukan dengan foton cahaya.
Agar elektron dapat terlihat melalui sebuah mikroskop ideal, maka diperlukan
sebuah sumber cahaya yang ideal yang mampu memancarkan sejumlah foton tertentu
dengan energi (frekuensi) atau panjang gelombang () tertentu pula. Foton ini harus
menumbuk atau berinteraksi dengan elektron, sebab bila tidak foton hanya lewat saja dan
akibatnya elektron akan nampak transparan/samar. Oleh karena kedua jenis partikel ini
mempunyai massa yang relatif sama, maka elektron akan mengalami rekoil (pegasbalik)
yang signifikan dan kecepatannyapun berubah. Oleh karena itu, pada interval waktu
pengamatan yang sangat kecil berikutnya, elektron akan terlihat bergerak secara zig-zag
sebagai akibat tumbukan-tumbukan foton berikutnya (Gambar 2.2 b).
Agar gerakan elektron tidak terganggu yang berarti kecepatan elektron tetap seperti
semula, maka energi foton, h, harus sekecil mungkin atau panjang gelombang, ,
sebesar mungkin. Akan tetapi hal ini akan berakibat menurunnya daya resolusi
mikroskop sehingga posisi elektron tidak lagi dapat ditentukan secara akurat melainkan
berada pada batas-batas daerah tertentu yang dapat digambarkan sebagai rangkaian
lingkaran-lingkaran kecil pada pengamatan interval waktu tertentu (Gambar 2.2 c).
Sebaliknya agar elektron dapat terlihat jelas posisinya oleh mikroskop, energi foton
harus diperbesar, yang berarti kecil, tetapi kecepatan elektron menjadi berubah secara
signifikan sebagai akibat tumbukan dengan foton tersebut sedemikian sehingga
kecepatan elektron menjadi tidak mungkin lagi ditentukan secara tepat. Dengan kata lain,
bila kecepatan elektron akan ditentukan secara teliti, ini berakibat posisi elektron menjadi
kabur, dan sebaliknya bila posisi elektron ingin ditentukan secara teliti ini berakibat
kecepatan elektron menjadi tidak tentu. Demikian juga pemakaian sumber foton dengan
energi medium tentu masih tetap berpengaruh baik terhadap kecepatan maupun posisi
elektron. Dengan demikian, jejak elektron berubah menjadi pita ketidakpastian (Gambar
2.2 d) yaitu merupakan produk dari ketidak-pastian kecepatan dengan ketidak-pastian
posisi.
...............(2.6)
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa momentum (p) dan posisi (x) elektron keduanya
tidak dapat ditentukan dengan tepat secara serentak. Perlu disadari bahwa asas
ketidakpastian ini muncul bukan karena ketidak-mampuan teknik pengukuran percobaan
melainkan karena sifat natural yang mendasar mengenai pengukuran itu sendiri dan oleh
karena itu berlaku umum. Contoh perhitungan berikut menunjukkan konsekuensi
numerik dari asas ketidak-pastian Heisenberg.
Contoh Perhitungan
1) Hitung ketidak-pastian kecepatan elektron bila kita ingin menentukan posisinya
sedemikian sehingga x = 50 pm (kemungkinan penyimpangan posisi)
2) Hitung ketidak-pastian posisi sebuah bola dengan massa 10 g yang dilempar dengan
kecepatan 5 m s-1 bila ketelitian kecepatannya sampai dengan seperseribunya.
Penyelesaian(1)
Hasil ini jelas merupakan suatu harga ketidak-pastian kecepatan yang signifikan
besar, dan tidak mungkin diaabaikan bukan!
Penyelesaian (2)
Ketidak-pastian kecepatan bola adalah v = 5.10-3 m s-1, maka
Hasil ini jelas merupakan harga ketidak-pastian jarak yang sangat kecil, yang tidak
mempunyai konsekuensi apapun sehingga dapat diabaikan bukan!
Contoh perhitungan di atas jelas menunjukkan kesejajaran terhadap sifat
gelombang suatu partikel menurut de Broglie. Dengan demikian, sifat ketidak-pastian ini
sangat signifikan untuk partikel-partikel atomik. Prinsip ketidak-pastian ini jelas
bertentangan dengan asumsi Bohr yang menyatakan bahwa elektron (dalam atom
hidrogen) mempunyai orbit tertentu dengan jari-jari (r) tertentu pula; ini berarti bahwa
ketidak-pastian posisi, r, adalah nol. Menurut Heisenberg, adalah tidak mungkin untuk
mengetahui bahwa r = nol tanpa mengetahui ketidak pastian totalnya. Jadi, jejak
elektron tidak lagi dapat ditentukan kepastiannya secara matematik dan sebagai gantinya
adalah berupa pita ketidak-pastian bagi elektron yang bergerak bebas dengan
karakteristika gelombang.
Oleh karena keadaan elektron tidak lagi dapat dilukiskan secara pasti, maka muncul
pendekatan peluang (probabilitas) mendapatkan elektron yang diasosiasikan dengan
fungsi gelombang elektron yang bersangkutan yang dibahas dalam apa yang disebut
sebagai mekanika gelombang atau kimia kuantum. Oleh karena itu, mempelajari fungsi
gelombang elektron merupakan langkah yang fundamental untuk keperluan elusidasi
struktur atom lebih lanjut. Walaupun materi ini sangat rumit, ada bagianbagian yang
perlu dikenal saja sebelum sampai pada kesimpulan utama yang mendasar.
Fungsi Gelombang
Atom hidrogen dan sistem bak-hidrogen (hydrogen-like system) adalah spesies
dengan sebuah elektron; misalnya, He+, dan Li2+, merupakan sistem yang paling
sederhana. Menurut Erwin Schrödinger (1927), persamaan gelombang stasioner - bebas
waktu untuk sistem tersebut adalah:
...............(2.7)
dengan : (psi) = fungsi gelombang elektron;
mo = massa elektron diam
Ada dua perbedaan pokok teori atom menurut Bohr dengan teori atom mekanika
gelombang yaitu:
(1) berbeda dengan asumsi Bohr bahwa elektron sebagai partikel mengorbit dalam
bentuk lingkaran, Schrödinger melukiskan elektron sebagai gelombang dengan jejak
menurut persamaan gelombang (7) tersebut, dan
(2) demikian juga dengan asumsi Bohr bahwa momentum sudut elektron dalam orbitnya
bersifat kuantum (mvr = nh /2), sebaliknya Schrödinger mengidentifikasi frekuensi
sifat gelombang elektron dengan energi yang memenuhi asumsi Einstein, E = h.
Persamaan (2.7) tersebut yang mengandung koordinat Cartes (x, y, dan z), dapat
lebih mudah diselesaikan dalam bentuk persamaan dengan koordinat sferisbola atau
kutub-polar (r, , φ)dengan harga-harga r = 0 - , = 0 - π, dan = 0 - 2 π r. Informasi
mengenai transformasi antara kedua macam koordinat ini diperoleh dari Gambar 3 yang
memberikan empat rumusan pokok yaitu:
...............(2.8)
...............(2.9)
Persamaan (2.9) menunjukkan produk dari
tiga macam fungsi (R, , dan ) dengan tiga
macam variabel secara berurutan (r), () dan (φ)
yang tersusun secara terpisah. Pemeriksaan lebih
lanjut menunjukkan adanya besaran-besaran
tertentu yang mengontrol harga masing-masing,
Gambar 2.3 sebuah titik p(elektron)dalam sistem fungsi Radial- jarak, R (r), fungsi sudut, () dan
koordinat cartes dan koordinat kutub-bola
(φ); besaran-besaran ini adalah n, ℓ, dan m, yang kemudian disebut sebagai bilangan
kuantum yang ternyata muncul secara matematis - alamiah sebagai konsekuensi
penyelesaian persamaan fungsi gelombang (7). Oleh karena itu, persamaan (2.9) menjadi
lebih informatif bila dituliskan dalam bentuk persamaan (2.10) yang mengandung
variabel n, dan m sebagai bilangan kuantum yang mengontrol hargaharga masing-masing
fungsi sebagai berikut:
...............(2.10)
Dengan demikian, fungsi gelombang elektron dapat diformulasikan sebagai produk
tiga fungsi gelombang, masing-masing terdiri atas satu variabel yang berbeda satu
dengan yang lain yaitu:
(1) fungsi gelombang Radial, (r) = Rn, (r) , yang bergantung pada variabel r yaitu
jarak elektron (titik P) terhadap inti atom sebagai titik pusat sumbu; fungsi ini
harganya ditentukan oleh bilangan kuantum n dan .
(2) fungsi gelombang sudut, () = , m () , yang bergantung pada variabel sudut ;
fungsi ini harganya ditentukan oleh bilangan kuantum dan m.
(3) fungsi gelombang sudut (φ) = m (φ), yang bergantung pada variabel sudut
φfungsi ini harganya ditentukan hanya oleh bilangan kuantum m.
Hasil terpenting yang perlu kita ketahui dari persamaan (2.10) yakni bahwa
hasil ini hanya ditentukan oleh faktorial (n- ℓ -1)!, dan (ℓ ± |m|)! Ingatkah anda
informasi yang telah kita terima di sma, bahwa “faktorial” tidak boleh berharga negatif
dan pecahan? Faktorial inilah yang memberikan pembatasan-pembatasan terhadap
harga-harga n,ℓ,m (tepatnya mℓ), dan kombinasinya yakni bahwa:
(1) n dan ℓ merupakan bilangan diskret, positif bulat integer 1; harga-harga ini adalah,
n ( + 1), 0 , dan m = ± ℓ; jadi, n = 1, 2, 3, 4, 5, ………. ∞; = 0, 1, 2, 3, 4, 5, ……..
(n-1); m = 0, ±1±2; ±3 …..;
(2) Tambahan pula, ada hubungan yang “unik” antar nilai ketiganya yang
dimungkinkan, dan kombinasi harga-harga yang diijinkan untuk n = 1 – 4(dapat
diperiksa pada tabel 2.3)
Tabel 2.3 Kombinasi harga-harga n , , dan m , yang diijinkan
...............(2.11)
Fungsi gelombang bagian polar untuk orbital s, p, d, dan f ditunjukkan pada Tabel
2.4. Orbital-orbital yang lain karena sangat sukar digambarkan bentuknya, walaupun
secara matematis sudah diketahui persamaannya, tidak dibahas dalam kesempatan ini.
Teori Kuantum
Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan
dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin
Schrodinger pada tahun 1927 yang mengajukan konsep orbital untuk menyatakan
kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron
paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan, yang dimana sebelumnya
dirumuskan dalam sebuah persamaan.
Persamaan tersebut dirumuskan oleh Schrödinger pada tahun 1926, yaitu
persamaan yang menjadi dasar dari hampir semua perilaku elektron dalam atom. Untuk
−𝒉𝟐
sistem atom paling sederhana, yaitu atom hidrogen, persamaan ditulis: 𝑽𝟐 𝝍 +
𝟖𝝅𝟐 𝒎
𝑽𝝍 = 𝑬𝝍 dimana energi total atom hidrogen, E, adalah jumlah energi potensial (suku
yang mengandung V) dan energi kinetiknya (tersembunyi dalam suku pertama), h ialah
tetapan Planck dan m ialah massa elektron. 𝜓 adalah huruf Yunani (psi, dibaca ‘si’),
bergantung pada koordinat elektron dan pada fungsi (fungsi gelombang) dapat
mengungkapkan probabilitas ditemukannya elektron dalam ruang kecil 𝛿𝑣 di dekat inti,
yaitu berkaitan dengan 𝜓2 𝛿𝑣. Semakin besar 𝜓 2 dalam suatu ruang, maka semakin tinggi
kemungkinan ditemukannya elektron. Menurut defenisi orbit Bohr, fungsi 𝜓 dinamakan
sebagai orbital atau orbital atom. Kuadrat dari orbital 𝜓2 , menyatakan persebaran
rapatan elektron dalam orbital.
Jadi dari persamaan Schrödinger diatas yang penting untuk diketahui bahwa
persamaan ini melibatkan partikel, yang diungkapkan dalam masssa m, maupun perilaku
gelombang yang yang diungkapkan dalam fungsi gelombang , Ψ(psi), yang bergantung
pada lokasinya didalam ruang sistem(semacam elektron dan atom).
Schrodinger sependapat dengan Heisenberg bahwa kedudukan elektron dalam
atom tidak dapat ditentukan secara pasti, namun yang dapat ditentukan adalah
kebolehjadian menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya.
Ruangan yang memiliki kebolehjadian terbesar ditemukannya elektron disebut Orbital.
Dalam mekanika kuantum, model orbital atom digambarkan menyerupai “awan”.
Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut Subkulit.
Ukuran dan bentuk awan orbital bergantung pada fungsi 𝜓. Sebagai akibat dari
penyelesaian persamaan Scrhödinger, setiap orbital 𝜓 berhubungan dengan tiga ciri
bilangan kuantum yang saling berkaitan, yaitu n, l, dan m. bilangan kuantum ini muncul
dengan sendirinya dari persamaan Schrödinger.
Persamaan Scrhödingermemulai era baru dibidang fisika dan kimia, sebab
persamaan ini memperkenalkan bahasan baru, mekanika kuantum(juga disebut mekanika
gelombang). Kini kuta merujuk perkembangan teori kuantum dari tahun 1931-saat Bohr
mengemukakan analisinya tentang atom Hidrogen-sampai tahun 1926 sebagai “teori
kuantum klasik”.
Persamaan gelombang(Ψ= psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan
gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk,
serta orientasi) suatu orbital, yaitu: bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum
azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik (m). Ketiga bilangan kuantum ini merupakan
bilangan bulat dan sederhana yang memberi petunjuk kebolehjadian diketemukannya
electron dalam atom. Sedangkan untuk menyatakan arah perputaran elektron pada
sumbunya para ahli menggunakan bilangan kuantum spin (s).
1. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama, diberi lambang dengan huruf n memiliki nilai 1,2,3,
…n. Bilangan kuantum ini menyatakan letak suatu electron pada suatu kulit atau
lintasannya(nomor kulit).
Jika electron terletak di kulit K, maka bilangan kuantum utama, n = 1. Jika
electron terletak di kulit L, maka bilangan kuantum utama, n = 2
Jika electron terletak di kulit M, maka bilangan kuantum utama, n =3,dan
seterusnya.Makin besar harga n, berarti makin jauh letaknya dari inti atom, sehingga
tingkat energinya makin tinggi.
Orbital – orbital dengan bilangan kuantum utama berbeda, mempunyai tingkat
energi yang berbeda. Semakin besar bilangan kuantum utama, kulit makin jauh dari
inti, dan semakin besar pula energinya. Bilangan kuantum utama berhubungan dengan
kulit atom sehingga bilangan kuantum utama dapat digunakan untuk menentukan
ukuran orbit (jari-jari) berdasarkan jarak orbit elektron dengan inti atom.
Terjadinya garis-garis spektrum deret Lyman, Balmer, Paschen, Brackett, dan Pfund
dalam spektrum hidrogen diinterpretasikan sebagai akibat terjadinya transisi elektronik dari n
yang lebih tinggi ke n yang lebih rendah.
2. Bilangan Kuantum Azimuth (ℓ)
Bilangan kuantum azimut, diberi lambang dengan huruf ℓ. Bilangan kuantum
azimut adalah bilangan kuantum yang menyatakan letak suatu electron pada orbital atau
subkulit.
Harga yang dibolehkan untuk bilangan kuantum azimuth adalah, ℓ=n–1. Karena
nilai n merupakan bilangan bulat dan paling kecil sama dengan satu, maka harga ℓ juga
merupakan bilangan bulat mulai dari 0, 1, 2, 3…, (n-l).
Jika ℓ=0, maka elektron terletak di subkulit s (s=sharp)
Jika ℓ=1, maka elektron terletak di subkulit p (p = principle)
Jika ℓ=2, maka elektron terletak di subkulit d(d = diffuse)
Jika ℓ=3, maka elektron terletak di subkulit f(f = fundamental)
Jika n=1, maka harga ℓ=0
Jika n=2, maka harga ℓ=0 dan atau 1
Jika n = 3, maka harga ℓ=0, dan atau 1, dan atau 2
Tabel 2.4 hubungan subkulit sejenis dalam kulit yang berbeda pada atom.
Kulit Nilai n Nilai l Jenis Subkulit
K 1 0 1s
L 2 0 2s
1 2p
M 3 0 3s
1 3p
2 3d
N 4 0 4s
1 4p
2 4d
3 4f
Munculnya garis-garis plural yang sangat berdekatan dari spektrum yang semula
nampak sebagai garis tunggal, mempersyaratkan adanya sub-sub kulit atau beberapa orbital
pada tiap kulit utama n. Garis-garis plural ini diinterpretasikan sebagai akibat terjadinya transisi
elektronik dari sub-sub kulit dalam n yang lebih tinggi ke kulit atau sub-sub kulit dalam n yang
lebih rendah.
3. Bilangan Kuantum Magnetik(m)
Bilangan kuantum magnetic (m) menggambarkan orientasi orbital dalam ruang
atau orientasi subkulit dalam kulit, atau dengan kata lain menyatakan jumlah orbital
dalam ruang. Bilangan kuantum magnetik memiliki harga berupa deret bilangan bulat
dari –m melalui 0 sampai dengan +m, dimana hubungan antara m dan ℓ dapat dilihat
sebagai berikut pada Tabel 2.5:
Gambar 2.4 Kertas grafik polar (a), dan bentuk orbital polar: fungsi cos θ (b) dan
fungsi cos2θ (c) atau orbital pz (beberapa titik nilai 0-900 digambarkan)
Tabel 2.7 Fungsi gelombang polar untuk orbital s, p, d, dan f yang diturunkan dari atom
bak-hidrogen (hydrogen-like atom)
Catatan:
a) Nilai positif dan negatif bilangan kuantum m masing-masing menunjuk pada cos m φ (atau sumbu x)
dan sin m φ (atau sumbu y)
b) Untuk membandingkan fungsi gelombang yang satu terhadap yang lain diperlukan factor normalisasi
sedemikian sehingga: dv = faktor normalisasi, dimana dv = r2 sin d dφ dr adalah
diferensial volume, dan integral diambil pada semua ruang; merupakan kompleks konyugasi dari
dan sering = sehingga = . Pauling mengambil harga factor normalisasi satu (1) untuk
fungsi gelombang secara keseluruhan, sedangkan Einstein mengambil harga 4 untuk fungsi
gelombang polar saja.
c) Orbital dz2 sesungguhnya merupakan singkatan dari orbital d(3z2 - r2) atau d(2z2 - x2 - y2) yang tidak lain
merupakan hasil kombinasi linear penjumlahan dari orbital d(z2 - y2) dan orbital d(z2 -x2).
d) Orbital f mempunyai dua macam fungsi gelombang yaitu fungsi gelombang umum (general set) dan
fungsi gelombang kubus (cubic set); dalam tabel ini adalah fungsi gelombang cubic set.
Orbital s
1
Orbital s mempunyai fungsi gelombang yang berharga konstan, ( 4𝜋)1/2, untuk 1s,
tidak bergantung pada sudut maupun φ; oleh karena itu, ia berbentuk bola-bulat simetri
dengan tanda positif di segala arah. Istilah simetri dipakai untuk melukiskan kesamaan
antara dua titik atau daerah yang terletak pada garis lurus dan saling berseberangan
dengan titik pusat simetri (0,0,0).
Ternyata, subkulit d lebih stabil pada keadaan tepat terisi penuh atau tepat setengah
penuh. Atom 24Cr lebih stabil dengan subkulit d terisi tepat setengah penuh.
Untuk penulisan konfigurasi elektron yang mempunyai jumlah elektron besar dapat
dilakukan penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan dengan menuliskan simbol dari
unsur gas mulia yang mempunyai nomor atom di bawahnya, diikuti dengan penulisan
kekurangan jumlah elektron setelah gas mulia tersebut.
3. Asas Larangan Pauli
Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom
tidak mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2
elektron akan menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai
nilai yang sama (n = 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu
bilangan kuantum spin(s) harus mempunyai nilai berbeda (+1/2 atau -1/2)
Dengan kata lain, setiap orbital maksimal hanya dapat terisi 2 elektron dengan
arah spin berlawanan. Sebagai contoh, pengisian elektron pada orbital 1s digambarkan
sebagai berikut.
Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron?
Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin
yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas
larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap
subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.
orbital s maksimal 2 elektron,
orbital p maksimal 6 elektron,
orbital d maksimal 10 elektron, dan
orbital f maksimal 14 elektron,
Karena satu orbital hanya ditempati 2 elektron, maka 2 elektron tersebut
dibedakan berdasarkan arah putaran (spin) yang berbeda atau dapat dinyatakan bahwa
elektron itu mempunyai bilangan kuantum spin berbeda. Perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal:
Tentukan bilangan kuantum dan diagram orbital yang dimiliki oleh atom-atom berikut.
a. 19K
b. 20Ca
Kunci Jawaban :
a. 19K = (Ar) 4s1
n = 4, = 0, m = 0, dan s = + ½
Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom.
Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum
Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa
total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”.
Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya
tentang atom sebagai berikut:
Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak
peluru. Seperti gambar berikut ini:
Kelemahan:
Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J.
Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode
merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan
anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel
penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka
harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron
tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton
dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang
menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif
elektron”
Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu
menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada
model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom Thomson
dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelemahan:
Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan
negatif dalam bola atom tersebut.
Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan
percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas.
Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan
bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.
Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah
atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan
dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila
partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel
alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden
diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan
lebih.
Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom
emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa
1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan
perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada
ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan
model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom
terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang
berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.
Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:
Kelemahan:
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom
Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil
memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom.
Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari
Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai
berikut:
Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom
hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan
lintasan melingkar disekeliling inti. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi
elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun
diserap. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain.
Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck,
ΔE = hv. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,
terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan
dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit
elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin
tinggi tingkat energinya.
Kelemahan:
Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.
Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin
Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika
kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan
kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat
ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital.
Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin Schrodinger
memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan
batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
Persamaan Schrodinger.
IKATAN LOGAM
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-
elektron valensi antar atom-atom logam. Senyawa yang terbentuk hasil dari ikatan logam
dinamakan logam (jika semua atom adalah sama). Misalnya:Dalam logam tembaga, atom
tembaga dikelilingi 12 atom tembaga ( yang berikatan) atau aloi (jika terdapat atom-atom
yang berbeda) misalnya atom logam Be dan Cu membentuk baja.
Logam Aloi
Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah. Semua
jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion
positif/atom-atom positif/kation logam.
Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron
terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada suatu
atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lainnya.
Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur dengan
elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai “awan” atau
“lautan” yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini
bertindak sebagai perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik
menarik dengan adanya elektron bebas sebagai ”lemnya”.
Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara
molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan
suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara
molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya
tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der walls. Ikatan
van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan kumpulan kimia yang berdekatan.
Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara
molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan
suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara
molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya
tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der walls.
4. SPEKTRUM ATOM HIDROGEN
Spektrum pancar merupakan sprektrum kontinu maupun sprektrum garis dan radiasi
yang dipancarkan oleh zat. Sprektrum pancar zat dapat dihasilkan dengan cara memberi
energi pada sampel materi baik dengan energi termal maupun dengan bentuk energi
lainnya (misalnya loncatan listrik dengan tegangan tinggi bila zatnya berupa gas.
Spektrum garis (line sprekta) yaitu sprektrum pancar atom yang terjadi dalam frasa gas,
tidak menunjukan spektrum panjang gelombang kontinu yang merentang dari merah
sampai violet, namun atom hanya memancarkan cahaya pada panjang (gelombang
yang khas).
Spektrum pancar hidrogen mencangkup rentang panjang gelombang yang luas dari
inframerah sampai violet. Deret Balmer mudah dipelajari karena jumlah garisnya
berada di daerah cahaya tampak