Anda di halaman 1dari 31

Tugas MID Kimia Anorganik Lanjut

LISMAWATI
162051601013

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
1. Teori atom Mekanika Gelombang dan Mekanika Kuantum
Teori Atom Mekanika Gelombang
a. Sifat Gelombang Partikel
Walaupun teori atom Bohr telah melukiskan struktur atom cukup detail, namun
masih ada sesuatu yang hilang. Untuk itu perlu adanya tinjauan kembali mengenai sifat
cahaya. Para ilmuwan sealalu mendapatkan kesulitan dalam menjelaskan karakteristik
cahaya, tetapi pada percobaan lain menunjukan bahwa cahaya bersifat sebagai partikel
(yang nantinya dikenal sebagai aliran foton yang membawa paket-paket energy atau
sejumlah energy diskret terkuantisasi), seabagimana terjadi pada berbagai jenis gejala
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan konsistensi cahaya dalam berbagai gejala
Gejala Teori Gelombang Teori Partikel
Difraksi Konsisten Tidak Konsisten
Refleksi, Refraksi Konsisten Konsisten
Interferensi Konsisten Tidak Konsisten
Efek Fotolistrik Tidak konsisten Konsisten
Penyebaran energi Konsisten Konsisten
radiasi
Polarisasi cahaya Konsisten Tidak Konsisten
Efek Compton Tidak konsisten Konsisten

Dari perbandingan tersebut dapat dipertimbangkan bahwa sifat cahaya atau


energy radiasi secara umum berhubungan dengan sifat gelombang dan sifat partikel atau
sering dikenal dengan dualsisme cahaya, yaitu sifat gelombang partikel. Dalam hal
seperti ini, sejumlah asumsi kemudian merupakan dasar pengembangan teori kuantum
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Atm-atom berkelakuan sebagai isolator menghasilkan gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi gelombang yang karakteristik bagi atom yang bersangkutan.
2. Energi tidak dibawa oleh gelombang itu sendiri melainkan oleh foton yang
kecepatan alirnya diberikan oleh intensitas gelombang yang bersangkutan.
3. Kecepatan pancaran gelombang oleh osilator-osilator menentukan peluang pancaran
foton oleh sumbernya.
Ketiga asumsi tersebut dapat diringkas dalam bentuk kuantum asli seperti yang
diusulkan oleh Max Planck, yaitu osilator-osilator memancarkan energi dalam bentuk
kelipatan intergral dari energy paket basis (foton) sebagai:
E=nhv ...............(2.1)
Dengan:
n= bilangan kuantum atau diskret
v= frekuensi osilator

Pada tahun 1924 seorang Fisikawan, Lois de Brogile mengusulkan


alternatif lain untuk menjelaskan rumusan Bohr mengenai momentum sudut elektron
yang terkuantisasi, dengan menubah ekspresi persamaan

𝒉
mvr = n(𝟐𝝅) ...............(2.2)

𝒏𝒉
menjadi , 2πr = 𝒎𝒗 ...............(2.3)

Dalam persamaan ini terlihat bahwa 2πr tidak lain adalah kelinling lingkaran yang ole
de Brogile diasumsikan sebagai orbit elektron. Mengapa orbit elektron ini ditentukan
oleh harga-harga h, m dan n?. Dalam hal ini de Brogile menusulkan bahwa bila cahaya
menunjukkan sifat mendua gelombang-partikel , maka secara sama materi yang jelas
menunjukkan sifat partikel tentu juga mempunyai sifat gelombang. Pendapat uni agak
aneh kedengarannya, tetapi seungguhnya menunjukkan sifat analogi yang benar-benar
pararel, dasar pemikirannya adalah dengan mempertimbangkan momentum foton.
Karena momentum partikel yang sedang bergerak dinyatakan sebesar mv, maka sebuah
foton yang tidak terdeteksi karena terlalu kecil massanya mestinya mempunyai
momentum(nol). Tetapi kesimpulan yang terakhir ini tidaklah benar sebagaimana
dibuktikan oleh teori relativitas Einsten, E=mc2, de Brogile merumuskan massa foton
𝒆
sebagai m = 𝒄𝟐 , dan subtitusi energi ini menurut Planck diperoleh:

𝒉𝒗 𝒉
m= atau m = 𝒄𝝀 ...............(2.4)
𝒄𝟐

Jadi lebih lanjut de Brogile menganggap beralsan untuk berfikir mengenai panjang
gelombang suatu partikel seperti halnya panjang gelombang foton yang mempunyai
kecepatan v, sehingga:
𝒉
𝝀 = 𝒎𝒗 ...............(2.5)

Dengan demikian, partikel yang sedang bergerak sesungguhnya menunjukkan


sifat gelombang yang besarnya berbanding terbalik dengan momentum partikel yang
bersangkutan. Untuk m yang sangat kecil seperti partikel-partikel atomik atau partikel
mikro dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, sifat gelombangnya menjadi
sangat nyata. Tetapi untuk partikel-partikel makro yang massanya besar, sifat gelombang
sangat jauh lebih kecil terlebih-lebih jike partikel ini mempunyai kecepatan yang jauh
lebih rendah daripada kecepatan cahaya.
Contoh soal:
1) Hitung panjanggelombang elektron yang sedang bergerak dengan kecepatan kira-
kira 1% kecepatan cahaya.
2) Hitung panjang gelombang sebuah bola 10g yang sedan gbergerak dengan kecepatan
5m/s
Penyelesaian:

Bilangan ini sungguhmerupakanhargapanjanggelombangyang sangatkecilyang


sulit terdeteksi dan tidak mempunyai konsekuensi apapun. Sebagai perbandingan,
panjang gelombang beberapa objek yang sedang bergerak dapat diperiksa pada tabel 2.2:
Tabel 2.2 Panjang gelombang beberapa objek yang sedang bergerak:

Berdasarkan persamaan 2.2, persamaan 2.5 dapat diubah menjadi 2  r = n .


Jadi, lingkaran orbit elektron terkuantisasi dengan kelipatan-kelipatan integer dari harga
panjang gelombang elektron yang bersangkutan. Berbeda dengan Bohr yang memandang
elektron sebagai partikel yang mengorbit mengelilingi inti atom, de Broglie memandang
elektron sebagai gelombang atau bila bukan merupakan gelombang murni, elektron
dipandang sebagai gelombang yang berasosiasi dengan partikel yang sangat kecil yang
bergerak sangat cepat. Jadi, elektron oleh de Broglie digambarkan sebagai gelombang
ajeg - serba terus (standing wave) dengan jejak melingkar tertutup tanpa ujung-pangkal
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1 (A). Untuk memenuhi sifat standing wave ini, jelas
bahwa jumlah panjang gelombang harus terkuantisasi (n = 1, 2, 3, 4, .......). Bila harga n
berupa pecahan (misalnya 2,5; 3,5), maka sifat gelombang akan menjadi terhapus
(Gambar 2.1 B-D).

Gambar 2.1 Gambar menunjukkan sifat gelombang de Broglie dalam orbit Bohr yang
(A) berkelanjutan, ajeg - serba terus tidak terhapus (standing wave), bila
jumlah gelombang (n) berupa bilangan bulat,
(B-D) terhapus, bila jumlah gelombang (n) berupa bilangan pecahan

Perlu dicatat bahwa pada waktu itu belum ada bukti eksperimen yang mendukung
pandangan de Broglie, namun ternyata bukti yang diperlukan kemudian menjadi
kenyataan dalam waktu yang relatif singkat sebagai konsekuensi logis pandangan
tersebut. Telah diketahui bahwa panjang gelombang elektron ternyata kira-kira sama
dengan panjang gelombang sinar-X. Dengan demikian, seberkas sinar elektron, yang
semula dipandang sebagai partikel, diharapkan akan menghasilkan pola difraksi yang
sama dengan pola difraksi yang dihasilkan oleh sinar-X, yang membawa sifat
gelombang. Kenyataannya memang demikian; kira-kira tahun 1927, G. P. Thomson
(anak dari J. J. Thomson) dapat menunjukkan pola difraksi yang dihasilkan oleh elektron-
elektron berkecepatan tinggi pada lempeng aluminium yang ternyata sama dengan pola
difraksi yang dihasilkan oleh sinar-X yang pertama kali ditunjukkan oleh Max Von Laue
(1912). Jadi, tidak diragukan lagi bahwa elektron juga berkelakuan sebagai gelombang
seperti halnya sinar-X.
Asumsi de Broglie bahwa partikel yang sedang bergerak mempunyai sifat
gelombang dan penemuan berikutnya bahwa elektron menunjukkan sifat gelombang
mengantar teori atom ke arah perkembangan yang lebih modern yang kemudian dikenal
sebagai teori atom mekanika gelombang. Beberapa tokoh ilmuwan antara lain, L. de
Broglie, Erwin Schrödinger, W. Heisenberg dan Max Born, memberikan sumbangan
yang paling banyak dalam perkembangan teori atom mekanika gelombang ini. Dalam
teori ini, elektron diperlakukan sebagai gelombang daripada sebagai partikel. Tidak ada
usaha untuk membuat model visualisasi tentang atom, melainkan berupa deskripsi
matematik yang sangat kompleks, yang secara khusus dapat dipelajari dalam buku-buku
Mekanika Gelombang (Wave Mechanics) dan Kimia Kuantum (Quantum Chemistry).
Namun demikian, banyak kesimpulan yang diturunkan dari mekanika gelombang dapat
diungkapkan kedalam bentuk bahasa non-matematik sebagaimana dibicarakan secara
ringkas berikut ini.
b. Perinsip ketidak-pastian
Pada tahun 1927, Werner Heisenberg, seorang fisikawan Jerman, mengemukakan
suatu uncertainty principle atau asas ketidak-pastian sehubungan dengan tindakan
pengamatan terhadap perubahan kondisi objek yang sedang diamati. Bila misalnya
digunakan termometer untuk mengukur suhu suatu objek, maka suhu objek akan berubah
naik atau turun ketika terjadi kontak antara objek dengan termometer tersebut. Tentu saja
efek perubahan suhu ini hanya signifikan bila jumlah objek sangat sedikit. Demikian juga
saat mengamati posisi dan kecepatan partikel yang sedang bergerak. Untuk objek
berukuran makroskopik, efek ini tidak begitu nyata tetapi, dalam hal objek mikroskopik
seperti elektron, efek ini ternyata sangat signifikan; artinya, keadaan objek pada saat awal
pengamatan akan berbeda dengan keadaan pada akhir pengamatan.

Untuk memperjelas adanya pengaruh tindakan pengamatan terhadap objek yang


sedang diamati, dapat dipikirkan adanya suatu thought experiment atau percobaan dalam
angan-angan (Gambar 2.1). Oleh karena percobaan ini tidak pernah dapat dilaksanakan
secara fisik (dalam laboratorium secara visual), maka semua alat hipotetik yang terlibat
dipertimbangkan bekerja secara ideal, 100% efisien, sedangkan hukumhukum alam
masih tetap dipatuhi. Dalam percobaan ini diandaikan bahwa sebuah elektron
ditembakkan di dalam tabung hampa sempurna dengan kecepatan tertentu; maka, jejak
elektron akan berupa garis lengkung parabola sebagai akibat gaya gravitasi bumi
(Gambar 2.2 a)

Gambar
2.2
Ketidakpastian posisi dan kecepatan sebuah elektron oleh karena efek
tumbukan dengan foton cahaya.
Agar elektron dapat terlihat melalui sebuah mikroskop ideal, maka diperlukan
sebuah sumber cahaya yang ideal yang mampu memancarkan sejumlah foton tertentu
dengan energi (frekuensi) atau panjang gelombang () tertentu pula. Foton ini harus
menumbuk atau berinteraksi dengan elektron, sebab bila tidak foton hanya lewat saja dan
akibatnya elektron akan nampak transparan/samar. Oleh karena kedua jenis partikel ini
mempunyai massa yang relatif sama, maka elektron akan mengalami rekoil (pegasbalik)
yang signifikan dan kecepatannyapun berubah. Oleh karena itu, pada interval waktu
pengamatan yang sangat kecil berikutnya, elektron akan terlihat bergerak secara zig-zag
sebagai akibat tumbukan-tumbukan foton berikutnya (Gambar 2.2 b).

Agar gerakan elektron tidak terganggu yang berarti kecepatan elektron tetap seperti
semula, maka energi foton, h, harus sekecil mungkin atau panjang gelombang, ,
sebesar mungkin. Akan tetapi hal ini akan berakibat menurunnya daya resolusi
mikroskop sehingga posisi elektron tidak lagi dapat ditentukan secara akurat melainkan
berada pada batas-batas daerah tertentu yang dapat digambarkan sebagai rangkaian
lingkaran-lingkaran kecil pada pengamatan interval waktu tertentu (Gambar 2.2 c).

Sebaliknya agar elektron dapat terlihat jelas posisinya oleh mikroskop, energi foton
harus diperbesar, yang berarti  kecil, tetapi kecepatan elektron menjadi berubah secara
signifikan sebagai akibat tumbukan dengan foton tersebut sedemikian sehingga
kecepatan elektron menjadi tidak mungkin lagi ditentukan secara tepat. Dengan kata lain,
bila kecepatan elektron akan ditentukan secara teliti, ini berakibat posisi elektron menjadi
kabur, dan sebaliknya bila posisi elektron ingin ditentukan secara teliti ini berakibat
kecepatan elektron menjadi tidak tentu. Demikian juga pemakaian sumber foton dengan
energi medium tentu masih tetap berpengaruh baik terhadap kecepatan maupun posisi
elektron. Dengan demikian, jejak elektron berubah menjadi pita ketidakpastian (Gambar
2.2 d) yaitu merupakan produk dari ketidak-pastian kecepatan dengan ketidak-pastian
posisi.

Lebih lanjut Heisenberg dapat menunjukkan bahwa kedua besaran ketidak-pastian


ini tidak pernah lebih kecil daripada harga h / m, yaitu:

...............(2.6)
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa momentum (p) dan posisi (x) elektron keduanya
tidak dapat ditentukan dengan tepat secara serentak. Perlu disadari bahwa asas
ketidakpastian ini muncul bukan karena ketidak-mampuan teknik pengukuran percobaan
melainkan karena sifat natural yang mendasar mengenai pengukuran itu sendiri dan oleh
karena itu berlaku umum. Contoh perhitungan berikut menunjukkan konsekuensi
numerik dari asas ketidak-pastian Heisenberg.
Contoh Perhitungan
1) Hitung ketidak-pastian kecepatan elektron bila kita ingin menentukan posisinya
sedemikian sehingga x = 50 pm (kemungkinan penyimpangan posisi)
2) Hitung ketidak-pastian posisi sebuah bola dengan massa 10 g yang dilempar dengan
kecepatan 5 m s-1 bila ketelitian kecepatannya sampai dengan seperseribunya.
Penyelesaian(1)

Hasil ini jelas merupakan suatu harga ketidak-pastian kecepatan yang signifikan
besar, dan tidak mungkin diaabaikan bukan!
Penyelesaian (2)
Ketidak-pastian kecepatan bola adalah v = 5.10-3 m s-1, maka

Hasil ini jelas merupakan harga ketidak-pastian jarak yang sangat kecil, yang tidak
mempunyai konsekuensi apapun sehingga dapat diabaikan bukan!
Contoh perhitungan di atas jelas menunjukkan kesejajaran terhadap sifat
gelombang suatu partikel menurut de Broglie. Dengan demikian, sifat ketidak-pastian ini
sangat signifikan untuk partikel-partikel atomik. Prinsip ketidak-pastian ini jelas
bertentangan dengan asumsi Bohr yang menyatakan bahwa elektron (dalam atom
hidrogen) mempunyai orbit tertentu dengan jari-jari (r) tertentu pula; ini berarti bahwa
ketidak-pastian posisi, r, adalah nol. Menurut Heisenberg, adalah tidak mungkin untuk
mengetahui bahwa r = nol tanpa mengetahui ketidak pastian totalnya. Jadi, jejak
elektron tidak lagi dapat ditentukan kepastiannya secara matematik dan sebagai gantinya
adalah berupa pita ketidak-pastian bagi elektron yang bergerak bebas dengan
karakteristika gelombang.
Oleh karena keadaan elektron tidak lagi dapat dilukiskan secara pasti, maka muncul
pendekatan peluang (probabilitas) mendapatkan elektron yang diasosiasikan dengan
fungsi gelombang elektron yang bersangkutan yang dibahas dalam apa yang disebut
sebagai mekanika gelombang atau kimia kuantum. Oleh karena itu, mempelajari fungsi
gelombang elektron merupakan langkah yang fundamental untuk keperluan elusidasi
struktur atom lebih lanjut. Walaupun materi ini sangat rumit, ada bagianbagian yang
perlu dikenal saja sebelum sampai pada kesimpulan utama yang mendasar.
Fungsi Gelombang
Atom hidrogen dan sistem bak-hidrogen (hydrogen-like system) adalah spesies
dengan sebuah elektron; misalnya, He+, dan Li2+, merupakan sistem yang paling
sederhana. Menurut Erwin Schrödinger (1927), persamaan gelombang stasioner - bebas
waktu untuk sistem tersebut adalah:

...............(2.7)
dengan : (psi) = fungsi gelombang elektron;
mo = massa elektron diam

Ada dua perbedaan pokok teori atom menurut Bohr dengan teori atom mekanika
gelombang yaitu:

(1) berbeda dengan asumsi Bohr bahwa elektron sebagai partikel mengorbit dalam
bentuk lingkaran, Schrödinger melukiskan elektron sebagai gelombang dengan jejak
menurut persamaan gelombang (7) tersebut, dan
(2) demikian juga dengan asumsi Bohr bahwa momentum sudut elektron dalam orbitnya
bersifat kuantum (mvr = nh /2), sebaliknya Schrödinger mengidentifikasi frekuensi
sifat gelombang elektron dengan energi yang memenuhi asumsi Einstein, E = h.
Persamaan (2.7) tersebut yang mengandung koordinat Cartes (x, y, dan z), dapat
lebih mudah diselesaikan dalam bentuk persamaan dengan koordinat sferisbola atau
kutub-polar (r, , φ)dengan harga-harga r = 0 - ,  = 0 - π, dan  = 0 - 2 π r. Informasi
mengenai transformasi antara kedua macam koordinat ini diperoleh dari Gambar 3 yang
memberikan empat rumusan pokok yaitu:
...............(2.8)

Penyelesaian persamaan (2.7) setelah ditransformasi ke dalam koordinat bola


dapat dituliskan secara umum sebagai:

...............(2.9)
Persamaan (2.9) menunjukkan produk dari
tiga macam fungsi (R, , dan ) dengan tiga
macam variabel secara berurutan (r), () dan (φ)
yang tersusun secara terpisah. Pemeriksaan lebih
lanjut menunjukkan adanya besaran-besaran
tertentu yang mengontrol harga masing-masing,
Gambar 2.3 sebuah titik p(elektron)dalam sistem fungsi Radial- jarak, R (r), fungsi sudut,  () dan
koordinat cartes dan koordinat kutub-bola
 (φ); besaran-besaran ini adalah n, ℓ, dan m, yang kemudian disebut sebagai bilangan
kuantum yang ternyata muncul secara matematis - alamiah sebagai konsekuensi
penyelesaian persamaan fungsi gelombang (7). Oleh karena itu, persamaan (2.9) menjadi
lebih informatif bila dituliskan dalam bentuk persamaan (2.10) yang mengandung
variabel n, dan m sebagai bilangan kuantum yang mengontrol hargaharga masing-masing
fungsi sebagai berikut:

...............(2.10)
Dengan demikian, fungsi gelombang elektron dapat diformulasikan sebagai produk
tiga fungsi gelombang, masing-masing terdiri atas satu variabel yang berbeda satu
dengan yang lain yaitu:
(1) fungsi gelombang Radial, (r) = Rn, (r) , yang bergantung pada variabel r yaitu
jarak elektron (titik P) terhadap inti atom sebagai titik pusat sumbu; fungsi ini
harganya ditentukan oleh bilangan kuantum n dan .
(2) fungsi gelombang sudut, () =  , m () , yang bergantung pada variabel sudut ;
fungsi ini harganya ditentukan oleh bilangan kuantum dan m.
(3) fungsi gelombang sudut (φ) = m (φ), yang bergantung pada variabel sudut
φfungsi ini harganya ditentukan hanya oleh bilangan kuantum m.
Hasil terpenting yang perlu kita ketahui dari persamaan (2.10) yakni bahwa
hasil ini hanya ditentukan oleh faktorial (n- ℓ -1)!, dan (ℓ ± |m|)! Ingatkah anda
informasi yang telah kita terima di sma, bahwa “faktorial” tidak boleh berharga negatif
dan pecahan? Faktorial inilah yang memberikan pembatasan-pembatasan terhadap
harga-harga n,ℓ,m (tepatnya mℓ), dan kombinasinya yakni bahwa:
(1) n dan ℓ merupakan bilangan diskret, positif bulat integer 1; harga-harga ini adalah,
n  ( + 1),  0 , dan m = ± ℓ; jadi, n = 1, 2, 3, 4, 5, ………. ∞; = 0, 1, 2, 3, 4, 5, ……..
(n-1); m = 0, ±1±2; ±3 …..;
(2) Tambahan pula, ada hubungan yang “unik” antar nilai ketiganya yang
dimungkinkan, dan kombinasi harga-harga yang diijinkan untuk n = 1 – 4(dapat
diperiksa pada tabel 2.3)
Tabel 2.3 Kombinasi harga-harga n , , dan m , yang diijinkan

Interpretasi Fungsi Gelombang


Fungsi gelombang, , sesungguhnya tidak mempunyai arti fisik yang bermakna,
melainkan aspek matematis terutama yang berkenaan dengan sifat simetri. Namun, aspek
kimiawi yang fundamental adalah besaran kuadrat fungsi gelombang elektron itu sendiri
yang proporsional dengan intensitas elektron. Jadi, ∫2dV atau ∫.dV dipahami
sebagai ukuran peluang dari keberadaan suatu elektron pada daerah dV (deferensial
volume). Istilah lain yang sering digunakan untuk menunjuk pada peluang (probabilitas)
dari keberadaan elektron di sepanjang waktunya di seputar inti atom adalah rapatan
elektron atau awan elektron, dan inilah yang dapat diukur atau diamati melalui percobaan
difraksi sinar-X.
Nah, lalu apa yang dimaksud dengan orbital itu? Istilah orbital atom sesungguhnya
menunjuk pada fungsi gelombang total, n, ,mr, φ, namun karena visualisasi fungsi
ini secara utuh sangat melelahkan maka sering fungsi ini dilukiskan secara terpisah yaitu
sebagai fungsi radial, n, (r) yang berurusan dengan jarak (elektron) terhadap inti, dan
fungsi sudut (polar) total,  ,mφ yang berurusan dengan orientasi elektron dalam
ruang di seputar inti. Oleh karena dalam banyak aspek fungsi sudut lebih bermakna pada
orientasi elektron, maka orbital atom sering menunjuk pada fungsi ini; begitu juga
kuadrat amplitudonya. Grafik atau gambar yang paling sering dijumpai pada berbagai
buku teks biasanya menunjuk pada n, (r), 2n, (r),  ,mφ, dan 2 ,mφ; sangat
jarang ditemui bentuk totalnya sebagai diagram kontur dari 2n, ,mr,φOleh karena
itu harus berhati-hati dalam menginterpretasikan arti dan bentuk suatu orbital atom, dan
lebih tepat bila notasi orbital dilengkapi dengan fungsi gelombang yang bersangkutan.
Dalam kesempatan ini hanya dibahas pemahaman orbital atom yang menggambarkan
bagian sudutnya saja.
Jadi, notasi orbital atom dilukiskan atas dasra harga bilangan kuantum sekunder
yaitu ℓ= 0,1,2,3,4,5.......yang secra berurutan menunjuk pada orbital s,p,df,g,h....untuk
setiap harga ℓterdapat(2 ℓ+1) macam harga m atau m ℓ yaitu - ℓ,(- ℓ+1), ...., 0,1, ....( ℓ-
1), + ℓ. Dengan menggunakan keempat sifat pokok pada sistem koordinat tersebut, harga
m atau m ℓ dapat diturunkan langsung ke sumbu-sumbu koordinat Cartes dan selanjutnya
dituliskan sebagai subskrip suatu notasi orbital dengan menghilangkan
pembagi, r. Sebagai contoh, untuk ℓ =1, terdapat tiga macam harga m ℓ yaitu -1, 0, dan
+1. Berdasarkan perjanjian sistem koordinat Gambar 2.3, maka m ℓ = 0 merupakan
fungsi gelombang yang diturunkan di sepanjang sumbu z, dan m ℓ =  ℓ di sepanjang
sumbu x dan y, sehingga notasi orbital ini adalah:

...............(2.11)
Fungsi gelombang bagian polar untuk orbital s, p, d, dan f ditunjukkan pada Tabel
2.4. Orbital-orbital yang lain karena sangat sukar digambarkan bentuknya, walaupun
secara matematis sudah diketahui persamaannya, tidak dibahas dalam kesempatan ini.

Teori Kuantum
Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan
dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin
Schrodinger pada tahun 1927 yang mengajukan konsep orbital untuk menyatakan
kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron
paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan, yang dimana sebelumnya
dirumuskan dalam sebuah persamaan.
Persamaan tersebut dirumuskan oleh Schrödinger pada tahun 1926, yaitu
persamaan yang menjadi dasar dari hampir semua perilaku elektron dalam atom. Untuk
−𝒉𝟐
sistem atom paling sederhana, yaitu atom hidrogen, persamaan ditulis: 𝑽𝟐 𝝍 +
𝟖𝝅𝟐 𝒎

𝑽𝝍 = 𝑬𝝍 dimana energi total atom hidrogen, E, adalah jumlah energi potensial (suku
yang mengandung V) dan energi kinetiknya (tersembunyi dalam suku pertama), h ialah
tetapan Planck dan m ialah massa elektron. 𝜓 adalah huruf Yunani (psi, dibaca ‘si’),
bergantung pada koordinat elektron dan pada fungsi (fungsi gelombang) dapat
mengungkapkan probabilitas ditemukannya elektron dalam ruang kecil 𝛿𝑣 di dekat inti,
yaitu berkaitan dengan 𝜓2 𝛿𝑣. Semakin besar 𝜓 2 dalam suatu ruang, maka semakin tinggi
kemungkinan ditemukannya elektron. Menurut defenisi orbit Bohr, fungsi 𝜓 dinamakan
sebagai orbital atau orbital atom. Kuadrat dari orbital 𝜓2 , menyatakan persebaran
rapatan elektron dalam orbital.
Jadi dari persamaan Schrödinger diatas yang penting untuk diketahui bahwa
persamaan ini melibatkan partikel, yang diungkapkan dalam masssa m, maupun perilaku
gelombang yang yang diungkapkan dalam fungsi gelombang , Ψ(psi), yang bergantung
pada lokasinya didalam ruang sistem(semacam elektron dan atom).
Schrodinger sependapat dengan Heisenberg bahwa kedudukan elektron dalam
atom tidak dapat ditentukan secara pasti, namun yang dapat ditentukan adalah
kebolehjadian menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya.
Ruangan yang memiliki kebolehjadian terbesar ditemukannya elektron disebut Orbital.
Dalam mekanika kuantum, model orbital atom digambarkan menyerupai “awan”.
Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut Subkulit.
Ukuran dan bentuk awan orbital bergantung pada fungsi 𝜓. Sebagai akibat dari
penyelesaian persamaan Scrhödinger, setiap orbital 𝜓 berhubungan dengan tiga ciri
bilangan kuantum yang saling berkaitan, yaitu n, l, dan m. bilangan kuantum ini muncul
dengan sendirinya dari persamaan Schrödinger.
Persamaan Scrhödingermemulai era baru dibidang fisika dan kimia, sebab
persamaan ini memperkenalkan bahasan baru, mekanika kuantum(juga disebut mekanika
gelombang). Kini kuta merujuk perkembangan teori kuantum dari tahun 1931-saat Bohr
mengemukakan analisinya tentang atom Hidrogen-sampai tahun 1926 sebagai “teori
kuantum klasik”.
Persamaan gelombang(Ψ= psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan
gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk,
serta orientasi) suatu orbital, yaitu: bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum
azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik (m). Ketiga bilangan kuantum ini merupakan
bilangan bulat dan sederhana yang memberi petunjuk kebolehjadian diketemukannya
electron dalam atom. Sedangkan untuk menyatakan arah perputaran elektron pada
sumbunya para ahli menggunakan bilangan kuantum spin (s).
1. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama, diberi lambang dengan huruf n memiliki nilai 1,2,3,
…n. Bilangan kuantum ini menyatakan letak suatu electron pada suatu kulit atau
lintasannya(nomor kulit).
Jika electron terletak di kulit K, maka bilangan kuantum utama, n = 1. Jika
electron terletak di kulit L, maka bilangan kuantum utama, n = 2
Jika electron terletak di kulit M, maka bilangan kuantum utama, n =3,dan
seterusnya.Makin besar harga n, berarti makin jauh letaknya dari inti atom, sehingga
tingkat energinya makin tinggi.
Orbital – orbital dengan bilangan kuantum utama berbeda, mempunyai tingkat
energi yang berbeda. Semakin besar bilangan kuantum utama, kulit makin jauh dari
inti, dan semakin besar pula energinya. Bilangan kuantum utama berhubungan dengan
kulit atom sehingga bilangan kuantum utama dapat digunakan untuk menentukan
ukuran orbit (jari-jari) berdasarkan jarak orbit elektron dengan inti atom.
Terjadinya garis-garis spektrum deret Lyman, Balmer, Paschen, Brackett, dan Pfund
dalam spektrum hidrogen diinterpretasikan sebagai akibat terjadinya transisi elektronik dari n
yang lebih tinggi ke n yang lebih rendah.
2. Bilangan Kuantum Azimuth (ℓ)
Bilangan kuantum azimut, diberi lambang dengan huruf ℓ. Bilangan kuantum
azimut adalah bilangan kuantum yang menyatakan letak suatu electron pada orbital atau
subkulit.
Harga yang dibolehkan untuk bilangan kuantum azimuth adalah, ℓ=n–1. Karena
nilai n merupakan bilangan bulat dan paling kecil sama dengan satu, maka harga ℓ juga
merupakan bilangan bulat mulai dari 0, 1, 2, 3…, (n-l).
Jika ℓ=0, maka elektron terletak di subkulit s (s=sharp)
Jika ℓ=1, maka elektron terletak di subkulit p (p = principle)
Jika ℓ=2, maka elektron terletak di subkulit d(d = diffuse)
Jika ℓ=3, maka elektron terletak di subkulit f(f = fundamental)
Jika n=1, maka harga ℓ=0
Jika n=2, maka harga ℓ=0 dan atau 1
Jika n = 3, maka harga ℓ=0, dan atau 1, dan atau 2
Tabel 2.4 hubungan subkulit sejenis dalam kulit yang berbeda pada atom.
Kulit Nilai n Nilai l Jenis Subkulit
K 1 0 1s

L 2 0 2s

1 2p
M 3 0 3s

1 3p
2 3d
N 4 0 4s

1 4p
2 4d
3 4f
Munculnya garis-garis plural yang sangat berdekatan dari spektrum yang semula
nampak sebagai garis tunggal, mempersyaratkan adanya sub-sub kulit atau beberapa orbital
pada tiap kulit utama n. Garis-garis plural ini diinterpretasikan sebagai akibat terjadinya transisi
elektronik dari sub-sub kulit dalam n yang lebih tinggi ke kulit atau sub-sub kulit dalam n yang
lebih rendah.
3. Bilangan Kuantum Magnetik(m)
Bilangan kuantum magnetic (m) menggambarkan orientasi orbital dalam ruang
atau orientasi subkulit dalam kulit, atau dengan kata lain menyatakan jumlah orbital
dalam ruang. Bilangan kuantum magnetik memiliki harga berupa deret bilangan bulat
dari –m melalui 0 sampai dengan +m, dimana hubungan antara m dan ℓ dapat dilihat
sebagai berikut pada Tabel 2.5:

Bilangan Tanda Bilangan Kuantum Gambaran Jumlah


Kuantum orbital Magnetik(m) Orbital Orbital
Azimuth
(ℓ)
0 S 0 1
1 P -1, 0, +1 3
2 D -2, -1, 0, +1, +2 5
3 F -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 7
Gejala efek Zeeman yang semula tidak dapat dijelaskan oleh Bohr maupun Sommerfeld
dapat dijelaskan dengan mengintroduksikan bilangan kuantum ini. Jauh sebelum Bohr
mengemukakan teori atomnya, Zeeman pada tahun 1896 mengamati adanya pemisahan
(splitting) garis spektrum tunggal menjadi beberapa garis plural oleh karena pengaruh medan
magnetik dari luar. Gejala ini diinterpretasikan bahwa sesungguhnya di dalam sub-kulit
terdapat beberapa sub-orbit yang mempunyai tingkat energi sama bila tanpa adanya pengaruh
medan magnetik dari luar (sehingga transisi elektronik muncul sebagai garis tunggal), tetapi
menjadi tidak sama dengan adanya pengaruh medan magnetik dari luar. Hal ini kemudian
diasumsikan bahwa revolusi elektron dalam sub-sub orbit ini menghasilkan dua macam momen
magnetik, yaitu yang searah dan tidak-searah dengan arah medan magnetik luar, dan keduanya
ini mempunyai energi yang berbeda.
4. Bilangan Kuantum Spin
Bilangan kuantum spin dilambangkan dengan huruf s. Bilangan kuantum ini
muncul dari hasil pengamatan terhadap sinar dari uap atom-atom perak yang dilewatkan
melalui medan magnet yang dilakukan oleh O. Stren dan W. Gerlach. Dari percobaan
dapat diketahui bahwa bilangan kuantum spin (s) menyatakan arah perputaran electron
pada sumbu orbital, dimana perputaran electron ini akan menimbulkan medan magnet.
Jika 2 (dua) electron dalam satu orbital berputar dengan arah yang berlawanan, maka
medan magnet yang ditimbulkan akan saling meniadakan, sehingga hanya ada 2
kemungkinan harga bilangan kuantum spin, yaitu + ½ untuk perputaran electron yang
searah dengan jarum jam, dan – ½ untuk perputaran electron yang berlawanan dengan
arah jarum jam. Sehingga tiap orbital hanya dapat ditempati maksimum oleh 2 buah
electron.

a. Bentuk dan Sifat Simetri Orbital Atom


Atas dasar fungsi gelombang polar (Tabel 2.7), maka dengan memasukkan
hargaharga sudut  dan atau φ , bentuk dan sifat simetri orbital-orbital yang bersangkutan
dapat dilukiskan. Sebagai contoh paling sederhana adalah orbital pz yang tidak lain
adalah cos (Tabel 2.7). Dengan memasukkan angka  (= 0-1800), maka kita akan
mendapatkan nilai cos  maupun cos2  (Tabel 2.6). Lalu jika data Tabel 2.5 kita lukiskan
pada kertas grafik polar (polar-graph) dua dimensi, hasilnya sebagaimana ditunjukkan
Gambar 2.4. Nah, kita tentu sudah sangat familiar dengan gambar orbital pz bukan?
Secara sama semua fungsi gelombang (Tabel 2.7) dapat dilukiskan, dan secara kualitatif
ditunjukkan pada Gambar 2.5 dan 2.6
.

Gambar 2.4 Kertas grafik polar (a), dan bentuk orbital polar: fungsi cos θ (b) dan
fungsi cos2θ (c) atau orbital pz (beberapa titik nilai 0-900 digambarkan)

Tabel 2.6 Beberapa nilai cos θ dan cos2 θ

Tabel 2.7 Fungsi gelombang polar untuk orbital s, p, d, dan f yang diturunkan dari atom
bak-hidrogen (hydrogen-like atom)
Catatan:
a) Nilai positif dan negatif bilangan kuantum m masing-masing menunjuk pada cos m φ (atau sumbu x)
dan sin m φ (atau sumbu y)
b) Untuk membandingkan fungsi gelombang yang satu terhadap yang lain diperlukan factor normalisasi
sedemikian sehingga:  dv = faktor normalisasi, dimana dv = r2 sin  d dφ dr adalah
diferensial volume, dan integral diambil pada semua ruang;  merupakan kompleks konyugasi dari
 dan sering =  sehingga  = . Pauling mengambil harga factor normalisasi satu (1) untuk
fungsi gelombang secara keseluruhan, sedangkan Einstein mengambil harga 4 untuk fungsi
gelombang polar saja.
c) Orbital dz2 sesungguhnya merupakan singkatan dari orbital d(3z2 - r2) atau d(2z2 - x2 - y2) yang tidak lain
merupakan hasil kombinasi linear penjumlahan dari orbital d(z2 - y2) dan orbital d(z2 -x2).
d) Orbital f mempunyai dua macam fungsi gelombang yaitu fungsi gelombang umum (general set) dan
fungsi gelombang kubus (cubic set); dalam tabel ini adalah fungsi gelombang cubic set.
Orbital s
1
Orbital s mempunyai fungsi gelombang yang berharga konstan, ( 4𝜋)1/2, untuk 1s,

tidak bergantung pada sudut  maupun φ; oleh karena itu, ia berbentuk bola-bulat simetri
dengan tanda positif di segala arah. Istilah simetri dipakai untuk melukiskan kesamaan
antara dua titik atau daerah yang terletak pada garis lurus dan saling berseberangan
dengan titik pusat simetri (0,0,0).

Gambar 2.5 Bentuk (irisan) dan sifat simetri orbital s, p, dan d


Orbital p , d, dan f
Orbital-orbital p, d, dan f, pada dasarnya berbentuk cuping-dumbbell bagai balon terpilin),
yang mempunyai orientasi sesuai dengan fungsi gelombang bagian polar yang bersangkutan.
Orbital px, py, dan pz secara berturut-turut, masing-masing cuping terletak di sepanjang sumbu x,
y, dan z. Dengan mudah dapat ditentukan bahwa cuping di sepanjang sumbu positif bertanda
positif (+) dan sebaliknya di sepanjang sumbu negatif bertanda negatif (-). Terhadap titik pusat
simetri (0,0,0), dikatakan bahwa orbital p bersifat antisimetri, karena kearah yang berlawanan
dengan jarak yang sama pada garis lurus yang melalui titik pusat simetri didapatkan titik-titik
atau daerah-daerah yang sama namun berlawanan tanda.
Gambar 2.6 Bentuk dan sifat simetri orbital f (model cubic set); orbital fx3 dan fy3 mempunyai bentuk yang serupa
dengan orbital fz3 dengan cuping masing-masing terletak di sepanjang sumbu x dan y.
Orbital-orbital d terbagi dalam dua kelompok yaitu (1) dz2dan dx2-y2, yang
mempunyai cuping-cuping yang terletak di sepanjang sumbu-sumbu Cartes, dan (2)dxy,
dxz , dan dyz yang mempunyai cuping-cuping yang terletak di antara setiap dua sumbu
Cartes. Sifat simetri orbital d dengan mudah dapat ditentukan sebagai berikut:
(1)Orbital dz2 sesungguhnya singkatan dari d(x2-y2-z2), maka sebagai akibat produk
kuadrat masing-masing sumbu, cuping di sepanjang sumbu z bertanda positif dan
sebaliknya ring-donut yang membelah bidang xy bertanda negatif. Secara sama dapat
ditentukan bahwa untuk orbital dx2-y2, cuping pada sepanjang sumbu x bertanda positif
dan pada sepanjang sumbu y bertanda negatif.
(2)Untuk orbital dxy, dxz , dan dyz, tanda setiap cuping ditentukan oleh produk dari dua
sumbu Cartes yang mengapitnya. Sebagai contoh, setiap cuping yang terletak antara
sumbu x+ dan y+, dan antara sumbu x- dan y-, keduanya bertanda positif; sedangkan
cuping-cuping yang terletak antara sumbu-sumbu x+ dan y+, antara x +
dan y+,
keduanya bertanda negatif. Dengan demikian, orbital d bersifat simetri.
Orbital f dalam medan kubus dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
(1) fxyz, (2) fx(z2-y2), fy(z2-x2), fz(x2-y2), dan (3) fx3, fy3, fz3; kelompok (1) dan (2)
terdiri atas delapan cuping dan kelompok (3) mirip orbital dz2 namun dengan dua ring-
donut. Penentuan tanda positif-negatif pada setiap cuping sedikit lebih kompleks, namun
pada dasarnya sama dengan cara yang terdahulu yaitu merupakan produk dari sumbu-
sumbu Cartes yang mengapitnya. (Tanda positif-negatif bagi setiap cuping dapat pula
ditentukan dengan memasukkan harga-harga  dan φ bagi setiap posisi cuping menurut
persamaan fungsi gelombang polar dari orbital yang bersangkutan).
(1) Untuk orbital fxyz, cuping yang diapit oleh tiga sumbu positif x+- y+- z+, bertanda
positif, demikian juga cuping yang diapit oleh dua sumbu negatif dan satu sumbu
positif; sedangkan cuping yang diapit oleh tiga sumbu negatif bertanda negatif,
demikian juga cuping yang diapit dua sumbu positif dan satu sumbu negatif.
(2) Untuk orbital kelompok kedua, misalnya fx(z2- y2), sumbu x menghasilkan dua
macam daerah positif dan negatif, tetapi semua daerah sepanjang sumbu z bertanda
positif dan semua daerah sepanjang sumbu y bertanda negatif sebagai akibat produk
kuadratnya. Oleh karena itu, cuping-cuping yang diapit oleh sumbu x+ dengan
sumbu y keduanya bertanda negatif, tetapi bagi kedua cuping yang diapit oleh sumbu
x- dengan sumbu y bertanda positif. Demikian seterusnya cuping-cuping yang lain
dapat dikenali tandanya, dan dengan cara yang sama dapat diidentifikasi cuping-
cuping orbital fy(z2-x2) yang terdiri atas sumbu-sumbu y+, y-, z+, dan x-, dan orbital
fz(x2-y2) yang terdiri atas sumbu-sumbu z+, z-, x+, dan y-.
(3) Orbital-orbital fx3 , fy3 , dan fz3 dapat diidentifikasi tandanya seperti halnya pada
orbital p (karena produk pangkat satu mempunyai tanda yang sama dengan produk
pangkat tiga). Ring pada daerah sumbu positif bertanda negatif, demikian pula
sebaliknya sebagai akibat produk dari - r2 dengan salah satu sumbunya; hal ini dapat
pula diturunkan dari bentuk rumusan orbital yang sesungguhnya, misalnya orbital
fz3 adalah singkatan dari orbital fz(5z2-3r2) atau fz(2z2 - 3x2 -3y2) (Tabel 2.7).
Jadi, orbital f bersifat antisimetri. Istilah lain yang dipakai untuk melukiskan sifat
kesimetrian suatu orbital adalah sifat gerade (bahasa Jerman) disingkat g yang artinya
even atau genap bagi orbital yang bersifat simetri, dan un-gerade disingkat u yang artinya
odd atau gasal bagi orbital yang bersifat antisimetri. Ada hubungan antara harga bilangan
kuantum sekunder, , dengan sifat kesimetrian orbital yang bersangkutan yaitu bersifat g
untuk berharga genap, dan bersifat u untuk berharga gasal. Jadi, orbital s (ℓ =0) dan d (ℓ
=2) bersifat simetri atau gerade, g, dan orbital p (ℓ=1) dan f (ℓ=3) bersifat antisimetri atau
un-gerade, u.
b. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron adalah konfigurasi yang menggambarkan susunan elektron
dalam orbital-orbital atom. Dengan mengetahui konfigurasi elektron, jumlah elektron
pada kulit terluar dapat ditentukan. Banyaknya jumlah elektron terluar dari suatu atom
menentukan sifat-sifat kimia suatu unsur. Beberapa kaidah yang harus diketahui dalam
penentuan konfigurasi elektron yaitu:
1. Asas / Prinsip Aufbau
Pada uraian sebelumnya, telah diketahui bahwa elektron menempati kulit atom
berdasarkan tingkat energinya. Dengan demikian, pengisian elektron dimulai dari
tingkat energi terendah menuju tingkat energi yang lebih tinggi. Prinsip ini dikenal
dengan prinsip Aufbau. Keadaan ketika elektron mengisi kulit dengan energi terendah
disebut keadaan dasar (ground state). Urutan pengisian elektron dapat kalian perhatikan
pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Urutan tingkat energi pada orbital.


Arah anak panah menyatakan urutan pengisian orbital. [1] Urutan orbital
berdasarkan tingkat energi mengacu pada urutan arah panah, yaitu 1s, 2s, 2p, 3s, 3p,
dan seterusnya. Dari urutan tersebut terlihat bahwa tingkat energi 3d lebih besar
dibandingkan tingkat energi 4s. Jadi, setelah 3p penuh, elektron akan mengisi subkulit
4s terlebih dahulu sebelum subkulit 3d.
Pada saat pengisian elektron subkulit dengan tingkat energi terendah diisi penuh
terlebih dahulu, kemudian sisa elektron akan menempati subkulit dengan tingkat energi
lebih tinggi. Misalnya pada atom hidrogen, elektron terletak pada subkulit 1s. Jadi
orbital ini mempunyai tingkat energi paling rendah. Karena atom hidrogen mempunyai
1 elektron maka kita tulis 1s1 untuk menunjukkan konfigurasi elektron atom hidrogen.
Contoh Soal 1 :
Tentukan konfigurasi elektron unsur-unsur berikut berdasarkan prinsip Aufbau.
a. 11Na
b. 15P
c. 26Fe
d. 36Kr
Kunci Jawaban :
a. 11Na : 1s1 2s2 2p6 3s1
b. 15P : 1s1 2s2 2p6 3s2 3p3
c. 26Fe : 1s1 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3p6
d. 36Kr : 1s1 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
2. Kaidah / Aturan Hund
Frederick Hund, 1927 (dikenal Hund) menyatakan bahwa elektron yang
mengisi subkulit dengan jumlah orbital lebih dari satu akan tersebar pada orbital yang
mempunyai kesamaan energi (equal-energy orbital) dengan arah putaran (spin) yang
sama.
Asas ini dikemukakan berdasarkan penalaran bahwa energi tolak-menolak
antara dua elektron akan minimum jika jarak antara elektron berjauhan. Untuk lebih
memahaminya, perhatikan gambaran pengisian elektron pada orbital p. [1]
Contoh pengisian yang benar.

Contoh pengisian yang salah.

Subkulit yang mengandung orbital lebih dari 1 adalah p, d, dan f. Pengisian


elektron menurut aturan hund dimulai dengan mengisi satu elektron pada tiap-tiap
orbital dengan arah putaran (spin) yang sama. Setelah semua orbital terisi satu elektron,
elektron sisanya akan mengisi orbital dengan arah putaran (spin) yang berlawanan,
sehingga orbital terisi pasangan elektron. Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh Soal 3 :
Tentukan diagram orbital untuk unsur-unsur berikut.
1. 7N 2. 9F 3. 24Cr
Kunci Jawaban :
1. 7N = 1s2 2s2 2p3 diagram orbitalnya yaitu:

2. 9F = 1s2 2s2 2p5

3. 24Cr = (Ar) 3d4 4s2 (aturan Hund)

Konfigurasi elektron Cr menurut aturan Hund berbeda dengan konfigurasi elektron


hasil percobaan. Berdasarkan percobaan, konfigurasi 24Cr = (Ar) 3d4 4s1 sehingga
diagram orbitalnya adalah:

Ternyata, subkulit d lebih stabil pada keadaan tepat terisi penuh atau tepat setengah
penuh. Atom 24Cr lebih stabil dengan subkulit d terisi tepat setengah penuh.
Untuk penulisan konfigurasi elektron yang mempunyai jumlah elektron besar dapat
dilakukan penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan dengan menuliskan simbol dari
unsur gas mulia yang mempunyai nomor atom di bawahnya, diikuti dengan penulisan
kekurangan jumlah elektron setelah gas mulia tersebut.
3. Asas Larangan Pauli
Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom
tidak mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2
elektron akan menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai
nilai yang sama (n = 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu
bilangan kuantum spin(s) harus mempunyai nilai berbeda (+1/2 atau -1/2)
Dengan kata lain, setiap orbital maksimal hanya dapat terisi 2 elektron dengan
arah spin berlawanan. Sebagai contoh, pengisian elektron pada orbital 1s digambarkan
sebagai berikut.

Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron?
Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin
yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas
larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap
subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.
 orbital s maksimal 2 elektron,
 orbital p maksimal 6 elektron,
 orbital d maksimal 10 elektron, dan
 orbital f maksimal 14 elektron,
Karena satu orbital hanya ditempati 2 elektron, maka 2 elektron tersebut
dibedakan berdasarkan arah putaran (spin) yang berbeda atau dapat dinyatakan bahwa
elektron itu mempunyai bilangan kuantum spin berbeda. Perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal:
Tentukan bilangan kuantum dan diagram orbital yang dimiliki oleh atom-atom berikut.
a. 19K
b. 20Ca
Kunci Jawaban :
a. 19K = (Ar) 4s1
n = 4, = 0, m = 0, dan s = + ½

b. 20Ca= (Ar) 4s2


n = 4, l = 0, m = 0, dan s = - ½
2. SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI ATOM

1. Teori Atom John Dalton

Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom.
Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum
Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa
total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”.
Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya
tentang atom sebagai berikut:

Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom
yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari
atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak
peluru. Seperti gambar berikut ini:

Kelemahan:

Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.

2. Teori Atom J. J. Thomson

Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J.
Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode
merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan
anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel
penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka
harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron
tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton
dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang
menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif
elektron”
Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu
menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada
model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom Thomson
dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelemahan:

Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan
negatif dalam bola atom tersebut.

3. Teori Atom Rutherford

Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan
percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas.
Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan
bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.
Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah
atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan
dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila
partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel
alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden
diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan
lebih.

Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:

Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom
emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.

Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa
1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan
perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada
ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan
model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom
terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang
berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.
Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:

Kelemahan:

Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.

4. Teori Atom Bohr

pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom
Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil
memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom.
Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari
Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai
berikut:

Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom
hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan
lintasan melingkar disekeliling inti. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi
elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun
diserap. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain.
Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck,
ΔE = hv. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,
terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan
dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit
elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin
tinggi tingkat energinya.
Kelemahan:

Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.

5. Teori Atom Modern

Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin
Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika
kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan
kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat
ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.

Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital.
Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin Schrodinger
memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan
batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

Persamaan Schrodinger.

Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital


menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau
hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk
kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa
orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.
Ciri khas model atom mekanika gelombang. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang,
sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti
penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi
darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu
atom) Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya.
(Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti,
tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.
3. PERBEDAAN IKATAN LOGAM DAN IKATAN VAN DER WAALS

IKATAN LOGAM
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-
elektron valensi antar atom-atom logam. Senyawa yang terbentuk hasil dari ikatan logam
dinamakan logam (jika semua atom adalah sama). Misalnya:Dalam logam tembaga, atom
tembaga dikelilingi 12 atom tembaga ( yang berikatan) atau aloi (jika terdapat atom-atom
yang berbeda) misalnya atom logam Be dan Cu membentuk baja.

Logam Aloi

Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah. Semua
jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion
positif/atom-atom positif/kation logam.

Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron
terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada suatu
atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lainnya.

Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur dengan
elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai “awan” atau
“lautan” yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini
bertindak sebagai perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik
menarik dengan adanya elektron bebas sebagai ”lemnya”.

IKATAN VAN DER WALLS

Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara
molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan
suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara
molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya
tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der walls. Ikatan
van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan kumpulan kimia yang berdekatan.
Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara
molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan
suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara
molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya
tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der walls.
4. SPEKTRUM ATOM HIDROGEN

Spektrum pancar merupakan sprektrum kontinu maupun sprektrum garis dan radiasi
yang dipancarkan oleh zat. Sprektrum pancar zat dapat dihasilkan dengan cara memberi
energi pada sampel materi baik dengan energi termal maupun dengan bentuk energi
lainnya (misalnya loncatan listrik dengan tegangan tinggi bila zatnya berupa gas.
Spektrum garis (line sprekta) yaitu sprektrum pancar atom yang terjadi dalam frasa gas,
tidak menunjukan spektrum panjang gelombang kontinu yang merentang dari merah
sampai violet, namun atom hanya memancarkan cahaya pada panjang (gelombang
yang khas).

Deret sprektrum pancar atom hidrogen

Deret nf l Daerah sprektum


Lyman I 2,3,4,… Ultraviolet
Balmer 2 3,4,5,… Cahaya Tampak dan ultraviolet
Paschen 3 4,5,6,… Inframerah
Brackett 4 5,6,7,… Inframerah

Spektrum pancar hidrogen mencangkup rentang panjang gelombang yang luas dari
inframerah sampai violet. Deret Balmer mudah dipelajari karena jumlah garisnya
berada di daerah cahaya tampak

Anda mungkin juga menyukai