Anda di halaman 1dari 14

INSTITÚTO DE CIÊNCÍA DA SAÚDE

Rua de: Comoro, Kampung Baru, Dili, Timor – Leste


Telemóvel (+670) 77436389, 77084006

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Mata Kuliah : Biokimia


Kode Mata Kuliah : BP. 111
Total Kredit : 3 SKS
Semester : II
Alokasi Waktu : 2 x 60 menit
Dosen Pengampu : Amaro Mendonça, L.Ed
I. Deskripsi Mata Kuliah
Lipid secara umum tergolong senyawa hidrofobik yang tidak larut air. Banyak senyawa -
senyawa di alam termasuk dalam golongan lipid yang mempunyai peran fisiologis penting,
diantaranya adalah hormon-hormon steroid. Membran sel biologis juga tersusun atas lipid
bilayer dan protein yang melekat padanya. Di bab ini kita akan mempelajari struktur dan
sifat-sifat fisika dari berbagai jenis senyawa golongan lipid. Selanjutnya kita juga akan
mempelajari sifat-sifat membran sel biologis.
II. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan:
1. Memahami struktur dan tata nama jenis-jenis lipid
2. Menjelaskan hubungan panjang rantai hidrokarbon dengan sifat fisik lipid
3. Memahami peran fisiologis lipid
III.Kegiatan Pembelajaran
 Lampiran

1
BAB IV
LIPID

4.1. Definisi Lipid


Lipid (greek: lipos, fat) merupakan salah satu dari 4 makromolekul yang ditemukan
dalam semua sel hidup. Tidak seperti karbohidrat, protein dan asam nukleat, senyawa lipid
bukan merupakan polimer. Lipid terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam
otak dan lipid mempunyai peran penting dalam metabolisme secara umum. Sebagian besar lipid
sel jaringan terdapat sebagai komponen utama membran sel. Dalam makhluk hidup, lipid yang
paling banyak adalah lemak/minyak atau triasilgliserol (trigliserid) yang merupakan bahan bakar
bagi hampir semua mkhluk hidup. Lipid atau lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari
dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang biasa disimpan di dalam sel-
sel lemak sebagai cadangan makanan. Sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui
membran. Seperti kofaktor/prekusor enzim untuk aktivitas seperti fosfolipid dalam darah,
koenzim A dan sebagainya.
4.2. Peran Fisiologis Lipid
Adapun peran fisiologis lipid dalam system mahluk hidup adalah sebagai berikut:
 Komponen struktur membran; semua membran sel termasuk mielin, mengandung lipid
lapisan ganda. Fungsi membran diantaranya adalah sebagai barier permeabel.
 Lapisan pelindung pada beberapa jasad; fungsi membran yang sebagian besar mengandung
lipid, seperti barier permeabel untuk mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan air
berlebihan.
 Bentuk energi cadangan; sebagai fungsi utama triasilgliserol yang ditemukan dalam
jaringan adiposa
 Komponen permukaan sel yang berperan dalam proses interaksi antar sel dengan senyawa
kimia di luar sel seperti dalam proses kekebalam jaringan, insulasi barier; menghindari
panas, tekanan listrik dan fisik

2
4.3. Klasifikasi Lipid

Gambar 4.1. Bagan Klasifikasi Lipid


1) Berdasarkan sifatnya lipid dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama yakni;
a. Lipid yang dapat disafonifkasi (disabunkan)
Adalah lipid yang dapat dihidrolisis dengan alkali dan panas sehingga terbentuk garam
asam-asam lemak dan komponen molekul lainnya, salah satu contohnya triasilgliserol.
Merupakan lipid yang tidak dpat dihidrolisi oleh basa, contohnya senyawa golongan steroid
b. Lipid yang tidak dapat disaponifikasi (disabunkan)
Merupakan lipid yang tidak dpat dihidrolisi oleh basa, contohnya senyawa golongan steroid
2) Penggolongan lipid berdasarkan Berdasarkan strukturnya
a. Lipid Sederhana (Homolipid)
Merupakan lipid bentuk ester yang mengandung C, H dan O, seperti triglierol/trigliserida,
lemak, ester lemak, lilin dan lain-lain.
b. Lipid Majemuk
Merupakan senyawa yang mengandung bahan-bahan lain selain alcohol dan asam lemak.
Contohnya fosfoasilgliserol (fosfogliserida) tersusun atas gliserol, asam lemak, HPO 42- dan kolin.
sfingomielin; tersusun atas sfingosin, asam lemak, HPO 42- dan kolin. Gangliosida; terdiri atas
sfingosin, asam lemak, dan 2-6 gula sederhana (termasuk asam sialat), dan Serebrosida; tersusun
atas sfingosin, asam lemak dan gula sederhana.

3
c. Lipid Turunan
Merupakan senyawa-senyawa-senyawa lipid yang tidak dimasukkan dalam kedua
kelompok lipid diatas, yakni berasal dari hidrolisis lipid sederhana atau lipid majemuk.
Contohnya steroid, karotenoid, dan vitamin larut dalam air.
d. Derivat Lipid
Merupakan senyawa-senyawa-senyawa lipid yang tidak dimasukkan dalam kedua
kelompok lipid diatas, yakni berasal dari hidrolisis lipid sederhana atau lipid majemuk.
Contohnya sterol (kolesterol dan fitoterol).

Gambar 4.2. Struktur Kolesterol (Fessenden,1986)


4.4. Asam Lemak
Asam lemak merupakan asam karboksilat rantai panjang. Asam lemak dalam bentuk
ester merupakan komponen penyusun beberapa jenis lipid. Asam lemak juga berperan sebagai
molekul sumber energi yang potensial. Kebanyakan asam lemak di alam mempunyai jumlah
atom karbon (C) genap. Asam lemak yang dominan pada tumbuhan tingkat tinggi dan hewan
adalah asam lemak dengan rantai C16 dan C18. Sistem penamaan asam lemak adalah
berdasarkan rantai hidrokarbonnya diakhiri dengan -oat. Asam lemak jenuh denngan jumlah
atom karbon 18 atau C18 disebut oktadekanoat karena alkana dengan C18 adalah oktadekan.
Asam lemak C18 yang mengandung satu ikatan rangkap dua dinamakan oktadekenoat.
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia R-
COOH or R-CO2H.

Gambar 4.4. Struktur Asam Lemak


Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap pada strukturnya asam lemak terdiri atas asam
lemak dibagi menjadi dua golongan yaitu:

4
1. Asam Lemak Jenuh, merupakan asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap pada
strukturnya. Contoh asam lemak jenuh disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Asam Lemak Jenuh

2. Asam Lemak Tak Jenuh, yaitu asam lemak yang mempunyai satu/lebih ikatan rangkap.
Contoh asam lemak tak jenuh disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Asam lemak tak jenuh

 Sifat-sifat asam lemak:


1. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus.
2. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap.
3. Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
4.5. Triasilgliserol (Trigliserida)
Gliserol merupakan senyawa golongan alkohol yang mengandung 3 gugus hidroksil. Bila
ketiga gugus hidroksil ini berikatan ester dengan asam lemak maka terbentuklah triasilgliserol.
Jadi triasilgliserol atau trigliserida merupakan senyawa ester dari asam lemak dan gliserol
(gambar 4.5). Senyawa-senyawa triasilgliserol berbeda satu dengan lainnya bergantung pada
5
perbedaan residu asam lemak penyusunnya. Umumnya triasilgliserol mengandung dua atau tiga
residu asam lemak yang berbeda dan dinamakan berdasarkan letaknya pada kerangka strutktur
gliserol.

Gambar 4.5. Struktur triasilgliserol, gliserol dan asam lemak (Sumber: www.nap.edu)
Minyak dan lemak pada tumbuhan dan hewan merupakan campuran triasilgliserol.
Perbedaan minyak dan lemak adalah wujud miyk cair pada suhu kamar dan lemak berwujud
solid. Minyak nabati biasanya lebih banyak mengandung residu asam lemak tak jenuh dibanding
lemak hewan, sehingga titik leleh minyak lebih rendah dibandingkan lemak.
Triasilgliserol bersifat nonpolar dan tidak larut air. Pada hewan triasilgliserol bukan
merupakan penyusun membran sel biologis, akan tetapi terakumulasi pada jaringan adiposa dan
berfungsi sebagai penyimpan energi. Bila suatu organisme menggunakan asam lemak, ikatan
ester pada triasilgliserol dihidrolisis dengan enzim lipase.
4.6. Gliserofosfolipid
Gliserofosfolipid atau fosfogliserida adalah komponen utama penyusun membran sel
biologis. Struktur gliserofosfolipid berupa gliserol-3-fosfat, dimana dua gugus hidroksil pada
posisi C1 dan C2 gliserol teresterifikasi dengan asam lemak, dan gugus fosforil mengikat gugus
lain (X) yang umumnya bersifat polar (gambar 4.3). Sehingga molekul gliserofosfolipid bersifat
ampifilik yaitu molekul yang mengandung gugus polar (hidrofilik) berupa –X dan nonpolar
(hidrofobik) berupa rantai hidrokarbon residu asam lemak.

6
Gambar 4.6. Struktur Glisrofosfolipid
Gliserofosfolipid yang paling sederhana adalah asam fosfatidat dimana X = H. Senyawa
ini dapat ditemukan dalam membran sel dalam jumlah yang sedikit. Perbedaan gugus X
menghasilkan berbagai jenis gliserofosfolipid (tabel 4.3). Residu asam lemak pada posisi C1
gliserofosfolipid umumnya merupakan asam lemak jenuh C16 atau C18. Pada posisi C2, residu
asam lemak berupa asam lemak tak jenuh C16 sampai C20. Enzim yang dapat menghidrolisis
fosfolipid dikenal dengan nama fosfolipase.

4.7. Lilin dan Sfingolipid


Lilin (wax) merupakan senyawa yang tersusun atas ester asam lemak rantai panjang dan
alkohol rantai panjang. Contohnya setilalkohol dan miristilalkohol. Lilin dapat diperoleh dari
lebah madu dan ikan paus atau lumba-lumba. Lilin tidak larut dalam air, pada tumbuhan dan
hewan lilin berfungsi sebagai pelindung. Lilin melapisi pucuk tumbuhan, daun dan buah,
sedangkan pada hewan lilin ditemukan di bulu dan kulit. Setil palmitat (CH 3-(CH2)14-COO-
(CH2)15-CH3) salah satu contoh senyawa lilin yang dihasilkan oleh ikan paus.
Sfingolipid seperti fosfolipid yaitu termasuk komponen utama penyusun membran sel
dan banyak ditemukan pada sistem saraf. Struktur dasar sfingolipid tidak tersusun dari gliserol,
akan tetapi berupa molekul amino alkohol rantai panjang yang dikenal dengan nama sfingosin.
Ada berbagai tipe sfingolipid, yang paling sederhana adalah seramida yang mengandung
satu residu asam lemak yang berikatan amida dengan gugus amino dari sfingosin (Gambar 4.7).

7
Tipe sfingolipid lainnya merupakan turunan dari seramida, diantaranya adalah sfingomielin,
serebrosida dan gangliosida (Gambar 4.5).

Gambar 4.7. Struktur Sfingosin dan Seramida


Sfingomielin tergolong sfingofosfolipid karena strukturnya berupa seramida yang alkohol
primernya teresterifikasi dengan fosfokolin atau fosfoetanolamin. Serebrosida dan gangliosida
tergolong glikosfingolipid karena pada strukturnya mengandung residu gula.

Gambar 4.7. Struktur sfingomielin dan serebrosida


4.8. Steroid
Banyak senyawa dengan fungsi berbeda diklasifikasikan ke dalam senyawa golongan
steroid karena mempunyai struktur umum yang sama yaitu siklopentanoperhidrofenantren yang
berupa 4 cincin nonplanar yang menyatu (cincin A-D).

8
Gambar 4.8. Struktur umum steroid dan kolesterol
Steroid yang paling melimpah pada hewan adalah kolesterol. Kolesterol (Gambar 4.6)
merupakan penyusun membran sel hewan. Adanya gugus –OH pada strukturnya menyebabkn
kolesterol bersifat sedikit ampifilik, sedangkan sistem cincin yang menyatu menyebabkan
kolesterol bersifat lebih rigid dibanding jenis lipid membran lainnya. Kolesterol mempunyai
berbagai peran biologis salah satunya adalah sebagai prekursor bagi pembentukan senyawa
steorid lain seperti hormon-hormon steroid dan vitamin D3.
Hormon steroid merupkan senyawa yang berfungsi mengatur berbagai fungsi fisiologis
tubuh. Hormon-hormon steroid diklasifikasikan berdasarkan respon fisiologis yang mereka
timbulkan:
 Glukokortikoid contoh kortisol, mempengaruhi metabolisem karbohidrat, protein dan
lipid serta mempengaruhi berbagai reaksi penting seperti respon inflamasi dan kemampuan
mengatasi stres.
 Aldosteron dan mineralokortikoid meregulasi ekskresi garam dan air dari ginjal
 Androgen dan estrogen, mempengaruhi perkembangan dan fungsi seksual.
Hormon steroid bersifat tidak larut air, sehingga hormon ini harus berikatan dengan protein
untuk berpindah dari darah ke jaringan target.
4.9. Eikosanoid
Eikosanoid merupakan senyawa dengan jumlah karbon 20. Eikosanoid terlibat dalam
respon rasa nyeri dan demam, meregulasi tekanan darah, koagulasi darah dan reproduksi.
Senyawa-senyawa tergolong eikosanoid diantaranya adalah asam arakidonat, tromboksan,
leukotrien, dan prostaglandin. Pada manusia, prekursor eikosanoid yang paling penting adalah
asam arakidonat, yaitu asam lemak tak jenuh poly dengan empat ikatan rangkap.

9
Gambar 4.9. Struktur Asam Arakidonat
4.10. Membran Sel
Membran sel merupakan bagian dari sel makhluk hidup yang salah satu fungsi adalah
sebagai pemisah antara lingkungan dalam sel (sitosol) dengan lingkungan ekstrasel. Membran sel
tersusun atas senyawa protein dan lipid dengan campuran yang tidak sepenuhnya acak. Struktur
lipid membran berupa lipid bi layer (Gambar 4.10) yaitu suatu susunan dua dimensi dari
molekul-molekul amfipatik dengan bagian ekor molekul berassosiasi satu dengan lainnya
menjauh dari medium berair. Sedamgkan bagian kepala molekul menghadap ke lingkungan
berair. Lemak dan protein ini mempunyai sifat yang berbeda, secara umum lipid bersifat
hidrofobik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat hidrofilik (larut dalam air) oleh
sebab itu membran sel memiliki sifat selektif permeable artinya hanya dapat dilewati oleh
molekul – molekul tertentu saja. Dengan kemampuan ini, membran sel dapat membatasi kegiatan
yang terjadi di dalam sel agar tidak mudah terpengaruh dari lingkungan luar.

Gambar 4.10. Struktur Membran Sel Lipid bilayer

10
4.11. Reaksi-reaksi pada lipid
Ada tiga jenis reaksi kimia yang terjadi pada lipid yaitu reaksi pembentukan-hidrolisis, reaksi
saponifikasi (penyabunan), dan reaksi hidrogenasi.
1. Reaksi saponifikasi atau penyabunan
Reaksi Saponifikasi atau penyabunanadalah reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan
menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan garam
asam lemak atau sabun.

Gambar 9. Reaksi Saponifikasi atau penyabunan (Fessenden,1986)


2. Reaksi pembentukan
a. Reaksi pembentukan lemak
Asam Lemak + Gliserol → Lemak + Air

Gambar 10. Reaksi Pembentukan Lemak (Fessenden,1999)


b. Hidrolisis Lemak
Lemak + Air → Asam Lemak + Gliserol

Gambar 11. Reaksi Hidrolisis Lemak (Fessenden,1999)


11
3. Reaksi hydrogenasi
Reaksi hidrogenasi Adalah reaksi penjenuhan lemak yang mengubah wujud lemak menjadi
padat dengan bantuan logam Platina (Pt) atau Nikel (Ni).
Lemak tak jenuh + H2 → lemak jenuh

Gambar 12. Contoh Reaksi Hidrogenasi (Fessenden,1986)


4.12. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Lipid
1. Penyakit Kelebihan Lemak
a. Kolesterol Tinggi
Konsumsi bermacam-macam lemak secara berlebihan mampu membuat kadar kolesterol
naik dengan cepat dan mudah di dalam tubuh. Inilah yang kemudian menjadi penyebab
banyak penyakit serius, seperti penimbunan plak yang menghambat jalannya aliran
darah di pembuluh darah, kerusakan arteri, serta pembuluh darah yang mengalami
penyempitan. Semuanya itu adalah efek yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung.
b. Sembelit
Kandungan lemak yang tinggi di dalam makanan yang biasa dikonsumsi bisa
berpengaruh buruk bagi system kerja organ di dalam tubuh. Efek yang akan paling terasa
adalah saluran pencernaan yang menjadi kurang lancar, seperti pada perut dan usus.
Sembelit adalah efek paling umum yang terjadi karena kelebihan lemak sehingga
pencernaan terganggu.
c. Kerusakan pada dinding arteri
Mengonsumsi lemak yang jenuh secara berlebihan akan menjadi faktor peningkatan
kadar kolesterol di dalam darah dan memberikan efek buruk bagi arteri jantung. Apabila
arteri jantung mengalami kerusakan maka bagian organ tubuh lain akan rusak juga,
seperti ginjal dan otak.

12
d. Obesitas
Kegemukan atau obesitas adalah efek yang paling identic dengan lemak berlebih di
dalam tubuh, seperti lemak trans, lemak jenuh, lemak tak jenuh ganda maupun tunggal.
e. Kerusakan Otak
Konsumsi makanan yang mengandung lemak secara berlebihan tak hanya memicu
kerusakan arteri, tapi juga fungsi otak. Hipotalamus yang termasuk bagian pada organ
otak dan bertugas membantu pengaturan keseimbangan energi akan dirusak oleh lemak
jenuh yang masuk ke dalam tubuh dari makanan yang kita makan.
f. Meningkatkan Resiko Kanker
Pola makan yang tidak diatur dengan baik dapat mengakibatkan kanker. Lemak yang
berlebihan di dalam tubuh dan tidak diimbangi dengan kandungan serat cukup akan
memudahkan sel kanker untuk tumbuh di berbagai organ tubuh kita. Contoh 2 penyakit
kanker yang dapat menyerang tubuh secara lebih gampang adalah leukimia dan kanker
payudara.
2. Penyakit Kekurangan Lemak
a. Kekeringan pada Kulit
Ketika seseorang tak mencukupi kebutuhan lemak di dalam tubuhnya, kulit akan terkena
efeknya akan menjadi kering dan kusam. Hal ini juga akan menurunkan rasa percaya diri,
terutama bagi para wanita yang memedulikan penampilan. Kekeringan bisa terjadi pada
kulit apabila tubuh tak memiliki cukup lemak, bahkan pada kulit juga akan muncul gatal-
gatal serta sisik.
b. Sulit Fokus dan Konsentrasi
Lemak dibutuhkan oleh sistem otak supaya dapat berfungsi dengan baik, maka ketika
tubuh tak mendapat cukup lemak, otak pun terkena imbasnya. Kekurangan lemak akan
membuat seseorang sulit fokus pada suatu hal dan mustahil rasanya untuk berkonsentrasi
dengan baik.
c. Lemas dan Mudah Lelah
Sumber energi datangnya dari lemak selain dari protein serta karbohidrat, maka ketika
lemak berkurang di dalam tubuh, tubuh akan kekurangan energi. Bila energi kurang,
otomatis tubuh akan lemas dan mudah lelah.

13
d. Kedinginan
Orang yang memiliki lemak cukup tak akan mudah kedinginan, dan sebaliknya orang
yang tak mencukupi kebutuhan lemak maka meski saat cuaca dan suhu tak begitu dingin
akan lebih mudah merasa kedinginan.
e. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Apabila kadar gula darah di dalam tubuh tak stabil dan cenderung tinggi, hal ini
dikarenakan kurangnya lemak di dalam tubuh. Kadar gula darah yang cenderung tinggi
dapat berpotensi diabetes sehingga sangat perlu untuk memeriksakan dan rajin mengecek
kadar lemak dan gula darah ke dokter

14

Anda mungkin juga menyukai