Farmakokinetik Dan Farmakodinamik
Farmakokinetik Dan Farmakodinamik
29
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat(Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang
terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi
utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat
luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport
pasif.
Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat
a. Metode absorpsi
- Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi
rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang
membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi
terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan
1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi
gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan
memperlambat waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung
jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini
yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat
menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik,
jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.
1.2 Distribusi
b. Permeabilitas kapiler
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau
bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas
yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat
terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme
lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di
lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti
sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat
dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,
Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
1.4 Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-
paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam
bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal.
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi
aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting
adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi
melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari
tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan
ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat
tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam
tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
2. Farmakodinamik
Daftar Pustaka
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
0
Tambahkan komentar
Young Nurse 2010
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
JUN
1. Pengertian
2. Epidemiologi
4. Etiologi
Arief (2012) menyatakan untuk tujuan diagnosis dan pengobatan,
penyebab kolestasis dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Hepatitis
b. Penyakit hati alkoholik
c. Sirosis bilier primer
d. Akibat obat-obatan
e. Akibat perubahan hormon selama kehamilan (kolestasis pada kehamilan)
4 Kriteria Kolestasis
Warna tinja
pucat 79 % 26%
Gambaran hati
Normal 13 % 47 %
Hepatomegali
Konsistensi normal 12 35
Konsistensi padat 63 47
Konsistensi keras 24 6
5. Patofisiologi
7. Pencegahan
Kolestasis neonatus dapat dicegah dan dihentikan dengan :
8. Pengobatan
9. Pathway
hati
tampak kekuning-kuningan
penurunan aliran
empedu ke usus
menjadi bilirubin
terkonjugasi
intraluminal turun
peningkatan bilirubin
defisiensi vitamin
larut lemak
Ketidakseimbangan Nutrisi
1. Pengkajian keperawatan
1. Anamnesa
a) Data biologis meliputi:
- Identitas klien, biodata umur, pekerjaan, pendidikan, alamat
b) Identitas penanggung
c) Data subjektif
- bagaimana nafsu makan klien
- berapa kali makan dalam sehari
- banyaknya makan dalam satu kali makan
- apakah ada mual muntah
- bagaimana pola eliminasinya
- apakah ada anoreksia
- apakah ada rasa nyeri pada daerah hepar
- apakah ada gatal-gatal pada seluruh tubuh (pruritus)
- bagaimanakah warna fesesnya
- bagaimanakah warna urinnya
d) Data Objektif
- bagaimana nafsu makan klien
- berapa kali makan dalam sehari
- banyaknya makan dalam satu kali makan
- apakah ada mual muntah
- bagaimana pola eliminasinya
- apakah ada anoreksia
- apakah ada rasa nyeri pada daerah hepar
- apakah ada gatal-gatal pada seluruh tubuh (pruritus)
- bagaimanakah warna fesesnya
- bagaimanakah warna urinnya
e) Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada tanda-tanda infeksi dahulu pada ibu, apakah ibu pernah
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi.
f) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya bayi masuk rumah sakit dengan keluhan tubuh bayi
berwarna kuning dan ada rasa gatal-gatal dari tubuh bayi.
g) Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita kolestasis, maka kemungkinan
besar merupakan suatu kelainan genetik/metabolik.
2. Pengkajian fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe
yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen, eksteremitas, dan genita-
urinaria.
Pemeriksaan fisik abdomen antaralain:
a) Inspeksi
- lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
- lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
- mata cekung dan pucat
- lihat warna kulit pasien ada warna kuning atau tidak
- lihat seluruh tubuh pasien ada bekas garukan karena gatal-gatal atau tidak
b) Auskultasi
- dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4
- dengarkan bunyi peristaltik usus
- bunyi paru paru terutama weezing dan ronchi
c) Perkusi
- perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
- bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
d)Palpasi
- Hati
bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya,
berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan
- limpa : apakah terjadi pembesaran limpa
- tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
a. Diagnosa 1
Intervensi:
- Kaji adanya rasa gatal pada pasien
- Kaji warna kulit pasien
- Kaji status nutrisi pasien
- Pantau status nutrisi pasien
- Kaji faktor perkembangan pasien
- Kaji suhu tubuh pasien
b. Diagnosa 2
Intervensi:
- Kaji berat badan pasien
- Kaji suara usus pasien
- Pantau suara usus pasien
- Pantau berat badan pasien
- Pantau masukan nutrisi pasien
c. Diagnosa 3
Intervensi:
- Kaji keluaran urine pasien
- Kaji keluaran feses pasien
- Kaji warna urine pasien
- Kaji warna feses pasien
- Pantau suhu tubuh pasien
- Pantau turgor kulit pasien
- Pantau tanda-tanda vital pasien
- Pantau berat badan pasien
4. Evaluasi keperawatan
a. Diagnosa 1
S : Ibu Pasien Mengatakan Sus, Warna Kulit anak saya masih kuninh
O : Terlihat warna kulit pasien kuning
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
b. Diagnosa 2
S : Ibu Pasien Mengatakan Sus, berat badan anak saya menurun
O : berat badan pasien turun dari 600 gram menjadi 500 gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
c. Diagnosa 3
S : Ibu Pasien Mengatakan Sus, Kencing anak saya keluarnya sedikit
O : kencing pasien 0,1 ml
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Sjamsul. 2012. Deteksi Dini Kolestasis Neonatal. [Serial Online]. Surabaya:
FK UNAIR. Tanggal akses 20 Mei 2012.
Baradero, Mary. 2000. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati. Jakarta:
EGC.
Behrman, Richard E, et al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2. Edisi
15. Jakarta: EGC.
Mitchel, Richard N, et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins &
Cotran. Edisi 7. Jakarta: EGC.
0
Tambahkan komentar
2.
MAY
29
1.1 Definisi
Penyakit seliak adalah ketidakmampuan yang menetap dalam mentoleransi
makanan gandum atau gluten rye(gandum hitam). Pemaparan terhadap gluten akan
mengakibatkan kelainan morfologis dan fungsional usus halus proksimal yang dapat
disembuhkan dengan pengeluaran gluten (Hull dan Johnston, 2008). Gluten adalah
sejenis protein yang terdapat pada gandum dan tepung. Sifatnya kenyal dan elastis.
Gluten mengandung komponen protein yang disebut peptida (Oetoro, 2010).
Penyakit seliak menyebabkan perubahan dalam usus halus sehingga terjadi gangguan
penyerapan nutrisi yang masuk ke tubuh sehingga menyebabkan berbagai
gangguan pada fungsi tubuh manusia (Fadhli, 2010).
1.2 Epidemiologi
Angka kejadian penyakit seliak di UK kira-kira 1 dalam 2000 orang dan
angka kejadian ini sama tingginya dengan di Irlandia Barat yaitu 1 dalam 300 orang
(Hull dan Johnston, 2008). Penyakit seliak terjadi pada 1% diantara populasi anak
dan dewasa. Pada usia dewasa, terdapat 2-3 kali lebih banyak perempuan yang
menderita seliak dibandingkan laki-laki. Penyakit ini tidak hanya dikenal di Eropa
tetapi juga di Timur Tengah, Asia, Amerika, dan Afrika. Meskipun banyak manusia
terkena penyakit ini dan angka kejadian semakin meningkat, tetapi masih banyak
terjadi underdiagnosis bahkan di salah satu negara di Eropa dilaporkan terjadi 1
penderita pada 77 orang. Di Indonesia sampai sekarang masih belum diketahui pasti
angka kejadinannya tetapi diduga angkanya tidak jauh dari 1 dibandingkan 100
(Fadhli, 2010).
1.3 Etiologi
Penyakit seliak merupakan penyakit permanen yang bersifat jangka panjang.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit seliak, yaitu genetik,
lingkungan, dan kepekaan terhadap gluten. Makanan yang mengandung bahan
tersebut adalah roti, biskuit, pasta, saos, dan sebagainya. Proses terjadinya kelainan
ini adalah adanya autoantibodi terhadap gluten yang dapat mengganggu permukaan
usus halus. Gangguan ini menyebabkan lapisan usus yang berjonjot-jonjot menjadi
rata. Permukaan yang rata ini kurang mampu mencerna dan menyerapan makanan
pada penderita penyakit seliak. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses
terjadinya penyakit ini diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor
imunitas saluran cerna. Faktor genetik yang telah diidentifikasi adalah protein HLA-
DQ2 dan HLA-DQ8 yang merupakan produk dari gen HLA. Faktor lingkungan yang
berpengaruh adalah pemberian ASI eksklusif, pemberian diet gluten terlalu dini atau
terlalu banyak dalam pemberian diet gluten dan infeksi rotavirus saluran cerna pada
usia bayi muda. Berbagai faktor inilah yang ikut menentukan mengapa gejala klinis
pada penderita berbeda dan dangat bervariasi (Fadhli, 2010).
1.5 Patofisiologi
Penyakit seliak disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara sistem
kekebalan tubuh, diet gluten, dan genetik dari individu. Respon imun terhadap gluten
dapat ditemukan dalam gandum dan gandum hitam yang dapat menyebabkan
kerusakan pada usus halus. Masuknya gluten ke dalam saluran pencernaan akan
menyebabkan reaksi autoimun (menyerang sistem kekebalan sendiri) yang merusak
lapisan pelindung dinding usus. Kerusakan ini menyebabkan lapisan usus yang
berjonjot-jonjot menjadi rata sehingga kurang mampu menyerap nutrisi makanan,
yang akhirnya berakibat pada malnutrisi. Jika alergi gluten disebabkan oleh reaksi
antibodi IgE, penyakit seliak disebabkan oleh reaksi antibodi IgA dan IgG.
Beberapa literatur menjelaskan tentang susunan genetik individu dengan
penyakit seliak. Hampir semua pasien dengan penyakit seliak memiliki gen yang
berpasangan dari antigen leukosit manusia (HLA) varian gen atau alel, HLA-DQ2
atau HLA-DQ8. Alel yang umum, muncul sekitar 40% dari populasi di Amerika
(Gainer, 2011).
1.7 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada anak dengan penyakit seliak adalah:
1. jauhi sereal-sereal yang dicampur dengan gula;
2. perikasa daftar bahan dan hindari merek-merek yang mencantumkan gandum dan
gula (berbentuk sukrosa, maltosa, dextrosa, atau glukosa) (Marsden, 2008).
1.8 Pengobatan
Ada berbagai daerah pengobatan sehingga perawat harus menyadari adanya
bantuan dan dukungan untukinisiasi penilaian pembebasan gluten, diet
dan pengobatan kekurangan gizi (termasuk vitamin D), evaluasi densitas pada tulang,
pemantauan pemulihan, dan pengelolaan gangguan sendi. Perawat juga
harus berhati-hati dalam meninjau resep pasien pada obat yang ditujukan untuk
konten gluten, dan mengganti dengan resep untuk gluten yang lain.
Perawat dapat merujuk pasien yang baru didiagnosa pada ahli gizi yang
memiliki pengetahuan dalam dietsesuai dengan penyakit seliak yang diderita
pasien. Ketaatan terhadap gaya hidup yang bebas dari gluten bukan faktor yang
terlalu penting. Perawat harus menyadari ancaman yang potensial termasuk vitamin,
teh, dan suplemen, serta peralatan masak dan peralatan (seperti
pembuat roti, pemanggang roti, ayam pedaging) di mana sisa-sisa glutentidak
dapat sepenuhnya dihapus. Lipstik dan bahkan perekat pada amplop serta
perangko dapat mengandung gluten.Untuk anak-anak, seni dan
perlengkapan kerajinan mungkin menjadi
sumber gluten karena perilaku tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan
ringan atau bekal di sekolah atau pengaturan tempat penitipan anak. Selain itu,
pasien mungkin memiliki kesulitan membaca label makanan, suplemen, dan
obat untuk menentukan apakah produkbebas.
Perawat juga harus memastikan perawatan yang memadai dari anemia
pengobatan B12 dan kekurangan asamfolat, dan pengobatan kekurangan
vitamin lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak, seperti A, D, E, dan K. Kadar
kalsium dan kepadatan tulang juga perlu dipantau karena dapat
menyebabkan osteoporosis (Gainer, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
0
Tambahkan komentar
3.
MAY
29
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat(Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang
terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi
utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat
luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport
pasif.
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini
yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat
menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik,
jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.
1.2 Distribusi
b. Permeabilitas kapiler
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau
bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas
yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat
terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme
lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di
lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti
sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat
dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,
Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
1.4 Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-
paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam
bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal.
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi
aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting
adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi
melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari
tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan
ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat
tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam
tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
2. Farmakodinamik
Daftar Pustaka
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
0
Tambahkan komentar
4.
MAY
29
PENGGUNAAN APD
Alat pelindung diri merupakan suatu cara yang digunakan dalam sebuah
kegiatan salah satunya di rumah sakit. Paparan dan resiko bahaya yang ada
ditempat kerja tidak selalu dapat dihindari, sehingga APD perlu digunakan bagi
para pekerja.
Adapun pengertian alat pelindung diri menurut A.M Sugeng Budianto,
(2005) yang dimaksud alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang
digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi atau bahaya arau kecelakaan kerja.
Sedangkan Dr.Milos Nedved dan Dr. Soemanto, Imam Khasani
menyatakan, alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseeorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga
kerja dari bahaya di tempat kerja.
Definisi APD dalam HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi
pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang harus di pakai pada saat
bekerja,pelindung kepala (helmet),sarung tangan (gloves),pelindung mata (eye
protection),pakaian yang bersifat reflektive,sepatu,pelindung pendegaran (hearing
protection) dan pelindung pernapasan (masker). (HSE,1992)
Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan bahaya yang di
hadapi di area kerja. Berikut adalah jenis bahaya dan APD yang diperlukan:
Tabel . Jenis bahaya dan APD yang diperlukan
Menurut A.M Sugeng Budianto dalam buku Bunga Rampai dan Hiperkes
dan KK (2005), APD yang baik adalah dapat melindungi tenaga dari bahaya
akibat kerja, kecuali bila tidak digunakan dengan sempurna. Penggunaan yang
tidak benar akan memberikan hal yang membahayakan bagi tenaga kerja.
Menurut Suma`mur (1996) alat-alat pelindung diri yang digunakan oleh
pekerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Enak dipakai
2. Tidak menggangu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Bila dapat diterima oleh tenaga kerja, maka alat tersebut akan
digunakan secara rutin oleh tenaga kerja dan dapat dipastikan mengurangi
kecelakaan akibat kerja. Alat pelindung diri yang diterima memiliki persyaratan
sesuai dengan ukuran masing-masing tenaga kerja, sehingga alat yang
diinvestasikan sesuai dengan jumlah tenaga kerja.
Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk bahan
yang dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan
dapat mengakibatkan peledakan. Contoh: Amonium nitrate, Amonium perchlorate,
amonium picrate, detonator untuk ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol,
dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine, Amunisi, bubuk untuk
blasting)
KELAS 2 : GAS-GAS
Terdiri dari :
Gas yang mudah terbakar (acetelyne, LPG, Hydrogen, CO, ethylene, ethyl flouride,
ethyl methyl ether, butane, neopentane, propane, methane, methyl chlorodiline,
thinner, bensin.
Gas bertekanan yang tidak mudah terbakar (oksigen, nitrogen, helium, argon, neon,
nitrous oxide, sulphur hexafolride)
Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat mengakibatkan pingsan bahkan
kematian
Bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan sumber penyalaan dari luar
seperti percikan api atau api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekan
Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas mudah terbakar ketika kontak
dengan air
Bahan ini juga meningkatkan gas beracun ketika kontak dengan kelembaban, air atau
asam
Organic peroxides
Dapat membantu pembakaran dari material yang mudah terbakar. Jika terpapar panas
atau api pada waktu yang lama dapat mengakibatkan peledakan. Jika bereaksi
dengan material yang lain efeknya akan lebih berbahaya. Dekomposisi dari bahan
ini dapat menghasilkan racun dan gas yang mudah terbakar
Contoh : benzol peroxides, methyl ethyl ketone peroxide, dicetyl perdicarbonate,
peracetic acid.
Bahan yang mengandung material atau combinasi dari material yang dapat
memancarkan radiasi secara spontan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311061/BAB-2.pdf
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%205/Dian_1.pdf
Diposkan 29th May 2012 oleh ARIF HIDAYATULLAH
0
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.