Anda di halaman 1dari 42

EKSIPIEN PENGATUR WAKTU

PELEPASAN
KELOMPOK 5 :
Audina nurjannah 11171020000012
Putri Mulyansari 11171020000034
Rahmah Dinda Purnama 11171020000060
Ghina Khalidah 11171020000078
Angelia Nuril Fahmi N 11171020000099
DEFINISI
PENDAHULUAN

• Sebagian besar produk obat difomulasikan untuk melepaskan zat


aktif dari obat dengan segara, sehingga didapat absorpsi sistemik
obat yang cepat dan sempurna
• Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya sering kali
terhambat dengan adanya efek samping obat ataupun karena
pelepasan obat tidak sesuai pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat
dibuat dalam bentuk controlled release atau sediaan lepas
terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di
dalam tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas
obat pada reseptornya.
2
◉ Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan
bagian dari bentuk controlled relese. Sediaan lepas lambat
merupakan sediaan yang menyebabkan obat terlepas ke dalam
tubuh dalam waktu yang lama.


DEFINISI
◉ Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang
untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-
lahan atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan
memperpanjang aksi obat (Ansel, 1989).

4
Eksipen pengatur waktu
pelepasan
ETIL Glyceryl
SELULOSA Palmitostearate

Polymethacrylates
NA-ALGINAT

CARBOMER
Carnauba
Wax
HCE
HPM
C
Diagram featured by 5
http://slidemodel.com
ETIL SELULOSA

◉ Nama lain dari etil selulosa adalah aquacoat ECD; aqualon;


E462; ethocel; surelease dan nama kimia cellulosa ethyl ether.
Rumus molekul dari etil selulosa adalah
C12H23O6(C12H22O5)n C12U23O5.
◉ Banyak fungsi dari etil selulosa yakni sebagai coating agent;
tablet binder; tablet filler; viscosity-increasing agent. Sebagai
sustained-release tablet coating digunakan konsentrasi 3,0 –
20,0% (Dahl, 2005)

6
ETIL SELULOSA

◉ Etil-selulosa berbentuk serbuk putih kecoklatan, tidak


berbau, tidak berasa dan bersifat mudah mengalir (free
flowing). Tidak larut dalam air, gliserin, dan
propilenglikol.
◉ Etil selulosa merupakan polimer netral yang tidak
larut dalam air, sehingga dapat menghalangi lepasnya
obat dalam sediaan

7
Etil Selulosa

◉ Banyak metode yang digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat.


Salah satunya adalah dengan menggunakan sistem matriks dimana obat
bercampur homogen dengan bahan matriks. Matriks etil selulosa adalah
matriks yang tidak larut didalam air dan juga difusi obat akan menjadi
lambat. Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan
sering digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat (Simon, 2001).
◉ Kelebihan etil selulosa antara lain: cost-effectiveness dan mengurangi
resiko terjadinya dose dumping (Huang, dkk., 2004). Etil selulosa
merupakan polimer turunan selulosa yang netral, tidak larut didalam air,
sehingga dapat menghalangi lepasnya obat dari sediaan (Wallace, 1990).
Kecepatan pelepasan obat dari matriks etil selulosa dapat dikendalikan
melalui proses difusi dan/atau proses erosi.
8
Penggunaan dalam
Formulasi

◉ Penggunaan utama etil selulosa dalam formulasi oral adalah


sebagai zat pelapis hidrofobik untuk tablet dan butiran.
Pelapis etil selulosa digunakan untuk memodifikasi
pelepasan obat,untuk menutupi rasa yang tidak enak, atau
untuk meningkatkan stabilitas formulasi; misalnya, di mana
butiran dilapisi dengan etilselulosa untuk menghambat
oksidasi. Formulasi tablet pelepasan termodifikasi juga
dapat diproduksi menggunakan etilselulosa sebagai
pembentuk matriks.

9
Mekanisme sebagai
Sustained Release
◉ Etilselulosa dilarutkan dalam pelarut organic (Dispersi cair polimer dari etilselulosa seperti
Aquacoat dapat digunakan untuk membuat lapisan etilselulosa tanpa membutuhkan pelarut
organic) yang dapat digunakan secara tunggal untuk membuat lapisan yang tidak larut air.
Karena memiliki viskositas yang tinggi maka lapisan ini lebih kuat dan tahan terhadap
pengganggu seperti oksidasi sebelum sampai pada target.
◉ Lapisan etilselulosa dapat dimodifikasi untuk mengubah kelarutannya dengan penambahan
hidroksipropil metilselulosa atau plastisizer.
◉ Dengan terbentuk lapisan etilselulosa yang terhidrasi, akan mengontrol difusi air selanjutnya
ke dalam metriks. Difusi obat melalui lapisan matriks yang terhidrasi akan mngontrol
kecepatan pelepasan obat. Lapisan matrils terhidrasi akan mengalami erosi sehingga menjadi
terlarut. Konsentrasi yang digunakan dalam tablet salut sustained release adalah 3-20%.
(HOPE)

10
Waktu pelepasan obat propanolol HCl
menggunakan matriks etil selulosa

◉ Hasil Uji disolusi Granul Propanolol HCl dengan berbagai bahan matriks

Waktu (jam) % Obat Terdisolusi


Kitosan HPMC EC Laktosa
0.25 15.78 22.38 91.93 98.67
0.5 20.90 32.32 94.68 100.29
1 34.95 47.82 96.23 101.62
2 54.08 67.51 98.40 102.75
4 74.57 97.86 103.13 103.82
6 82.31 103.10 101.01 103.39
8 88.38 103.39 100.39 103.10

◉ Jurnal : Joshita, Sutriyo. 2005. PERBANDINGAN PELEPASAN PROPRANOLOL


HIDROKLORIDA DARI MATRIKS KITOSAN, ETIL SELULOSA (EC) DAN HIDROKSI
PROPIL METIL SELULOSA (HPMC). Depok. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Desember
2005, 145 - 153
11
Uji disolusi

◉ Granul dengan matriks etil selulosa langsung melepaskan


obat dalam jumlah yang besar di awal waktu disolusi (menit
ke 15) yaitu sebesar 91,93 %, tidak berbeda jauh dengan
formula kontrol yaitu 98,67 %.
◉ Formula ke empat (laktosa) merupakan formula kontrol
untuk membandingkan pelepasan obat dari sistem matriks
dengan sediaan non matriks.

12
lanjutan
◉ Grafik pelepasan propanolol hidroklorida dari berbagai bahan matriks (kiri)
dan Grafik pelepasan propranolol HCl sebagai fungsi akar waktu dari
berbagai matriks (kitosan = formula I, HPMC = formula II dan EC = formula
III)

13
Penjelasan grafik

◉ Kurva kadar propranolol HCl terdisolusi sebagai fungsi akar waktu relatif lebih linear
daripada kurva fungsi waktu. Hal ini dapat dilihat dari harga koefisien korelasi (r)
antara jumlah kumulatif propranolol HCl terdisolusi sebagai fungsi akar waktu yang
relatif lebih besar dari pada sebagai fungsi waktu. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pola pelepasan propranolol HCl dari matriks mengikuti kinetika pelepasan
model Higuchi.
◉ Kesimpulan sebagai sutained release: Kecepatan pelepasan propranolol HCl dari
matriks kitosan lebih lambat dibandingkan dengan matriks HPMC dan etil
selulosa. Jumlah propranolol HCl yang dilepaskan setelah uji disolusi 8 jam dari
matriks kitosan, HPMC dan EC secara berturut-turut adalah sebesar 88,38 %,
103,39 % dan 100,39 %. Pelepasan propranolol HCl dari matriks kitosan mengikuti
kinetika pelepasan model Higuchi.

14
Na- Alginat

◉ Pemerian sodium alginat bubuk berwarna kekuningan-coklat yang tidak berbau dan
tidak berasa.
◉ Fungsi : Agen stabilisasi; agen suspensi; tablet dan kapsul disintegrasi; pengikat
tablet; agen peningkatan viskositas
◉ Na-alginat termasuk kedalam sistem matriks polimer yang tidak larut, artinya
partikel obat didispersikan dalam suatu matriks yang tidak larut dan obat dilepaskan
ketika pelarut masuk kedalam matriks dan melarutkan partikel obat.
◉ Na-alginat juga termasuk golongan pembentuk matriks yang tidak dapat dicerna dan
dapat membentuk gel didalam saluran pencernaan artinya pelepasan obat
dikendalikan melalui penetrasi air, melalui lapisan yang terbentuk karena hidrasi
polimer dan difusi obat melalui polimer yang terhidrasi (Ansel, dkk., 1995).

15
Na-Alginat
◉ Sistem matriks hidrofilik mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk
gel sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Pada saat komponen
hidrofilik kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan matriks yang terhidrasi.
Lapisan inilah yang akan mengontrol difusi air selanjutnya ke dalam matriks.
Difusi obat melalui lapisan matriks terhidrasi mengontrol kecepatan pelepasan
obat. Lapisan matriks terhidrasi akan mengalami erosi sehingga menjadi terlarut,
kecepatan erosi tergantung dari sifat koloid.
◉ Pelepasan obat dari matriks dikontrol oleh proses difusi obat melalui matriks. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lapidus dan Lordi (1968) bahwa jika
lapisan terhidrasi itu dapat di- pertahankan selama waktu tertentu maka kecepatan
pelepasan obat dikontrol oleh difusi dan pola pe- lepasannya akan linear dengan
akar waktu. Sebaliknya jika lapisan terhidrasi itu tidak dapat diper- tahankan maka
kecepatan pelepasan obat dikontrol oleh proses erosi matriks dan pola
pelepasannya linear terhadap waktu (Martodihardjo 1995).
16
Waktu pelepasan dan Uji disolusi Na-
alginat
◉ Hasil disolusi menunjukkan bahwa kombinasi dari Na alginat dan HPMC K15M dapat
meningkatkan obat terlepas , namun jika terlalu banyak menggunakan HPMC K15M dapat
menurunkan jumlah pelepasan obat yang dilepaskan pada masing-masing formula. Sedangkan
kinetika pelepasan obat mengikuti orde nol dengan model pelepasan higuchi.
◉ Profil disolusi adalah gambaran pelepasan zat aktif dari sediaan obat. Profil disolusi pada
sedian tablet mukoadhesif nifedipin dengan memplotkan kurva antara waktu dengan jumlah
obat yang terdisolusi (%).
50.00
obat yang terdisolusi (%)
40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
0 30 60 90 120
150 180 210 240
270 300 330 360
waktu (menit)
Gambar 1. Profil Disolusi Tablet
Mukoadhesif Nifedipin ( F1 , F2 , F3
17
, F4 , dan F5 )
Carnauba Wax

◉Sinonim : Brazil wax; caranda wax


◉Nama Kimia : Sodium alginate
◉Kelarutan : Larut dalam kloroform hangat dan toluen hangat, sedikit
larut dalam etanol (95%) mendidih, praktis tidak larut dalam air.
◉Pemerian : Carnauba Wax berbentuk serbuk atau serpihan berwarna
cokelat muda sampai kuning pucat, berbau lembut, dan tidak berbau serta
bebas tengik.
◉ Fungsi Stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan
kapsul; tablet binder; agen peningkat viskositas.
18
◉ Carnauba wax (10–50% w/w) digunakan tunggal atau
gabungan dengan hypromellose, hydroxypropyl cellulose,
alginate/pectin-gelatin, Eudragitnd steril alkohol dalam
formulasi bentuk sediaan tablet sustained release. Jurnal yang
berjudul mekanisme pelepasan obat dari tablet yang
menggunakan matriks polimer wax menjelaskan sistem matriks
polimer wax yang dievaluasi untuk tablet sustained release
untuk diphenhydramine HCl (antihistamin) menunjukkan profil
pelepasan obat yang diinginkan sebagai sustained release.
19
◉ Hal ini dicapai dengan memasukkan Eudragit L dalam
matriks carnauba wax. Dalam sistem polimer wax ini,
carnauba wax menjaga integritas dari matriks, sedangkan
Eudragit L perlahan terkikis dalam matriks sebagaimana
pelepasan obat. in vitro pelepasan obat dilakukan pada pH
fisiologis saluran pencernaan. Laju pelepasan obat lebih cepat
dalam buffer fosfat pH 7,5 daripada 0,1 N HCl solusi.
Penglepasan obat dari matriks polimer berdasarkan pada
kombinasi mekanisme difusi dan erosi.
20
Mekanisme dalam Sediaan Sustained Release

◉Carnauba Wax membentuk matriks yang akan mengontrol


pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi. Pelepasan obat total
dari matriks ini tidak
◉Mungkin terjadi, karena fraksi tertentu dari dosis tersebut disalut
dengan lapisan tipis yang efektif dengan penambahan surfaktan
atau zat pengikat
◉Dalam bentuk polimer-polimer hidrofilik yang mendorong air
dan erosi matriks yang berurutan.
21
◉ Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Carnauba Wax stabil dan disimpan diwadah tertutup, ditempat
yang sejuk dan kering.
◉ Metode Pembuatan
Carnauba Wax diperoleh dari tunas daun dan daun palem
Carnauba Brazil (Copernicia cerifera). Daunnya dikeringkan
dan diparut dan lilin kemudian ditarik dengan penambahan air
panas.
22
Polymethacrylat
es
Sinonim
Acryl-eze; Acryl-eze MP; Eastacryl 30D; Eudragit; Kollicoat MAE
30 D; Kollicoat MAE 30 DP; polimer methacrylates

23
Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik

◉Polymethacrylates terutama digunakan sebagai agen penyalut lapisan film dalam


sediaan oral seperti kapsul dan tablet. Kekuatan hasil penyalutan tergantung dari jenis
polimer yang digunakan, lapisan film yang terbentuk, serta kelarutan polimer dalam
cairan GIT.
◉Eudragit RL, RS, RD 100, NE 30 D dan NE 40 D digunakan untuk membentuk
lapisan film yang tidak larut air sehingga dapat digunakan untuk produk yang
sustained release. Lapisan film Eudragit RL lebih permeabel daripada Eudragit RS,
dan lapisan film dengan permeabilitas tertentu dapat dihasilkan dari penggabungan 2
jenis tipe tersebut.
◉Polymethacrylates dapat dikempa langsung dengan konsentrasi 10-50 %. Polimer
Polymethacrylates dapat digunakan sebagai lapisan matriks dalam sediaan
transdermal 24
Mekanisme dalam Sediaan Sustained
Release

◉ Eudragit RL, RS, RD 100, NE 30 D dan NE 40 D merupakan


polimer yang tidak larut dalam air namun akan mengembang
pada pH tertentu dalam cairan pencernaan.
◉ Sifat seperti inilah yang digunakan untuk sediaan sustained
release yaitu akan terbentuk kompleks yang tidak larut dalam
air dan akan mengembang pada cairan pencernaan dan akan
terdifusi dan tererosi secara perlahan-lahan.

25
26

◉ STABILITAS DAN KONDISI PENYIMPANAN


Eudragit RL, RS, RD 100, NE 30 D dan NE 40 D akan
stabil pada +/- 25 C namun akan tidak stabil pada suhu
dibawah 0 C. Hindari dari kontaminasi luar, dengan cara
segera menutup wadah setelah pemakaian.


Inkompatibilitas

◉ Inkompatibilitas terjadi dengan dispersi polymethacrylate tertentu yang


tergantung pada ion, sifat fisik polimer, dan pelarut.
Contohnya, pembekuan dapat disebabkan oleh larutan elektrolit,
perubahan pH, beberapa pelarut organik, dan suhu ekstrem. Dispersi
Eudragit L 30 D, RL 30 D, L 100-55, dan RS 30 D inkompatibiltas
dengan Magnesium Stearate.
◉ Interaksi antara polymethacrylates dengan beberapa obat dapat terjadi,
meskipun padatan polymethacrylates dan larutan organik umumnya
lebih kompatibel dibandingkan dispersi aqueous.
27
◉ Carbomer berfungsi sebagai bioadhesive;
Carbomer Emulsifing Agent; Release-Modifying Agent;
Suspending Agent; Tablet Binder; Viscosity-
Increasing Agent.
◉Mekanismenya sebagai Sustained
Releaseialah sebagai berikut:
◉Carbomer memiliki temperatur “glass
transition” 105˚C saat kering, namun ketika
ditambahkan air, suhunya akan menurun
secara drastis.
1. Ketika polimer kering, zat aktif akan
terperangkap dalam “glass-corep”.
.
28
2. Kemudian adanya air akan menembus permukaan eksternal dari
matriks polimer-obat, polimer karbomer akan membentuk sebuah
lapisan gelatin dan zat aktif menjadi terperangkap dalam wilayah
hidrogel.
3.Karbomer bersifat unik karena membentuk “diskrit mikrosfer” dari
polimer dan air membentuk saluran kecil antara mikrogel sebagai
sistem yang terhidrasi.
4. Pada akhirnya, air memaksa mikrogel berpisah karena adanya
tekanan osmotik.
5. Kemudian zat aktif dari kompleks obat-mikrogel akan lepas secara
kontinu. Pelepasan ini dipengaruhi oleh kelarutan obat, tingkat hidrasi
jaringan polimer karbomer, tingkat “cross-linked” dan pembengkakan
matrix, serta interaksi ionik antara polimer dan obat. Pembengkakan
matriks dipengaruhi oleh pH lingkungan setempat, yang
mengakibatkan lepasnya obat. 29
Glyceryl Palmitostearate

◉ Glyceryl Palmitostearate berfungsi sebagai bahan biodegradable; coating


agent; gelling agent; release modifying agent; sustained-release agent;
diluent tablet dan kapsul; lubrikan tablet dan kapsul; agen penutup rasa
(taste-masking agent).Mekanismenya dalam Sediaan Sustained Release:
◉ Glyceryl palmitostearate digunakan sebagai pembentuk matriks untuk
sediaan sustained release. Penggunaan Glyceryl palmitostearate sebagai
agent pembentuk matriks sustained release menunjukkan laju absorpsi
yang lebih tertahan (lambat), menghasilkan profil konsentrasi obat dalam
plasma yang lebih seragam.

30
31

◉ Sebagai contoh, dalam suatu percobaan menggunakan Diclofenac calcium


alginate (DCA) beads yang mengandung glyceryl palmitostearate (GPS)
yang dibuat dengan metode ionotropic gelation. Penggunaan GPS dapat
meningkatkan ukuran partikel beads DCA, meningkatkan kemampuan
menjerat obat (Diclofenac sodium/DS), ambilan air, dan Pelepasan DS dari
beads. Hal ini disebabkan sifat hidrofobik dari GPS yang dapat
meningkatkan barier untuk mencegah bocornya air dari beads, yang
menyebabkan menurunnya pelepasan obat dari beads.


Hydroxypropyl methylcellulose
(HPMC)

◉ Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) merupakan polimer yang


biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasalm
dan juga topical. (Rowe, et al., 2009). HPMC sering digunakan
sebagai agen pengental, penstabil, pengemulsi, penampung air, film
forming, yang penting pada preparasi bahan pembalut luka (Uslu
and Aytimur, 2012. Sebagai agen film-forming, konsentrasi HPMC
yang dibutuhkan adalah 2-20% b/b (Rowe et al., 2009). HPMC
dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan
obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad et al., 2011)
32
Hidoksi etil selulosa (HEC)

◉Hidoksi etil selulosa (HEC) tidak larut didalam air dan memberi rintang
untuk penetrasi cairan kedalam matriks, juga difusi obat akan menjadi
lambat. Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering
digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat (Simon, 2001).
◉Etil selulosa merupakan polimer turunan selulosa yang netral, tidak larut
didalam air, sehingga dapat menghalangi lepasnya obat dari sediaan.
◉Kecepatan pelepasan obat dari matriks etil selulosa dapat dikendalikan
melalui proses difusi dan/atau proses erosi.
◉Kelebihan etil selulosa antara lain: cost-effectiveness dan mengurangi resiko
terjadinya dose dumping.

33
Mekanisme Pelepasan Sediaan Lepas
Lambat

◉ Difusi
Pada mekanisme ini, obat dapat berdifusi keluar melalui sistem matriks. Pada
sistem reservoir, inti obat dienkapsulasi dalam membran polimer, sehingga
difusi obat melalui membran dapat dikendalikan kecepatan pelepasannya.
Mekanisme pelepasan obat yang terjadi berawal dari terlarutnya obat di dalam
membran dan diikuti oleh difusi dan terlepasnya obat dari permukaan pada sisi
lain dari membran. Jika polimer tidak larut air, maka kelarutan obat dalam
membran merupakan faktor penting yang mendorong terjadinya difusi melintas
membran. Sedangkan jika membran merupakan polimer larut air, sebagian
polimer akan terlarut membentuk saluran-saluran yang merupakan panjang
lintasan difusi yang bersifat konstan. 34
◉ Disolusi
Obat disalut dalam bahan polimerik dan kecepatan disolusi polimer menentukan
kecepatan pelepasan obat. Sistem ini dapat digunakan untuk menahan pelepasan
obat melalui cara yang berbeda-beda. Salah satunya dengan menempatkan
partikel-partikel obat ke dalam penyalut yang masing-masing memiliki
ketebalan yang bervariasi, akibatnya pelepasan obat akan terjasi secara bertahap.
Partikel obat yang memiliki lapisan penyalut yang paling tipis akan memberikan
pelepasan yang segera, sehingga dapat memenuhi konsentrasi obat yang
dibutuhkan pada tahap awal pemberian dosis, sedangkan lapisan penyalut yang
lebih tebal akan memenuhi kadar obat yang dibutuhkan utuk menjaga agar
konsentrasi obat tetap konstan di dalam tubuh.
35
◉ Swelling
Ketika suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan
air yang menyebabkan polimer dapat mengembang, sehingga obat
yang terdispersi di dalam polimer akan berdifusi keluar.
Akibatnya, pelepasan obat bergantung pada dua proses kecepatan
yang simultan yaitu antara proses berdifusinya air ke dalam
polimer dan peregangan rantai polimer.

36
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R.
C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Assosiation,
Amjad, M., Ehtheshamuddin, M. & Chand, S., 2011. Formulation and evaluation of
transdermal patches of atenolol. Advanced Research in Pharmaceuticals and
Biologicals, 1.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan olehIbrahim,
F., Edisi IV, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 616-617.
Ansel C Howard, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta: UI Press.
Rowe, R.C., K., Sheskey, P.J. & Quinn, M., 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th ed. London : Pharmaceutical Press.
37
Dahl, T. C., 2005., Ethylcellulose. In : Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan
Quinn M.E (eds.) Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th Edition,
Minneapolis, Pharmaceutical Press, 278-282.
Simon, B. H., 2001, Tablet dan Kapsul Lepas Lambat (Sustained
Release), Dexa Media, 118 – 120, Vol. 12, No. 4
Uslu, I. & Aytimur, A., 2012. Production and characterization of poly
(vinyl alcohol)/poly (vinylpyrrolidone) iodine/poly (ethylene
glycol) electrospun fibers with (hydroxypropyl) methyl cellulose
and aloe vera as promising material for wound dressing. Journal of
Applied Polymer Science. 124, 3520-3524.
38
◉ Jurnal: Yanuar, Rizqi Fitria. 2015. OPTIMASI FORMULASI TABLET
SUSTAINEDRELEASE NIFEDIPIN KOMBINASI NATRIUM ALGINAT
DAN HPMC K15M SEBAGAI MATRIKS MUKOADHESIF SECARA
SIMPLEX LATTICE DESIGN . Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 3 Tahun
2015
◉ Jurnal : Joshita, Sutriyo. 2005. PERBANDINGAN PELEPASAN
PROPRANOLOL HIDROKLORIDA DARI MATRIKS KITOSAN, ETIL
SELULOSA (EC) DAN HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA
(HPMC). Depok. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Desember
2005, 145 – 153.

39
Pertanyaan dan jawaban.

Pertanyaan dari Dhiya Carrisa Anggraini (11171020000076)


1. Apa yang di maksud dengan “glass-corep” ?
- Jawaban: seperti yang diketahui bahwa kalimat dari ( ketika
polimer kering, zat aktif akan terperangkap dalam “glass-
corep”). Yang di maksud adalah tempat terperangkapnya suatu
zat aktif di dalam suatu tempat yang di sebut glass-corep.

40
2. Apa yang dimaksud dari kecepatan pelepasan obat dari matriks etil
selulosa dapat dikendalikan melalui proses difusi dan/atau proses
erosi?
◉ Etil selulosa merupakan eksipien yang dapat digunakan untuk
sustained release dengan menggunakan system matriks. Erosi
merupakan rusaknya zat aktif sebelum mencapai target obat didalam
tubuh. Tujuan penambahan etil selulosa adalah untuk mencegah
terjadinya erosi sebelum mencapai target obat yang artinya etil
selulosa membantu zat aktif untuk melepaskan obat secara
perlahalahan atau berthap agar pelepasannya lebih lama dan
memperpanjang aksi obat.
41
Thanks!

42

Anda mungkin juga menyukai