Anda di halaman 1dari 29

TABLET SALUT

KELOMPOK 2
ANGGIA MEILINA 12008
NABILA MUFIDAH 12009
VIKRIYAKI HIKMAT M. 12010
AMALIA INDAH D. P 12011
WIDYA PASHA C. S. 120013
PRAPTI HANDAYANI 12016
PENGERTIAN
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan
yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam
tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi
obat.
Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained
release) dirancang supaya pemakaian satu unit dosis
tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera
setelah pemakaiannya, secara tepat menghasillkan
efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-
angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat
lainnya untuk mempelihara tingkat pengaruhnya
selama periode waktu yang diperpanjang, biasanya 8
sampai 12 jam (Ansel dkk, 2005).
CONTOH
Kaptopril merupakan salah satu obat yang mudah
larut dalam air dan memiliki waktu paruh (t½ eliminasi)
yang singkat sehingga cocok untuk dibuat sedian
tablet lepas lambat. Pengembangan tablet kaptopril
lepas lambat akan memberikan beberapa keuntungan
kepada pasien yang perlu mengkonsumsi obat ini
berkesinambungan dan digunakan dalam jangka
lama.
Beberapa keuntungan tersebut antara lain
pengurangan frekuensi pemberian obat dan
mengurangi fluktuasi konsentrasi obat dalam darah
sehingga mengurangi efek samping. Kaptopril stabil
dalam kondisi suhu dan kelembaban normal
(Nokhodchi, A., 2005) .
Obat diabetes jg bisa
KEUNTUNGAN
Sediaan lepas lambat (sustained-release) memberikan
keuntungan lebih banyak dibanding bentuk sediaan
konvensional, antara lain (Ansel, dkk, 2005):
a) Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah sehingga
efek farmakologisnya lebih stabil.
b) Mengurangi frekuensi pemberian
c) Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien
d) Mengurangi efek samping yang merugikan
e) Kondisi pasien lebih cepat terkontrol
f) Meningkatkan bioavabilitas pada beberapa obat
g) Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan karena lebih
sedikit satuan dosis yang harus digunakan.
KEKURANGAN
Selain keuntungan, sediaan lepas lambat juga memiliki
beberapa kerugian (Collet dan Moreton, 2002) antar lain:
a) Biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional
b) Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan
obat dapat lepas secara cepat
c) Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis
d) Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama
tinggal di saluran cerna
e) Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secara
tiba-tiba mengalami keracunan maka untuk menghentikan
obat dari system tubuh akan lebih sulit dibanding sediaan
konvensional.
f) Tidak dapat digunakan untuk obat yang memilki dosis besar
(500 mg)
g) Tidak semua sediaan dapat dibuat dengan tablet lepas
lambat
TIPE SEDIAAN LEPAS LAMBAT
SEDIAAN LEPAS LAMBAT YANG DIGUNAKAN SECARA PERORAL
DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI DUA YAITU:

A. EXTENDED RELEASE DRUG PRODUCTS

1) SUSTAINED RELEASE
SUSTAINED RELEASE DIRANCANG UNTUK MELEPASKAN SUATU DOSIS TERAPI AWAL OBAT
(LOADING DOSE) SECARA TEPAT YANG DIIKUTI PELEPASAN OBAT YANG LEBIH LAMBAT
DAN KONSTAN KECEPATAN PELEPASAN OBAT DIRANCANG SEDEMIKIAN RUPA AGAR
JUMLAH OBAT YANG HILANG DARI TUBUH KARENA ELIMINASI DIGANTI SECARA
KONSTAN. KEUNGGULANNYA ADALAH DIHASILKAN KADAR OBAT DALAM DARAH YANG
MERATA TANPA PERLU MENGULANGI PEMBERIAN DOSIS (SHARGEL, DKK., 2005).

2) PROLONGED ACTION
PROLONGED ACTION DIRANCANG UNTUK MELEPASKAN OBAT SECARA LAMBAT DAN
MEMBERI SUATU CADANGAN OBAT SECARA TERUS-MENERUS SELAMA SELANG WAKTU
YANG PANJANG, MENCEGAH ABSORBSI YANG SANGAT CEPAT, YANG DAPAT
MENGAKIBATKAN KONSENTRASI PUNCAK OBAT DALAM PLASMA YANG SANGAT TINGGI
(SHARGEL, DKK., 2005).

3) CONTROLLED RELEASE
CONTROLLED RELEASE MENUNJUKKAN BAHWA PENGLEPASAN OBAT DARI BENTUK
SEDIAAN TERJADI SESUAI DENGAN YANG DIRENCANAKAN, DAPAT DIRAMALKAN DAN
LEBIH LAMBAT DARI BIASANYA (ANSEL, 1995).
Kurva hubungan antara kadar obat dalam darah terhadap waktu dari
berbagai bentuk sediaan obat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Kurva Hubungan antara Kadar Obat dalam Darah/Aktivitas Obat


terhadap Waktu dari Sediaan A: Conventional; B: Sustained release; C:
Prolonged Action (Sulaiman, 2007)
b. Delayed release drug products
Bentuk sediaan yang termasuk delayed release drug
product adalah repeat action. Repeat action adalah bentuk
sediaan yang dirancang untuk melepaskan suatu dosis obat
pada permulaan dan dosis kedua pada waktu berikutnya,
bahkan beberapa produk mempunyai bagian ketiga yaitu
dosis yang baru dilepaskan setelah bagian kedua
dilepaskan. Pelepasan yang berurutan ini diatur oleh suatu
“time barier” atau enteric coating (Martodiharjo, 1996).
KOMPONEN/FORMULASI
TABLET LEPAS LAMBAT
Kandungan bahan aktif dan bahan non aktif dari bentuk
sediaan lepas lambat biasanya 2 kali atau lebih banyak dari
sediaan lepas segera. formulasi sediaan lepas lambat digunakan
suatu barrier kimia atau fisika untuk mendapatkan pelepasan
yang lambat dari dosis maintenance, diantaranya adalah
dengan penyalutan, matrik lemak atau plastik,
mikroenkapsulasi, ikatan kimia dengan resin penukar ion, dan
sistem pompa osmotik (Collett dan Moreton, 2002).
Komponen utama tablet lepas lambat adalah zat aktif,
bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pengisi, dan bahan
pelicin
Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan
sering digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Pencampuran
dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan obat yang akan
dibuat sediaan lepas lambat, digabungkan dengan bahan lemak atau
bahan selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang dapat
dimasukkan dalam kapsul atau ditablet (Shargel et al., 2005).
Matriks adalah zat pembawa padat yang di dalamnya obat
tercampur secara merata (Shargel et al., 2005). Suatu matriks dapat
dibentuk secara sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat
dan bahan matriks bersamasama. Umumnya, obat ada dalam persen
yang lebih kecil agar matriks memberikan perlindungan yang lebih
besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat (Sulaiman,
2007).
Terdapat 3 golongan bahan penahan yang
digunakan untuk formulasi tablet dengan matriks
(Lachman et al., 1994):
a.Matriks tidak larut, inert
b.Matriks tidak larut tetapi dapat terkikis
c.Matriks hidrofilik
a. Matriks Tidak Larut, Inert
Polimer inert yang tidak larut seperti polietilen, polivinil klorida, etil selulosa dan
kopolimer akrilat telah banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tablet
lepas lambat. Tablet yang dibuat dari bahan ini dirancang untuk tetap utuh dan tidak pecah
dalam saluran cerna. Contoh: Polietilen, polivinil klorida (PVC), Kopolimer metil akrilat-
metakrilat, etilselulosa.
b. Matriks Tidak Larut tetapi Dapat Terkikis
Matriks jenis ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi. Bahan-
bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah asam stearat, stearil alkohol, malam
carnauba, dan polietilen glikol.
c. Matriks Hidrofilik
Polimer hidrofilik selulosa biasanya digunakan sebagai bahan pengisi berdasarkan
system matriks yang ditablet. Efektivitas dari system matriks hidrofilik ini didasarkan pada
proses hidrasi dari polimer selulosa; pembentukan gel pada permukaan polimer; erosi tablet;
dan pelepasan obat yang berkesinambungan. Keuntungan sistem matriks hidrofilik adalah
sebagai berikut: sederhana, relatif murah dan aman, mampu memuat dosis dalam jumlah
yang besar (Collett and Moreton, 2002). Matriks yang sering digunakan dalam sediaan lepas
lambat salah satunya Na CMC. Contoh: Metilselulosa, hidroksietilselulosa (HEC),
hidrokspropilmetilselulosa (HPMC), hidroksipropilselulosa (HPC), natrium
karboksimetilselulosa (Na CMC), Na alginat, karboksipolimetilen, Asam Hyaluronat,
Karagenan, Karbomer.
Matriks yang digunakan untuk sediaan sustained release umumnya adalah polimer-
polimer. Polimer ini terbagi menjadi menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya :
a. Polimer berdasarkan asalnya
• Polimer alam, contoh : xanthan gum, alginat, karagenan
• Polimer semi sintetik, contoh : metil selulosa, Hidroksi Propil Metil Selulosa
(HPMC), Hidroksi Propil Selulosa (HPC)
• Polimer sintetik, contoh : karbomer, polietilen glikol

b. Polimer berdasarkan sifatnya


• Polimer hidrofilik, contoh : metil selulosa, Natrium Karboksi Metil Selulosa
(Na CMC), Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)
• Polimer hidrofobik, contoh : Polietilen, polivinil klorida (PVC), Kopolimer
metil akrilat-metakrilat, etilselulosa
• Polimer ampifilik, contoh : polietilen glikol
c. Polimer berdasarkan muatannya
• Polimer anionik, contoh : Natrium Karboksi Metil Selulosa (Na CMC)
• Polimer kationik, contoh : kitosan
• Polimer nonionik, contoh : metil selulosa, Hidroksi Propil Metil
Selulosa (HPMC), Hidroksi Propil Selulosa (HPC), polietilen glikol

d. Polimer berdasarkan sifat degradasinya


• Polimer terdegradasi, contoh : metil selulosa, Natrium Karboksi Metil
Selulosa, karagenan, Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC), Hidroksi
Propil Selulosa (HPC), polietilen glikol
• Polimer tidak terdegradasi, contoh : carnauba wax, bees wax, stearil
alcohol.
METODE PEMBUATAN
SEDIAAN TABLET LEPAS
LAMBAT
A. PENYALUTAN
Menurut Adehoog dan Simon (2001), penyalutan berfungsi untuk
mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan, dapat
digunakan dengan metode mikroenkapsulasi.
Mikroenkapsulasi menurut Ansel, dkk (1995) adalah suatu proses di mana
bahan-bahan padat, cairan bahkan gas pun dapat dijadikan kapsul
(encapsulated) dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan membentuk
salutan tipis wall (dinding) sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul.
Menurut Collett and Moreton (2002),
bahan obat disalut Granul Kecil sebagian disalut dengan bahan
berlemak, sebagian tidak (dipersiapkan menjadi dosis yang segera
melepaskan obatnya begitu dipakai)  Tablet.
B. SISTEM MATRIKS
Pencampuran dengan matriks adalah dengan mencampurkan bahan
obat yang akan dibuat sediaan lepas lambat, digabungkan dengan
bahan lemak atau bahan selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang
dapat dimasukkan dalam kapsul atau ditablet (Shargel, dkk., 2005).
C. PEMBENTUKAN KOMPLEKS/
SISTEM RESIN PENUKAR ION
Bahan obat tertentu jika dikombinasi secara kimia dengan zat kimia tertentu
lainnya membentuk senyawa kompleks kimiawi, yang mungkin hanya larut
secara perlahan-lahan dalam cairan tubuh, hal ini tergantung pada pH
sekitarnya (Lee dan Robinson, 1978).
Menurut Collett and Moreton (2002), bahan obat dibuat komplek dengan resin
kemudian komplek obat dan resin dapat dibuat tablet. Obat dilepaskan dari
resin dan menggantinya dengan ion-ion yang terisi secara cepat, pelepasan
obat tergantung pH dan konsentrasi elektrolit dalam saluran cerna.
D. SISTEM MEMBRAN TERKONTROL/
RESERVOIR
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan
pelepasan obat dari bentuk sediaan. Berbeda dengan sistem matrik hidrofil,
polimer membran tidak bersifat mengembang (Lee dan Robinson, 1978).
E. SISTEM POMPA OSMOTIK
(OSMOTIC PUMP)
Menurut Collett and Moreton (2002), pelepasan obat dari sistem pompa osmotik
dikontrol oleh suatu membran yang memiliki satu lubang (hole). Obat dimasukkan
dalam suatu tablet inti yang bersifat larut air dan dapat melarutkan obat ketika
kontak dengan air. Tablet disalut dengan suatu membran semipermeable. Ketika
tablet inti terlarut maka timbul tekanan hidrostatik dan menekan larutan obat
keluar melewati lubang membran.
F. FAKTOR- FAKTOR YANG
BERPENGARUH DALAM
PEMBUATAN SEDIAAN
LEPAS LAMBAT:
1. FAKTOR- FAKTOR FISIKA KIMIA

a. Dosis
Produk oral yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg
sangat sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar akan
dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima sebagai
produk oral.

b. Kelarutan
Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak
cocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada sediaan
lepas lambat adalah 0,1 mg/ml. Obat yang kelarutannya tergantung pada pH
fisiologis akan menimbulkan masalah yang lain karena variasi pH pada saluran cerna
dapat mempengaruhi kecepatan disolusinya.
c. Koefisien Partisi
Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu
menembus membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi.
Sebaliknya, untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak
sehingga obat tidak mencapai sasaran.

d. Stabilitas Obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di
sepanjang saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus) tidak dapat
diformulasikan menjadi sediaan lepas lambat.

e. Ukuran Molekul
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan
kemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat.
2. FAKTOR- FAKTOR BIOLOGIS
a. Absorpsi
Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi
yang bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah
harga konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar
0,25/jam dengan asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam.

b. Volume Distribusi
Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhi
kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan
lepas lambat.
c. Durasi
Obat dengan waktu paro pendek dan dosis besar tidak cocok untuk
sediaan lepas lambat. Obat dengan waktu paro yang panjang dengan sendirinya
akan dapat mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga
tidak perlu dibuat sediaan lepas lambat.

d. Indeks Teraupetik
Obat dengan indeks terapetik yang sempit memerlukan control yang teliti
terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah. Sediaan lepas lambat
berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapetik.

e. Metabolisme
Sediaan lepas lambat dapat digunakan pada obat yang metabolisme
secara luas asalkan kecepatan metabolismenya tidak terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Adehoog and K. F. Simon. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain. London.
Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan Ibrahim, F., Edisi keempat. Jakarta : UI Press
Ansel, H.C., Popovich, N.G. and Allen, L.V., 1995, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, Williams & Wilkins, Baltimore, p. 271-
273
Collett, J., and Moreton, C., 2002, Modified – release Peroral Dosage Form, dalam Aulton, M. E., Pharmaceutics: The Science Of Dosage Form
Design, Edisi II, Churchill Livingstone, Edinburg – Londion – New York– Philadelphia – St Louis Sydney – Toronto, 289-305.
Lachman, L., Lieber, H.A., dan Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Industri Farmasi II,Edisi III. Jakarta: EGC
Lee, V. H. and J. R. Robinson. 1978. In Sustained and Controlled Release Drug Delivery Systems. J. R. Robinson, ed. New York: M. Dekker, p 170
Martodiharjo, S., 1996, Pelepasan Teofilin Secara Terkontrol dari Matriks Hidroksipropil Metilselulosa Viskositas Tinggi, Vol 7, No. 3, 153-159 Majalah
Farmasi Indonesia
Nokhodchi A., 2005, An Overview of the Effect of Moisture on Compaction and Compression, Pharmaceutical Technology, 1–11.
Shargel, L. dan Yu. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi. Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Shargel, L., Wu – Pong, and Yu, A. B. C. 2005. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, Edisi V. New York: Mc Graw Hill
Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai