BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengembangkan produk sediaan farmasi yang mengandung bahan aktif captopril
50 mg dalam bentuk tablet floating dengan metod granulasi basah sehingga diperoleh
obat yang efektif, aman, stabil dan aseptabel
1.3 Manfaat
Mampu mengembangkan produk sediaan farmasi yang mengandung bahan aktif
captopril 50 mg dalam bentuk tablet floating dengan metode granulasi basah
sehingga diperoleh obat yang efektif, aman, stabil dan aseptabel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.4 Kontraindikasi
ACE-Inhibitor dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, pasien
dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau angiodema pada terapi dengan ACE-
Inhibitor sebelumnya. (Gunawan, 2009)
2.1.1.5 Interaksi Obat
Diuretik dapat meningkatkan efek hipovolemi, hipotensi dan hiperkalemia.
Obat-Obat NSAID dapat menyebabkan turunnya efek antihipertensi. Litium dapat
meningkatkan konsentrasi serum litium. Suplemen Kalium dan diuretik hemat
kalium dapat meningkatkan efek hiperkalemia. Insulin dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia. Merkaptopurin dapat meningkatkan risiko netropenia. Makanan dapat
menurunkan konsentrasi serum Captopril yang diserap (AHFS, 2011)
Selain itu penggunaan ACE-inhibitors (Captopril) dengan allopurinol juga
dikaitkan dengan kasus hipersensitivitas. Mekanisme dari interaksi ini belum
dipahami. Tidak jelas apakah ini adalah interaksi karena allopurinol sendiri dapat
menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang parah, terutama pada keadaan gagal ginjal
dan bersamaan dengan penggunaan diuretik, karena captopril juga dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas (Baxter, 2010)
2.1.2 Sifat Fisika Kimia
Kaptopril mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102%
C9H15NO3S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian serbuk hablur
putih atau hampir putih, bau khas seperti sulfide. Melebur pada suhu 104º sampai
110º. Kelarutan mudah larut dalam air, metanol, etanol, dan dalam kloroform
2.3 Tinjauan Tentang Sediaan Floating Tablet (Floating Drug Delivery System)
Pemberian obat secara oral merupakan rute yang paling disukai untuk
mendapatkan efek sistemik. Pelepasan obat terkontrol dengan rute pemakaian oral
menjadi banyak diminati untuk mencapai keberhasilan terapi. Waktu tambat sediaan
oral di lambung dapat meningkatkan bioavailabilitas, meningkatkan pelespasan obat
dan meningkatkan kelarutan bahan obat yang tidak larut pada pH yang tinggi (Nayak
et al, 2012). Floating tablet adalah bagian dari sistem FDDS (Floating Drug Delivery
System) yang merupakan bentuk sediaan gastroretentive (Gastroretentive Dosage
Form). Sistem penghantaran obat ini memperlama waktu tambat obat di dalam
lambung sehingga meningkatkan bioavailabilitas obat-obat yang site absorpsinya di
lambung. Sistem ini memiliki kemampuan untuk mengapung diatas isi lambung dan
tidak terpengaruh oleh adanya pengosongan lambung dalam jangka waktu yang
lama. Ketika sistem FDDS ini mengapung, maka obat dilepas perlahan-lahan dari
sistem ini. Hal ini juga menyebabkan terkontrolnya fluktuasi kadar obat dalam darah
(Singh et al., 2011; Nayak et al., 2010). Sistem ini memiliki berat jenis kurang dari 1
sehingga dapat mengapung diatas cairan lambung dan dapat berada lama di dalam
lambung karena memiliki ukuran yang besar sehingga tidak dapat masuk ke pylorus.
Adanya pembentukan matriks yang terhidrasi yaitu berupa gel menyebabkan difusi
secara perlahan sehingga terbentuk pelepasan secara extended-release (Arora et al.,
2005). Selain itu, Adanya gas di dalam struktur polimer yang terhidrasi
menyebabkan peningkatan tekanan didalam struktur polimer menjadi salah satu
penyebab dihasilkannya pelepasan yang terkontrol (Talwar, 2001). Berikut ini
adalah kandidat obat yang dapat dibuat sediaan GRD :
a. Obat yang memiliki kelarutan yang rendah pada pH basa
b. Obat yang secara lokal aktif di lambung
c. Obat yang tidak stabil di cairan intestinal dan kolon
d.Obat yang bertujuan mengganggu mikroba di lambung (antibiotic untuk
H.pylori) Sedangkan sifat obat yang tidak dapat dibuat sediaan GRD adalah :
a. Obat yang kelarutan dalam asam terbatas
b. Obat yang tidak stabil di cairan lambung
c. Obat-obat yang target pelepasannya di lambung
Berikut ini adalah keuntungan sediaan GRD adalah :
a. meningkatkan bioavailabilitas obat-obat yang site absorpsinya di lambung
b. obat yang memiliki waktu paruh pendek dapat diepaskan secara perlahan sehingga
mengurangi frekuensi penggunaannya.
c. menghasilkan pelepasan obat perlahan secara lokal pada lambung dan intestinal
sehingga berguna untuk penyakit yang berhubungan dengan lambung dan intestinal.
d. sediaan tertahan lama di lambung karena mengambang di atas cairan lambung
sehingga tidak terpengaruh oleh waktu pengosongan lambung.
e. mengurangi adanya fluktuasi kadar obat di dalam darah.
(Nayak et al, 2010).
N O
HC CH2
Campur bahan captopril, gom xanthan, natrium bikarbonat, dan kalsium sulfat dalam mixer
Pembuatan larutan IPC : waktu
pengikat PVPK30 + pengadukan, suhu
alcohol 96%d dengan menggunakan mixer. IPC : suhu, kecepatan, waktu pengadukan dn kadar
Granulasi bassah dengan fluid bed granulation. IPC : suhu, waktu dan lama proses
Granul diayak dengan mesh 18 + fase Inspeksi mutu granul, sifat alir,
luar : Mg stearat dan talk dalam mixer kandungan air, distribusi particle,
IPC: waktu, kecepatan aduk, kadar kompresibilitas, desnsitas granul
Karantina QA
Keterangan:
R : jari-jari alas kerucut yang terbentuk
H : tinggi kerucut yang terbentuk
H Tan α : sudut diam dari granul yang diuji
2R α
Tabel 4.2. Hubungan antara sudut istirahat dengan sifat alir (USP 32, 2009)
Sudut istirahat (α) Sifat alir
25 – 30 o Sangat baik
31 – 35 o Baik
o
36 – 40 Cukup baik, tidak membutuhkan bantuan
41 – 45 o Cukup baik, tetapi dapat terjadi kesulitan
o
46 – 55 Buruk, harus dilakukan agitasi atau vibrasi
56 – 65 o Sangat buruk
o
> 65 Amat sangat buruk
4.3.4 Kerapuhan
Alat : Friability tester erweka Type TA3R
Sampel : 10 tablet
Persyaratan : kurang dari 1%
Prosedur :
Pemeriksaan kerapuhan tablet dilakukan menggunakan Erweka Friabilitor
dengan cara membersihkan 10 tablet dengan kuas secara hati- hati, kemudian
ditimbang (WA). Sebelum dipasang, alat dibersihkan dengan kuas lalu seluruh tablet
dimasukkan kedalam alat uji dan ditutup. Alat diputar dengan kecepatan 25 rpm
selama 4 menit. Kemudian tablet dikeluarkan, dibersihkan dengan kuas dan
ditimbang (WB). Adanya pengurangan berat menunjukkan nilai kerapuhan tablet
yang dinyatakan dalam prosen. Dilakukan tiga kali replikasi pemeriksaan kerapuhan
tablet, hasilnya kemudian dirata-rata (USP 32, 2009).
F = (WA – WB) x 100 %
WA
Keterangan:
WA = bobot mula - mula dari tablet
WB = bobot setelah pengujian
4.3.5 Kekerasan
Alat : mansanto hardness tester
Sampel : 6 tablet
Persyaratan : 4-8 kP
Prosedur :
Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan menggunakan alat Mansanto
hardness tester. Tingkat kekerasan tablet akan terbaca pada alat dengan satuan
kg/cm2. Kekerasan tablet pada masing-masing formula untuk setiap bets
ditentukan sebanyak 6 tablet. Kekerasan tablet yang baik berkisar antara 4-8
kg/cm2 (Devarajan, 2012).
4.3.7 Moisture Content
a) Alat : Moisture Analyzer Mettler Toledo
b) Prosedur :
- Ambil sejumlah granul sekitar setara 3-4 gram.
- Letakan sampel ke dalam piringan alumunium, atur ketebalan sampel
(sekitar 2 mm), waktu pengeringan sekitar 5 menit.
- Nilai moisture content yang diperoleh akan ditunjukan pada alat
setelah angka stabil (dalam persen).
c) Kriteria penerimaan : moisture content < 3% (USP 34, 2011).
STAGING
PENIMBANGAN
MIXING
FILTRASI INTEGRITAS
FILLING WASHING
STERILISASI
STERILISASI PENANDAAN
TES KEBOCORAN
INSPEKSI
LABELLING
PENGEMASAN
HANDLING FILTER
FILTE
R
PEMBASAHAN PROSES
TIDAK
3
SESUAI
PREPARASI -install filter pada REJECT
housing
FILTRASI
-pastikan terhubung
-Larutan sesuai CoA mesin tester
- mesin integrity tester dengan baik
PEMBERSIHAN PREPARASI PROSES
- kantung sterilisasi -pastikan aliran
- filter dan housing sesuai dengan inlet
ke outlet Filter dan housing -Intall filter
-alirkan larutan WFI pada housing
PENYIMPANAN
ke dalam filter Dryer -alirkan sejumlah
-pastikan venting WFI (10L),
atas terbuka diulangi 2x
-lepaskan housing -keringkan dengan
Filter dipasang pad housing
dari mesin Sterilisasi dryer
disimpan di bawah LAF di grade C
-pembersihan
Sterilisasi
Siap digunakan
/penyimpanan
Makalah Pengembangan Sediaan Floating Captopril 50mg
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 102 FFUA
BAB V
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
5.1 Metode analisa
Pemeriksaan kadar captopril 75 mg dalam tablet Captosif® 100 dilakukan
verifikasi metode analisis secara HPLC yang mengacu pada USP 37 tahun 2014.
Prosedur yang dilakukan selama analisis adalah sebagai berikut (Stulzer et al,
2009)
a. Metode : HPLC
b. Fase gerak : Siapkan 550 ml metanol dan 450 ml air yang
mengandung 0,50 ml asam pospor, campur hingga
homogen dan filter.
c. Kecepatan alir : 1,0 mL/ menit
d. Volume Injeksi : 20 µl
e. Detector : Ultraviolet detection pada λ=220 nm
f. Kolom : L1 (4,6 mm x 25 cm)
g. Preparasi sampel
1. Pembuatan larutan standar induk
Timbang 75 mg standar captopril, masukkan kedalam labu ukur 50,0 ml.
Encerkan dengan larutan fase gerak hingga tanda. Kocok sampai
homogen.
2. Larutan standar 100%
Ambil 20,0 ml larutan standar induk, masukkan dalam labu ukur 50,0 ml
tambahkan larutan fase gerak sampai tanda batas, homogenkan. Saring
dengan filter 0,45 µm (konsentrasi captopril: 0,6 mg/ml).
3. Pembuatan larutan sampel induk
Timbang 20 tablet captopril, hitung bobot rata-rata dan gerus sampai
homogen. Timbang 450mg mg sampel serbuk tablet, masukkan ke labu
50 ml. Tambahkan larutan fase gerak 20ml dan sonikasi selama 10 menit.
Tambahkan larutan fase gerak sampai tanda batas, kocok sampai
homogen.
Keterangan :
ru : peak respone captopril dari larutan sampel
rs : peak respone captopril dari larutan standar
Cs : konsentrasi captopril USP RS dalam larutan
Standar (mg/ml)
Cu : konsentrasi captopril dalam larutan sampel
Kriteria Penerimaan : 95,0% - 105,0%
Sesuai dengan data di atas penentuan kadar bahan aktif merupakan kategori I
maka persyaratan/parameter validasi pada penentuan kadar dalam tablet meliputi
antara lain:
5.2.2 Spesifisitas
spesifisitas adalah kemampuan membedakan antara senyawa analit dengan
derivat/ degradan/ metabolit atau senyawa pengganggu lainnya.
Prosedur Kerja:
1. Buat pelarut, larutan standar 100 %, larutan sampel 100%, dan larutan plasebo
100%.
2. Injeksikan tiap larutan dan pelarut ke dalam sistem kromatografi.
3. Lakukan overlay kromatogram. Hitung resolusi bila ada puncak lain dalam
analit yang berdekatan dengan puncak utama.
5.2.3 Linearitas dan Rentang
Linieritas adalah ukuran kemampuan (dalam range yg diberikan) dari suatu
metode untuk memperoleh hasil analisis secara langsung dan proporsional dengan
konsentrasi (kadar) analit dalam sampel atau suatu metode yg harus diuji untuk
membuktikan adanya hubungan linier antara konsentrasi analit & respon detektor.
Linieritas dibuat dengan membuat larutan baku standar dengan konsentrasi
berbeda. Dibuat garis regresi peak terhadap konsentrasi. Kriteria penerimaan yang
diterima jika nilai r2 > 0,99.
Rentang dalam metode analisa dapat ditentukan pada interval kadar terendah
sampai tertinggi analit yang dapat mewakili untuk penentuan presisi, akurasi dan
linearitas.
Prosedur Kerja:
1. Buat seri larutan standar bertingkat dengan konsentrasi 80%, 90%, 100%, 110%,
dan 120%, Captopril dengan cara ambil larutan standar induk sesuai dengan tabel
berikut:
5.2.4 Akurasi
Akurasi merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk memperoleh
nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran). Akurasi dinyatakan sebahgi
prosentase (%) perolehan kembali (recovery). Akurasi dinilai dengan menggunakan
sedikitnya 9 penentuan dengan sedikitnya 3 tingkat konsentrasi dalam rentang
pengujian metode analisis tersebut. Penentuan akurasi dilakukan dengan
menggunakan pengukuran larutan dengan konsentrasi 80%, 100%, dan 120%
masing-masing sebanyak 3 kali. Akurasi dihitung melalui persen perolehan kembali
(% recovery), menggunakan rumus :
kadar yang diperoleh
x 100 %
kadar yang sebenarnya
Persyaratan % Recovery = 98 – 102 % dengan persyaratan % KV < 2%.
Prosedur Kerja:
1. Buat larutan standar captopril 80%, 100% dan 120%
2. Buat serangkaian 3 larutan contoh masing-masing mengandung 80%, 100%, dan
120% captopril dengan mengambil sejumlah tertentu baku kerja captopril dan
larutan plasebo sesuai tabel berikut:
5.2.5 Presisi
Uji bertujuan mengetahui kedekatan dari suatu seri pengukuran yang
diperoleh dari sampel yang homogen.
Persyaratan presisi %RSD ≤ 2%
Prosedur Kerja:
1. Buat larutan standar 100%
2. Buat larutan sampel 100 %. Replikasi sebanyak 6x.
3. Injeksikan tiap larutan contoh ke dalam kolom kromatografi berdasarkan sistem
kromatografi, catat kromatogramnya dan ukur respon puncak utama.
Makalah Pengembangan Sediaan Floating Captopril 25mg
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 102 FFUA
BAB VI
UJI STABILITAS
6.1 Tujuan
Uji stabilitas merupakan serangkaian uji yang didesain untuk mendapatkan
jaminan stabilitas suatu produk, yaitu pemeliharaan spesifikasi suatu produk yang
dikemas dalam bahan pengemas yang telah ditentukan dan disimpan dalam kondisi
penyimpanan yang telah ditetapkan pada rentang waktu tertentu. Setelah dipasarkan,
stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut program berkesinambungan yang
sesuai, yang memungkinkan pendeteksian semua masalah stabilitas (misal perubahan
pada tingkat impuritas, atau profil disolusi) yang berkaitan dengan formula dalam
kemasan yang dipasarkan (BPOM RI, 2013).
Stabilitas merupakan faktor penting dalam menjamin kualitas, efektifitas, dan
kemanan produk obat. Produk obat yang tidak memenuhi stabilitas dapat mengulami
perubahan fisika (kekerasan, laju disolusi, dll) dan kimia. Uji stabilitas dilakukan
untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan kelembapan
selama kondisi penyimpanan. Selain itu, uji stabilitas juga digunakan untuk
penentuan masa kadaluarsa (shelf-life) produk. Parameter uji stabilitas yang
dievalusai untuk sediaan tablet antara lain appearance, bau, warna, kadar, produk
degradasi, disolusi, kelembapan, dan kekerasan/kerapuhan.
6.2 Pelaksanaan Uji Stabilitas
Uji stabilitas yang dilakukan terdiri atas 2 macam, yaitu :
a. Long terrm (on-going)
Sediaan disimpan dalam kondisi penyimpanan normal (30o ± 2o C/75%
±5% RH) sesuai dengan zona IVb, frekuensi uji dilakukan setiap 3 bulan (0,
3, 6, 9, 12, 18, dan 24 bulan) pada tahun pertama, setiap 6 bulan pada tahun
kedua, dan 1 tahun sekali pada tahun berikutnya sampai batas shelf-life
produk. Uji dilakukan minimal terhadap 3 batch produksi.
b. Accelerated test (tes dipercepat)
Sediaan disimpan selama 6 bulan dalam kondisi penyimpanan tertentu
yaitu 40o ± 2o C/75% ± 5% RH. Frekuensi uji dilakukan yaitu 0, 1, 2, 3,dan 6
bulan. Uji dilakukan minimal terhadap 3 batch produksi
6.3 Jumlah sampel
Berikut ini adalah perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk uji
stabilitas :
1. Uji stabilitas dipercepat
a Appearance : 0* tablet
b Keseragaman bobot : 20 tablet
c Keseragaman ukuran : 10 tablet
d Disolusi : 6 tablet
e Kadar : 20 tablet
f Kekerasan : 5 tablet
g Kerapuhan : 10 tablet
h Moisture content : 10 tablet
i Floating behavior : 6 tablet
Jumlah total : 87 tablet (bulatkan ~90 tablet)
Frekuensi test : 4 kali
Maka jumlah yang dibutuhkan : 4 x 90 tablet = 360 tablet
Jika 1 box berisi 10 blister (@blister 10 tablet) maka dibutihkan 4 box
Long term
a Appearance : 0* tablet
b Keseragaman bobot : 20 tablet
c Keseragaman ukuran : 10 tablet
d Disolusi : 6 tablet
e Kadar : 20 tablet
f Kekerasan : 5 tablet
g Kerapuhan : 10 tablet
h Moisture content : 10 tablet
i Floating behavior : 6 tablet
Jumlah total : 87 tablet (bulatkan ~90 tablet)
Frekuensi test : 8 kali
Maka jumlah yang dibutuhkan : 9 x 90 tablet = 720 tablet
Jika 1 box berisi 10 blister (@blister 10 tablet) maka dibutihkan 8 box
BAB VII
UJI BIOAVAILABILITAS-BIOEKIVALENSI
7.3. Desain dan Pelaksanaan Uji Bioekivalensi dan Laporan Hasil Studi
Pada sediaan yang akan dibuat, belum ada innovator sebelumnya dari seiaan
tersebut sehingga dilakukan desain uji bioavailibilitas yang mengikuti Pedoman Cara
Uji Klinik yang Baik (CUKB), termasuk harus lolos Kaji Etik
1. Desain Studi
Studi biasanya dilakukan pada subyek yang sama (dengan desain menyilang)
untuk menghilangkan variasi biologik antar subyek (karena setiap subyek menjadi
kontrolnya sendiri), hal ini sangat memperkecil jumlah subyek yang dibutuhkan. Jadi
untuk membandingkan 2 produk obat, dilakukan studi menyilang 2-way (2 periode
untuk pemberian 2 produk obat pada setiap subyek). Pemberian produk obat yang
pertama harus dilakukan secara acak agar efek urutan (order effect) maupun efek
waktu (period effect), bila ada, dibuat seimbang. Kedua perlakuan dipisahkan oleh
periode washout yang cukup untuk eliminasi produk obat yang pertama diberikan
(biasanya lebih dari 5 kali waktu paruh terminal dari obat, atau lebih lama jika
mempunyai metabolit aktif dengan waktu paruh yang lebih panjang. Jika obat
mempunyai kecepatan eliminasi yang sangat bervariasi antar subyek, periode
washout yang lebih lama diperlukan untuk memperhitungkan kecepatan eliminasi
yang lebih rendah pada beberapa subyek.
.
9. Metode Bioanalitik
Metode bioanalitik yang digunakan untuk menetapkan kadar obat dan
metabolitnya dalam plasma/serum, darah atau urin harus memenuhi persyaratan (1)
stabilitas dalam sampel biologik pada kondisi analisis dan selama waktu
penyimpanan, (2) spesifisitas untuk obat yang diteliti, sehingga hasilnya valid (sahih)
dan dapat dipercaya, (3) akurasi (ketepatan), (4) limit of quantification (LOQ), (5)
presisi (ketelitian), dan (6) reprodusibilitas. Metode yang digunakan harus dijelaskan,
divalidasi dan didokumentasi. Validasi metode bioanalitik harus dilakukan sesuai
dengan pedoman validasi metode bioanalitik dari US FDA untuk industri.
.
BAB VIII
KEMASA
N
1 Nama Obat V V V
10 Nomor Bets V V V
12 Batas Kadaluarsa V V V
13 Indikasi V a) V (-)
14 Posologi V a) V (-)
15 Kontraindikasi V b) V (-)
Peringatan Khusus,
19
misalnya
b. Tanda Peringatan
V V (-)
(P.No.1 – P.No.6)
d. “Bersumber Babi /
V V (-)
Bersinggungan”
Penandaan Khusus,
21
misalnya :
a. Harga Eceran Tertinggi
V V V
(HET)
Keterangan ;
CAPMED® OD CAPMED® OD
Captopril 50 mg PT. Medys Pharma Captopril 50 mg PT. Medys Pharma
No Reg. DKL1719905014A1 No Reg. DKL1719905014A1
No Bets. No Bets.
Exp. Date Exp. Date
HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK
HET : Rp/tablet HET : Rp/tablet
CAPMED® OD CAPMED® OD
Captopril 50 mg PT. Medys Pharma Captopril 50 mg PT. Medys Pharma
No Reg. DKL1719905014A1 No Reg. DKL1719905014A1
No Bets. No Bets.
Exp. Date Exp. Date
HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK
HET : Rp/tablet HET : Rp/tablet
CAPMED® OD CAPMED® OD
Captopril 50 mg PT. Medys Pharma Captopril 50 mg PT. Medys Pharma
No Reg. DKL1719905014A1 No Reg. DKL1719905014A1
No Bets. No Bets.
Exp. Date Exp. Date
HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK
HET : Rp/tablet HET : Rp/tablet
CAPMED® OD CAPMED® OD
Captopril 50 mg PT. Medys Pharma Captopril 50 mg PT. Medys Pharma
No Reg. DKL1719905014A1 No Reg. DKL1719905014A1
No Bets. No Bets.
Exp. Date Exp. Date
HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK
HET : Rp/tablet HET : Rp/tablet
CAPMED® OD CAPMED® OD
Captopril 50 mg PT. Medys Pharma Captopril 50 mg PT. Medys Pharma
No Reg. DKL1719905014A1
No Reg. DKL1719905014A1 No Bets.
No Bets. Exp. Date
Exp. Date
HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK
HARUS DENGAN RESEP DOKTER TIDAK BOLEH DIRACIK
HET : Rp/tablet
HET : Rp/tablet
8.3. Lampiran Kemasan Sekunder
®
CIPROLOXIN
CAPMED® OD
OD
Siprofloksasin 1000
Captopril mg
50 mg
Tablet Lepas Lambat
Tablet Lepas Lambat
@ box 10 blister
@ box 5 blisterTiap blister mengandung 10 tablet
Tiap blister mengandung 10 tablet
CAPMED® OD
Captopr PT. MEdys
Pharma
PT. MEdys Pharma
Surabaya-Indonesia
Surabaya-Indonesia
blister
No Reg. : DKL1719905014A1
No Reg. : DKL1719905014A1
PT.Interdine
PT. Medys Pharma
No Bets : Surabaya-Indonesia
Pharma
No Bets : Surabaya-Indonesia
Mfg Date
Mfg Date : Exp.:Date:
Exp. Date: HET:
CAPMED® OD
Captopril 50 mg
Tablet Lepas
Kemasan Lambat
1 box berisi 10 blister @10 tablet Tablet Lepas Lambat
Komposisi
Setiap satu tablet Capmed® OD (Once Daily) mengandung 50 mg Captopril
Indikasi
Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan kombinasi lain.
Dosis, Posologi, dan Cara Penggunaan
Capmed® OD hanya digunakan dengan aturan pakai sehari diminum sekali
sebelum makan.
Capmed® OD tidak boleh digerus, dikunyah, dihancurkan pada saat akan
diminum.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE inhibitor lainnya..
Efek samping
samping yang dapat timbul adalah ruam kulit, gangguan pengecapan,
neutropenia, proteinuria, sakit kepala, lelah/letih dan hipotensi Efek samping lain
yang pernah dilaporkan: umumnya asthenia, gynecomastia.
Interaksi Obat
- Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren,
anulona) dan preparat kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena
adanya bahaya hiperkalemia.
- Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat
menghambat efek kaptopril.
- Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi
kaptopril dan simetidin.
- Kombinasi kaptopril dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal
ginjal kronik.
BAB IX
REGISTRASI PRODUK
Dokumen registrasi
Obat baru
BAB X
PEMBAHASAN
Pemberian obat secara oral merupakan rute yang paling disukai untuk
mendapatkan efek sistemik. Pelepasan obat terkontrol dengan rute pemakaian oral
menjadi banyak diminati untuk mencapai keberhasilan terapi. Waktu tambat sediaan
oral di lambung dapat meningkatkan bioavailabilitas, meningkatkan pelespasan obat
dan meningkatkan kelarutan bahan obat yang tidak larut pada pH yang tinggi.
Captopril, ACE-Inhibitor pertama yang dipasarkan, adalah ACE- Inhibitor poten.
Captopril adalah satu-satunya ACE-inhibitor yang disetujui untuk digunakan di
Amerika Serikat yang berisi gugus sulfhidril. Apabila diberikan secara oral, captopril
diserap dengan cepat dan memiliki bioavailabilitas sekitar 75%. Konsentrasi puncak
dalam plasma terjadi dalam waktu satu jam, dan obat ini dieliminasi dengan cepat
dengan paruh sekitar 2 jam. Sebagian besar obat tersebut tereliminasi dalam urin,
40% sampai 50% sebagai captopril (utuh) dan sisanya sebagai captopril disulfida dan
captopril-sistein disulfida. Oleh karena adanya makanan mengurangi bioavailabilitas
oral captopril sebesar 25% sampai 30%, maka obat harus diberikan 1 jam sebelum
makan (Katzung, 2008)
Proses pencampuran granul granul dengan larutan pembasah yaitu pada proses
granulasi basah dengan menggunakan mesin fluid bed dryer. Setelah proses
encampuran selesai granul akan di si ayak dengan mesh 18 dengan IPC dilakukan
Inspeksi mutu granul, sifat alir, kandungan air, distribusi particle, kompresibilitas,
desnsitas granul. Proses penambahan fase luar setelah pengayakan yaitu Mg stearat
dan talk dengan menggunakan mixer. Pada proses ini dilakukan IPC waktu,
kecepatan aduk, kadar.
Proses pencetakan tablet dengan menggunakan mesin single punch dan tablet
hasil cetakan akan dilakukan pengecekan seperti pemeriksaan visual keseragaman
bobot, keseragaman ukuran waktu hancur, kerapuhan, distribusi, floating behavior.
Pada tahap ini QC akan melakukan pemeriksaan sehingga status dari tablet adalah
karantina. Setelah proses karantina selesai dan QC menyatakan produk dapat
dilakukan proses lanjutan yaitu proses pengemasan. Pada proses pengemasan
pertama yaitu pengemasan primer dengan blister. Setiap blister akan mengandung 10
tablet.pada tahap pengemasan perlu dilakukan pemeriksaan visual terhadap kemasan,
kebocoran pada kemasan, dan kesesuaian jumlah tablet. Setelah dilakukan
pengemasan primer tahap selanjutnya adalah pengemasan skunder pada tahap
pengemasan skunder dengan unit box yang sudah didesain untuk mengisi sepuluh
blister. Pada tahapan ini perlu diperhatikan bobot dari UB harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan penimbangan ini juga untuk mempermudah
melakukan pengecekan apakah dalam satu unit box sudah terdapat 10 blister.
Tahap akhir sebelum obat dipasarkan yaitu mendapatkan izin edar dari
BPOM melalui proses registrasi. Registrasi Ciproloxin ® OD dikategorikan dalam
kategori 2 untuk registrasi obat copy, sesuai yang dimaksud dalam Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011. Obat copy adalah obat yang mengandung zat
aktif dengan komposisi, kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, indikasi, dan
posologi sama dengan obat yang sudah disetujui. Registrasi dilakukan melalui dua
tahap yaitu pra-registrasi dan registrasi. Dalam tahapan pra-registrasi permohonan
diajukan dengan mengisi formulir pra-registrasi, melakukan pembayaran proses pra-
registrasi dan menyerahkan bukti pembayaran pra-registrasi disertai dengan
melengkapi dokumen registrasi meliputi dokumen administratif dan dokumen mutu.
Pada tahapan registrasi obat dilakukan dengan menyerahkan dokumen registrasi.
Dokumen regsitrasi disusun sesuai format ASEAN Common Technical Dossier
(ACTD). Dokumen registrasi terdiri atas 4 bagian, yaitu :
a Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk, dan penandaan
b Bagian II : Dokumen Mutu
c Bagian III : Dokumen Non – Klinik
d Bagian IV : Dokumen Klinik
Bagian I kelengkapan dokumen administratif yaitu dokumen administratif (1
rangkap) yang terdiri dari surat pengantar, formulir registrasi (4 rangkap), pernyataan
pendaftar, sertifikat sesuai status produksi obat, hasil pra registrasi, kuitansi bukti
pembayaran, dokumen terkait paten, surat keterangan dari produsen mengenai bahan
baku yang bersumber dari hewan/tumbuhan (jika perlu). Informasi produk dan
penandaan yang terdiri dari informasi produk (rangkap 4), penandaan (rangkap 3),
contoh obat dan kemasan dalam bentuk foto atau gambar sessuai aslinya.
Bagian II kelengkapan dokumen mutu terdiri dari Ringkasan dokumen mutu
(sub bagian A), dokumen mutu (sub bagian B), pemerian dan formula obat,
pengembangan produk (informasi studi pengembangan, komponen obat, obat,
pengembangan proses pembuatan, sistem kemasan, atribut mikrobiologi,
kompatibilitas), prosedur pembuatan (formula bets, proses pembuatan dan kontrol
proses, kontrol terhadap tahapan kritis dan produk antara, validasi proses), spesifikasi
dan metode pengujian zat tambahan (spesifikasi, prosedur analisis, zat tambahan
bersumber dari hewan, zat tambahan baru), spesifikasi dan metode pengujian obat
(apesifikasi, prosedur analisis, laporan alidasi metode analisis, analisis bets,
karakterisasi zat pengotor), baku pembanding, spesifikasi dan metode pengujian
kemasan, stabilitas, dan bukti ekivalensi, serta daftar isi (sub bagian C) sebanyak 1
rangkap dan disertai 1 softcopy. Untuk registrasi kategori 2 obat copy tidak
memerlukan dokumen non klinik Bagian IV kelengkapan dokumen klinik untuk
registrasi kategori 2 obat copy yang memerlukan uji klinik dokumen yang
dibutuhkan adalah tinjauan uji klinik, rangkuman uji klinik, dan laporan uji klinik.
BAB XI
KESIMPULAN DAN SARAN
11. 1 Kesimpulan
1. Pengembangan produk tablet floating Cptopril dapat dilakukan dengan
metode pembuatan tablet granulasi basah.
2. Melalui Floating Drug Deliery System (FDDS) didapatkan efek pelepasan
obat terkontrol.
3. Tablet floating adalah bagian dari sistem FDDS (Floating Drug Delivery
System) yang merupakan bentuk sediaan gastroretentive (Gastroretentive
Dosage Form) dimana sistem penghantaran obat ini memperlama waktu
tambat obat di dalam lambung sehingga meningkatkan bioavailabilitas obat-
obat yang site absorpsinya di lambung.
4. Pemilihan sistem penghantaran obat Captopril dengan tablet floating secara
teoritis dapat mengatasi permasalahan absorbsi obat dalam tubuh sehingga
dapat meningkatkan bioavailabilitas obat.
11.2 Saran
1. Perlu dibuat rancangan validasi proses produksi sehingga didapatkan
informasi atau gambaran hasil proses pembuatan pengembangan sediaan
tablet floating captopril apakah sudah sesuai dengan kualitas yang ditetapkan
atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, L., Lazo J., Parker K., 2006. Goodman and Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics. United State of America : McGraw-Hill
Companies, Inc. pp 737-898.
Burton, M.E., Shaw, L.M., Schentag, J.J., Evans W.E., 2006. Applied
Pharmacokinetics & Pharmacodynamics : Principles of Theurapetic Drug
Monitoring. 4th Edition. Maryland :Lippincott Williams & Wilkins. pp 804
Gunawan, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeth, 2009. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Teurapetik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp 299-304
Gunawan, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeth, 2009. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Teurapetik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp 299-304
of Captopril.Pharmtech research.
Parker, R.B., Cavallari, L.H., 2011.Systolic Heart Failure.In :Dipiro, J.T., Talbert,
R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Rogers, Kara. 2011. The Cardiovascular System (The Human Body). 1sted. New
York : Britannica Educational Publishing, Rosen Educational Services. pp: 21-32
Rowe, R.C. sheskey, P.J. 2009. Handbook of pharmaceutical exipient 6th edition.
London :the pharmaceutical press.