Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

OBAT HIPERTENSI/PREEKLAMPSIA CAPTOPRIL

Mata kuliah : Farmakologi

Dosen pengampuh : Ade Zakiyah T Munaf, SST, M.Keb

DISUSUN
OLEH KELOMPOK 2 :
1. Adinda Putri Dehi (751540121002)
2. Arny Van Solang (751540121005)
3. Badrianingsih (751540121007)
4. Deity Melati Sukma Dama (751540121008)
5. Faradillah Khairunnisa Daud (751540121014)
6. Mutiara Husain (751540121020)
7. Nadia Khumairah Pauweni (751540121023)
8. Pratiwi Rais (751540121030)

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
T.A 2021/2022
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CAPTOPRIL
Captopril merupakan salah satu obat antihipertensi golongan ACE
inhibitor (Penghambat enzim) yang telah banyak digunakan untuk
pengobatan hipertensi dan gagal jantung kongestif, dan diresepkan untuk
pasien kronis yang membutuhkan agen terapi jangka panjang Kaptopril
menjadi salah satu obat antihipertensi yang sering diresepkan karena harga
yang terjangkau dan efektif untuk menurunkan tekanan darah (
Diatmika,K.D.P, dkk, 2018).

B. KEGUNAAN CAPTOPRIL
Captopril sering digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau
hipertensi. Obat ini dapat mengurangi cairan berlebih dalam pembuluh
darah sehingga beban kerja jantung dalam memompa darah menjadi lebih
ringan. Selain digunakan untuk mengatasi hipertensi, obat captopril juga
sering digunakan untuk mencegah terjadinya stroke, serangan jantung,
nefropatia diabetes, hingga permasalahan ginjal.
Tujuan penggunaan Captopril adalah sebagai terapi pada hipertensi dan
renovaskuler. Captopril digunakan Untuk pengobatan hipertensi sedang dan
berat. Captopril dapat dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
obat antihipertensi lain terutama tiazid.

C. FARMAKODINAMIK
Pemberian kaptopril menghasilkan pengurangan resistensi arteri perifer
pada pasien hipertensi tanpa adanya perubahan atau peningkatan output
jantung. Pengurangan klinis yang signifikan dari tekanan darah yang sering
diamati 60 sampai 90 menit setelah pemberian kaptopril secara oral.
Namun, penurunan tekanan darah biasanya progresif. Durasi efek
tampaknya berhubungan dengan dosis. Tekanan darah diturunkan dalam
posisi berdiri dan terlentang. Efek ortostatik dan takikardi jarang terjadi,
terjadi paling sering pada pasien yang mengalami deplesia. Tidak ada
peningkatan tekanan darah secara mendadak setelah penarikan obat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aliran darah ginjal
setelah pemberian kaptopril. Laju filtrasi glomerulus biasanya tidak
berubah.Namun dalam beberapa kasus, laju filtrasi glomerulus dapat
menurunkan secara sementara, sehingga terjadi peningkatan jumlah
kreatinin serum dan urea nitrogen secara sementara. Pada manusia, sistem
renin-angiotensin berperan dalam mengatur laju filtrasi glomerulus bila
tekanan perfusi ginjal rendah. Pemberian kaptopril dapat menyebabkan
kerusakan akut filtrasi glomerulus pada pasien tersebut.
Proses kerja obat captopril, secara keseluruhan akan menurunkan
resistensi vaskular, yaitu arterial di perifer, secara sistemik. Captopril juga
membuat peningkatan aliran darah ginjal, sedangkan GFR biasanya tidak
berubah. Cardiac Output (curah jantung) dapat meningkat, atau tidak
berubah. Kesemuanya ini akan menurunkan tekanan darah sistolik,
diastolik, dan rata-rata.

D. FARMAKOKINETIK
1) Absorpsi

Pemberian kaptopril secara oral memberikan penyerapan yang cepat


dengan tingkat darah puncak sekitar 1 mg / mL yang ditemukan 1 / 2 sampai
1 jam setelah dosis 100 mg. Penyerapan minimal rata-rata sekitar 75 persen.
Captopril diabsorpsi cepat sekitar 60‒75% pada perut kosong. Kehadiran
makanan di saluran pencernaan mengurangi penyerapan sebesar 25 sampai
40 persen.
2) Distribusi
Captopril didistribusikan ke dalam air susu ibu dengan konsentrasi
sekitar 1% dari konsentrasi obat dalam darah maternal. Uji coba pada hewan
menunjukkan captopril secara cepat didistribusikan pada hampir semua
jaringan tubuh, kecuali susunan saraf pusat. Captopril terikat pada plasma
protein, terutama albumin, sekitar 25‒30%.
3) Metabolisme
Metabolisme captopril terjadi di hepar. Metabolit captopril berupa
disulfida. Mayoritas metabolit adalah dimers dari captopril disulfida.
Metabolit-metabolit tersebut menjalani proses interkonversi yang
reversibel. Sekitar setengah dari dosis captopril yang diabsorpsi, secara
cepat akan dimetabolisir, terutama menjadi disulfida captopril-sistein, dan
dimer sulfida. Diperkirakan bahwa obat lebih dimetabolisir secara ekstensif
pada pasien dengan fungsi ginjal yang rusak, daripada pasien dengan fungsi
renal yang normal.

Kaptopril secara ekstensif dimetabolisme.Metabolit utama dari kaptopril


adalah kaptopril dimer (SQ 14.551). Penelitian secara in vitro telah
menunjukkan bahwa SQ 14.551 secara signifikan lebih aktif daripada
kaptopril sebagai inhibitor enzim pengkonversi angiotensin.
4) Ekskresi

Kaptopril dan metabolitnya diekskresikan terutama dalam urin. Studi in


vitro menunjukkan bahwa metabolit yang dihasilkan bersifat labil dan
interkonversi dapat terjadi secara in vivo. Lebih daripada 95% dosis obat
yang diabsorpsi, akan diekskresikan ke urine dalam waktu 24 jam, pada
pasien dengan fungsi ginjal yang normal.
Sekitar 40‒50% dari obat yang diekskresikan ke urine berupa captopril yang tidak
berubah. Sisanya sebagai dimers dari captopril disulfida dan disulfida captopril
sistein. Sekitar 20% dari dosis obat tunggal ditemukan pada feses dalam
waktu 5 hari, yang berupa obat yang tidak diabsoprsi. Jumlah
pembersihannya dalam tubuh adalah sekitar 0,8 L / kg / jam.

E. CAPTOPRIL DALAM KEHAMILAN


Kategori obat untuk ibu hamil menurut FDA :
A = studi terkontrol pada wanita hamil yang tidak menunjukkan resiko pada
janin dalam trimester pertama dan berikutnya. Kemungkinan resiko pada
janin sangat kecil.
B = tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil yang menunjukkan dampak
buruk pada trimester pertama dan tidak ada bukti yang menunjukkan resiko
pada trimester berikutnya.
C = obat boleh diberikan hanya jika potensi manfaatnya lebih besar daripada
resikonya pada janin.
D = ada bukti positif beresiko terhadap janin. Namun jika pada kasus
penyakit yang serius, obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak
efektif maka obat tersebut bisa digunakan.
E = pada studi terhadap hewan atau manusia menunjukkan abnormalitas
fetus dan terbukti beresiko tinggi terhadap janin dan ibu hamil. Obat ini
kontraindikasi pada wanita hamil.

Captopril menurut FDA termasuk dalam kategori D untuk kehamilan


sehingga tidak aman digunakan ibu hamil. FDA memasukkan obat captopril
dalam kategori D, untuk penggunaannya pada kehamilan, karena adanya
laporan efek samping pada fetus manusia berdasarkan data investigasi,
laporan kejadian/kasus, dan bukti ilmiah . Uji klinis captopril pada hewan
percobaan telah menunjukkan toksisitas pada fetus.
TGA juga memberikan kategori D untuk captopril pada wanita hamil,
dengan pertimbangan bahwa obat captopril dapat menyebabkan
peningkatan insiden malformasi fetus pada manusia, atau kerusakan yang
ireversibel.
Obat Captopril ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena
memiliki efek samping pada perkembangan janin. Kaptopril menjadi
kontraindikasi pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan gangguan
pada janin bahkan kematian. Obat golongan ini kontraindikasi terhadap ibu
hamil karena bersifat teratogen (merusak janin) terutama pada 6 bulan
terakhir. Menurut kriteria FDA Captopril termasuk dalam kategori D pada
trimester 2 dan 3, karena dapat beresiko tinggi pada janin yakni dapat
menyebabkan oligouria, lahir mati, dan gejala anuria.
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, D. D., Esti. D . U., & Nia. K. S. (2018). Evaluasi Penggunaan


Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-Eklampsia Rawat Inap di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Acta Pharmaciae
Indonesia, 6(1) 29-39

Diatmika, K.D.P.,Gusti A. A., Desak K. A .(2018). Profil efek samping


kaptopril pada pasien hipertensi di Puskesmas Denpasar Timur I
periode Oktober 2017. E- Jurnal Medika Udayana, Vol.7 No.5

Hutabarat, R.A., Suparman, E., dan Wagey, F., (2017), Karakteristik pasien
dengan pre-eklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
Jurnal e-Clinic (eCl), 4(1).

Indhayani, Lidya. (2018). STUDI PENGGUNAAN OBAT


ANTIHIPERTENSI PADA WANITA HAMIL YANG
DIDIAGNOSIS HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT PMI KOTA
BOGOR. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and
Technology Vol.VII , No.1

Lalenoh, Diana Cristiane. (2018). Preeklampsia berat dan Eklampsia:


Tatalaksana Anestesia Perioperatif . Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai