OLEH:
WIWID ARYANI
NIM: PO.71.39.0.16.039
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
laktam yang bertanggung jawab pada aktivitas anti bakterinya, serta berbagai jenis
rantai samping yang bertanggung jawab pada perbedaan sifat fisika-kimia dan
Antibiotik yang cukup banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia antara lain
juga sama luas, mulai untuk mengobati dari infeksi kulit hingga saluran kemih.
Sediaan cefadroxil yang beredar di pasaran berupa tablet, kapsul dan suspensi atau
sirup kering, dimana sediaan dibuat menjadi suspensi ketika akan digunakan
(Ansel, 2011).
Sirup kering adalah suatu campuran padat dari bahan obat dan gula ,
sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan
tidak larut dalam pembawa air. Keuntungan sirup kering dari sirup cairan,
biasanya sirup dapat tahan disimpan lebih lama. Hal ini bertujuan untuk menjaga
stabilitas zat aktif pada masa penyimpanan dan penggunaan (Ansel, 2011).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat
mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan
kadar yang tepat, sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki.
Cefadroksil seperti juga halnya antibiotika yang lain tidak stabil dalam
larutan karena adanya penguraian reaksi kimia selama masa penyimpanan yaitu
cefadroksil, air akan mengikat gugus H+ dan OH- dari gugus amida yang
dengan kadar atau dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri atau mikroba
penyimpanan juga merupakan salah satu faktor luar yang dapat menyebabkan
suhu 2-8° C jika sudah dilarutkan. Tetapi tidak semua pasien patuh dalam
mengikuti petunjuk yang tertera pada kemasan obat, sehingga hal itu bisa saja
B. Rumusan Masalah
rekonstitusi yang disimpan di suhu dingin dan dibiarkan pada suhu ruang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1. Untuk menilai perbedaan kadar sediaan sirup kering sefadroksil yang telah
di rekonstitusi yang disimpan di suhu dingin dan dibiarkan pada suhu ruang.
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotik β-laktam
dari mikroba, terutama fungsi yang dapat digunakan untuk membunuh atau
3. Antagonis folat
(sulfonamide, trimetropim)
5
Upaya antisipasi terhadap resistensi tersebut adalah :
sulbactam;
struktural dari substrat D-Ala-D-Ala alami yang secara kovalen ikat oleh
Penicillin binding protein (PBP) pada situs aktif. Setelah suatu antibiotik bet-
B. Cefadroxil
6
Berat Molekul : 363,40 g/mol.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; praktis tidk larut dalam etanol,
1. Pengertian Umum
dinding sel bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak
sempurna maka bertambahnya plasma yang terserap dengan jalan osmosis akan
cefadroxil adalah obat antibiotik pilihan utama yang sering digunakan karena
memiliki daya kerja yang luas dan harga yang relatif murah (Marthindale, 2009)
7
C. Asetilaseton
merupakan cairan jernih tidak berwarna atau berwarna kuning lemah, mudah
terbakar dan berbau harum. Asetilaseton larut dalam air; dapat bercampur dengan
etanol 95% P kloroform P, aseton, eter P,dan asam glasial. Asetilaseton memiliki
bobot molekul 100,211 dab mengandung tidak kurang dari 98% C5H8O2
(Anonim,1995)
D. Formalin
kadar formaldehid tidak kurang dari 34% dan tidak lebih dari 38 % (Moffat,
1986). Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna atau hampir berwarna,
bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Formalin
30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna,
berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut
dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986). Larutan
pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas
E. Sediaan Sirup
1. Dry Sirup
Dry sirup atau sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan
air pada saat digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin,
Sediaan dalam bentuk suspensi untuk oral biasanya lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk tablet atau kapsul, karena lebih mudah diterima terutama untuk
2. Suspensi
a. Definisi suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah
sediaan seperti diatas, dan tidak termasuk kelompok suspeni yang lebih spesifik,
seperti suspense oral, suspense topical, dan lain-lain (Farmakope Indonesia IV,
1995)
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase, fase kontinu
atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semipadat, dan fase terdispersi
atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut,
tapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu; zat yang tidak larut bisa
dimasukkan untuk absorpsi fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar
Dalam preparat ini bahan yang didistribusikan disebut sebagai dispers atau
fase terdispersi dan pembawanya disebut fase pendispersi atau medium dispersi.
Preparat oral dengan tipe ini, paling banyak medium dispersinya adalah air.
Partikel dari fase terdispersi ukurannya sangat berbeda-beda, dari partakel besar
yang dapat dilhat dengan mata telanjang sampai ke partikel dari ukuran koloid;
jatuh antara 1 milimikron dan kira – kira 500 milimikron atau 0,5 mikron.
Dispersi yang berisi partikel-partikel kasar, biasanya dengan ukuran 1 sampai 100
mikron, disebut sebagai dispersi kasar dan mencakup suspense serta emulsi.
Suspensi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan
atau yang dinonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intavena dan
mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat
ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel
suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula. Yang sangat
penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk
menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin
keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup
Kebanyakan bahan-bahan antibiotika tidak stabil bila berada dalam larutan, untuk
waktu lama yang diinginkan dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas, bahan obat
dengan bentuk tidak larut dalam suspensi barair atau sebagai serbuk kering untuk
dioplos sangat menarik bagi pabrik obat. Suspensi oral antibiotik juga
memberikan cara yang memuaskan dari pemberian sediaan kepada bayi dan anak-
anak, sebagaimana juga pada orang dewasa yang lebih senang memilih sediaan
dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat (identitas,
obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan
kadar yang tepat, sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki,
penetapan kadar obat dilakukan untuk menjaga mutu obat sesuai dengan ketetapan
dalam Farmakope Indonesia. Stabilitas obat dapat dipengaruhi oleh Faktor luar
yang mempengaruhi antara lain suhu, kelembapan, udara dan cahaya. Suhu
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya
diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang lama
jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil
urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
(Anonim,2010).
3. Bioavailability berubah
4. Hilangnya keseragaman kandungan
suspensi oral mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
𝐶16𝐻17𝑁3𝑂5𝑆 dari jumlah yang tertera pada etiket. Stabilitas obat perlu
dalam obat, sehingga tidak mencapai efek terapi atau memberikan efek lainnya.
Terdapat beberapa jenis degradasi, yaitu degradasi kimia, fiska, biologi, dan
kombinasi.
1. Degradasi Kimia
menjadi lebih sederhana (kecil) baik secara alami maupun buatan. Degradasi
reaksi oksidasi.
Zat aktif yang digunakan sebagai obat-obatan memiliki struktur molekul
yang beragam, oleh karena itu rentan terhadap banyak variabel dan jalur degradasi
interaksi yang kompleks dengan eksipien dan obat-obatan lainnya. Hal ini akan
G. Hidrolisis
Hidrolisis adalah pemecahan ikatan kimia akibat reaksi air. Ini berlawanan
ganda, tetapi tidak terkait dengan fragmentasi molekul. Sejumlah besar gugus
penyimpanannya, tetapi yang paling umum di temui adalah ester dan amida.
1. Definisi
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan
antara absorpsi dengan panjang gelombang dari larutan baku pada keadaan
tertentu.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat seri larutan dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi.
Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2 sampai 0,8.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran ini nilai absorbansi
tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Gandjar, 2007).
2. Penggunaan Spektrofotometer UV
hukum Lambert-Beer
3. Warna-Warna Komplementer
Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan yang berwarna
maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara selektif dan
radiasi sinar lainnya akan diteruskan. Absorbansi maksimum dari larutan
berwarna terjadi pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang diamati,
misalnya larutan berwarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah
warna hijau. Dengan kata lain warna yang diserap adalah warna komplementer
dari warna yang diamati (Suharta, 2005). Warna yang dapat dilihat oleh manusia
disebut sinar tampak (visible) yang merupakan campuran dari sinar-sinar yang
lihat pada pelangi. Warna-warna komplementer adalah salah satu pasangan dari
a. Analisa Kualitatif
spectrum serapan larutan dalam pelarut dan dengan kadar tertentu untuk
maksimum. Sehingga kesalahan yang disebabkan untuk alat dapat dihindari dan
b. Analisa Kuantitatif
dilakukan dengan mengukur serapan larutan zat dalam pelarut pada panjang
kemudian terhadap larutan zat yang diperiksa. Sebagai pengganti zat pembanding
kimia, dapat digunakan kurva baku yang dibuat dari zat pembanding kurva.
Berdasarkan metode analisa yang digunakan dalam pengukur densitas
IV, 1995)
Hukum Lambert-Beers :
A = log Io/It.ℇ. b . c = a . b . c
Atau
A = 2 - log%T
Dengan
A : serapan
a : dayaserap (L.g-1.cm-1)
b : teballarutan/kuvet (cm)
c : konsentrasi (g.L-1,mg.mL-1)
T : transmisi
suatu zat biasanya merupakan panjang gelombang dimana zat yang bersangkutan
akan lebih besar. Hal tersebut dapat terjadi karena pada panjang gelombang
tidak terlalu besar pada kurva serapan tidak akan menyebabkan kesalahan
pembacaan yang terlalu besar pula (dapat diabaikan). Serapan yang optimum
Namun menurut literature lain, serapan sebesar 2-3 relatif masih meberikan hasil
perhitungan yang cukup baik, walaupun disarankan agar serapan berada di bawah
2 untuk hasil yang lebih baik, dengan cara mengencerkan larutan zat yang akan
Dry Sirup
Sefadroksil
J. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
terhadap sediaan antibiotik sefadroksil yang disimpan pada suhu dingin dan suhu
ruang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2019 di Balai Besar
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sediaan dry sirup yang mengandung
2. Sampel
tertentu yang telah dibuat oleh penulis terhadap objek yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
Mula – mula peneliti mengadakan studi pendahuluan dengan
Kriteria Inklusi
1. Alat
e. Termometer k. Erlenmeyer
f. Kertas saring
2. Bahan
c. Etil asetoasetat
d. Formaldehid
f. Natrium asetat
g. Akuades
sebagai sampel.
dengan cara pembuatan suspensi yang terdapat pada brosur obat masing-
masing.
cara pembuatan suspensi yang terdapat pada brosur obat. Setelah sampel
disuspensikan, sampel dibagi menjadi dua cara perlakuan yaitu disimpan pada
suhu dingin (2-8˚C) dan suhu kamar (15-30˚C) selama 4 hari penyimpanan.
Selanjutnya akan diukur kadar sampel hari ke 1,2,3 dan 4 dengan metode
Palembang.
3. Prosedur Kerja
larutan asam asetat 0,2 M. Larutan ini kemudian ditambahkan pada larutan
2,0 mL (2 mol) etil asetoasetat dan 3,8 mL (1 mol) formaldehid yang dibuat
baru. Larutan terakhir (disebut larutan pereaksi) ditambah asam asetat 0,2 M
bila larutan terlalu basa atau NaOH 0,2 M bila larutan terlalu asam hingga
pH larutan menjadi 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5, kemudian diencerkan dengan
spektrofotometri visibel
labu takar 25,0 mL, kemudian ditambah 4,0 mL larutan pereaksi dengan pH
3,0. Larutan didiamkan selama 20 menit pada suhu 45°C, didinginkan dan
labu takar 25,0 mL, kemudian ditambah 4,0 mL larutan pereaksi (pH = 2,0;
2,5; 3,0 dan 3,5). Larutan didiamkan selama 20 menit pada suhu 45°C,
larutan diukur serapannya pada λmaks yang yang diperoleh pada butir B1.
paling tinggi.
labu takar 25,0 mL, kemudian ditambah larutan pereaksi pH optimum (1,0;
2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 10,0 dan 15,0 mL). Larutan didiamkan selama 20 menit
pada suhu 45°C, didinginkan dan diencerkan dengan akuades sampai tanda.
Masing-masing larutan diukur serapannya pada λmaks. Volume larutan
labu takar 25,0 mL, kemudian ditambah larutan pereaksi (volume dan pH
optimum). Larutan didiamkan selama selang waktu yang berbeda (5, 10, 15,
sefradroksil.
Sejumlah 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 mL larutan baku sefadroksil 0,0052 M
1) Pengujian presisi
dalam labu takar 10,0 mL, kemudian ditambah 4,0 mL larutan pereaksi pH
2) Penentuan recovery
dan diencerkan secara kuantitatif dalam labu ukur 50,0 mL, disaring
kemudian dipipet 3,0 mL diencerkan dengan akuades dalam labu takar 10,0
mL. Dari larutan ini dipipet 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar
1. Variabel dependen:
Kadar sefadroksil
2. Variabel independen:
Suhu penyimpanan
G. Definisi Operasional
1. Kadar Sefadroksil
dari 90% dan tidak lebih dari 120% dari jumlah yang tertera
2. Suhu Penyimpanan
Definisi : Suhu terbagi menjadi suhu dingin (2-8˚C) dan suhu kamar
Alat : Termometer
hasil penetapan kadar sefadroksil. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
yang akan dilakukan yaitu uji beda menggunakan independent sample t-test untuk
menguji adakah perbedaan kadar sediaan sirup kering sefadroksil yang telah di
rekonstitusi yang disimpan di suhu dingin (2-8°C) dan dibiarkan pada suhu ruang
(15-30°C)
I. Kerangka Operasional
Suspensi Sefadroksil
Sampel uji
Penghitungan Kadar
Metode
Spektrofotometri Visibel
Independent t-test
Ansel, H.C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Ke-4. UI Press.
Jakarta.hal. 353 dan 373.
Ansel, Howard C.2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi ke-4 Farida;
Ibrahim, penterjemah. Jakarta :Universitas Indonesia Press.
Cairns, D., 2008. Intisari Kimia Farmasi (edisi ke-2). Terjemahan Oleh: Rini, M.
P., Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, Indonesia, Hal. 175-190.
Carstensen, J.T, dan Rhodes, C.T.2000. Drug Stability Principles and Practies,
Third Edition. New York.
Departemen Kesehatan, 2015. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.