Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA

PEMBUATAN KAPSUL AMOKSISILIN 250 MG

Disusun oleh:
Nama: Nancy Vellisia
NRP: 110119089
KP/Kelompok: F/4

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2022
I. DEFINISI DAN TUJUAN
A. DEFINISI
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000).
Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang
(dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa
peningkatan diameter.

Kapsul gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tutup dan induk. Umumnya,
ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk memberikan penutupan yang
baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya diletakkan sepenuhnya, yang
mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan
penanganan.

Kapsul cangkang keras terbuat dari pati terdiri atas bagian tutup dan induk.
Karena kedua bagian tersebut tidak melekat dengan dengan baik, maka bagian-
bagian tersebut dilekatkan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari
pemisahan. Kapsul pati dilekatkan dengan mengoleskan campuran air-alkohol
pada rongga cangkang tutup, segera sebelum dilekatkan ke cangkang induk.
Pelekatan kapsul gelatin cangkang keras atau pelekatan dengan cairan pada
kapsul pati cangkang keras meningkatkan keamanan karena kapsul sukar dibuka
tanpa kerusakan nyata dan meningkatkan stabilitas isi kapsul dengan membatasi
masuknya oksigen.

Kapsul bercangkang keras yang diisi di pabrik sering mempunyai warna dan
bentuk berbeda atau diberi tanda untuk mengetahui identitas pabrik. Pada kapsul
seperti ini dapat dicantumkan jumlah zat aktif, kode produk dan lain-lain yang
dicetak secara aksial atau radial. Tinta cetak kualitas farmasi memenuhi
ketentuan yang berlaku mengenai pigmen dan zat warna yang diizinkan
(Farmakope Indonesia VI, hal 53)

B. TUJUAN
1. Menutupi bau dan rasa tidak enak
2. Melindungi bahan aktif kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3. Membantu pasien yang tidak dapat minum obat dalam bentuk serbuk
4. Dapat dicampur beberapa bahan obat yang tidak tercampur secara fisik
5. Memperbaiki penampilan yang sering dibuat kapsul antara lain
antibiotika, analgetika, vitamin dll.
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, p. 59 - 60)
II. PRAFORMULASI
A. SIFAT BAHAN AKTIF SEDIAAN
Nama / Sinonim : Asam (2S,5R,6R)-6[(R)-(−)-2-amino-2-(p-hidroksifenil)-
asetamido]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-karboksilat trihidrat
(FI VI, hal. 127)
Bentuk : Serbuk hablur (FI VI, hal. 127)
Warna : Putih (FI VI, hal. 127)
Rasa : Pahit (https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Amoxicillin)
Bau : Praktis tidak berbau (FI VI, hal. 127)
Titik leleh : 94 - 97℃ (Martindale 38th edition, p. 79)
Polimorfisme : Kristal amorf
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,Teknologi
Sediaan Solid. Edisi Tahun 2018. Hal. 70)
Struktur kimia : (MD ed 36. hal 202)

BM = 365,41

B. SIFAT KIMIA DAN FISIKOMEKANIKA


1. Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen,
dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform (FI VI hal 127)
2. Stabilitas :
• Stabilitas fisika : tidak stabil terhadap udara (MD ed 36. hal 202),
• Stabilitas kimia : amoxicillin trihydrate (0,005M) terdegradasi pada pH 0,3
hingga 10,5 pada 35°. Pada pH konstan dengan degradasi buffer berlebih
mengikuti kinetika orde pertama (Codex ed 12, hal 730)
3. Higroskopisitas : Amoxicillin sodium sangat higroskopis (MD ed 36. hal 202)
4. Sifat fisiko mekanika : Amoksisilin memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang
cukup baik (Shahhet et al. 2011. Improvement of The Physicochemical
Properties of Amoxicillin Trihydrate Powder by Recrystallization at
Different pH Values. Int J Pharm Sci, Vol 3, Suppl 3, 2011, 99)

C. FARMAKOLOGI
1. Dosis : (MD ed 36. hal 203)
• Dosis oral yang biasa adalah 250 hingga 500 mg setiap 8 jam, atau 500
hingga 875 mg setiap 12 jam.
• Anak-anak hingga usia 10 tahun dapat diberikan 125 hingga 250 mg setiap 8
jam; untuk di bawah 40 kg, dosisnya 20 sampai 40 mg/kg setiap hari dalam
dosis terbagi setiap 8 jam, atau 25 sampai 45 mg/kg setiap hari dalam dosis
terbagi setiap 12 jam
• pada bayi kurang dari 3 bulan, dosis maksimum harus 30 mg/kg setiap hari
dalam dosis terbagi setiap 12 jam

2. Indikasi : (https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Amoxicillin)
Amoksisilin diindikasikan untuk mengobati infeksi bakteri yang rentan pada
telinga, hidung, tenggorokan, saluran genitourinari, kulit, struktur kulit, dan
saluran pernapasan bagian bawah. Amoksisilin diberikan dengan asam
klavulanat untuk mengobati sinusitis bakteri akut, pneumonia yang didapat
masyarakat, infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media bakteri akut, infeksi
kulit dan struktur kulit, dan infeksi saluran kemih. Amoksisilin diberikan dengan
omeprazol dalam pengobatan.

III. FORMULA
1. Formula 1
R/ Amoxicillin Trihydrate 500 mg
Aerosil 200 1,20 mg
Magnesium Stearate 7,72 mg
Sodium Lauryl Sulfate 8,91 mg
(Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations Uncompressed Solid Products. USA: Informa Healthcase USA)
2. Formula 2
R/ Amoxicillin 95%
Talc 2,5%
Starch 2,5%
(Elgahmi, Salem K dkk. 2019. The Redesign of Amoxicillin Capsules as a
Tablet Dosage Form Using Direct Compression. Libya : Faculty of Pharmacy,
University of Benghazi)
3. Formula 3
R/ Amoxicillin 500 mg
Avicel PH 102 200 mg
Ac-di-sol 7 mg
(Pasqualoto, Kerly F.M dkk. 2005. Development and Evaluation of
Amoxicillin Formulations by Direct Compression: Influence of the Adjuvants
on Physicomechanical and Biopharmaceutical Properties of the Tablets. Brazil
: Acta Farm Bonarense)

Formula yang akan diaplikasikan


(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition, p.371)
R/ Amoksisilin 250 mg
Avicel PH 102 ad 100%

Fungsi komponen dalam formula :


1. Amoksisilin : bahan aktif
2. Avicel PH 102 (ad 100%) : pengisi
IV. PENIMBANGAN
No. Bahan Fungsi Persentase Jumlah per Jumlah per 100
kapsul (mg) kapsul (gram)

1. Amoksisilin Bahan aktif 250 25

2. Avicel PH Pengisi 41,67 4,167


102 Ad 100%

Total 100

V. PERHITUNGAN
a. Orientasi kapasitas cangkang kapsul
1. Orientasi kapasitas cangkang kapsul bila diisi Amoksisilin hingga penuh
Bobot cangkang kapsul kosong = 80mg
Bobot cangkang kapsul + amoks = 380 mg
Bobot amoksisilin = 300 mg
Berarti kapasitas kapsul bila diisi amoksisilin hingga penuh = 300 mg
2. Orientasi kapasitas cangkang kapsul bila diisi Avicel PH 102 hingga penuh
Bobot cangkang kapsul kosong = 80 mg
Bobot cangkang kapsul + Avicel = 330 mg
Bobot Avicel PH 102 = 250 mg
Berarti kapasitas kapsul bila diisi Avicel PH 102 hingga penuh = 250 mg
3. Kesetaraan kapasitas cangkang kapsul No. 1 300 mg amoksisilin = 250 mg
Avicel PH 102

b. Perhitungan Jumlah Pengisi (Avicel PH 102)


1. Kandungan per kapsul = 250 mg amoksisilin
2. Sisa ruang kosong bila dihitung terhadap amoksisilin =50 mg
3. Konversi sisa ruang kosong terhadap Avicel PH 102 = (50 mg/300mg) x 250
mg = 41,67mg
4. Jumlah Avicel PH 102 yang ditambahkan per kapsul = 41,67mg
5. Perhitungan jumlah bahan untuk pembuatan 100 kapsul
Amoksisilin = 250 mg x 100 = 2500 mg = 25 gram
Avicel PH 102 = 41,67 mg x 100 = 4167 mg = 4,167 gram

VI. PROSEDUR
1. Amoksisilin dan Avicel PH 102 dicampur dengan menggunakan tumbling mixer
selama 5 menit
2. Dilakukan penentuan bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat campuran serbuk
3. Cangkang kapsul dibuka kemudian dipisahkan badan dan tutup kapsul, badan
kapsul diletakkan pada tray
4. Serbuk campuran dimasukkan ke badan kapsul hingga merata dan tinggi serbuk
pada seluruh badan kapsul sama
5. Tray kapsul sedikit diturunkan kemudian tutup kapsul dengan menggunakan tutup
kapsul
6. Dilakukan kontrol kualitas kapsul meliputi bobot kapsul (10 unit) dan waktu hancur
kapsul

SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Menimbang 25g amoxicillin diatas Menimbang 14g avicel pH diatas


timbangan gram menggunakan timbangan gram menggunakan
kertas perkamen rol kertas perkamen rol

Campurkan ad homogen
menggunakan mixer selama 5
menit

Hasil Campuran Homogen Dilakukan penentuan


(Serbuk) bobot jenis nyata dan
bobot jenis mampat

Disiapkan cangkang Cangkang kapsul


kapsul no 1 dibuka dan
dipisahkan badan dan
tutup kasul

Badan kapsul
diletakkan pada tray

Campuran serbuk dimasukkan


kedalam badan kapsul hingga
merata dan tinggi serbuk pada
seluruh kapsul sama

Dilakukan kontrol kualitas


Tray kapsul sedikit diturunkan pada 10 unit kapsul yang
kemudian kapsul ditutup meluputi bobot kapsul dan
menggunakan tutup kapsul waktu hancur kapsul
VII. KONTROL KUALITAS
1. Bobot jenis / Kerapatan nyata bahan pengisi kapsul (bulk atau ruah) (FI VI hal
2023-2024)
Kerapatan serbuk ruahan adalah perbandingan antara massa serbuk yang belum
dimampatkan terhadap volume termasuk kontribusi volume pori antarpartikel.
Satuan internasional kilogram per meter kubik (1g/mL=1000 kg/m3) karena
pengukuran dilakukan dengan menggunakan gelas ukur maka kerapatan serbuk
ruahan dinyatakan dalam gram per mL (g/mL)
Kerapatan serbuk ruahan ditetapkan dengan mengukur volume contoh serbuk yang
telah diayak dan diketahui bobotnya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur
(Metode I), atau menimbang massa serbuk yang telah diketahui volumenya
menggunakan volumeter ke dalam sebuah cawan (Metode II) atau pengukuran
dengan bejana pengukur (Metode III). Metode I dan Metode III lebih disukai.

Metode I (Pengukuran Menggunakan Gelas Ukur).

Prosedur:

1. Sejumlah serbuk yang mencukupi untuk pengujian jika perlu diayak dengan
ayakan yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0
mm untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan;
hal ini harus dilakukan secara perlahan untuk mencegah perubahan sifat materi.
2. Timbang saksama lebih kurang 100 g serbuk yang telah diayak, (M), dengan
tingkat akurasi 0,1%, masukkan ke dalam gelas ukur 250 mL (dengan skala
terkecil 2 mL), tanpa pemampatan.
3. Ratakan permukaan serbuk dengan hati-hati tanpa dimampatkan, jika perlu, dan
bacalah volume yang terlihat (VO) ke skala terdekat.
4. Hitung kerapatan ruahan dalam g/mL dengan rumus M/VO.
5. Lakukan pengukuran secara berulang.

Jika kepadatan serbuk terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga contoh uji
memiliki volume yang belum dimampatkan lebih dari 250 mL atau kurang dari 150
mL, tidak dimungkinkan untuk menggunakan 100 g contoh serbuk. Oleh karena itu,
jumlah serbuk yang berbeda harus dipilih sentoh uji, sehingga volume serbuk yang
belum dimampatkan berada diantara 150 mL sampai 250 mL (volume lebih besar
atau sama dengan 60% dari volume gelas ukur); bobot serbuk uji yang digunakan
dicantumkan dalam hasil. Untuk serbuk yang memiliki volume antara 50 mL dan
100 mL, gunakan gelas ukur 100 mL dengan skala 1 mL; volume gelas ukur yang
digunakan dicantumkan dalam hasil.Kerapatan serbuk ruahan adalah perbandingan
antara massa serbuk yang belum dimampatkan terhadap volume termasuk
kontribusi volume pori antarpartikel. Satuan internasional kilogram per meter kubik
(1g/mL=1000 kg/m3) karena pengukuran dilakukan dengan menggunakan gelas
ukur maka kerapatan serbuk ruahan dinyatakan dalam gram per mL (g/mL)

Metode II (Pengukuran Menggunakan Volumeter).

Prosedur: Alirkan serbuk dalam jumlah berlebih melalui alat tersebut ke dalam
wadah penampung (yang telah ditara) sampai melimpah. Gunakan wadah
penampung dengan volume minimum 25 cm3 untuk bentuk persegi dan 35 cm3
untuk bentuk silinder. Hati-hati mengikis kelebihan serbuk dari atas wadah yaitu
dengan cara gerakan perlahan pinggiran spatula yang tajam secara tegak lurus
dengan permukaan atas wadah itu, pertahankan posisi spatula tegak lurus guna
menjaga kemasan atau mengikis serbuk dari wadah. Bersihkan dinding luar wadah,
dan tentukan bobot, M, dari serbuk dengan tingkat akurasi 0,1%. Hitung kerapatan
ruahan, dalam g per mL, dengan rumus: M/Vo
Vo adalah volume wadah dalam mL. Hitung rata-rata dari tiga pengukuran
menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.

Metode III (Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur).

Prosedur:

Sejumlah serbuk yang mencukupi untuk pengujian jika perlu diayak dengan ayakan
yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm untuk
memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan sehingga
memungkinkan contoh mengalir bebas ke dalam bejana pengukur (yang telah
ditara) sampai berlebih. Secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari bagian atas
bejana pengukur seperti yang dijelaskan pada Metode II. Tentukan bobot (MO)
serbuk dengan pendekatan 0,1%. Hitung kerapatan serbuk ruahan (g/mL) dengan
rumus MO/100, dan catat rata-rata tiga pengukuran menggunakan tiga contoh
serbuk yang berbeda.
Metode yang dipilih yaitu Metode I (Pengukuran Menggunakan Gelas Ukur).
Alat-alat:
1. Gelas ukur
2. Timbangan

Prosedur Kerja:
1. Timbang bahan sejumlah 40-130 g pada kertas timbang.
2. Tuangkan bahan tersebut ke dalam gelas ukur 250 ml yang dimiringkan pada
sudut 45o dengan cepat (dapat melalui corong).
3. Tegakkan gelas ukur dan goyangkan dengan cepat untuk meratakan
permukaan bahan dan baca volumenya (ml).
4. Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sebagai berikut:
ρ nyata = W/V g/ml

Hasil Pengamatan:
Replikasi W (g) V (ml) ρB (g/ml)

1. 10 47 0,21

2. - - -

3. - - -

Rerata 0,21

2. Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif
dalam satuan sediaan.
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI < 911> Keseragaman Sediaan.
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam
satuan sediaan. Persyaratan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku untuk masing-masing
zat aktif yang terkandung dalam satuan sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif,
kecuali dinyatakan lain dalam farmakope.

a. Keragaman bobot tablet


Uji keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut:
1) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak.
2) Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan sediaan padat steril) yang
dikemas dalam wadah dosis tunggal dan tidak mengandung zat tambahan
aktif atau inaktif.
3) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah
dosis tunggal, dengan atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif, yang
disiapkan dari larutan asal dan dibeku-keringkan dalam wadah akhir dan
pada etikel dicantumkan metode pembuatan.
4) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut selaput, mengandung
zat aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot,
satuan sediaan atau dalam kasus kapsul keras, kandungan kapsul, kecuali
keseragaman dari zat aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih
kecil memenuhi persyaratan keseragaman kandungan.
Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets yang mewakili
menggunakan metode analisis yang sesuai. Nilai ini disebut hasil A, dinyatakan
dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti tertera pada
perhitungan nilai penerimaan) dengan asumsi kadar (bobot zat aktif perbobot
satuan sediaan) homogen. Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan
lakukan seperti berikut.
Untuk tablet tidak bersalut, timbang seksama 10 tablet satu persatu. Hitung
jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari jumlah
yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet.
Hitung nilai penerimaan (NP), yaitu

b. Keseragaman kandungan
Uji keseragaman kandungan dipersyaratkan untuk semua bentuk sediaan yang
tidak memenuhi kondisi di atas pada uji keragaman bobot. Jika dipersyaratkan
uji keseragaman kandungan, industri dapat memenuhi persyaratan ini dengan
melakukan uji keragaman bobot jika simpangan baku relatif (SBR) kadar dari
zat aktif pada sediaan akhir tidak lebih dari 2%.
Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan seperti berikut untuk bentuk
sediaan yang dimaksud. Untuk sediaan padat, ditetapkan kadar masingmasing
10 satuan menggunakan metode analisis yang sesuai.
Hitung nilai penerimaan (NP) seperti rumus pada keragaman bobot.

Kriteria :
Untuk sediaan padat dan cair.
Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan
pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai penerimaan lebih
besar dari L1%, lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung
nilai penerimaan.

Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil
atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-(0,01)(L2)]
M atau tidak satu unitpun lebih dari [1+(0,01)(L2)] M seperti yang tertera pada
Perhitungan nilai penerimaan dalam keseragaman kandungan atau keragaman
bobot. Kecuali dinyatakan lain, L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
Alat-alat:
1. Neraca analitik
2. Instrumen metode analisis (Spektrofotometer atau Kromatografi)
3. Pinset

Prosedur Kerja:
1. Tentukan bahwa tablet Anda termasuk menggunakan pengujian
keseragaman kandungan atau keragaman bobot berdasarkan jumlah
dosis bahan aktif per unit sediaan (dalam mg dan/atau %).
2. Lakukan prosedur kerja selanjutnya berdasarkan (Farmakope Indonesia
VI pada bagian persyaratan umum “Keseragaman Sediaan <911>

Hasil Pengamatan:
No. Bobot kapsul(g)

1 0,2444

2 0,2481

3 0,2362

4 0,2460

5 0,2316

6 0,2170

7 0,2096

8 0,2056

9 0,2289

10 0,2295

0.22969
Rerata

Bobot kapsul yang direncanakan : 0,25g


Persyaratan : 85% - 115% dari klaim label untuk sampai 10 unit dosis yang
diuji, tanpa unit diluar.
Pustaka : Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 10
th edition p. 245
Kesimpulan : (0,229/0,25) x 100% = 91,6% (memenuhi persyaratan)

3. Waktu hancur
Uji kekerasan dirancang untuk mengukur keregasan atau kerapuhan supositoria.
Waktu hancur kapsul merupakan waktu yang diperlukan oleh kapsul untuk hancur.
Pengukuran waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat Desintegration
Tester. Uji ini dimaksudkan untuk menentukan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet hisap atau dikunyah atau
dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak
waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut.

Alat-alat:
1. Alat uji waktu hancur
2. Stopwatch

Prosedur Kerja:
1. Nyalakan alat uji waktu hancur dan masukkan air pada bejana sehingga keenam
tabung tempat kapsul diletakkan dapat terendam kemudian atur setting
temperatur pada 37oC.
2. Sebanyak 6 kapsul ditempatkan pada masing-masing tabung yang terdapat pada
alat uji waktu hancur.
3. Jalankan alat uji sehingga tabung-tabung bergerak naik turun dan nyalakan
stopwatch bersamaan dengan mulai dijalankannya alat sampai dengan kapsul
hancur
4. Catat waktu hancur keenam kapsul.

Hasil Pengataman:
No Hasil Pengamatan(menit)

1 3,49

2 3,58

4,46
3

4 4,41

5 4,01

6 4,51

Persyaratan : Waktu hancur kapsul tidak lebih dari 15 menit


Pustaka : Murtini, Gloria dan Yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan Solid.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, p. 78.
Kesimpulan : Memenuhi persyaratan karena tidak lebih 15 menit
VIII. PEMBAHASAN

Sediaan kapsul merupakan Salah satu sediaan Farmasi berbertuk padat yang praktis dan
mudah penggunaannya. Selain bahan aktif sediaan kapsul juga perlu ditambahkan bahan
penolong yang lain yang kompatibel. Amoksisilin merupakan bahan aktif dalam
pembuatan kapsul kali ini, dimana amoksisilin memiliki rasa pahit. Sehingga dibuat
dalam bentuk sediaan kapsul untuk meningkatkan akseptabilitas. Eksipien - eksipien
yarg ditambahkan yaitu Aerosil pH 102 sebagai pengisi. Baik bahan aktif maupun
bahan tambahan (eksipien) akan diproses dengan cara diayak terlebih dahulu , kemudian
dicampur menjadi serbuk yang homogen tetapi dalam praktikum yang dilakukan tidak
ayak terlebih dahulu sehingga campuran tersebut belum halus atau tidak ada
kesegaramaan bobot antar partikel, dan kemudian dilakukan Uji kontrol Kualitas.
Berdasarkan hasil kontrol uji kualitas yang dilakukan, disimpulkan bahwa kapsul yang
dibuat bagus karena kesegaramaan kandungan nya memenuhi persyaratan yaitu: 85% -
115% dan waktu hancur nya tidak lebih 15 menit sehingga hal ini dipengaruhi dan
dapat mempengaruhi distribusi ukuran partikel, kompresibilitas, dan sifat alirnya bagus
tetapi dalam praktikum yang dilakukan tidak melakukan uji distribusi ukuran partikel,
kompresibilitas, dan sifat alir sehingga belum dapat mendata seberapa % atau
menentukkan seberapa jeleknya/bagusnya produk yang diciptakan/dihasilkan

Anda mungkin juga menyukai