Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN DRY SIRUP AMOXICILLIN

Kelompok 5
1. Rawina nurmarianita
2. Adzan bagus I.
3. Fairuzly yulian
4. Fitri ramadhani
5. Luluun naadlirah
6. Indah kusuma wardani
7. Nesia mustika sari
8. Tenthnia putri pratiwi
9. Viginia lorenza
10. Rikke prenanda y.
11. Aeny rizky kurniasari

(201210410311098)
(201210410311141)
(201210410311147)
(201210410311157)
(201210410311167)
(201210410311204)
(201210410311220)
(201210410311228)
(201210410311235)
(201210410311241)
(201210410311251)

Kelas D

Dosen pembimbing:
Devita Yoniva.,S.Farm.
Rizkia Nur Wahyuni., S.Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam proses belajar
mengajar.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, 28 Oktober 2014

Penyusun

BAB I
TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT

1.1. Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh kuman kuman gram negatif maupun gram positif,
khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan, dan saluran kemih
(infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis media) (Mycek et al.,
2001).

1.2. Farmakokinetika
1. Absorpsi
Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga konsekuensinya amoxicillin tidak
cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena salmonella, karena kadar efektif
secara terapetik tidak mencapai organisme dalam celah intestinal (McEvoy and Gerald,
2002).
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan
pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak konsentrasi serum dan AUC
meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek terapi Amoxicillin akan tercapai
setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral.

Meskipun adanya makanan di saluran

pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak


konsentrasi serum amoxicillin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total
obat yang diabsorpsi (McEvoy and Gerald, 2002).

2. Distribusi
Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati sawar
plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian,
penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak cukup
untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut (hari pertama),
meningen terinflamasi lebih permeable terhadap amoxicillin, yang menyebabkan
peningkatan rasio sejumlah obat dalam susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam
serum. Bila infefksi mereda, inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk
kembali (Mycek et al., 2001).

3. Eliminasi
Jalan utama eliminasi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di ginjal, sama
seperti melalui filtrat glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis obat
yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001).

1.3. Mekanisme
Amoxicillin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri (transpeptidase
atau ikatan silang) sehingga membran kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat
terjadi, sehingga amoxicillin disebut bakterisida. Keberhasilan aktivitas amoxicillin
menyebabkan kematian sel berkaitan dengan ukurannya. Amoxicillin hanya efektif
terhadap organisme yang tumbuh secara tepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel.
Konsekuensinya, obat ini tidak efektif terhadap organisme yang tidak mempunyai
struktur ini seperti mikobakteria, protozoa, jamur,

dan virus (Mycek et al., 2001).

Mekanisme amoxicillin dibagi menjadi dua yaitu:


a. Penisilin pengikat protein: amoxicillin menginaktifkan protein yang berada pada
membran sel bakteri. Amoxicillin tersebut yang mengikat protein merupakan enzim
bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding sel serta menjaga gambaran morfologi
bakteri. Pejanan terhadap antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis dinding
sel tetapi juga menyebabkan perubahan morfologi atau lisisnya bakteri yang rentan.
Perubahan pada beberapa molekul target ini menimbulkan resistensi pada organisme
(Mycek et al., 2001).
b. Autolisin: kebanyakan bakteri terutama kokus gram positif memproduksi enzim
degradatif (autolisin) yang berpartisipasi dalam remodelling dinding sel bakteri
normal. Dengan adanya amoxicillin, aksi degradatif autolisin didahului dengan
hilangnya sintesis dinding sel. Mekanisme autolisis yang sebenarnya tidak diketahui
kemungkinan adanya penghambatan yang salah satu dari autolisin. Sehingga efek anti
bakteri amoxicillin merupakan hasil penghambatan sintesis dinding sel bakteri dan
destruksi keberadaan dinding sel oleh autolisin (Mycek et al., 2001).

1.4. Efek Samping

Hipersensitivitas
Merupakan efek amoxicillin yang paling penting. Determinan antigenik utama dari
hipersensitivitas amoxicillin adalah metabolitnya yaitu asam penisiloat yang dapat
2

menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit
kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioderma (ditandai dengan
bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta anapilaktik. Reaksi alergi silang terjadi
diantara sesama antibiotika -laktam (Mycek et al., 2001).

Diare
Efek diare disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal dan sering
terjadi (Mycek et al., 2001).

1.5. Kontra Indikasi


Obat ini hipersensitifitas terhadap penisilin, serta hati-hati pada penderita yang
memiliki gangguan ginjal, hati dan sistem hematologi (Lasy et al., 2004). Selain itu,
dapat menyebabkan ruam pada penderita dengan infeksi mononukleus sehingga tidak
baik diberikan pada penderita penyakit ini (McEvoy and Gerald, 2002).

1.6. Peringatan
Meskipun belum ada penelitian mengenai pemberian amoxicillin pada ibu hamil,
penggunaan amoxicillin ternyata tidak berpengaruh terhadap perkembangan janin.
Amoxicillin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar diperlukan saja. Karena
amoxicillin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan reaksi sensitivitas pada bayi.
Dengan demikian penggunaan amoxicillin tidak dianjurkan pada ibu menyusui (McEvoy
and Gerald, 2002).
Hati-hati pada pasien dengan kelainan Phenylketonuria (defisiensi genetic homozigot
dari Phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intake Phenylalanin dalam tubuh
perlu dibatasi. Formula amoxicillin dengan rute per oral yang mengandung aspartam akan
di metabolisme di dalam saluran pencernaan menjadi phenylalanine. Sehingga formulasi
serbuk amoxicillin untuk suspensi oral tidak seharusnya menggunakan aspartam. Selain
itu juga perlu diwaspadai penggunaan pada penderita mononukleosis. (McEvoy and
Gerald, 2002).
Berdasarkan undangundang mengenai obat dan makanan, amoxicillin tergolong
dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat dapat diperoleh dengan resep dokter
di apotek, apotek RS, puskesmas, dan balai pengobatan. Tanda khusus untuk obat keras
yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang
menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat keras wajib mencantumkan kalimat Harus
dengan resep dokter. Berikut dicantumkan tanda khusus untuk obat keras:
3

1.7. Interaksi Obat


Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi beta-laktamase bakterial)
membuat amoxicilin ini menjadi lebih efektif terhadap kuman yang memproduksi
penisilinase. Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih dan saluran nafas
yang resisten terhadap amoxicillin (Tjay dan Rahardja, 2008).
Disulfiram dan probenesid memiliki aktifitas dalam meningkatkan efek Amoxicillin.
Amoxicillin meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin (Lasy et al., 2004).
Efektivitas tetracycline, chlorampenicol, serta sediaan kontrasepsi oral dihambat oleh
golongan penicillin (Lasy et al., 2004).

1.8. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim a, 1995).

BAB II
SIFAT FISIKO KIMIA BAHAN

2.1. Bahan Obat/ Bahan Aktif


Amoxicillin

Struktur Amoxicillin:

Nama Kimia

:(6R)-6-[-D-(4Hydroxyphenyl)glycylamino]penicillanic acid

Berat Molekul

: 365,4 g/mol

Rumus Molekul

: C16H19N3O5S
(Reynolds, 1982)

Kandungan: Amoxicillin mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H19N3O5S,


dihitung terhadap zat anhidrat. Mempunyai potensi yang setara dengan tidak kurang
dari 900 g dan tidak lebih dari 1050 g per mg C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat
anhidrat.

Pemerian: serbuk hablur putih; praktis tidak berbau.

Kelarutan: sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam
karbon tetraklorida, dan dalam kloroform.

Baku pembanding: Amoxicilin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.


(Anonim a, 1995)

Stabilitas
Amoxicillin

yang merupakan derivat

penicillin mengalami hidrolisis

yang

mendegradasi produksi cincin -laktam (Lund, 1994).

Terhadap cahaya

: tidak stabil terhadap paparan cahaya

Terhadap suhu

: terurai pada suhu 30-350C

Terhadap pH

: 3,5- 6,0

Titik lebur

:-

pH: antara 3.5 dan 6.0, dilakukan penetapan menggunakan larutan 2 mg per mL.

2.2. Bahan Tambahan


Carboxymethylcellulosum Natrium

Definisi: Karboksil metil selulosa natrium merupakan garam natrium dari


polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih
dari 9,5 % natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Struktur Kimia:

Pemerian: Serbuk atau granul, putih sampai kren, higroskopik.

Kelarutan: Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut
dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.

Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.


(Anonim a, 1995)

Sifat Fisikokimia
Berat jenis

: 0.52 g/cm3

pKa

: 4.30

Titik leleh

: 227C - 252C

Kegunaan: sebagai bahan pensuspensi, peningkat viskositas, coating agent;


stabilizing agent dan penyerap air. Sebagai zat tambahan, CMC Na dapat digunakan
baik pada sediaan oral maupun topikal. Sebagai bahan pengikat, CMC Na digunakan
dalam konsentrasi 1,0- 6,0 %.

Stabilitas dan kondisi penyimpanan: CMC Na merupakan senyawa yang stabil,


bersifat higroskopis. Pada kondisi dengan kelembaban yang tinggi CMC Na dapat
menyerap air > 50%. Pada larutan air CMC Na stabil dalam pH 2-10, dan akan terjadi
pengendapan pada pH dibawah 2, serta penurunan viskositas terjadi dengan cepat pada
pH diatas 10.

Ketidaktercampuran: CMC Na ini tidak tercampur pada larutan yang bersifat asam
kuat, dan dengan garam garam logam yang dapat larut seperti alumunium, merkuri,
dan seng. Pengendapan kemungkinan terjadi pada pH dibawah 2 dan juga dapat terjadi
bilamana CMC Na dicampur dengan etanol (95%).
6

(Rowe et al., 2003)

Asam sitrat

Struktur Kimia:

Definisi dan Kandungan: Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu
molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%
C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian: Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar
dalam udara kering.

Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar larut
dalam eter.

Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat


(Anonim a, 1995)

Kegunaan: Sebagai pengasam, antioksidan, penyangga (buffer), peningkat rasa. Asam


sitrat yang bisa digunakan adalah 0,1 -2 % sebagai buffer, dan 0,3-2 % sebagai
pengikat rasa.

Stabilitas: Asam sitrat monohidrat kehilangan air saat kristalisasi pada udara kering
atau saat dipanasi pada suhu 400C. Sedikit mencair pada udara lembab. Asam sitrat
monohidrat disimpan pada tempat sejuk dan kering.

Ketidaktercampuran: Asam sitrat tidak bercampur dengan kalium tartrat, alkali dan
alkali tanah, karbonat, dan bikarbonat, asetat, serta sulfida. Asam sitrat juga tidak
bercampur dengan oksidator, basa, reduktor, dan nitrat. Potensial dapat meledak bila
dikombinasikan dengan logam nitrat. Pada penyimpanan, sukrosa dapat mengkristal
dari sirup dengan keberadaan asam sitrat.
(Rowe et al., 2003).

Sodium benzoat
7

Struktur Kimia:

Kandungan: mengandung tidak kurang dari 99,0% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat
anhidrat.

Pemerian: butiran atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Bersifat higroskopis.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.


(Anonim b, 1979)

Kegunaan: Menghambat pertumbuhan mikroba, pengawet.

Penggunaan dan konsentrasi: Natrium benzoat banyak digunakan pada sediaan


farmasi. Adapun penggunaanya adalah sebagai berikut :

Penggunaan

Konsentrasi (%)

Injeksi IM dan IV

0,17

Larutan oral

0,001-0,1

Larutan suspensi

0,1

Sirup oral

0,15

Sediaan topical

0,1-0,2

Sediaan vaginal

0,1-0,2

Kelarutan:
Pelarut

Kelarutan pada t = 250C

Aseton

1 dalam 2,3

Benzene

1 dalam 9,4

Carbon disulfide

1 dalam 30

Carbon tetraklorida

1 dalam 15,2

Kloroform

1 dalam 4,5

Cyclohexan

1 dalam 14,6

Etanol

1 dalam 2,7 pada t = 150C


1 dalam 2,2

Etanol (76%)

1 dalam 3,72

Etanol (54%)

1 dalam 6,27

Etanol (25%)

1 dalam 68

Eter

1 dalam 3

Methanol

1 dalam 1,8

Toluene

1 dalam 11

Air

1 dalam 300

Ketidaktercampuran: Efektivitas pengawet akan dihambat dengan adanya kaolin.


(Rowe et al., 2003)

BAB III
BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

3.1 Bentuk sediaan:


Bentuk sediaan : sirup kering
Untuk golongan penicillin yang termasuk didalamnya amoxicillin tidak stabil
dalam bentuk sediaan sirup. Senyawa golongan ini mengalami hidrolisis oleh air dengan
mendegradasi cincin beta laktam yang diproduksi. Sehingga untuk mengatasi masalah ini
dibuat sedian amoxicillin dalam bentuk sirup kering. Adapun alasan pemilihan bentuk
sediaan ini adalah stabilitas yang dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14 hari, sehingga
dengan dibuat dalam bentuk sirup kering maka kemungkinan degradasi cincin beta laktam
yang ada dapat dihindari (Lasy, et.al., 2004).
Bentuk sediaan: sirup kering (tiap 5 ml mengandung amoxicillin trihidrat yang
setara dengan 125 mg amoxicillin).

3.2 Dosis:
Dosis pemakaian sirup kering amoxicillin, sebagai berikut :
Dewasa : 250 500 mg
1 10 tahun : 125 250 mg
Untuk berat badan dibawah 40 kg : 20 40 mg/kgBB/hari
Utnuk bayi < 3bln : dosis maksimum 30 mg/kgBB
Sumber : martindale edisi 36, hal 203.
Kemasan terkecil
Dosis : 125mg/5mL
Lama pengobatan : 3 hari
Pengobatan 3 kali sehari
Anak-anak 1-10 tahun
125 250 mg = 1 2 sendok takar = 5 10 ml
1 hari = 15 ml 30 ml
3 hari = 45 ml 90 ml
Dewasa
250 500 mg = 2 4 sendok takar = 10 20 ml
1 hari = 30 ml 60 ml
10

3 hari = 90 ml 180 ml
Usia

Bobot (kg)

(th)

Dosis sehari

Rata-

Dosis sekali

Rata -

(mg)

rata

pakai (mg)

rata

Rata-rata

8,1

7,6

7,85

157 314

235,5

52,3 104,6

78,5

9,6

9,3

9,45

189 379,2

284,1

63 126,4

94,7

11,4

11,0

11,2

224 448

336

74,6 149,3

112

13,0

12,6

12,8

256 512

384

85,3 170,7

128

14,4

14,2

14,3

286 572

429

95,3 190,7

143

15,8

16,2

16

320 640

480

106,7 213,3

160

16,6

16,7

16,65

333 666

499,5

111 222

166,5

18,9

17,5

18,2

364 728

546

121,3 242,7

182

20,9

20,0

29,3

586 1172

879

195,3 390,7

293

22,0

21,9

21,95

439 878

658,5

146,3 292,7

268,2

10

23,9

24,7

24,3

486 972

729

162 324

243

11

26,9

28,4

27,65

553 1106

829,5

184,3 368,7

276,5

12

29,1

32,6

30,85

617 1234

925,5

205,7 411,3

308,5

Kemasan terkecil : 100 ml


3.3 Durasi Terapi
Durasi terapi Amoxicillin bergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi dan
seharusnya ditentukan melalui respon klinik dan tes bakteriologi pasien. Pada
kebanyakan infeksi kecuali gonorrhea, terapi seharusnya dilanjutkan paling sedikit 48-72
jam setelah gejala-gejala penyakit pasien menghilang. Infeksi yang parah memerlukan
waktu beberapa minggu untuk terapi (McEvoy, 2002).

3.4 Cara Pemberian


Cara pemberian dilakukan secara peroral, dimana dilakukan rekonstitusi terlebih
dahulu. Rekonstitusi dilakukan dengan cara menambahkan air matang sehingga volume
akhir setinggi tanda batas, lalu dikocok hingga homogen. Kocok dahulu sebelum
pemakaian.

11

12

BAB IV
MACAM-MACAM FORMULASI

4.1. Macam-macam Formula (Baku/ Standar):


4.1.1. Amoxicillin for Oral Suspension (125 mg/5ml)
Tiap 5 ml sirup yang direkonstitusi mengandung:
Amoxicilin Trihidrat yang setara dengan Amoxicillin 125 mg
Dari formula ini menghasilkan 2940 botol masing-masing 40 ml.
No.

Bahan

Jumlah

1.

Amoxicillin Trihydrate

3,8 kg

2.

Carboxymethylcellulose Sodium

1,1 kg

3.

Aerosil

450 g

4.

Colour Tartrazine

12 g

5.

Sodium Benzoate

270 g

6.

Sugar Pharm. Grade

54 kg

7.

Pineapple Flavor Dry

600 g

(Kohli dan Shah, 1998)


4.1.2. Amoxicillin for Oral Suspension USP (200 mg/5 mL and 400 mg/5 mL)
No.

Bahan

1.

Amoxicillin Trihydrate

2.

Sodium Citrate

3.

Colloidal Silicon Dioxide

4.

FD&C Red #40

5.

Sodium Benzoate

6.

Fruit Granulated Sugar

7.

Xanthan Gum

8.

Natural and Artificial Fruit Gum Flavor

(Anonim, 2009)

13

4.1.3. Amoxicillin Dry Syrup (5% = 500 mg/100 mL = 25 mg/5 mL)


No.

Bahan

Jumlah

1.

Amoxicillin Trihydrate

5g

2.

Sodium Citrate

5g

3.

Citric Acid, Crystalline

2,1 g

4.

Sodium Gluconate

5g

5.

Sorbitol Crystalline [10]

40 g

6.

Kollidon CL-M [1]

6g

7.

Orange Flavour

1,5 g

8.

Lemon Flavour

0,5 g

9.

Saccharin Sodium

0,4 g

(Bhler, 1998)
4.2 Perhitungan dapar
Dapar yang digunakan : Dapar sitrat
Mr : Asam C6H8O7.H2O = 210,14
Garam C6H5Na3O7.2H2O = 294,10
pKa1 = 3,128
pKa2 = 4,761
pKa3 = 6,396

pH = pKa2 + log
5 = 4,761 + log
1,73 =
1,73 asam = garam

0,02 = 2,3 C + (

C = 0,0375
C = garam + asam
0,0375 = 1,73 asam + asam
0,0375 = 2,73 asam
Asam = 0,0137 M

14

Garam = 0,0375 0,0137 M


= 0,0238 M
Garam : M =

0,0238 =

Garam = 0,69 gram

Asam : M =

0,0137 =

Asam = 0,28 gram

4.3. Formula yang Akan Dibuat


Formula 1
No

Bahan

Fungsi

Jumlah

%b/v

Range (%b/v)

1.

Amoxicillin

Zat aktif

2,5 gr

2.

PVP K-30

Bahan pensuspensi

3 gr

3%

1-5 %

3.

Sodium Benzoat

Pengawet

0,2 gr

0,2%

0,02-0,5%

4.

sukrosa

Sweetening agent

20 gr

20%

Maks 67%

5.

Saccharin Na

Sweetening agent

0,1 gr

0,1%

0.04-0,25%

6.

Tween 80

Wetting agent

2 ml

2%

0,1-3%

7.

As. sitrat

Dapar

0,28

8.

na. Sitrat

Dapar

0,67

9.

Perisa jeruk keprok

Perasa

q.s.

10.

Pewarna kuning

Pewarna

q.s.

Perhitungan bahan
1. Amoxicillin

2. PVP K-30

3. Na benzoat

4. Sucrosa

5. Saccarin na

6. Tween 80

=
15

Formula 2

No

Bahan

Fungsi

Jumlah

%b/v

Range (%b/v)

1.

Amoxicillin

Zat aktif

2,5 gr

2.

Carboxymethylcellulose Sodium

Bahan pensuspensi

0,25 gr

0,25%

0,1-1 %

3.

Sodium Benzoat

Pengawet

0,2 gr

0,2%

0,02-0,5%

4.

Sucrosa

Sweetening agent

35 gr

35%

Maks 67%

5.

Saccarin na

Sweetening agent

0,05 gr

0,05%

0,04-0,25%

6.

Tween 80

Wetting agent

2ml

2%

0,1-3%

%b/v

Range (%b/v)

Perhitungan bahan

1. Amoxicillin

2. CMC Na

3. Na benzoat

4. Sucrosa

5. Saccarin na

6. Tween 80

Formula 3
No

Bahan

Fungsi

Jumlah

1.

Amoxicillin

Zat aktif

2,5 gr

2.

PVP K-30

Bahan pensuspensi

3 gr

3%

1-5 %

3.

Sodium Benzoat

Pengawet

0,2 gr

0,2%

0,02-0,5%

4.

Sucrosa

Sweetening agent

30 gr

30%

Maks 67%

5.

Saccarin na

Sweetening agent

0,05 gr

0,05%

0,04-0,25%

6.

Tween 80

Wetting agent

2ml

2%

0,1-3%

16

1. Amoxicillin

2. PVP K-30

3. Na benzoat

4. Sucrosa

5. Saccarin na

6. Tween 80

Perhitungan ADI
no

Nama bahan

ADI

ADI

PVP K 30

25 mg/kg body-weigh

1-10 tahun (7,85-24,3)

= 196.25 607,5
Na Benzoat

5 mg/kg of

1-10 tahun (7,85-24,3)

bodyweight.

= 39.25 121.5

2.5 mg/kg body-weight

1-10 tahun (7,85-24,3)

succrose
Saccharin na

= 19.625 60.75
Tween 80

25 mg/kg body-weigh

1-10 tahun (7,85-24,3)

= 196.25 607,5
CMC Na

The WHO has not


specified an acceptable
daily intake for
carboxymethylcellulose
sodium as a food
additive since the
levels necessary to
achieve a desired effect
were not considered to
be a hazard to health

17

Jumlah PVP K 30, 1 kemasan = 100 ml x 1.180 g/ml = 118 gram


(1 tahun 10 tahun) 1 hari = 15 ml 30 ml x 118 gram = 17,7 35,4 gram
100 ml
( Dewasa ) 1 hari = 30 ml 60 ml x 118 gram = 35,4 70,8 gram
100 ml
Jumlah Na Benzoat, 1 kemasan = 100 ml x 1.527 g/ml = 152,7 gram
(1 tahun 10 tahun) 1 hari = 15 ml 30 ml x 152,7 gram = 22.91 45,81 gram
100 ml
( Dewasa ) 1 hari = 30 ml 60 ml x 118 gram = 45,81 91,62 gram
100 ml
Jumlah Saccharin na, 1 kemasan = 100 ml x 1.70 g/ml = 170 gram
(1 tahun 10 tahun) 1 hari = 15 ml 30 ml x 170 gram = 25.5 51 gram
100 ml
( Dewasa ) 1 hari = 30 ml 60 ml x 170 gram = 51 102 gram
100 ml
Jumlah Tween 80 1 kemasan = 100 ml x ? g/ml = ? gram
(1 tahun 10 tahun) 1 hari = 15 ml 30 ml x ? gram = ? gram
100 ml
( Dewasa ) 1 hari = 30 ml 60 ml x ? gram = ? gram
100 ml

4.4. Permasalahan
1.

Kestabilan amoxicillin buruk di dalam air.

2.

pH dari amoxicillin selama penyimpanan dapat berubah.

3.

Bahan tambahan CMC Na bersifat higroskopis sehingga kurang stabil jika


digunakan sebagai sirup kering.

4.5. Penyelesaian Permasalahan


1. Amoxicillin merupakan golongan penicillin yang memiliki stabilitas yang buruk
pada air. Senyawa golongan ini mengalami hidrolisis oleh air dengan mendegradasi
cincin beta laktam yang diproduksi sehingga pengatasan masalah ini yaitu dengan
membuat sedian amoxicillin dalam bentuk sirup kering. Adapun alasan pemilihan
bentuk sediaan ini adalah: stabilitas yang dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14
hari, sehingga dengan dibuat dalam bentuk sirup kering maka kemungkinan
degradasi cincin beta laktam yang ada dapat dihindari (Lasy et al., 2004).
18

2. Stabilitas pH amoxicillin berkisar dari 5,0 sampai 7,0 (Kohli dan Shah, 1998),
sehingga untuk mencegah terjadinya perubahan pH yang ekstrim selama proses
produksi dan pemasaran, maka pada pembuatan sirup kering ditambahkan buffer
asam sitrat 1% untuk menjaga kestabilan pH.
3. Setelah pencampuran seluruh bahan, campuran serbuk dioven pada suhu 500C
selama 15 menit untuk menghilangkan kandungan air di dalam serbuk (Kohli dan
Shah, 1998).

19

BAB V
PROSEDUR KERJA

5.1. Cara Kerja


1. Timbang bahan aktif amoxicillin
2. Timbang exipien
3. Masukan sebagian sucrose ke dalam mortir
4. Masukan suspending agent, gerus ad homogen
5. Masukan pengawet ke no 4, gerus ad homogen
6. Masukan sakarin na dalam no 5, gerus ad homogen
7. Tambahkan sisa sucrose, gerus ad homogen
8. Masukan tween 80 dalam beaker gelas
9. Larutkan pewarna dalam tween 80 no 6, mix ad homogen
10. Masukan no 9 ke dalam no 7, gerus ad homogen
11. Tambahkan air ad masa kalis
12. Ayak untuk membentuk masa granul.
13. Oven masa granul.

5.2. Skema Kerja


Timbang amoxicillin

Sebagian sucrosa masukan dalam mortir (campuran I)

CMC Na + Na benzoat + saccarin na + sisa sucrosa

Tween 80 + essense (dalam beaker) => campur ke mortir

20

Tambah air ad kalis

Massa granulasi dikeringkan dengan oven pada suhu 500C selama 15


menit, kemudian diayak dengan mesh 60

Diberi etiket, brosur, dan dimasukkan ke dalam kemasan

5.3. Alat dan Bahan

Alat

Bahan

1.

Ayakan

1. Amoxicillin Trihydrate

2.

Timbangan

2. Carboxymethylcellulose Sodium

3.

Oven

3. Sodium Benzoate

4.

Botol sirup

4. Sucrose

5.

Kemasan dan etiket

5. Saccarin na
6. tween
7. Asam Sitrat
8. Pewarna dan perasa (jeruk)

21

BAB VI
EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi formula 1, 2 dan 3
pH
Formula 1

4,7

Formula 2

5,3

Formula 3

5,2

Berdasarkan evaluasi diatas maka di pilih formulasi 2


No

Bahan

Fungsi

Jumlah

%b/v

Range (%b/v)

1.

Amoxicillin

Zat aktif

2,5 gr

2.

Carboxymethylcellulose Sodium

Bahan pensuspensi

0,25 gr

0,25%

0,1-1 %

3.

Sodium Benzoat

Pengawet

0,2 gr

0,2%

0,02-0,5%

4.

sucrosa

Sweetening agent

35 gr

35%

Maks 67%

5.

Saccarin na

Sweetening agent

0,05 gr

0,05%

0,04-0,25%

6.

Tween 80

Wetting agent

2ml

2%

0,1-3%

6.1. Evaluasi

a.

Volume Terpindahkan
Masing-masing sediaan suspensi yang telah dilarutkan (10 botol) dituangkan
ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur yang tidak melebihi
dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi. Penuangan
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari pembentukan gelembung udara,
kemudian diamkan selama 30 menit. Apabila sudah tidak ada gelembung udara,
maka volume tiap campuran sudah dapat diiukur. Volume rata-rata suspensi yang
diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah
yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket (Anonim a, 1995).

b. Penetapan pH
Penetapan pH dalam hal ini diuji agar dapat diketahui pH dari sediaan yang
dibuat untuk selanjutnya stabilitas pH dari sediaan dapat dipertahankan pada suatu
rentang pH tertentu. Untuk sirup kering amoxicillin memiliki rentang pH stabilitas

22

dari 3,5 6, sehingga pada saat penetapan rentang pH ini tidak boleh berubah.
Penetapan pH dengan menggunakan pH meter.

c.

Penetapan Bobot Jenis Sediaan Dengan Piknometer


Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat
dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi
keduanya ditetapkan pada suhu 250C (Anonim a, 1995).
Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering ini menggunakan
piknometer. Piknometer yang kosong, kering, dan bersih diisi dengan air yang sudah
matang dengan suhu 250C kemudian ditimbang untuk kalibrasi. Kemudian sirup
kering yang sudah dilarutkan diatur suhunya hingga kurang lebih 200C dan
dimasukkan ke dalam piknometer. Setelah itu, suhu piknometer diatur hingga
mencapai suhu 250C, dan kelebihan zat uji dibuang. Dan timbang kembali
piknometernya. Kemudian untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh
dari selisih bobot piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer
kosong (Anonim a, 1995).

23

d. Penetapan Waktu Rekonstitusi

Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu


sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian dihitung
waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi dengan
sempurna.

e.

Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi


Volume sedimentasi dapat diuji dengan melarutkan sediaan sirup kering
amoxicillin dengan air. Setelah itu, dikocok hingga homogen, kemudian diamkan.
Kemudian lihat sedimentasi yang terjadi setelah didiamkan selama satu hari. Untuk
sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi yang besar atau
tidak terjadi sama sekali (melarut homogen). Hal ini penting karena dengan volume
sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali
akan lebih besar bila dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat
membentuk caking). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan
yang sudah didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah
melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya
baik.

g.

Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter Brookfield


Sediaan sirup kering amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton
pseudoplastik yaitu viskositas cairan akan menurun dengan meningkatnya kecepatan
geser. Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan
mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat

diukur dengan

menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur


viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip kerjanya adalah
dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah motor dihidupkan maka
spindel akan berputar dan diamati angka yang ditunjukkan oleh jarum merah, dicatat.
Untuk menghitung viskositasnya maka angka yang ditunjukkan oleh jarum merah
dikalikan dengan suatu faktor yang terdapat pada brosur alat (Astuti dkk., 2007).

24

HASIL EVALUASI SEDIAAN

No.

evaluasi

Hasil evaluasi

Kecepatan alir

5,3 gram/detik
= 26,25

rekonstitusi

I = 41 detik
II = 35 detik
Rata-rata = 38 detik

Sedimentasi
no

waktu

Volume

Volume

Volume

awal

endapan

sedimentasi

88 ml

0 ml

0/88 = 0

10

88 ml

5 ml

5/88 = 0,05

15

88 ml

8 ml

8/88 = 0,09

30

88 ml

8 ml

8/88 = 0,09

60

88 ml

8 ml

8/88 = 0,09

1 hari

88 ml

10 ml

10/88 = 0,11

2 hari

88 ml

11 ml

11/88 =
0,125

pH

Bj

4,26
No.

Berat picnometer

Berat picno

+ isi

kosong

58,19

32,61

25,58

1,03

58,19

32,61

25,58

1,03

58,19

32,61

25,58

1,03

Bj =

) (

1. BJ =

1,03 g/cm3

2. BJ =

1,03 g/cm3

3. BJ =

1,03 g/cm3

isi

BJ
g/cm3

Rata-rata BJ = 1,03 g/cm3

25

viskositas

1,7 dps

MC

0,93

26

BAB VII
PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan dry sirup
amoxicillin langkah yang kami lakukan yaitu memilih 3 formula dari 5 formula, perbedaan
dari ketiga formula yang kami pilih adalah perbedaan penggunaan suspending agent,
persentase penggunaan sweetening agent, serta penggunaan dapar. Pada formula 1 suspending
agent yang digunakan adalan PVP K-30, persentase penggunaan sweetening agent 20 %,
menggunakan dapar, pada formula 2 suspending agent yang digunakan CMC Na, persentase
penggunaan sweetening agent 35 %, tidak menggunakan dapar, formula 3 suspending agent
yang digunakan adalah PVP K-30, persentase penggunaan sweetening agent 30%, tidak
menggunakan dapar.
Setelah kami membuat 3 formula kemudian dilakukan uji pH dan organoleptis pada
ketiga formula, dan didapat formula 1 mempunyai pH 4,7, formula 2 mempunyai pH 5,3, dan
formula 3 mempunyai pH 5,2. Formula 1 mempunyai rasa pahit, formula 2 mempunyai rasa
manis, dan formula 3 mempunyai rasa agak pahit. Berdasarkan pH dan organoleptis maka
kelompok kami memilih formula 2 sebagai formula yang akan di buat dalam skala besar
karena pH formula 2 mendekati formula sediaan yang diinginkan yaitu pH 6. Pada pembuatan
skala kecil kami menggunakan pelarut etanol 96% untuk membuat massa kalis, namun pada
pembuatan skala besar formula 2 yang telah kami pilih kami menggunakan air untuk
membuat massa kalis karena proses pengeringan yang kami lakukan didiamkan selama 1 hari.
Kemudiaan formula 2 dibuat dalam ukuran skala lab dan dilakukan evaluasi.
Berdasarkan hasil evaluasi pH sediaan 4,26 sedangkan pH yang diinginkan yaitu pH 6 hal ini
diperkirakan karena sediaan tidak menggunakan dapar dimana dapar berfungsi menjaga pH
sediaan. Selain itu dilakukan uji viskositas, dari hasil evaluasi di dapat hasil viskositas 1,7 dps
sedangkan viskositas suspensi berdasarkan SNI yaitu 3,7 39,6 dps, maka viskositas sediaan
kurang dari viskositas standar yang di tetapkan SNI hal ini dikarenakan kecepatan alir sediaan
kurang dari 10 g/detik dimana kecepatan alir dipengaruhi oleh waktu alir dimana waktu alir
mempengaruhi viskositas. Bj sediaan didapatkan 1,03 g/cm3. MC 0,93 % dimana Mc yang
baik yaitu 1 2 % MC yang turun dikarenakan proses pengeringan yang terlalu lama. waktu
rekonstitusi dari hasil evaluasi yaitu 38 detik sedangkan waktu rekonstitusi yang baik yaitu
<30 detik. Volume sedimentasi yaitu mempertimbangkan rasio tinggi akhir endapan (Hu)
terhadap tinggi awal (Ho) pada waktu suspensi mengendap dalam suatu kondisi standar.
F = Hu/Ho
27

Berdasarkan hasil evaluasi sediaan didapat perbandingan volume sedimentasi tinggi akhir
endapan (Hu) terhadap tinggi awal (Ho) pada waktu suspensi mengendap sangat jauh
berbeda.Makin besar fraksi ini, makin baik kemampuan suspensinya (Lachman, 1994)

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anonim b. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anonim.

2009.

Suspensi

Oral

Amoxicillin,

(cited

2010

Mar,

4).

Available

from:http//:www.patentstorm.us/

Astuti, K. W., N M. P. Susanti, I M. G. Wirasuta, dan I N. K. Widjaja. 2007. Petunjuk


Praktikum Farmasi Fisika. Bukit Jimbaran: UNUD.

Bhler, V. 1998. Generic Drug Formulations, (cited 2010 Apr, 15). Available from:
http://anhuipharm.com.cn/pdf

Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceuticals Excipients. London-United Kingdom:


Pharmaceutical Press.

Kohli, D. P. S. dan D. H. Shah. 1998. Drug Formulation Manual. India: Easten Publishers G59.

Lasy, C. F., L. L. Amstrong, M. P. Goldman, L. L. Lance. 2004. Drug Information Handbook


12th Edition. Ohio: Lexi Comp.

Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex. London: The Pharmaceutical Press.

McEvoy and K. Gerald. 2002. AHFS Drug Book 4. USA: American Society of Health System
Pharmacist.

Mycek, M. Johnson., R. Amrstrong, Harvey and P. Champe. 2001. Farmakologi Ulasan


Bergambar, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Widya Medika.
29

Novak, K. K. 2004. Drug Facts & Comparisons, 58ed. Canada: Facts and Comparisons.

Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia, 28 Edition. London: The
Pharmaceutical Press.

Rowe, R. C., Paul J. S., and Paul J. W. 2003. Hand Book of Pharmaceutical Excipients. USA:
Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association.

Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.

30

Anda mungkin juga menyukai