Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“ INJEKSI AMINOPILLIN ”

NAMA KELOMPOK :

Kelompok 1 Reguler 2 B
1.Ulfa fithria (PO.71.39.1.20.042)
2.Lekat Okta Tri Puspita (PO.71.39.1.20.046)
3.Riandino Febriansyah (PO.71.39.1.20.0048)
4.Indah (PO.71.39.1.20.050)
5.Lidya Caroline Purba (PO.71.39.1.20.052)
6.Meivi Rahmadini (PO.71.39.1.20.054)

Dosen Pembimbing :
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes

NILAI PARAF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi
mutlak bebas dari mikrorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka
kematian mikroba. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik
diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan. melalui kulit atau membran
mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan. mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat
kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi.
Produk steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental bisa
diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular,
subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan
bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak
dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis
tunggal atau wadah dosis ganda.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami tentang sediaan ijeksi
2. Mahasiswa mampu membuat sediaan injeksi Aminophyllin
3. Mahasiswa mampu menghitung tonisitas suatu larutan injeksi
4. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitas pada sediaan injeksi yaitu, uji derajat
keasaman (pH), uji kebocoran, uji keberadaan partikel asing, uji kejernihan, dan uji
keseragaman volume.
BAB II
I. DASAR TEORI
a) Definisi
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan. Syarat-syarat obat suntik yaitu, aman, harus jernih, tidak berwarna, sedapat
mungkin isohidris, sedapat mungkin isotonis, harus steril, bebas pirogen (Anief, Moh, 2006).
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi,
dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam
yang cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya
ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera
ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar
selama 10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan
dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan
dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anief, Moh, 2006).
Wadah obat suntik, termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik
secara fisik maupun kimia sehingga akan mengubah kekuatan dan efektivitasnya. Bila wadah
dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau kekuningan, untuk
memungkinkan memeriksa isinya. Jenis gelas yang susai dan dipilih untuk tiaqap sediaan
parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan di
dlam wadah dosis tunggal atau wadah dosis berganda. Menurut definisi wadah dosis tunggal
(Ansel, 1989).
Aminofilin adalah salah satu obat bronkodilator golongan xantin yang memiliki efek
mendilatasi bronkus. Aminofilin merupakan senyawa kompleks teofilin dengan etilendiamin,
dengan kandungan teofilin anhidrat bervariasi antara 79-86 . Dalam tubuh aminofilin terurai
menjadi teofilin. Teofilin termasuk obat-obat yang mempunyai lingkup terapi (therapeutic
windows) sempit (10-20 mcgml). Artinya,jarak antar dosis terapatik dan dosis toksis kecil,
sehingga efek toksik akan mudah timbul apabila dosis atau kadarnya melewati ambang
toksik.
Injeksi Aminophyllin mengandung Teophylina, C7H5N4O2, tidak kurang dari 73.5%
dan tidak lebih dari 88.25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar Teophylina
sejumlah volume injeksi yang diukur seksama setara dengan lebih kurang 300 mg
aminofilina, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan air secukupnya hingga
lebih kurang 40 ml, kemudian ammonia encer P, lanjutkan penetapan teopylina menurut cara
yang tertera aminophyllinum, mulai dari tambahkan 20 ml perak nitrat 0.1 N, 1 ml perak
nitrat 0.1 N setara dengan 3.005 mg C2H8N2. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau
wadah dosis ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya (Anonim,
1979).

Wadah dan alat untuk pemakaian parental antara lain :


 Botol kecil dan botol
Botol kecil ( vial, botol penusuk, botol kapsolut ) dapat berupa wadah takaran tunggal
atau takaran ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau
suspensi dengan volume yang lebih besar.

Syarat – Syarat Injeksi


Menurut farmakope Indonesia edisi III syarat injeksi kecuali dinyatakan lain , syarat
injeksi meliputi :
1. Keseragaman bobot
2. Keseragaman volume
3. Pirogenitas
4. Sterilitas
5. Penyimpanan
6. Penandaan
ВАВ III
PRE FORMULASI

1) Aminophyllini injection ( Farmakope Indonesia edisi ke-3 hal 82-83)


Aminofilina berbentuk butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan ,bau
lemah mirip amoniak , rasa pahit. Injeksi aminofilina mengandung teofilina,
C7H8N4O2, tidak kurang dari 73,5% dan tidak lebih dari 88,25% dari jumlah
yang tertera pada etiket. pH 9,2 sampai 9,6. Penyimpanan dalam wadah dosis
tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tunggal,
terlindungi dari cahaya.
2) Natrium Klorida (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition hal637-
638)
Natrium klorida berbentuk serbuk hablur putih atau hablur tidakberwarna
mempunyairasa asin.Sinonimnya Natrii Chloridum.NaClberkhasiatsebagai
Pengisotonis.Kelarutannya Agak larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian etanol
95%, larut dalam 10 bagian gliserin, larut dalam 2,8 bagian air.Rentan pH NaCl
6,7- 7,3 denganWadah dan penyimpanan yang tertutup baik. Inkompatibilitas
cairan Natrium Klorida encer bersifat korosif terhadap besi. Bereaksi membentuk
endapan dengan perak, timah, dan garam raksa. Pengoksidasi kuat yang
melepaskan klorin dari larutan natrium klorida. Daya larut dari bahan pengawet
metilparaben dapat menurun dalam larutan natrium klorida.
3) Natrium Hidroksida (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition hal
648-649)
Natrium hidroksida jernih, tidak berwarna, namun larutan natrium hidroksida
memiliki bau khas yang tajam. Sinonimnya Soda api, E524, alkali, hydroxidum
natrii, alkali soda sodium hidrat. NaOHberkhasiat sebagai Penambah Kebasaan.
Sangatmudahlarutdalam air dandalametanol(95%)pH0,1N. Disimpan Dalam
wadah tertutup baik.Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidakkompatibel
dengan senyawa yang mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi. Natrium
Hidroksida akan bereaksi dengan asam , ester , dan eter ,terutama dalam larutan
air
4) Aqua pro Injectione (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition hal
766-768)
Cairan jernih, tidak berbau tidak berbau dan tidak berasa. SinonimAir steril
untuk injeksi. Berkhasiatsebagai Pelarut.Disimpan dalam wadah dosis tunggal,
dari kaca atau plastic, tidak lebih besar dari 1l.

ZAT AKTIF
1. Farmakodinamik
a. Mekanisme Kerja
Aminofilin atau teofilin menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga
mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5'-AMP dan
5'- GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP
dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos
bronkus. Aminofilin ataupun teofilin relatif nonselektif dalam menghambat
subtipe PDE. Aminofilin ataupun teofilin merupakan suatu antagonis
kompetitif pada reseptor adenosin. Adenosin dapat menyebabkan
bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat pelepasan mediator dari
sel mast yang diinduksi oleh rangsang imunologis, karena itu dengan
pemberian aminofilin atau teofilin dapat mengatasi bronkokonstriksi yang
terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua harus atas makna aminophiline
dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus atau bronkodilator pada
pasien asma.
b. Efek pada susunan saraf pusat
Aminofilin atau teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, bila dosis
pemberian ditinggikan maka mampu memberikan efek gugup, gelisah,
insomnia, tremor, dan kejang. Tetapi dengan dosis rendah metilxantin seperti
aminofilin dapat merangsang SSP yang sedang mengalami depresi, misalnya
pemberian aminofilin dosis 2mgkgbb dengan cepat akan memulihkan keadaan
narkosis pada individu yang mendapat 100 mg morfin IV untuk anestesia.
c. Efek Pada Medula Oblongata
Metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang pusar nafas pada medula
oblongata dengan meningkatkan kepekaan pusat nafas terhadap perangsangan
CO2. Selain itu juga dapat menimbulkan mual dan muntah karena
perangsangan sentral maupun perifer. Muntah dapat diinduksi bila kadar
dalam plasma melebihi 15 mcgml.

d. Efek Pada Sistem Kardiovaskuler


Pernah digunakan untuk pengobatan darurat payah jantung berdasarkan
kemampuannya menurunkan tahanan perifer, merangsang jantung,
meningkatkan perfusi dan menimbulkan diuresis, tetapi karena absorbsi dan
disposisinya susah diduga dan sering terjadi toksisitas serius terhadap SSP dan
jantung sekarang sudah tidak digunakan lagi.
e. Efek Pada Otot Polos
Golongan xantin dapat merelaksasi otot polos utamanya otot polos bronkus
dengan menghambat PDE. Aminofilin juga menyebabkan penurunan motilitas
usus untuk sementara waktu.
f. Otot Rangka
Golongan xantin Dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi kelelahan
otot diafragma.
g. Diuresis
Semua golongan xantin meningkatkan produksi unn tetapr efeknya hanya
sebentar. Diduga efek ini melalui mekanisme penghambatan reabsorbsi
elektrolit di tubulus proksimal tanpa disertai perubahan filtrasi ataupun
perubahan aliran darah ke ginjal.
h. Lambung
Golongan xantin dapat meningkatkan sekresi asam lambung
i. Metabolik
Golongan xantin dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam plasma
dan dapat meningkatkan basal metabolisme.
2. Farmakokinetik
Obat golongan xantin seperti aminofilin cepat diabsorbsi setelah pemberian oral,
rektal ataupun parenteral. Kelarutan aminofilin lebih besar daripada teofilin, tetapi
ternyata derajat absorpsinya tidak banyak berbeda. Setelah pemberian per-oral, obat ini
diabsorpsi dengan cepat, sehingga kadang-kadang terjadi lonjakan kadar dalam darah
yang menimbulkan gejala efek samping. Pemberian teofilinaminofilin bersama dengan
katekolamin dan simpatomimetik golongan amina harus hati-hati karena dapat
memperkuat terjadinya takhiaritmia. Teofilin mengalami metabolisme terutama di hepar
dan 8 fraksi obat diekskresikan melalui urin dalam bentuk tetap. Aminofilin dapat
mcncapai kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam, tetapi saat ini ada teofilin lepas
lambat yang bisa bertahan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Adanya makanan dalam
lambung akan memperlambat kecepatan absorbsi aminofilin atau golongan xantin
lainnya. Pemberian IM dapat menyebabkan nyeri lokal yang sangat lama. Metilxantin
dapat menembus plasenta dan masuk ke air susu ibu. Dalam keadaan normalikatan
golongan xantin dengan protein sebesar 60% tetapi pada keadaan sirosis hepar ikatan
protein menurun menjadi 40. Eliminasi xantin terutama melalui metabolisme hepar.
Sebagian besar dieliminasi bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin,
kurang dari 20% aminofilin ditemukan dalam bentuk utuh dalam urin.
3. Dosis
Per oral : dosis 200 mg - 1000mghari,
IV : 250-500 mghari diberikan secara lambat )
4. Indikasi
Menghilangkan mengatasi gejala-gejala asma bronkhospasme yang bersifat
reversibel yang berhubungan dengan bronkhitis kronis emfisema.
5. Efek Samping

- Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare.

- Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala, insomma.

- Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler.

- Pernafasan, misalnya : tachypnea.

- Rash, hiperglikemia.

6. Kontra-Indikasi
Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun. Hipersensitif terhadap
aminofilina atau komponen obat. Penderita tukak lambung.

I. DATA PENDUKUNG
a. Data Zat Aktif
Nama Zat Bahan Cara pH Cara E Khasia
Aktif Pembantu Sunti Stabili Sterilisasi aminop t
k tas hyllin
Aminophyllin Aqua Pro i.v 9,2 - Diterilisasika 0,17 bronko
i Inj 9,6 n dengan cara dilato
sterilisasi A r
atau C dan
segera di
dinginkan

b. Tak Tersatukan Zat Aktif


a. Larutan Aminofilin untuk injeksi bersifat alkali dan
sebaiknya tidak dicampur atau diencerkan dengan injeksi
glukosan atau larutan asam lainnya
b. Injeksi aminofilin dilaporkan secara visual tidak cocok
(dapat berinteraksi) dengan obat-obat yang menghambat
sitokrom P450 1A2, seperti amiodaron,fluxosamin,
ketokonazol dan antibiotic quinolon
c. Tidak cocok juga dengan obat-obat yang dapat menurunkan
kadar teofilin contohnya fenitoin, carbamazephin,
isoniazid.
d. Peningkatan risiko terjadinya efek samping aminofilin jika digunakan
bersama obat antibiotik golongan makrolid, quinolone, atau obat lain,
seperti allopurinol, carbimazole, cimetidine, diltiazem, fluconazole,
halotane, interferon, isoniazid, methotrexate, thiabendazole, verapamil,
atau obat turunan xanthine lain, misalnya teofilin.
e. Penurunan efektivitas dari adenosin atau obat penghambat beta, seperti
carvedilol, propanolol, dan atenolol

II. USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN


-
BAB IV
FORMULASI
II. FORMULA
a Formula

R/ Injeksi Aminofillin 2,4%


m.f 10 ml vial

b Formula Acuan
(sumber : fornas edisi 2 hal 21)

AMINOPHYLLINE INJECTION

Injeksi Aminofilina

Komposisi : Tiap ml mengandung :

Aminophyllinum 24 mg

Aqua pro injection ad 1 ml

Catatan :
1. pH 9,2 sampai 9,6
2. digunakan air untuk injeksi bebas udara, dari hindari kontak dengan logam
3. dapat ditambahkan etilendiamina
4. aminofilina dapat dianti dengan 20 gr teofilina dan 5,5 g etilendiamina
5. sterilisasi dengan cara sterilisasi A atau C
BAB V
PERHITUNGAN
I. PERHITUNGAN TONISITAS LARUTAN
0,24
C Aminofillin = × 100 %=¿ 2,4%
10 ml

Ekuivalen (FI edisi C


Nama zat
IV)
2,4
Aminofillin 0,17
%

W = 0,9 – (∑C x E)
W = 0,9 – (2,4 x 0,17)
W = 0,9 – 0,408 = 0,492 g/100 ml (hipotonis perlu penambahan
NaCl)
Untuk 10 ml = (10ml / 100ml) x 0,492 g = 0,0492 gr = 49,2 mg

II. Perhitungan bahan


A. Perhitungan
Volume yang dibuat = [( n+2) x v) + 6]
= [(2+2) x 10,5) + 6]
= (4 x 10,7) + 6
= 48 ~ 50 ml
a. Aminophyllin = 2,4/100 x 50 ml = 1,2 gram
dilebihkan 5 % = 5/100 x 1,2 gram = 0,06 gram
yang diambil = 1,2 gram + 0,06 gram = 1,26 gram
b. Natrium Klorida = 0,246 gram
c. NaOH / HCl qs
d. Aqua pro injection ad 50 ml

III. Penimbangan bahan


a. Aminofilin 1,26 g
b. NaCl 0,246 g
c. NaOH/HCl qs
d. Aqua pro injeksi ad 50 ml

BAB VI
STERILISASI

No. Alat Yang Cara Waktu Sterilisasi


Digunakan Sterilisasi Awal Paraf Akhir Paraf
Pengawas Pengawas

1. Corong gelas Autoclave


30 menit
2. Pipet tetes Autoclave
30 menit
3. Kertas saring Autoclave
30 menit
4. Kapas Autoclave
30 menit
5. Perkamen Autoclave
30 menit
6. Pinset Flamber
20 detik
7. Gelas arloji Flamber
20 detik
8. Pengaduk kaca Flamber
20 detik
9. Sendok Spatula Flambeer
20 detik
10. Vial Oven
60 menit
11. Erlenmeyer Oven
30 menit
12. Beaker glass Oven
30 menit
13. Gelas ukur Oven
30 menit

BAB VII
PEMBUATAN
Prosedur pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan dan lakukan sterilisasi sesuai dengan cara sterilisasi yang telah
dicantumkan.
2. Timbang seksama bahan-bahan
3. Larutkan aminopillin dengan aqua sampai larut
4. Larutkan NaCl dengan aqua sampai larut
5. Campurkan semua bahan hingga larut
6. Tambahkan aqua ad 33 ml, kemudian cek ph dengan kertas ph (ph 9,2 – 9,6)
7. Tambahkan NaOH ad ph stabil jika Ph belum memenuhi range yang sesuai
8. Basahi kertas saring dalam corong dengan sedikit aqua, lalu saring larutan di gelas
ukur dan filtrate pertama dibuang. Bilas gelas ukur dengan aqua
9. Tambahkan aqua PI ad 50 ml
10. Masukkan kedalam vial
11. Sterilkan sediaan dengan menggunakan metode autoklaf pada suhu 121◦C dalam
waktu 15 menit lalu dinginkan
12. Beri etiket dan label
13. Lakukan evaluasi sediaan

Tabel sterilisasi akhir


Nama sediaan Cara sterilisasi awal paraf akhir paraf
Injeksi aminofillin
EVALUASI
a. Uji Kejernihan (Lachman hal 1355)
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa
wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi
ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam putih, dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel-partikel kecil yang
dapat dilihat dengan mata.
Kejernihan sediaan ditandai dengan tidak adanya kotoran atau zahra pada sediaan, larutan
jernih/ transparan jika berwarna maka sesuai dengan warna zat yang terdapat pada sediaan.
Prosedur kejernihan adalah melihat ampul pada latar yang gelap lalu dilihat adalah kotoran
yang mengapung pada sediaan.
b. Uji PH (FI hal 1039-1040)
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau dengan kertas indicator univeral
Dengan pH meter : sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH
meter. Pembakuan pH meter : bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan
isi sel dengan sedikit larutan. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan
dengan pengenceran larutan uji.

Alat : Kertas pH dan pH meter

Dengan menggunakan pH meter :


1. pH meter di kalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH sama dengan pH yang akan
diukur.
2. Batang elektrode pH meter dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan.
3. Batang elektrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang kan diukur pHnya.
4. Menekan auto read lalu enter.
5. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH
c. Uji Keseragaman Volume (FI IV hal 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara
visual.

No
Kejernihan pH Keseragaman Volume
Vial
1
2

Nb : (√ ) memenuhi standar
( x ) tidak memenuhi standar

DATA TAMBAHAN
a. Data Zat Pembantu
Nama Zat Bahan pH
E NaCl Khasiat
Pembantu Pembawa Stabilitas
Natrium Klorida Aqua pi 1 Pengisotonis
NaOH/ HCl Aqua pi - Pengatur pH
Aqua Pro
- Pelarut
Injection
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
PENGEMASAN

KOTAK OBAT

ETIKET
BROSUR

AMOPILIN®
Aminophilin 2,4%

Tiap 10 ml mengandung :
Aminophilin………….…24 mg

Indikasi :
Untuk meredakan dan mengatasi obstruksi sel napas
yang berhubungan dengan asma dan peny paru
Kontra Indikasi :
-Hipersensitifterhadap Aminophilin atau komponen
obat
-Penderita tukak lambung, diabetes
Dosis :
Dewasa :
i.v : 250-500 mg/hari
Anak :
6-12 thn : 50-100 mg/hari
1-5 thn : 25-50 mg/hari
0-1 thn : 10-25 mg/hari
Efek Samping :
-Gastrointestinal misalnya mual,muntah
-susunan saraf pusat misalnya sakit kepala
Kardiovaskular misalnya palpitasi
Cara Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu 25-30
° C,terlindung dari ahaya
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No.Reg : DKL2110032143A1
No.Batch : 2120102KEL9
Exp. Date : Juli 2024

PT. NUSA FARMA


Palembang-Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta :
Dekpes RI
Niazi K. Sarfaraz. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations. New
York : Informa Healthcare USA
Tjay,Hoan,Tan dkk 2007.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya.Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai