“ INJEKSI AMINOPILLIN ”
NAMA KELOMPOK :
Kelompok 1 Reguler 2 B
1.Ulfa fithria (PO.71.39.1.20.042)
2.Lekat Okta Tri Puspita (PO.71.39.1.20.046)
3.Riandino Febriansyah (PO.71.39.1.20.0048)
4.Indah (PO.71.39.1.20.050)
5.Lidya Caroline Purba (PO.71.39.1.20.052)
6.Meivi Rahmadini (PO.71.39.1.20.054)
Dosen Pembimbing :
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes
NILAI PARAF
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi
mutlak bebas dari mikrorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka
kematian mikroba. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik
diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan. melalui kulit atau membran
mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan. mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat
kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi.
Produk steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental bisa
diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular,
subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan
bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak
dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis
tunggal atau wadah dosis ganda.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami tentang sediaan ijeksi
2. Mahasiswa mampu membuat sediaan injeksi Aminophyllin
3. Mahasiswa mampu menghitung tonisitas suatu larutan injeksi
4. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitas pada sediaan injeksi yaitu, uji derajat
keasaman (pH), uji kebocoran, uji keberadaan partikel asing, uji kejernihan, dan uji
keseragaman volume.
BAB II
I. DASAR TEORI
a) Definisi
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan. Syarat-syarat obat suntik yaitu, aman, harus jernih, tidak berwarna, sedapat
mungkin isohidris, sedapat mungkin isotonis, harus steril, bebas pirogen (Anief, Moh, 2006).
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi,
dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam
yang cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya
ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera
ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar
selama 10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan
dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan
dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anief, Moh, 2006).
Wadah obat suntik, termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik
secara fisik maupun kimia sehingga akan mengubah kekuatan dan efektivitasnya. Bila wadah
dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau kekuningan, untuk
memungkinkan memeriksa isinya. Jenis gelas yang susai dan dipilih untuk tiaqap sediaan
parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan di
dlam wadah dosis tunggal atau wadah dosis berganda. Menurut definisi wadah dosis tunggal
(Ansel, 1989).
Aminofilin adalah salah satu obat bronkodilator golongan xantin yang memiliki efek
mendilatasi bronkus. Aminofilin merupakan senyawa kompleks teofilin dengan etilendiamin,
dengan kandungan teofilin anhidrat bervariasi antara 79-86 . Dalam tubuh aminofilin terurai
menjadi teofilin. Teofilin termasuk obat-obat yang mempunyai lingkup terapi (therapeutic
windows) sempit (10-20 mcgml). Artinya,jarak antar dosis terapatik dan dosis toksis kecil,
sehingga efek toksik akan mudah timbul apabila dosis atau kadarnya melewati ambang
toksik.
Injeksi Aminophyllin mengandung Teophylina, C7H5N4O2, tidak kurang dari 73.5%
dan tidak lebih dari 88.25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar Teophylina
sejumlah volume injeksi yang diukur seksama setara dengan lebih kurang 300 mg
aminofilina, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, tambahkan air secukupnya hingga
lebih kurang 40 ml, kemudian ammonia encer P, lanjutkan penetapan teopylina menurut cara
yang tertera aminophyllinum, mulai dari tambahkan 20 ml perak nitrat 0.1 N, 1 ml perak
nitrat 0.1 N setara dengan 3.005 mg C2H8N2. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau
wadah dosis ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya (Anonim,
1979).
ZAT AKTIF
1. Farmakodinamik
a. Mekanisme Kerja
Aminofilin atau teofilin menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga
mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5'-AMP dan
5'- GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP
dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos
bronkus. Aminofilin ataupun teofilin relatif nonselektif dalam menghambat
subtipe PDE. Aminofilin ataupun teofilin merupakan suatu antagonis
kompetitif pada reseptor adenosin. Adenosin dapat menyebabkan
bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat pelepasan mediator dari
sel mast yang diinduksi oleh rangsang imunologis, karena itu dengan
pemberian aminofilin atau teofilin dapat mengatasi bronkokonstriksi yang
terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua harus atas makna aminophiline
dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus atau bronkodilator pada
pasien asma.
b. Efek pada susunan saraf pusat
Aminofilin atau teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, bila dosis
pemberian ditinggikan maka mampu memberikan efek gugup, gelisah,
insomnia, tremor, dan kejang. Tetapi dengan dosis rendah metilxantin seperti
aminofilin dapat merangsang SSP yang sedang mengalami depresi, misalnya
pemberian aminofilin dosis 2mgkgbb dengan cepat akan memulihkan keadaan
narkosis pada individu yang mendapat 100 mg morfin IV untuk anestesia.
c. Efek Pada Medula Oblongata
Metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang pusar nafas pada medula
oblongata dengan meningkatkan kepekaan pusat nafas terhadap perangsangan
CO2. Selain itu juga dapat menimbulkan mual dan muntah karena
perangsangan sentral maupun perifer. Muntah dapat diinduksi bila kadar
dalam plasma melebihi 15 mcgml.
- Rash, hiperglikemia.
6. Kontra-Indikasi
Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun. Hipersensitif terhadap
aminofilina atau komponen obat. Penderita tukak lambung.
I. DATA PENDUKUNG
a. Data Zat Aktif
Nama Zat Bahan Cara pH Cara E Khasia
Aktif Pembantu Sunti Stabili Sterilisasi aminop t
k tas hyllin
Aminophyllin Aqua Pro i.v 9,2 - Diterilisasika 0,17 bronko
i Inj 9,6 n dengan cara dilato
sterilisasi A r
atau C dan
segera di
dinginkan
b Formula Acuan
(sumber : fornas edisi 2 hal 21)
AMINOPHYLLINE INJECTION
Injeksi Aminofilina
Aminophyllinum 24 mg
Catatan :
1. pH 9,2 sampai 9,6
2. digunakan air untuk injeksi bebas udara, dari hindari kontak dengan logam
3. dapat ditambahkan etilendiamina
4. aminofilina dapat dianti dengan 20 gr teofilina dan 5,5 g etilendiamina
5. sterilisasi dengan cara sterilisasi A atau C
BAB V
PERHITUNGAN
I. PERHITUNGAN TONISITAS LARUTAN
0,24
C Aminofillin = × 100 %=¿ 2,4%
10 ml
W = 0,9 – (∑C x E)
W = 0,9 – (2,4 x 0,17)
W = 0,9 – 0,408 = 0,492 g/100 ml (hipotonis perlu penambahan
NaCl)
Untuk 10 ml = (10ml / 100ml) x 0,492 g = 0,0492 gr = 49,2 mg
BAB VI
STERILISASI
BAB VII
PEMBUATAN
Prosedur pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan dan lakukan sterilisasi sesuai dengan cara sterilisasi yang telah
dicantumkan.
2. Timbang seksama bahan-bahan
3. Larutkan aminopillin dengan aqua sampai larut
4. Larutkan NaCl dengan aqua sampai larut
5. Campurkan semua bahan hingga larut
6. Tambahkan aqua ad 33 ml, kemudian cek ph dengan kertas ph (ph 9,2 – 9,6)
7. Tambahkan NaOH ad ph stabil jika Ph belum memenuhi range yang sesuai
8. Basahi kertas saring dalam corong dengan sedikit aqua, lalu saring larutan di gelas
ukur dan filtrate pertama dibuang. Bilas gelas ukur dengan aqua
9. Tambahkan aqua PI ad 50 ml
10. Masukkan kedalam vial
11. Sterilkan sediaan dengan menggunakan metode autoklaf pada suhu 121◦C dalam
waktu 15 menit lalu dinginkan
12. Beri etiket dan label
13. Lakukan evaluasi sediaan
No
Kejernihan pH Keseragaman Volume
Vial
1
2
Nb : (√ ) memenuhi standar
( x ) tidak memenuhi standar
DATA TAMBAHAN
a. Data Zat Pembantu
Nama Zat Bahan pH
E NaCl Khasiat
Pembantu Pembawa Stabilitas
Natrium Klorida Aqua pi 1 Pengisotonis
NaOH/ HCl Aqua pi - Pengatur pH
Aqua Pro
- Pelarut
Injection
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
PENGEMASAN
KOTAK OBAT
ETIKET
BROSUR
AMOPILIN®
Aminophilin 2,4%
Tiap 10 ml mengandung :
Aminophilin………….…24 mg
Indikasi :
Untuk meredakan dan mengatasi obstruksi sel napas
yang berhubungan dengan asma dan peny paru
Kontra Indikasi :
-Hipersensitifterhadap Aminophilin atau komponen
obat
-Penderita tukak lambung, diabetes
Dosis :
Dewasa :
i.v : 250-500 mg/hari
Anak :
6-12 thn : 50-100 mg/hari
1-5 thn : 25-50 mg/hari
0-1 thn : 10-25 mg/hari
Efek Samping :
-Gastrointestinal misalnya mual,muntah
-susunan saraf pusat misalnya sakit kepala
Kardiovaskular misalnya palpitasi
Cara Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu 25-30
° C,terlindung dari ahaya
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No.Reg : DKL2110032143A1
No.Batch : 2120102KEL9
Exp. Date : Juli 2024
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta :
Dekpes RI
Niazi K. Sarfaraz. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations. New
York : Informa Healthcare USA
Tjay,Hoan,Tan dkk 2007.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya.Jakarta : PT Elex Media Komputindo