Anda di halaman 1dari 17

KIMIA PANGAN DAN HASIL PPERTANIAN

PEPTIDA DAN FUNGSINYA PADA TUBUH

DOSEN PENGAMPU

Dr. Fitry Tafzi, S.TP., M.Si.

OLEH:

DIVA RAYETHA LORENSIUS GINTING (D1C022061)

THP/R001

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan ynag maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul "Peptida dan
fungsinya pada tubuh." Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas mata kuliah kimia pangan
dan hasil pertanian yang kami tempuh di program studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kimia pangan dan hasil pertanian,
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan selama proses penulisan makalah ini.
Terima kasih juga kepada rekan-rekan seangkatan yang telah berbagi pengetahuan dan pengalaman,
serta memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang peptida dan perannya dalam fungsi
tubuh manusia. Peptida, sebagai rantai asam amino yang membentuk dasar pembentukan protein,
memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan biologis. Dalam makalah ini,
kami mencoba menyajikan informasi yang komprehensif tentang fungsi peptida sebagai penyusun
protein, hormon, dan agen antimikroba dalam sistem kekebalan tubuh.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman kita
tentang peran peptida dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh manusia. Terima kasih
atas perhatian dan kesempatan yang diberikan.

2
DAFTAR ISI

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Peptida merupakan suatu rangkaian molekul kecil yang terdiri dari dua atau lebih asam amino
yang saling terhubung melalui ikatan peptida. Keberadaan peptida dalam tubuh manusia memiliki
peran yang sangat penting dalam menjalankan berbagai fungsi biologis. Fungsi peptida ini
mencakup sejumlah proses kunci, mulai dari regulasi hormonal hingga pertahanan tubuh.

Salah satu fungsi utama peptida adalah sebagai penyusun protein, molekul yang memainkan peran
sentral dalam struktur dan fungsi sel. Peptida membentuk dasar bagi pembentukan protein, di mana
urutan asam amino yang khusus menghasilkan struktur tiga dimensi yang unik untuk setiap protein.
Struktur ini menentukan fungsi protein tersebut dalam tubuh.

Selain sebagai penyusun protein, beberapa peptida berfungsi sebagai hormon, zat kimia pengatur
yang mengontrol berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Contohnya, insulin adalah peptida yang
diproduksi oleh pankreas dan berperan dalam regulasi kadar gula darah. Peptida hormon juga
memainkan peran penting dalam mengendalikan pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organ-
organ tertentu.

Selain itu, peptida memiliki peran sebagai agen antimikroba dalam sistem kekebalan tubuh.
Beberapa peptida memiliki sifat antimikroba yang dapat melawan bakteri, virus, dan fungi,
membantu melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit.

Dengan demikian, pemahaman tentang fungsi peptida dalam tubuh sangat penting untuk
menggali lebih dalam mekanisme biologis yang mendasari kesehatan dan fisiologi manusia.
Penelitian terus dilakukan untuk memahami lebih lanjut peran dan potensi aplikasi peptida dalam
bidang kesehatan, termasuk pengembangan obat-obatan baru dan terapi berbasis peptida. Oleh
karena itu, dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek dari fungsi peptida dalam tubuh
manusia, menggali lebih dalam tentang kontribusi mereka terhadap keseimbangan dan kesehatan
organisme.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 FUNGSI PEPTIDA BAGI KEHIDUPAN

Cycloserine

D-Cycloserine diproduksi oleh kultur Streptomyces orchidaceus. Cycloserine larut


dalam air dan memiliki spektrum yang luas pada aktivitas antibakteri, terutama
digunakan untuk aktivitas terhadap Mycobacterium tuberculosis. Bekerja sebagai
analog struktural D-alanin yang menghambat penggabungan D-alanin ke dalam
dinding sel bakteri. Karena dapat menghasilkan neurotoksisitas pada pasien,
Cycloserine diberikan sebagai
cadangan apabila infeksi resisten terhadap obat lini pertama.

Polymyxins

Polymyxins adalah kelompok antibiotik polipeptida siklik yang dihasilkan oleh


spesies Bacillus. Polymyxins A-E diisolasi dari Bacillus polymyxa, meskipun
polimyxin B dan polimyxin E terbukti merupakan campuran dari dua komponen
(Colistin). Colistin diisolasi dari Bacillus colistinus kemudian ditemukan identik
dengan polimyxin E. Polymyxin B dan colistin (polimiksin E) keduanya digunakan
secara klinis. Peptida ini telah digunakan untuk pengobatan infeksi dengan
bakteri Gram negative seperti Pseudomonas aeruginosa, tetapi sekarang jarang
digunakan karena efek neurotoksik dan nefrotoksik.

5
Bacitracins

Bacitracin adalah campuran dari 9 peptida yang diproduksi oleh Bacillus subtilis,
dengan komponen utama bacitracin A. Bacitracin aktif terhadap berbagai bakteri
Gram-positif. Hal ini jarang digunakan secara sistemik karena beberapa komponen
bacitracin yang nefrotoksik, tetapi zinc bacitracin merupakan komponen formulasi
salep untuk aplikasi topical. Sebagian besar bacitracin yang diproduksi digunakan
pada dosis subterapeutik sebagai aditif pakan ternak (untuk meningkatkan efisiensi
pakan), dan pada dosis terapi untuk mengatasi berbagai gangguan pada unggas dan
hewan.

Insulin

 Salah satu fungsi biologis tang terdapat di dalam tubuh, insulin merupkan
hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas dan dihasilkan dari peptida. Peptida
merupakan kumpulan dari asam amino di dalam tubuh.
 Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan
glukosa darah (gula darah). Dari glukosa diubah menjadi energi yang dibutuhkan
untuk menjalankan fungsinya.
 insulin ini dapat diproduksi dari penkreas sapi dengan cara proses DNA
rekombinan sehingga dapat secara masaal dibutuhkan

Gelatin

 Gelatin adalah suatu polipeptida larut berasal dari kolagen, yang merupakan
konstituen utama dari kulit,tulang, dan jaringan ikat binatang.
 Gelatin diperoleh melalui hidrolisis parsial dari kolagen. Ketika kolagen
diperlakukan dengan asam atau basa dan diikuti dengan penas, struktur fibrosa
kolagen dipecah irreversibel menghasilkan gelatin

 Gelatin merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan dalam
farmasi dan industri makanan.

6
Anti kerut

 Selain vit C yang sering digunakan sebagai anti kerut, peptida pun bisa
digunakan sebagai anti kerut.
 Tembaga-Glisil-L-Histidil-L-Lisin (Cu-GHK) adalah salah satu peptida yang
mampu memberikan efek antikerut dan menghidrasi kulit.
 Karena kemampuan hidrasinya, peptida Cu-GHK juga mampu memberi
efek peningkat
daya penetrasi Vit C dalam sediaan serum antikerut

Obat demam berdarah

 Demam berdarah (dengue) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus


dengue (DENV), suatu flavivirus yang terselubung oleh envelope.
 Infeksi DENV dimulai dengan inisiasi proses fusi antara envelope virus
dengan membran sel host, transfer materi genetik ke dalam sel target yang
diikuti dengan replikasi serta pembentukan virus baru.
 Maka dari itu dirancang peptida siklis disulfida yang dapat mengganggu
perubahan konformasi yang terjadi dan menginhibisi proses fusi\

7
2.2 SIFAT PEPTIDA

Sifat peptida ditentukan oleh gugus –NH2, gugus –COOH, dan gugus R. Sifat
asam dan basa ditentukan oleh gugus –COOH dan –NH2, namun pada peptida
rantai panjang, gugus –COOH dan –NH2 tidak lagi berpengaruh. Suatu peptida
juga mempunyai titik isoelektrik seperti pada asam amino.

Ikatan peptida yang terjadi dari dua residu asam amino menunjukkan
kemantapan resonansi yang tinggi; ikatan C – N akan mempunyai sifat ikatan
rangkap sebesar 40 %, dan ikatan rangkap C = O mempunyai sifat ikatan tunggal
sebesar 40 %. Akibatnya, gugus amino (- NH -) dalam ikatan peptida tersebut tidak
mengalami ionisasi, juga ikatan C – N dalam peptida tidak mengalami rotasi
dengan bebas. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan struktur tiga
dimensi dan sifat rantai polipeptida dari protein.

Sifat asam basa peptida ditentukan oleh gugus ujungnya, NH2 dan – COOH serta
gugus R yang berionisasi. Pada peptida dengan rantai panjang, sifat asam basa dari
gugus ujung berkurang artinya karena jumlah gugus R yang banyak dan berionis

8
2.3 STRUKTUR DAN TATANAMA PEPTIDA

1. Struktur

Peptida terbentuk ketika gugus karboksil (carboxyl group ) dari suatu asam amino
bereaksi dengan gugus amin ( amine group ) dari asam amino lain. Reaksi ini
menyebabkan pelepasan 1 molekul air (H2O) tiap pembentukan 1 ikatan peptida.
Reaksi pembentukan peptida ini dikenal dengan reaksi kondensasi. Karena reaksi
pembentukan peptida membebaskan 1 molekul air, maka jumlah asam amino
penyusun polipeptida disebut residu.

9
Gambar Struktur dasar peptida

Peptida merupakan hasil polimerisasi dari asam amino, sehingga struktur peptida
terdiri dari dua atau lebih asam amino. Peptida yang terdiri dari dua molekul asam
amino disebut dipeptida, bila terdiri dari 3, 4,5 dan 6 asam amino disebut tripeptida,
tentra peptida, penta peptida, dan heksa peptida. Untuk peptida yang terdiri dari
banyak asam amino disebut polipeptida.

2. Tata Nama

Nama peptida diberikan berdasarkan jenis asam amino yang membentuknya. Asam
amino yang gugus karboksilnya bereaksi dengan gugus –NH2 diberi akhiran -il
pada namanya, sedangkan urutan penamaan didasarkan pada urutan asam amino,
dimulai dari asam amino yang masih mempunyai gugus –NH2 (disebut N
terminal).

10
11
terletak di sebelah kanan yang disebut ujung C . Asam amino yang
mengandung ujung –N disebut asam amino terminal –N dan asam amino yang
mengandung ujung –C disebut asam amino terminal –C. Rantai peptida biasa
disebut “backbone” sedangkan gugus R biasa disebut gugus samping.

Gambar Struktur N Terminal Dipeptida

Struktur peptida semuanya sering disingkat dengan menggabung simbol tiga huruf
dari singkatan nama asam amino tertentu yang urutannya sesuai dengan urutan
asam amino penyusun peptida tersebut.

Contoh reaksi :

12
3. Ikatan peptida

Dua molekul asam amino dapat saling berikatan membentuk ikatan kovalen
melalui suatu ikatan amida yang disebut dengan ikatan peptida. Ikatan peptida
merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu
molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada

gugus amina molekul lainnya.

Gambar Reaksi Pembentukan Ikatan Peptida Dengan Reaksi Kondensasi (Sumber

Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan
lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan
ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini
dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.

Ikatan peptida dapat dirusak atau diputus dengan melakukan hidrolisis. Ikatan
peptida terbentuk dari protein yang mempunyai kecenderungan untuk putus secara
spontan ketika terdapat air. Dari hasil pemutusan tersebut, dilepaskan energi
sebesar 10 kJ/mol. Namun, proses pemutusan terjadi sangat lambat. Pada
umumnya, organisme menggunakan enzim untuk membantu proses pemutusan
atau pembentukan ikatan peptida untuk mempercepat reaksi.

Hidrolisis ikatan peptida yang dilakukan dengan pemanasan polipeptida dalam


suasana asam atau dengan basa kuat (konsentrasi tinggi). Sehingga dihasilkan
13
asam amino dalam bentuk bebas. Hidrolisa ikatan peptida dengan cara ini
merupakan langkah penting untuk menentukan komposisi asam amino dalam
sebuah protein dan sekaligus dapat menetapkan urutan asam amino pembentuk
protein tersebut.

Gambar reaksi hidrolisis peptida

BAB III
14
PENUTUP
KESIMPULAN

Peptida memegang peran vital dalam tubuh manusia, berfungsi sebagai penyusun
protein, regulator hormonal, dan agen antimikroba. Sebagai komponen dasar protein,
peptida membentuk struktur sel dan mempengaruhi berbagai proses biologis. Sebagai
hormon, peptida seperti insulin mengontrol fungsi fisiologis, sementara kemampuannya
sebagai agen antimikroba mendukung sistem kekebalan tubuh. Pemahaman lebih lanjut
tentang peptida membuka peluang untuk pengembangan terapi dan obat baru, menandai
kontribusi penting peptida dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh manusia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewick, Paul M. 2002. Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach 2nd


edition. England: John Wiley&Sons Ltd.

Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai