Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

OVULA METRONIDAZOL

DISUSUN OLEH :

ASMARANSA KIRANA W

A1152072

REGULER ROMBEL A

AKADEMI FARMASI NUSAPUTERA SEMARANG

2016 / 2017
I. TUJUAN
1. Melakukan formulasi sediaan ovula metronidazole.
2. Melakukan evaluasi sediaan ovula.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,


yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawa zat terapeutik
yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilen glikol, dan ester asam lemak polietilen
glikol. (Depkes RI,1995)

Bobot suppositoria bila tidakdinyatakan lain adalah 3 gr untukdewasa


dan 2 gr untuk anak.Penyimpanan suppositoriasebaiknya di tempat yang
sejukdalam wadah tertutup rapat.Bentuknya yang seperti torpedomemberikan
keuntungan untukmemudahkan proses masuknyaobat dalam anus. Bila bagian
yangbesar telah masuk dalam anus,maka suppositoria akan tertarikmasuk
dengan sendirinya. (Anief, 2007)

Ovula adalah sediaan padat yang digunakan melalui vaginal,


umumnya berbentuk telur, dapat melarut, melunak, meleleh pada suhu tubuh.
(Depkes RI,1971)

Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut / bercampur


dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria
dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag. gelatin
dan 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada
suhu dibawah 350 C. (Depkes RI,1995)

Suppositoria vaginal umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan


berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau
yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang 1,25 1,5 inchi dan diameter 5/8
inchi (Miller, 1966)
1. Tujuan penggunaan (ovula)

Biasanya digunakan untuk lokal dengan efek sebagai antiseptik,


kontrasepsi, anastetik lokal, dan pengobatan penyakit infeksi seperti
trichomonal, bakteri dan monilial.

2. Absorpsi Vagina

Absorpsi sediaan vaginal terjadi secara pasif melalui mukosa.


Proses absorpsi dipengaruhi oleh fisiologi, pH, dan kelarutan dan kontanta
partisi obat. Permukaan vagina dilapisi oleh lapisan film air (aqueous
film) yang volume, pH dan komposisinya dipengaruhi oleh umur, siklus
menstruasi, dan lokasi. pH vagina meningkat secara gradien yaitu pH 4
untuk anterior formix dan pH 5 di dekat cervix. Pada umumnya ovula
digunakan untuk efek lokal. Tapi beberapa penelitian menunjukkan ada
beberapa obat yang dapat berdifusi melalui mukosa dan masuk dalam
peredaran darah. Sebagai contoh, kadar propanolol dalam plasma untuk
sediaan ovula lebih besar dibandingkan dengan rute oral pada dosis yang
sama. (Miller, 1966)

Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin


tergliserinasi dan basis polietilen glikol. Polietilen glikol (PEG) merupakan
polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang
rantai, berat molekul dan sifat fisik. (Ansel, 1989)

Polietilen glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai


dari 200 sampai 8000. PEG yang umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600,
1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan 8000. Pemberian nomor
menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya.
Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600 berupa
cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata
lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan
bertambahnya berat molekul. Basis polietilen glikol dapat dicampur dalam
berbagai perbandingan dengan cara melebur, dengan memakai dua jenis PEG
atau lebih untuk memperoleh basis suppo dengan konsistensi dan karakteristik
yang diinginkan. PEG menyebabkan pelepasan lebih lambat dan memiliki
titik leleh lebih tinggi daripada suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di
kulkas dan dapat dalam penggunaan dapat dimasukkan secara perlahan tanpa
kuatir suppo akan meleleh di tangan (hal yang umum terjadi pada basis
lemak). (Ansel, 1989)
Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena
suhu tubuh, tetapi perlahanlahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu
basis ini tidak perlu diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh
saja dalam pengerjaannya, menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG
yang mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada suhu tubuh. (Ansel, 1989)

Keuntungannya, tidak memungkinkan perlambatan pelepasan obat


dari basis begitu suppo dimasukkan, tetapi juga menyebabkan penyimpanan
dapat dilakukan di luar lemari es dan tidak rusak bila terkena udara panas.
Suppo dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah
rangsangan pada membran mukosa dan rasa menyengat, terutama pada
kadar air dalam basis yang kurang dari 20%. (Ansel, 1989)

Keuntungan basis PEG :

a. Stabil dan inert


b. Polimer PEG tidak mudah terurai.
c. Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas shg
memungkinkan formula supo dgn berbagai derajat kestabilan panas dan
laju disolusi yg berbeda
d. Tidak membantu pertumbuhan jamur (Lachman, 1994)

Kerugian basis PEG:

a. Secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak.


b. Dibutuhkan perhatian lebih untuk mencegah kontraksi volume yang
membuat bentuk suppo rusak
c. Kecepatan pelepasan obat larut air menurun dengan meningkatnya jumlah
PEG dgn BM tinggi.
d. Cenderung lebih mengiritasi mukosa drpd basis lemak. (Anonim, 2006)

Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sbg basis supo dan


memberikan keuntungan sbb.:

1. Titik lebur supo dapat meningkat shg lebih tahan thd suhu ruangan yg
hangat.
2. Pelepasan obat tdk tergantung dari titik lelehnya.
3. Stabilitas fisik dalam penyimpanan lebih baik.
4. Sediaan supo akan segera bercampur dengan cairan rektal. (Anonim,
2006)
Metronidazol adalah anggota kelas imidazol sebagai agen antibakteri
dan diklasifikasikan sebagai antiprotozoa dan agen antibakteri. Nama
kimia,metronidazol adalah 2-methyl-5-nitroimidazole-1-etanol yang memiliki
rumus kimia dari C6H9N3O3, berat molekul 171,16, dan memiliki struktur
sebagai berikut (Anonim, 1979)

CH2CH2OH

O2N N CH3

N
Struktur Metronidazol (Anonim, 1979)

Ditinjau dari segi mikrobiologi, sasaran intraseluler metronidazol pada


anaerob sangat tidak dikenal. Kelompok 5-nitro dari metronidazol berkurang oleh
metabolik anaerob yang aktif, dan studi telah menunjukkan bahwa bentuk
pengurangan obat berinteraksi dengan DNA bakteri. Namun, tidak jelas apakah
interaksi dengan DNA sendiri merupakan komponen penting dalam aksi bakterisidal
metronidazol pada organisme anaerobik. Uji kepekaan bakteri tidak secara rutin
dilakukan untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakteri. Metodologi standar untuk
pengujian kerentanan patogen potensial vaginosis bakteri, vaginalis Gardnerella,
Mobiluncus spp, dan. Mycoplasma hominis, belum didefinisikan. Meskipun demikian,
metronidazol adalah agen antimikroba aktif in vitro terhadap sebagian besar strain
organisme berikut yang sudah dilaporkan dikaitkan dengan vaginosis bakteri (Beigi,
Austin et al. 2004) : Bacteroides spp. , Gardnerella vaginalis, Mobiluncus spp. ,
Peptostreptococcus spp.
Penggunaan metronidazol diindikasikan dalam pengobatan vaginosis
bakteri (dahulu disebut sebagai Haemophilus vaginitis, Gardnerella vaginitis,
spesifik vaginitis, Corynebacterium vaginitis, atau vaginosis anaerob). Untuk
diagnosis klinis vaginosis bakteri biasanya ditentukan oleh adanya cairan vagina
homogen yang memiliki pH lebih besar dari 4,5, memancarkan amis bau amina bila
dicampur dengan 10%. larutan KOH. Identifikasi klinis lebih lanjut ditunjukkan oleh
cairan vagina yang mengandung sel petunjuk pada pemeriksaan mikroskopis. Gram
stain hasil yang konsisten dengan diagnosis vaginosis bakteri termasuk morfologi
Lactobaccilus sp. nyata berkurang atau tidak ada, dominasi Gardnerella morphotype,
dan tidak ada atau sedikit sel darah putih. Patogen lain yang umumnya terkait dengan
vulvovaginitis, misalnya, vaginalis Trichomonas, Chlamydia trachomatis,
N.gonorrhoeae, Candida albicans, dan virus Herpes simplex harus disingkirkan
(Beigi, Austin et al. 2004).
Praformulasi Bahan

1. Metronidazol (FI III hal 382, DI halaman 861)


Pemerian : Serbuk hablur putih atau kuning gading, bau lemah, rasa pahit
dan agak asin.
Kelarutan : Larut dalam 100 bagian air, dalam 200 bagian etanol (95%) P
dan dalam 250 bagian kloroform P, sukar larut dalam eter P.
Suhu lebur : 159C sampai 162C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat : Antiamuba, antitrikhomoniasis.
OTT : Disulfiram
2. PEG 400 (FI III halaman 504, HOPE VI halaman 517)
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak
berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam
glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut
dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik.
Suhu beku : 4C sampai 8C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Basis salep, pelarut
OTT : Tidak bercampur dengan beberapa zat pewarna
3. PEG 4000 (FI III halaman 506)
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis
tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam
kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Basis salep, pelarut
OTT : Tidak bercampur dengan beberapa zat pewarna
4. Paraffin Liquidum (FI III halaman 474)
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat : Laksativum.
III. FORMULA

Metronidazole 500 mg

PEG 400 20 %

PEG 4000 ad 100 %

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan
1. Lumpang dan mortir
2. Pipet tetes
3. Timbangan
4. Alat pencetak ovula
5. Desintegrator Tester
6. Cawan
7. Batang pengaduk
B. Bahan yang digunakan
1. Metronidazole
2. PEG 400
3. PEG 4000
4. Paraffin Liquidum

V. PERHITUNGAN BAHAN / DOSIS

Kalibrasi Cetakan

Total penimbangan : 3 gram x 5 suppo = 15 gram

NO Nama Bahan Perhitungan Penimbangan Fungsi Bahan


1. PEG 400 20 % x 15 gram = 3 gram 3,042 gram Basis
2. PEG 4000 15 gram 3 gram = 12 gram 12,007 gram Basis

Bobot ovula

1. 3,990 gram
2. 4,068 gram
3. 3,961 gram
Rata rata 4,00 gram
Pembuatan Ovula

Total penimbangan : 4 gram x 15 suppo = 60 gram

NO Nama Bahan Perhitungan Penimbangan Fungsi Bahan


1. Metronidazole 500 mg x 15 suppo 7,518 gram Zat Aktif
= 7500 mg = 7,5 gram
Berat basis = 60 gram 7,5 gram = 52,5 gram
2. PEG 400 20% x 52,5 gram = 10,5 gram 10, 507 gram Basis
3. PEG 4000 52,5 gram 10,5 gram 42, 013 gram Basis
= 42 gram
Dosis Metronidazol Ovula (Flagystatin ovula) (ISO vol 47 halaman 174)

Dosis Pemakaian

1x : 1 x 500 mg = 500 mg 1x : 500 mg

1 hari : 1 x 500 mg = 500 mg 1 hari : 1 x 500 mg = 500 mg

Pemakaian 1 x dan 1 hari sesuai dengan dosis metronidazole. Maka resep


dapat dikerjakan

VI. PROSEDUR PEMBUATAN DAN UJI SEDIAAN


A. Kalibrasi Cetakan

Dilakukan dengan cara membuat ovula yang hanya memakai basis saja

Timbang PEG4000 dan PEG400

Lebur PEG 4000 diatas penagas air hingga meleleh, tambahkan PEG 400 aduk
hingga homogen

Olesi cetakan dengan paraffin cair

Tuang hasil leburan kedalam cetakan hingga penuh, diamkan pada suhu kamar
terlebih dahulu

Setelah dingin masukan ke dalam almari pendingin selama 10 menit

Ovula ditimbang satu-persatu kemudian dihitung rata-ratanya

Bobot rata-rata digunakan untuk pedoman menghitung jumlah basis


B. Pembuatan Ovula dalam Basis PEG

Siapkan bahan - bahan yang akan dibuat

Timbang semua bahan

Lebur PEG 4000 diatas penagas air hingga meleleh, tambahkan PEG 400 aduk
hingga homogen

Gerus halus metronidazol, campurkan kedalam basis sedikit demi sedikit

Olesi cetakan dengan paraffin cair

Tuang hasil leburan kedalam cetakan hingga penuh, diamkan pada suhu kamar
terlebih dahulu

Setelah dingin masukan ke dalam almari pendingin selama 10 menit

Lakukan uji evaluasi

C. Uji Organoleptis

Diambil satu ovula untuk diamati

Amati bau, warna dan bentuk suppositoria

D. Uji Homogenitas

Satu ovula di belah secara vertikal dan horizontal

Amati secara visual pada bagian internal dan eksternal


E. Uji Keseragaman Bobot

Menimbang ovula sebanyak 10 buah

Hitung dan tentukan bobot rata - ratanya

Timbang ovula satu per satu

Hitung persen kelebihan masing - masing ovula terhadap bobot rata - ratanya

Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 ovula yang masing - masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata - ratanya yang ditetapkan pada kolom A (5%) dan
tidak satu ovula yang menyimpang dari bobot rata - ratanya yang ditetapkan pada
kolom B (10%)

Hitung SD dan SDR nya

Persyaratan tidak boleh lebih dari 6%

F. Uji Waktu Hancur

Siapkan ovula yang yang akan digunakan dalam pengujian.

Naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit.

Ovula dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal di atas kaca.

Catat waktu yang dibutuhkan oleh ovula untuk hancur.

Persyaratan untuk suppo dengan bahan dasar lemak tidak lebih dari 30 menit dan
untuk suppo dengan bahan dasar larut arir tidak lebih dari 60 menit.
G. Uji Kekerasan

Letakkan ovula di antara 2 lempeng kaca

Tambahkan beban 600 gram sebagai masa dasar pada ovula.

Tambahkan beban 200 gram setiap interval 1 menit sampai ovula hancur.

Catat waktu dan beban yang dibutuhkan untuk ovula hancur.

VII. HASIL
A. Uji Organoleptis

Bau : Tidak berbau

Warna : putih

Bentuk : ovula
B. Uji Homogenitas

Pada pengujian homogenitas, ovula yang dibuat dapat dikatakan


homogen dengan tidak adanya bintik-bintik pasa ovula.

C. Uji Waktu Hancur

Pada pengujian waktu hancur belum dilakukan uji waktu hancur


karena terbatasnya alat dan waktu dalam praktikum.

D. Uji Kekerasan

Pada pengujian kekerasan, ovula yang dibuat memenuhi syarat


karena ovula dapat menahan beban >1,8 gram dalam waktu 7menit dan
tidak hancur.
E. Uji Keseragaman Bobot

Bobot 10 ovula : 41,366 gram

Bobot rata rata ovula : 4,1366 gram

NO Bobot %keseraga x-x (X-X)2 %penyim


(g) man bobot pangan
1 4,142 100,13 % -5,4 x 10-3 2,916 x 10-5 0,13
2 3,993 96,53 % 0,1436 0,0206 3,47
3 4,385 106 % -0,2484 0,0617 6
4 3,965 95,8 % 0,1736 0,0301 4,19
5 4,268 103,17 % -0,1314 0,0172 3,17
6 4,089 98,95 % 0,0476 2,266 x 10-3 1,15
7 4,034 97,52 % 0,1026 0,0105 2,48
8 4,289 103,68 % -0,1524 0,0232 3,68
9 3,994 96,55 % 0,1426 0,0203 3,44
10 4,209 101,75 % -0,0724 5,242 x 10-3 1,75
Total 0,191137

SD = 0,145
0,145
SDR = x 100% =3,5%
4,1366

()
SD Manual =
1

0,191137
=
9

= 0,02123 = 0,145

Jadi pada kolom A ada 1 ovula yang >5%, pada kolom B tidak ada
yang >10%. Jadi kesimpulannya ovula memenuhi syarat keseragaman
bobot.
VIII. PEMBAHASAN

Ovula adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk seperti telur,


mudah melunak atau melembek pada suhu tubuh, dan dapat digunakan
sebagai obat luar khusus untuk vagina, sebagai bahan dasar ovula harus dapat
larut dalam air atau meleleh dalam suhu tubuh.

Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin


tergliserinasi dan basis polietilen glikol. Polietilen glikol (PEG) merupakan
polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang
rantai, berat molekul dan sifat fisik.

Keuntungan menggunakan basis PEG adalah :

1. Stabil dan inert


2. Polimer PEG tidak mudah terurai
3. Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas sehingga
memungkinkan dapat lebur pada suhu tubuh
4. Tidak membantu pertumbuhan jamur

Sedangkan kerugian menggunakan basis PEG adalah :

1. Secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak


2. Dibutuhkan perhatian lebih untuk mencegah kontraksi volume yang
membuat bentuk ovula rusak
3. Kecepatan pelepasan obat larut air menurun dengan meningkatnya jumlah
PEG dengan BM tinggi

Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sbg basis supo dan


memberikan keuntungan sbb.:

1. Titik lebur supo dapat meningkat shg lebih tahan thd suhu ruangan yg
hangat.
2. Pelepasan obat tdk tergantung dari titik lelehnya.
3. Stabilitas fisik dalam penyimpanan lebih baik.
4. Sediaan supo akan segera bercampur dengan cairan rektal.

Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena


suhu tubuh, tetapi perlahanlahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu
basis ini tidak perlu diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh
saja dalam pengerjaannya, menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG
yang mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada suhu tubuh.

Ovula yang dibuat dapat mengalami penyusutan volume ketika


suhunya dalam cetakan sudah turun. Untuk itu pada pembuatannya massa
suppositoria yang dituang dalam cetakan hendaknya dilebihkan agar cetakan
terisi penuh sehingga bobot yang diperoleh seragam. Akan tetapi jika volume
suppositoria setelah dingin melebihi tempat cetakan, maka dapat diratakan.

Pada pembuatannya, cetakan dilapisi dengan paraffin liquidum agar


ovula tidak menempel pada cetakan pada saat diambil. Setelah sediaan ovula
sudah jadi, kemudian dilakukan beberapa pengujian antara lain :

1. Uji organoleptis
Uji organoleptis bertujuan untuk mengetahui bentuk, baud an warna
pada suatu sediaan.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat
tercampur rata dengan bahan dasar suppositoria atau tidak, jika tercampur
maka akan mempengaruhi proses absorbs dalam tubuh.
3. Uji keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap
sediaan sudah sama atau belum. Keseragaman bobot akan mempengaruhi
terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain akan ikut
tercampur.
4. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui berapa lama suatu
sediaan dapat hancur dalam tubuh.
5. Uji kekerasan
Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui seberapa keras suatu
sediaan. Suppositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu
keras yang menjadikannya sukar meleleh.

Pada pengujian waktu hancur belum dilakukan karena alat


Desintegration Tester yang akan digunakan belum siap dan ovula tidak dapat
dilakukan pengujian uji hancur. Dengan hasil pengujian yang sudah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa sediaan yang sudah kami buat sudah
memenuhi persyaratan sediaan ovula.
IX. KESIMPULAN
1. Formulasi yang dibuat adalah ovula Metronidazol dengan basis PEG 400
20% dan PEG 4000 ad 100%
2. Setelah ovula dibuat, dilakukan uji uvaluasi berupa uji organoleptis, uji
homogenitas, uji keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji kekerasan.
Ovula Metronidazol memenuhi seluruh uji evaluasi namun belum
melakukan uji waktu hancur.

X. PUSTAKA

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Anonim, 2006, Handbook of Pharmaceutical Exipients, Pharmacetical Press and


American Pharmacist Association, UK.

Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : UI press.

Beigi, R., M. Austin, et al. 2004. Antimicrobial resistance associated with the
treatment of bacterial vaginosis. American journal of obstetrics and
gynecology 1914: 1124-1129.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen


Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen


Kesehatan. Jakarta.

Lachman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II. Universitas Indonesia :
Jakarta

Miller R.H., 1966. Husas Pharmaceutical Dispensing, E.W. Martin, Mack


publishing company, Easton Pensylvania.
XI. LAMPIRAN

TUGAS MANDIRI
Mezol
Metronidazol 500 mg

Komposisi
Mezol 0,5 g ovula mengandung Metronidazol 500 mg

Indikasi
Mezol ovule (metronidazole) digunakan untuk pengobatan infeksi
trichomonal vaginitis, dan bakterial vaginosis (infeksi Gardnerella
vaginalis).

Dosis
1 x sehari 1 ovula selama 7 10 hari, kadang-kadang dikombinasi
dengan obat metronidazol tablet. Cara pemakainnya adalah dengan
memasukkannya langsung ke dalam vagina.

Kontra Indikasi
I. Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap metronidazol.
II. Trimester pertama kehamilan.

Interaksi obat
III. Mezol dapat diberikan sendirian. Dalam kombinasi dengan
antibiotik lain: keduanya harus diberikan dalam dosis terapi
normal penuh.
IV. Sebelum administrasi secara simultan dengan Warfarin, yang
antikoagulan harus diperiksa dan jika mungkin untuk menjadi
sesuai dikurangi.
V. Simetidin memperpanjang izin plasma dari metronidazol,
mungkin dengan menghambat enzim metabolik, toksik
konsentrasi metronidazol dapat dihasilkan.

Penyimpanan
Suhu di bawah 25C Terlindung dari Cahaya

Mezol 0,5g ovula


Wadah terdiri dari 1 blister @ 6 ovula
Reg. No. DKL0121201453A1
No Batch M72838690

Produksi
PT. IKAFARINDO
SEMARANG-INDONESIA

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Apotek Ika Farma


Jl. Medoho no III
Ika Widiastuti
SIPA : 1997/SIPA/BPPT/01

NO. 1 TGL 18-09-2017


Ny Tutik
1 x sehari 1 ovula (malam hari)
Dimasukan kedalam vagina

OBAT LUAR
Mezol
Metronidazol 500 mg

Komposisi : Indikasi
Metrolidazol 500mg infeksi trichomonal
Mezol Mezol vaginitis, dan
Dosis : bakterial vaginosis
Metronidazol 500 mg Metronidazol 500 mg (infeksi
1 x sehari 1 ovula
selama 7-10 hari. Gardnerella
vaginalis).
Reg. No.
DKL0121201453A1 Info lebih lanjut
No Batch lihat brosur
PT. IKAFARINDO M72838690 PT. IKAFARINDO
SEMARANG-INDONESIA HET 9700/ovula SEMARANG-INDONESIA
EXP SEP 2022
4 gram isi 6 ovula 4 gram isi 6 ovula

Anda mungkin juga menyukai